Anda di halaman 1dari 16

BAB III

GAMBARAN RADIOLOGI
3.1 Radioposisi

3.1.1 Foto Thorax

Densitas tiap organ / struktur tubuh berbeda-beda, ditentukan

berdasarkan pada kemampuan substansi menembus sinar X. Substansi

yang mudah ditembus sinar X akan memberikan bayangan hitam

(radiolusen) sedangkan yang sulit ditembus akan memberikan bayangan

putih (radiopak). Berikut beberapa keuntungan dan kerugian pada

pemeriksaan foto X-Ray.25

Tabel 3.1 Keuntungan dan Kerugian Foto X-Ray25

Keuntungan Kerugian
a. Biaya murah a. Terdapat efek paparan sinar radiasi

b. Murah b. Hanya menampilkan gambar dalam

c. Sederhana format 2 dimensi

d. Banyak tersedia c. Gambaran anatomi tampak tumpang

tindih

Foto thorax dapat dilakukan dalam 2 posisi, yaitu:

1. PA (Postero Anterior) thorakalis

Pada posisi anteroposterior (PA) thorakalis, pasien dapat

melakukannya dengan sikap erect atau supine. Pada posisi supine,

pasien tidur telentang.sentrasi sinar dilakukan secara vertical 3cm arah

20
posterior dari prosesus xiphoid. Sementara itu posisi erect, sikap

pasien seperti yang terlihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Posisi AP Thorakalis

Hasil foto rotgen pada posisi ini akan memperlihatkan :

 Cervical esophagus

 Upper thoracic esophagus

 Middle thoracic esofagus

2. Lateral Thorakalis

Pada posisi ini pasien dapat melakukannya dengan sikap erect atau

supine. Sentrasi diarahkan ke T7 atau T6 dengan sudut 10 derajat

cephalad.

21
Gambar 3.2 Posisi Lateral Thorakalis

3.1.2 Foto Polos Abdomen

Prosedur Pemeriksaan Foto Polos Abdomen:

1. Posisi AP

 Persyaratan Teknis: ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi

memanjang menggunakan grid yang bergerak maupun statis,

dengan variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.

 Posisi Pasien: Pasien tidur terlentang dengan MSP (Mid

Sagital Plane) pada garis tengah meja atau kaset, lengan pasien

diletakkkan di samping tubuh, garis tengah badan terletak tepat

pada garis tengah pemeriksaan, kedua tungkai ekstensi.

 Posisi Objek: Tengah kaset setinggi crista iliaca, dengan batas

bawah pada sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau

shoulder (dengan melihat kedua SIAS mempunyai jarak yang

sama pada kedua sisi)

 Central Ray: CR tegak lurus dan langsung pada kaset (film)

setinggi crista iliaca, FFD minimal 100 cm.

 Kolimasi: Kolimasi meliputi pada tepi atas dan bawah kaset.

 Respiration: Eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi kira –

kira 1 detik setelah ekspirasi menyebabkan terhentinya

pergerakan usus.29

22
2. Posisi Duduk/Setengah Duduk/Berdiri

 Faktor Teknik: Kaset 35 x 43 cm, moving atau stationary grid.

 Shielding: Gunakan gonad shield pada pasien laki-laki.

 Posisi Pasien: Berdiri tungkai pada posisi meregang, punggung

menempel pada buck stand atau grid (posisi ini bukan untuk

pasien yang KU-nya kurang baik). Lengan berada pada

samping tubuh. MSP tubuh pasien berada ditengah meja dan

bucky stand.

 Posisi Objek: Tidak boleh ada rotasi pada pelvis dan shoulder.

Atur ketinggian film / IR sehingga tengah-tengahnya kira-kira

5 cm diatas Krista iliaca (termasuk diafragma). Dimana rata-

rata pasien akan ditempatkan diatas film / IR kira-kira setinggi

axilla.

 Central Ray: Horisontal menuju tengah pada kaset film / IR

FFD minimal 100 cm.

 Kolimasi: Kolimasi meliputi pada keempat tepi kaset. Jangan

ada cut off abdomen atas

 Respiration: Eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi.29

3. Posisi LLD

 Penting: Pasien harus pada posisi LLD minimal 5 menit

sebelum eksposi (supaya udara naik atau cairan yang abnormal

terakumulasi) 10 sampai 20 menit dipilih jika memungkinkan

23
untuk menampakkan yang paling baik potensial small amount

udara intraperitoneum.

