Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

I. Review Jurnal Komparative

“Comparison Of Corneal Morphological Characteristics Between Diabetic And Non-


Diabetic Population”

II. Review Jurnal Ekperimen

“Evaluation of subacute bisphenol – A toxicity on male reproductive system”


I. Review Jurnal Komparative
A. Judul Penelitian
Pak J Med Sci. 2017 Nov-Dec; 33(6): 1307–1311.
doi:  10.12669/pjms.336.13628
Comparison Of Corneal Morphological Characteristics Between Diabetic And
Non-Diabetic Population
Qamar Ul Islam,1 Mohammad Asim Mehboob,2 and Zulfiqar Ali Amin3
B. Latar Belakang Teori
Diabetes Mellitus (DM) telah menjadi epidemi global, dengan Pakistan menjadi
tidak terkecuali memiliki 7,0 juta pasien DM dan jumlah pasien diabetes diperkirakan
akan meningkat ke angka yang mengkhawatirkan
14,4 juta pada tahun 2040 membuat Pakistan 8 th negara tertinggi dalam hal beban DM.
1manifestasi okular dari DM adalah manifold dengan retinopati diabetik (DR) menjadi
komplikasi utama dari DM dengan morbiditas okular yang signifikan. Terlepas dari DR,
beberapa perubahan struktural dan fungsional dalam kornea telah dikaitkan dengan DM
yang mencakup penurunan densitas sel endotel kornea (CED). dan hexagonality,
peningkatan ketebalan kornea pusat (CCT), polymegethism, pleomorfisme, fluoresensi
kornea auto lebih tinggi dan sensitivitas kornea yang lebih rendah. Hal ini mendalilkan
bahwa pengurangan aktivitas Na+ -K+ATPase dari endothelium kornea pada penderita
diabetesmenyebabkan perubahan morfologi dan fungsional dalam kornea dan akibatnya
kerusakan disebabkan sebagai kompensasi korneaterhadap tekanan intraocular (IOP).
C. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan yaitu “Adakah
perbedaan karakteristik morfologi kornea pada pasien diabetes dan non-diabetes ?”
D. Tujuan Penelitian
Untuk membandingkan parameter morfologi kornea antara penderita diabetes dan
non-diabetes dan untuk mengevaluasi korelasi parameter ini dalam kaitannya dengan
durasi diabetes mellitus (DM), status glikemik dan tingkat keparahan diabetes
retinopathy (DR).
E. Metodologi Penelitian
1) Lokasi dan Waktu
lokasi : Penelitian dilakukan di departemen ophthalmology,PNS Shifa
Karachi
Waktu : berlansung mulai februari 2016 hingga januari 2017.
2) Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan comparative cross-sectional.
3) Besar Sample dan Teknik Sample
Besar Sample : Sample yang digunakan sebanyak 298 (149 pasien DM,
149 pasien non-DM).
Teknik Sample : Teknik yang digunakan yaitu non-probabillity convenience
sampling.
(karena metode ini digunakan dengan cara spontan artinya siapa saja yang secara
acak bertemu dengan peniliti maka orang tersebut dapat dijadikan sample)
4) Variabel yang Diteliti
Variabel dependent : Karakteristik morfologi kornea
Variabel Independent : Pasien DM dan non-DM
5) Uji Statistik
Uji statistik menggunakan SPSS versi 13.0. Semua data di uji normalitas
sebelum analisis. Statistik deskriptif menggunakan standar deviasi (SD) untuk
variabel kuantitatif dan frekuensi, dan variabel kualitatif menggunakan presetase.
Independent sampel ‘t’ test dan satu analisis arah varian (ANOVA) digunakan
untuk membandingkan data kuantitatif antara kelompok, sedangkan uji chi square
independent digunakan untuk membandingkan data kualitatif. Uji koefisiensi
korelasi Pearson dilakukan untuk menemukan hubungan dari variabel penelitian
yang berbeda. Nilai p-value <0.05 dianggap signifikan secara statistik.
F. Hasil Penelitian
Data dari 298 mata (149 pasien diabetes dan 149 kontrol yang sehat) dievaluasi.
Berarti densitas sel endotel kornea (CED) dari
populasi diabetes adalah 2494,47 ± 394,10 sel / mm 2, sementara rata CED dari
kelompok kontrol adalah 2574,46 ± 279,97 sel / mm 2 [ p = 0,04].
Antara perbedaan kelompok dalam ukuran sel rata-rata, CV dari ukuran sel dan
hexagonality secara statistik tidak signifikan. Analisis
parameter endotel kornea antara sub kelompok pasien tanpa DR, dengan NPDR dan
PDR tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
secara statistik. Selain itu, pasien dengan diabetes durasi lebih dari 10 tahun memiliki
signifikan lebih rendah CED (p <0,01) dan ukuran sel
rata-rata yang lebih besar (p = 0,03). Durasi DM secara signifikan berkorelasi dengan
jenis DR, tingkat HbA1c, CED, polymegethism dan
hexagonality.
G. Kesimpulan Penelitian
Rata-rata CED cornea yang ditemukan tidak terlalu signifikan dengan kelompok
DM dan penderita non DM.
II. Review Jurnal Ekperimen

