Anda di halaman 1dari 18

BAB III

GAMBARAN RADIOLOGI

3.1 Radioposisi

3.1.1 BNO

BNO 3 posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada daerah

abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang terjadi pada

tractus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi

pemotretan (biasanya pada kasus abdomen akut).27

Densitas tiap organ atau struktur tubuh berbeda-beda, ditentukan

berdasarkan pada kemampuan substansi menembus sinar X. Substansi

yang mudah ditembus sinar X akan memberikan bayangan hitam

(radiolusen) sedangkan yang sulit ditembus akan memberikan bayangan

putih (radiopak). Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi,

yaitu:

a. Abdomen AP supine

Yang dinilai pemeriksaan abdomen AP supine adalah:

a) Dinding abdomen : lemak praperitoneal kanan dan kiri baik atau

menghilang.

b) Garis psoas kanan dan kiri baik / menghilang / pelembungan

(bulging)

c) Batu yang radioopak, kalsifikasi, atau benda asing yang radioopak.

d) Kontur ginjal kanan dan kiri

21
e) Gambaran udara usus normal, pelebaran lambung, usus halus,

kolon, penyebaran dari usus-usus yang melebar, keadaan dinding

usus, jarak antara 2 dinding usus yang berdampingan, kesuraman

yang dapat disebabkan oleh cairan di luar usus atau massa tumor.

Prosedur Pemeriksaan Foto Polos Abdomen Posisi AP supine : 28

a) Posisi pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP (Mid

Sagital Plane / bidang yang membagi tubuh sama bagiannya

kanan dan kiri) berada di pertengahan meja. Kedua tangan diatur

lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.

b) Posisi objek : batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada

simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan.

c) CR (Central Ray) : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur

sejajar dengan crista iliaca.

d) Lakukan ekspos saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh

dan gambaran abdomen akan tampak jelas.28

Gambar 5. Posisi AP Supine28

22
b. Abdomen AP setengah duduk (Fowler)

Yang dinilai pemeriksaan abdomen AP setengah duduk adalah

gambaran udara, cairan, di dalam atau luar usus, misalnya pada abses.

Gambaran udara bebas di bawah diafragma. Gambaran cairan di

rongga pelvis atau abdomen bawah. Prosedur pemeriksaan Foto Polos

Abdomen posisi setengah duduk atau berdiri:28

a) Posisi pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan

menempatkan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh sejajar kaset, kedua

tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.

b) Posisi objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien dengan batas

atas procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis.

c) Ukuran kaset : 30 x 40 cm vertikal

d) CR (Central Ray) : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar

diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)

e) Lakukan ekspos saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh.28

Gambar 6. Posisi Setengah Duduk atau Berdiri28

23
c. Abdomen LLD (Left Lateral Decubitus)

Yang dinilai pada posisi ini sama dengan setengah duduk atau

berdiri, hanya udara bebas letaknya antara hepar dengan dinding

abdomen atau antara pelvis dengan dinding abdomen. Prosedur

pemeriksaan Foto Polos Abdomen posisi LLD:28

a) Posisi pasien : pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue

ditekuk (difleksikan), kedua tangan diletakkan di atas kepala.

b) Posisi objek : batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada

simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset

berada di belakang punggung.

c) CR (Central Ray) : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur

sejajar dengan crista iliaca.

d) Lakukan ekspos saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi

penuh.28

Gambar 7. Posisi LLD28

24
3.1.2 USG Abdomen

Ultrasonografi (USG) adalah adalah prosedur yang digunakan

untuk memeriksa organ-organ dalam perut menggunakan sebuah

transduser USG (probe). Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen digunakan

untuk mengetahui kelainan pada hepar, kandung empedu, pankreas, limpa,

ginjal, uterus, prostat, dan massa dalam abdomen. Pada prinsipnya, ada

tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, kedua, monitor, ketiga,

mesin USG sendiri. Berikut ini adalah gambaran komponen USG

(Ultrasonografi): 29

Gambar 8. Komponen USG 29

Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima

gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah

menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan arah

tertentu. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat

terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam

pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya.29

Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan

membentur transducer dan akan ditangkap oleh transducer, dan kemudian

25
diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan

dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang ini kemudian

diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya ditampilkan

sebagai gambar di layar monitor.Berikut ini adalah pemeriksaan

gambaran USG (Ultrasonografi): 29

Gambar 9. Pemeriksaan USG Abdomen29

Yang perlu diperhatikan adalah persiapan sebelum USG abdomen

adalah puasa makan selama 6 jam, tidak puasa minum, dan menahan

berkemih. Prosedur pemeriksaan USG Abdomen, sebagai berikut:

1) Posisikan pasien terlentang/duduk/left decubitus position diatas tempat

pemeriksaan dan membuka pakaian pada bagian yang akan diperiksa

2) Oleskan gel pada daerah yang akan diperiksa

3) Gunakan transduser linear untuk melihat bagian superficial

4) Gunakan transduser kurvilinear untuk pemeriksaan organ-organ

abdomen dalam

5) Sinyal gelombang suara akan dikirimkan oleh transduser selama

pemindaian dan akan ditampilkan sebagai gambar di monitor USG.29

26
3.1.3 CT-Scan Abdomen

Berikut bagian tubuh yang sering dilakukan pemeriksaan CT –Scan:

1. Organ di rongga perut dan panggul seperti limpa, hati, pankreas, dan

saluran empedu.

2. Bagian kepala yang bertujuan untuk mendeteksi jaringan mati akibat

stroke dan tumor.

3. Bagian dalam paru-paru.

4. Bagian tulang akibat patah tulang kompleks, radang sendi, cedera

ligamen, dan dislokasi.

5. Area jantung untuk melihat kondisi arteri koroner.30

Bisa juga untuk perencanaan radioterapi serta mendapatkan detail

anatomis yang tepat jika tidak berhasil dengan USG. Pemotretan awal atau

permulaan dilakukan dengan tabung yang dibiarkan diam, sedangkan

pasien dalam posisi supine dengan meja tidak digerakkan. Hasil sama

dengan foto rongten biasa dan disebut sebagai topogram atau skenogram.

Skenogram dibuat untuk memprogramkan potongan-potongan mana saja

yang akan dibuat. Kemudian satu per satu dibuat scan-nya menurut

program tersebut.30

Penilaian densitas dalam gambar CT dikenal dengan istilah

hiperdens, hipodens dan isodens. Hiperdens menunjukkan gambaran putih,

hipodens memberikan gambaran hitam dan isodens memberikan gambaran

yang sama dengan organ sekitarnya. Perbedaan densitas tersebut

tergantung pada perbedaan daya serap organ tubuh terhadap sinar X. Oleh

karena itu, dibuatlah penomoran image dengan satuan HU (Housnsfield

27
Unit). Semakin tinggi nilai HU maka densitas gambar semakin tinggi.

Beberapa zat telah ditetapkan nilai HU-nya, misalnya densitas air adalah 0

HU dan udara adalah -1000 HU.30

Gambar 10. Pemeriksaan dengan CT-Scan30

Prosedur Pemeriksaan CT-Scan abdomen, sebagai berikut:

1. Posisikan pasien terlentang (supine) diatas meja pemeriksaan dan tangan

di letakan di atas kepala

2. Dibuat topogram dengan mengatur sejajar dengan garis batas atas

diafragma

3. Buat pengaturan irisan mulai dari diafragma sampai simfisis pubis dengan

ketebalan 10 mm

4. Dari ketebalan 10 mm, direkonstruksikan menjadi 1 mm

5. Dari 1 mm direkonstruksikan menjadi 3D untuk dibuat potongan aksial,

koronal, dan sagital (sesuai kebutuhan)

6. Pada saat scanning berikan aba-aba tarik nafas, keluarkan nafas, dan tahan

nafas.30

28
3.1.4 MRI Abdomen

MRI merupakan metode pemeriksaan diagnostik yang

menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan

medan magnet tanpa menggunakan sinar X. Prinsip dasar pemeiksaan ini

adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet. Proton merupakan

inti atom hydrogen yang memiliki daya magnet yang apabila ditembakkan

dan berada pada medan magnet berfrekuensi tinggi maka proton terseut

akan bergetar dan bergerak searah secara berlang-ulang. Gerakan itulah

yang ditangkap dan diproses computer. MRI pada abdomen biasanya

digunakan untuk penilaian struktur organ pada abdomen.31, Prosedur

pemeriksaan MRI, sebagai berikut :

1. Pada awalnya, pasien diposisikan dalam scanner.

2. Medan magnetic pada scanner (biasanya 1 atau 1,5 Tesla), mensejajarkan

proton di dalam tubuh pasien pada aksis longitudinal sejajar medan

magnet.