 Left Lateral Decubitus paling baik untuk menampakkan udara

bebas intraperitoneum pada daerah liver abdomen atas bagian

kanan (right upper abdomen) terpisah dengan udara gaster

 Faktor Teknik: Kaset 35 x 43 cm, moving atau stationary grid.

 Shielding: Gunakan gonad shield pada pasien laki-laki

 Posisi pasien: Pasien ditempatkan pada permukaan yang keras

dimana hepar berada dibawah, hal ini dimaksudkan supaya

tidak terjadi “anatomy cut off”. Lutut ditekuk dan pada salah

satu lutut saling superposisi dengan yang lain untuk sabilisasi

pasien. Kedua lengan berada didekat kepala dan diganjal

dengan bantal.

 Posisi Objek: Atur pasien dan ditengah kaset kira-kira 5 cm

setinggi crista iliaca (termasuk diafragma), margin proximal

kaset kira-kira setinggi axilla. dengan batas bawah pada

sympisis pubis, tanpa ada rotasi pelvis atau shoulder (dengan

melihat kedua SIAS mempunyai jarak yang sama pada kedua

sisi). Atur tinggi kaset ditengah MSP pasien menuju tengah

Film (Image reseptor), tetapi pastikan bagian atas abdomen

masuk dalam film (Image Reseptor / IR)

 Central Ray: CR horizontal, langsung menuju tengah film kira-

kira 5 cm setinggi Krista iliaca, menggunakan sinar horizontal

24
untuk memperlihatkan air-fluid levels dan udara bebas

intraperitoneum. FFD minimal 100 cm.

 Kolimasi: Kolimasi meliputi pada keempat sisi jangan ada

“cut off” pada abdomen bagian atas

 Respiration: Eksposi dilakukan pada saat akhir ekspirasi.29

3.1.3 OMD (Oesophagus, Maag, Duodenum/Barium Meal)

OMD merupakan suatu teknik radiografi untuk memeriksa esofgus,

maag, dan duodenum dengan menggunakan media kontras (biasanya

barium sulfat). Pemeriksaan bisa dilakukan dengan single kontras –hanya

barium sulfat saja, bisa juga dengan double kontras dengan barium dan

udara. Secara umum ada perbedaan penggunaan bahan kontras antara

OMD dan oesophagografi. Pada oesophagografi digunakan kontras dalam

jumlah kecil namun berdensitas tinggi, sedangkan pada pemeriksaan usus

halus diperlukan sejumlah besar kontras yang dilarutkan dengan

suspending agent untuk mempertahankan stabilitas, jadi densitasnya

rendah. Manfaat utama digunakannya kontras yang encer ini adalah untuk

mendeteksi adanya fistula atau perforasi.

Syarat – syarat dan persiapan pemeriksaan OMD:

a. 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah

serat.

b. 18 jam sebelum pemeriksaan pasien minum tablet dulcolax

c. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi dulcolax capsul per anus

selanjutnya dilavement

25
d. Kemudian pasien puasa sampai dilakukan pemeriksaan

e. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25-1

mg/oral untuk mengurangi pembentukan lender. 15 menit sebelum

pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi

peristaltic usus.

f. Kemudian dilakukan foto pendahuluan (plain foto).31

Gambar 3.3 Persiapan Ruangan dan Closed-System Barium Enema32

Jadi, secra klinis pemeriksaan OMD dilakukan untuk mendiagnosis kelainan pada

esophagus, maag, dan duodenum, baik itu disebabkan karena infeksi, kongenital,

trauma, neoplasma ataupun metabolic.

26
3.1.4 Oesofagografi

Oesofagografi (barium swallow) merupakan suatu teknik

radiografis pemeriksaan esophagus dengan menggunakan media kontras,

biasanya barium sulfat. Pemerikssan dilakukan dengan single kontras

(hanya barium sulfat saja), bisa juga menggunakan double kontras dengan

barium dan udara.

Syarat – syarat dan persiapan pemeriksaan OMD:

a. 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah

serat.

b. 18 jam sebelum pemeriksaan pasien minum tablet dulcolax

c. 4 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi dulcolax capsul per anus

selanjutnya dilavement

d. Kemudian pasien puasa sampai dilakukan pemeriksaan

e. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25-1

mg/oral untuk mengurangi pembentukan lender. 15 menit sebelum

pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi

peristaltic usus.

f. Kemudian dilakukan foto pendahuluan (plain foto).31

Indikasi dari esofagografi ini adalah untuk memeriksa pasien yang

secara klinis diduga mengalami kelainan esophagus baik itu karena infeksi,

kongenital, trauma, neoplasma, maupun metabolic.