A. Judul Jurnal
Vet World. 2015 Jun; 8(6): 738–744.
Published online 2015 Jun 17. doi:  10.14202/vetworld.2015.738-744
PMCID: PMC4825275
Evaluation of subacute bisphenol – A toxicity on male reproductive system
S. S. Karnam,1 R. C. Ghosh,1 S. Mondal,2 and M. Mondal3
B. Latar Belakang Teori
Saat ini, bisphenol A (BPA) digunakan dalam pembuatan beberapa jenis plastik
termasuk polikarbonat, resin epoksi, dan polivinil klorida. BPA lisis dari komposit gigi
dan dari wadah makanan seperti kaleng dan botol minum polikarbonat, serta produksi
bahan plastik, meningkat dari waktu ke waktu dan paparan BPA secara simultan
terhadap hewan, spesies satwa liar, dan manusia juga meningkat. Penemuan baru-baru
ini mengenai penyimpangan lingkungan dan kehadiran BPA pada hewan, spesies satwa
liar, dan manusia telah menghasilkan minat ilmiah, peraturan, dan kepentingan yang
persisten dalam menilai potensi risiko kesehatan yang terkait dengan paparan BPA. BPA
adalah salah satu bahan kimia yang diidentifikasi sebagai penghambat endokrin
potensial berdasarkan sifat estrogeniknya dan efek toksiknya pada sel germinal, yang
menyebabkan gangguan pada produksi hormon.
C. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan yaitu
bagaimanakah efek Bisphenol-A (BPA) terhadap sistem reproduktif pria ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh pemberian oral
bisphenol A (BPA) selama 28 hari pada mani karakteristik pada mamalia menggunakan
tikus Wistar sebagai model.

E. Metodologi Penelitian
1) Lokasi dan Tahun
Lokasi : Fakultas Ilmu Hewan & Peternakan, Anjora, Durg,
Chhattisgarh, India
Tahun : 2015
2) Desain Penelitian
Penelitian ini memiliki desain True Eksperimen dengan rancangan penelitian
aolomon three – group design. Tikus dibagi secara acak menjadi lima kelompok
yang berbeda dengan 6 ekor tikus jantan di masing-masing kelompok. Dosisnya
yang dipilih masing-masing adalah 50, 200, dan 600 mg / kg berat badan untuk
Grup III, IV dan V, berdasarkan studi penemuan rentang dosis awal dan Grup II
berfungsi sebagai kontrol pembawa dan Grup I adalah kontrol negative selama 28
hari
3) Besar Sample & Teknik Sample
Besar Sample : 5 grup yang berbeda dengan masing – masing 6 ekor tikus
jantan
Teknik Sample: Purposive Sampling
4) Variabel yang diteliti
Jenis Kelamin dan Umur
5) Uji Statistik
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan ANOVA satu arah dengan
menggunakan perangkat lunak prisma pad graf (vesion - 5) diikuti oleh uji coba
Dunnett untuk melihat signifikansi jika ada.
F. Hasil Penelitian
Penelitian reproduktif pada tikus yang diberikan BPA pada hari ke 28
menunjukkan bahwa ada penurunan signifikan (p≤0.05) pada jumlah sperma epididimis
tikus pada kelompok IV dan penurunan signifikan pada kelompok V. Persentase
motilitas sperma, persentase kematian, persentase kelainan kepala dan ekor ditemukan
secara signifikan (p≤ 0,01) meningkat pada tikus BPA kelompok yang diobati
dibandingkan dengan tikus kelompok kontrol. Testis menunjukkan nekrosis lapisan
germinal dan sel spermatogonial di tubulus seminiferus. Pemeriksaan hematologi
menunjukkan penurunan signifikan (p≤0.01) penurunan nilai rata-rata jumlah eritrosit
total (TEC), jumlah leukosit total (TLC), hemoglobin, volume sel yang dikemas, dan ada
juga signifikan (p≤0.05) limfositopenia pada hewan yang diobati.

G. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa toksisitas subakut pada BPA
menyebabkan penurunan sperma epididimis hitung, motilitas sperma, jumlah kematian,
kelainan kepala dan ekor, serta indeks hematologis seperti TLC, TEC dll. Oleh karena
itu, tampaknya BPA mempengaruhi sel germinal yang menyebabkan kerusakan pada
spermatogenesis, dan tidak memiliki propertinya sebagai reproduksi. racun dan juga
menekan fungsi sumsum tulang, yang menyebabkan anemia hipokromik normositik
pada tikus.

Anda mungkin juga menyukai