3. Dikirimkan pulsa elektromagnetik ke dalam scanner sehingga

menyebabkan reorientasi dari proton (biasanya 90o terhadap medan

eksternal), selanjutnya pulsa dihentikan dan proton akan kembali relaks.

4. Pada saat proton sudah sejajar dan relaks maka dipancarkan signal radio

fekuensi yang ditangkap oleh antenna pada scanner.

5. Signal akan diproses menggunakan computer dengan program software

yang digunakan untuk menghasilkan gambar dari multiple organ pada

potongan orthogonal. 31

29
Gambar 11. Pemeriksaan MRI28

3.2 Radioanatomi

3.2.1 Foto BNO

Abdomen membentang dari diafragma hingga pelvis. Hanya

lambung dan kolon yang dalam keadaan normal mengandung udara di

didalam lumennya. Usus halus biasanya tidak mengandung udara di

dalamnya. Batas udara cairan normal terdapat di dalam lambung,

duodenum dan kolon, namun tidak lazim ditemukan di dalam usus halus.

BNO 3 Posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada daerah

abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang terjadi pada

tractus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi

pemoteratan (biasanya pada kasus abdomen akut).27

a. Abdomen AP Supine

Tujuan : Untuk memperlihatkan ada/ tidaknya penebalan/ distensi pada

kolon yang disebabkan oleh masa atau gas pada kolon. Posisi supine

biasanya untuk melihat distribusi usus, peritoneal fat kanan dan kiri

baik, garis psoas kanan dan kiri baik.Tidak tampak gambaran Hearing

bone dan tidak tampak step ledder sign, tidak tampak cairan bebas28

30
Gambar 12. BNO Posisi AP Supine 32

b. Abdomen AP Erect / Semi erect

Tujuan : Untuk menampakan udara bebas di bawah diafragma, dan

memungkinkan melihat adanya gambaran cairan di rongga pelvis28

Gambar 13. BNO Posisi Erect / Semi Erect 32

c. Abdomen LLD (Left Lateral Decubitus)

Tujuan : Untuk mempermudah untuk melihat gambaran Air Fluid

Level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibat perforasi kolon.

Dapat juga digunakan untuk melihat adanya udara bebas yang terletak

di antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan

dinding abdomen.28

31
Gambar 14. BNO posisi LLD28

3.2.2 USG Abdomen

USG Abdomen pada orang normal akan diperoleh sebagai berikut:

a. Hepar: Ukuran normal (7,5 – 10,5 cm) hyperechoic, tepi tajam,

echoparenkim homogeny, sistem porta/vaskular/billier tidak melebar,

nodul/kista (-)29

Gambar 15. Gambaran hepar pada USG29

b. Kantung Empedu: Besar kandung empedu pada umumnya 7- 10 cm

(aksis panjang) dan 3-4 cm (aksis pendek).Aksis panjang kandung

empedu tidak melebihi 12 cm. Tebal dinding normal maksimal 3 mm,

isi kandung empedu normal tidak melebihi 200 ml. Pada keadaan

tidak normal, kandung empedu tidak selalu besar, kadang ukurannya

normal dan kadang lebih kecil.29

32
Gambar 16. Gambaran kantung empedu pada USG29

c. Pankreas: ukuran normal, panjang 15 cm (caput: 11 – 30 mm, corpus:

4 – 20 mm, cauda: 7 – 28 mm), hyperechoic, echoparenkim

homogeny, tidak tampak dilatasi ductus pancreaticus, kalsifikasi (-).

Pankreas normal sedikit kurang echogenik daripada lemak

retroperitoneal.29

Gambar 17. Gambaran Pankreas pada USG29

d. Lien: Axis longitudinal sejajar X kiri. Ukuran normal 12x8x4cm.