27
3.1.3 CT-Scan Abdomen

Pemeriksaan CT -Scan biasanya digunakan untuk memindai

struktur otak, leher, abdomen, pelvis, dan tungkai. Digunakan staging

tumor primer (pada kolon dan paru) untuk mengetahui adanya penyebaran,

menentukan kelayakan operasi, atau dasar kemoterapi. Bisa juga untuk

perencanaan radioterapi serta mendapatkan detail anatomis yang tepat jika

tidak berhasil dengan USG. Pemotretan awal atau permulaan dilakukan

dengan tabung yang dibiarkan diam, sedangkan pasien dalam posisi

supine dengan meja tidak digerakkan. Hasil sama dengan foto rongten

biasa dan disebut sebagai topogram atau skenogram. Skenogram dibuat

untuk memprogramkan potongan-potongan mana saja yang akan dibuat.

Kemudian satu per satu dibuat scan-nya menurut program tersebut. 25

Beberapa keuntungan dan kerugian pemeriksaan CT- Scan sebagai

berikut:

Tabel 3.3 Keuntungan dan Kerugian Pemeriksaan CT-Scan25

Keuntungan Kerugian
a. Memberikan resolusi a. Biaya besar untuk peralatan

kontras yang baik b. Artefak tulang pada

b. Memberikan detail pemeriksaan / scan otak

anatomis yang tepat menurunkan kualitas citra

c. Citra diagnostik dapat c. Menimbulkan radiasi ionisasi

diperoleh dari pasien dosis tinggi pada tiap

obesitas walaupun terdapat pemeriksaan

28
lemak yang memisahkan

organ abdomen

Penilaian densitas dalam gambar CT dikenal dengan istilah

hiperdens, hipodens dan isodens. Hiperdens menunjukkan gambaran putih,

hipodens memberikan gambaran hitam dan isodens memberikan gambaran

yang sama dengan organ sekitarnya. Perbedaan densitas tersebut tergantung

pada perbedaan daya serap organ tubuh terhadap sinar X. Oleh karena itu,

dibuatlah penomoran image dengan satuan HU (Housnsfield Unit).

Semakin tinggi nilai HU maka densitas gambar semakin tinggi. Beberapa

zat telah ditetapkan nilai HU-nya, misalnya densitas air adalah 0 HU dan

udara adalah -1000 HU.26

Gambar 3.7 Pemeriksaan dengan CT-Scan26

Pemeriksaan CT-Scan sangat jarang dilakukan untuk mendiagnosa

atresia esofagus. Biasanya pemeriksaan ini digunakan pada pasien yang

29
lebih dewasa. Gambar  CT-scan penampakan aksial sulit untuk diindefikasi;

fistula kemungkinan hanya terlihat sebagian, tidak nampak seluruhnya.

Pemeriksaan CT penampakan sagital selalu digunakan untuk mendiagnosis

atresia esofagus pada neonatus secara akurat. Metode ini dapat

memperlihatkan gambar panjang esofagus, lengkap dengan atresia, fistula

dan 16  batas-batasnya. Pemeriksaan ini jika dikombinasikan dengan

endoskopi akan lebih memberi keuntungan, sebagai tambahan untuk

membantu diagnosis atresia esofagus.

3.1.4 MRI Abdomen

MRI merupakan metode pemeriksaan diagnostik yang

menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan

medan magnet tanpa menggunakan sinar X. Prinsip dasar pemeiksaan ini

adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet. Proton merupakan

inti atom hydrogen yang memiliki daya magnet yang apabila ditembakkan

dan berada pada medan magnet berfrekuensi tinggi maka proton terseut

akan bergetar dan bergerak searah secara berlang-ulang. Gerakan itulah

yang ditangkap dan diproses computer.25 MRI pada abdomen biasanya

digunakan untuk penilaian struktur organ pada abdomen.28

Keuntungan dan kerugian dalam pemeriksaan MRI dijelaskan pada

tabel berikut :

Tabel 5. Keuntungan dan kerugian pemeriksaan MRI25

Keuntungan Kerugian
a. Dapat Mencitrakan pada a. Biaya operasional mahal

30
bidang aksial, sagittal dan b. Citra yang kurang baik pada

koronal lapangan paru

b. Non ionisasi sehingga c. Tidak mampu untuk menunjukkan

diyakini aman kalsifikasi dengan akurat

c. Detail anatomi yang sangat d. Darah segar pada perdarahan baru

baik terutama pad jaringan tidak divisualisasikan sebaik pada

lunak CT

d. Dapat memperlihatkan e. Kontraindikasi pada pasien dengan

pembuluh darah tanpa pacemaker, benda asing logam

kontras pada mata, dan klip aneurisma

e. Penggunaan kontras arterial (dapat terdorong lepas dari

intravena jauh lebih jarang posisinya oleh medan magnet yang

dibandingkan dengan CT kuat).

Prosedur pemeriksaan MRI, sebagai berikut :

1. Pada awalnya, pasien diposisikan dalam scanner.

2. Medan magnetic pada scanner (biasanya 1 atau 1,5 Tesla), mensejajarkan

proton di dalam tubuh pasien pada aksis longitudinal sejajar medan

magnet.

3. Dikirimkan pulsa elektromagnetik ke dalam scanner sehingga

menyebabkan reorientasi dari proton (biasanya 90o terhadap medan

eksternal), selanjutnya pulsa dihentikan dan proton akan kembali relaks.

4. Pada saat proton sudah sejajar dan relaks maka dipancarkan signal radio

fekuensi yang ditangkap oleh antenna pada scanner.

31
5. Signal akan diproses menggunakan computer dengan program software

yang digunakan untuk menghasilkan gambar dari multiple organ pada

potongan orthogonal.

Gambar 3.8 Pemeriksaan MRI28

Seperti pemeriksaan USG, MRI tidak disarankan untuk diagnosa

atresia esofagus  pada bayi setelah kelahiran. Meskipun begitu, MRI

memberikan gambar esofagus dan sekitarnya pada posisi sagital dan

karonal, dan resolusi kontrasnya lebih baik  dibandingkan CT-scan. MRI

sangat jarang digunakan untuk menjelaskan lokasi arkus aorta, tetapi

sering digunakan untuk diagnosa molformasi congenital. Tidak seperti

USG, pemeriksaan MRI pada prenatal memberikan gambar lesi sekitar

esofagus dan hubungan dan hubungan anatomi. MRI pada fetus

memberikan bukti akurat untuk diagnosis atresia esofagus pada anak

dengan resiko tinggi berdasarkan penemuan USG. Akan tetapi,

pemeriksaan MRI sulit untuk dilakukan pada kasus polihidramnion karena

kualitas gambar kurang bagus.

32
3.2 Radioanatomi

3.2.1 Foto Thorax

Abdomen membentang dari diafragma hingga pelvis. Hanya

lambung dan kolon yang dalam keadaan normal mengandung udara di

dalam lumennya. Usus halus biasanya tidak mengandung udara di

dalamnya. Batas udara cairan normal terdapat di dalam lambung,

duodenum dan kolon, namun tidak lazim ditemukan di dalam usus halus.

Hati, kandung empedu dan limpa merupakan organ padat intraperitoneum

yang terletak berturut-turut di daerah subkostalis kanan dan kiri. Di dalam

retroperitoneum, terdapat ginjal dan fasia perirenalis, kelenjar adrenal,

kelenjar getah bening, pancreas, aorta, vena cava inferior dan muskulus

psoas.29

Abdomen atau lebih dikenal dengan perut berisi berbagai organ

penting dalam sistem pencernaan, endokrin dan imunitas pada tubuh

manusia. Ada sembilan pembagian regio (daerah) di abdomen berdasarkan

regio organ yang ada didalamnya, yaitu:

a. Hypochondrium kanan: sebagian hati, kantung empedu dan bagian atas

ginjal kanan

b. Epigastrium: ginjal kanan dan kiri, sebagian hati dan lambung serta

sebagian kantung empedu

c. Hypochondrium kiri: limpa, sebagian lambung, bagian atas ginjal kiri,

sebagian usus besar

33
d. Lateralis kanan: sebagian hati dan usus besar serta bagian bawah ginjal

kanan

e. Umbilicalis: sebagian besar usus halus, pankreas, ureter bagian atas,

usus besar, serta bagian bawah kantung empedu

f. Lateralis kiri: sebagian kecil usus besar dan bagian bawah ginjal kiri

g. Inguinalis kanan: sebagian kecil usus besar

h. Pubic: usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan

dan kiri, serta sebagian kandung kemih

i. Inguinalis kiri: sebagian kecil usus besar24

34
Gambar 3.9 Pembagian Regio Abdomen24

Gambar 3.10 Anatomi Radiografi Foto Polos Abdomen29,28

35

Anda mungkin juga menyukai