Struktur echo homogen hampir sama dengan echo stuktur hepar tapi

lebih halus dengan permukaan rata.Ukuran limpa bisa sangat

bervariasi mulai dari 7cm - 14cm.Ukuran limpa normal<13 cm lebih

33
tinggi dari sumbu inferior, 6-7 cm di sumbu medial ke lateral5 hingga

6 cm di bidang anterior ke posterior. Volume rata-rata sekitar 350ml29

Gambar 18. Gambaran Lien normal pada USG29

e. Ginjal : Tampak sebagai bangunan bulat panjang dengan echo

struktur, luar: hipoekhoik, homogen, permukaan rata merupakan

kortek, tengah: hiperekhoik, medula ginjal dengan banyak

vaskularisasi dan adanya sistem pielokalices.Ginjal kanan : 8 – 14 cm,

Ginjal kiri : 7 –12 cm. 29

Gambar 19. Gambaran ginjal normal pada USG29

f. Appendix:Apendiks dapat ditemukan dari pangkal paha, umbilikus

atau bahkan di bawah hati. Jarang di garis tengah atau di fossa iliaka

kiriUkuran normal appendix <6mm.29

34
Gambar 20. Gambar Appendix normal USG29

g. Vesika Urinaria: Ukuran normal, mukosa reguler, batu/massa.

Persimpangan vesico-ureter juga dapat divisualisasikan.Jika kandung

kemih tidak cukup terisi, patologi mungkin disembunyikan oleh

lipatan.29

Gambar 21. Gambaran Vesika Urinaria normal pada USG29

3.2.3 CT-Scan Abdomen

Kanker caput pankreas biasanya tidak memiliki gejala yang dapat

dikenali pada stadium dini. Selain itu pankreas berukuran kecil berarti

bahwa tumor sulit ditemukan dengan pemeriksaan fisik. Gejala lain kanker

pankreas sering kali keliru dengan kondisi lainnnya. Sebagian kanker

caput pankreasterdiagnosis pada stadium lanjut. Pemeriksaan CT-Scan

abdomen dapat membantu mendiagnosis kanker pankreas pada stadium

dini.30
35
a. Transversal : CT scan perut umumnya dievaluasi dalam arah

transversal; pasien terlihat dari kaki ke atas. Perut juga dapat dilihat

dalam arah koronal dan sagital.

Gambar 22. Gambar CT-Scan Abdomen potongan Transversal.30

b. Coronal: CT Scan abdomen dengan hasil normal yang dilihat dari

potongan Coronal, terdapat liver, ginjal, Otot psoas major dan vesika

urinaria.CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi setelah

pembedahan pada kasus karsinoma. 30

Gambar 23. Gambar CT-Scan Abdomen potongan coronal.30

c. Sagittal : Pada pemeriksaan CT Scan Abdominal dengan potongan

sagittal didapatkan hasil foto sebagai berikut. CT scan abdominal sering

36
dan banyak digunakan untuk mengevaluasi kasus trauma dan luka pada

organ dalam.CT scan memegang peranan penting pada pasien dengan

karsinoma dalam tahap untuk menentukan staging.30

Gambar 24. Gambar CT-Scan Abdomen potongan sagital.30

3.2.4 MRI Abdomen

Magnetic resonance imaging (MRI) adalah pemeriksaan dengan

teknik pengambilan gambar detail organ dari berbagai sudut yang

menggunakan magnet dan gelombang radio. MRI sangat berkembang

pesat karena selain mampu menyajikan informasi diagnostic dengan

tingkat akurasi yang tinggi juga bersifat non-invasive (non traumatis),

tidak ada bahaya radiasi (radiation hazard), dan menghasilkan gambaran-

gambaran organ dari berbagai irisan (multi planar) tanpa memanipulasi

tubuh pasien.33

a. Axial Orientasi : Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , kantong

dan saluran empedu, lien, pakreas, ginjal, adrenal, lambung, dan

usus.31

37
Gambar 25. Gambar MRI Abdomen potongan axial.31

b. Coronal Orientasi: Pada pemeriksaan MRI Abdomen potongan coronal

ada lambung, diafragma, ginjal, tulang vertebrae, diskus

intervertebralis, otos psoas.31

Gambar 26. Gambar MRI Abdomen potongan coronal31

c. Sagital Orientasi: dapat terlihat berbagai macam organ, seperti di

umbilicus, aorta, lemak subcutis, colon sigmoideus, vesika urinaria,

kantung empedu, pankreas, dan colon traversum.31

Gambar 27. Gambar MRI Abdomen potongan sagittal.31


38

Anda mungkin juga menyukai