Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNIK PEMERIKSAAN T-TUBE CHOLANGIOGRAFI

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA KEPANJEN MALANG


PROGRAM STUDI DIII RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA karena atas segala berkah
dan rahmat NYA sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini Selanjutnya ucapan terima
kasih penulis ucapkan kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kandung empedu ( Gallbladder ) merupakan organ yang berfungsi sebagai


tempat persediaan getah empedu, dan membuat getah empedu menjadi kental
(syaifuddin, 2006)

Kandung empedu dan saluran empedu dapat berfungsi dengan baik jika tidak
mengalami gangguan atau kelainan. Pemeriksaan radiologis yang dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidak suatu gangguan/ kelainan, salah satunya adalah pemeriksaan
Cholegrafi (Ballinger, 1995).

Cholegrafi adalah istilah umum yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi,


khususnya pada sistem Biliari dengan menggunakan media kontras positif. Pemeriksaan
ini dapat dibedakan menjadi beberapa pemeriksaan yang lebih spesifik sesuai dengan
bagian yang diperiksa, diantaranya : Cholangiografi yaitu pemeriksaan radiologi pada
duktus-duktus, Cholesistografi yaitu pemeriksaan radiologi pada kandung empedu,
Cholesistongiografi atau Cholesistocholangiografi yaitu pemeriksaan radiologis pada
kantung empedu dan duktus-duktusnya.
Dilihat dari cara pemasukan media kontrasnya dibedakan menjadi tiga yaitu
melalui oral (mulut), Intravena atau dengan injeksi langsung yang dalam hal ini adalah
Perkutaneus Transhepatic Puncture, Operative/ immediate, Postoperative/ T-Tube
(Ballinger, 1995).

T-TUBE cholangiografi merupakan pemeriksaan traktus biliaris dengan media


kontras positif yang dimasukkan melalui t-tube ( selang berbentuk tabung T). T-tube
dipasang pada duktus hepatikus melalui kateter (pada permukaan duktus hepatikus
lobus kanan dan kiri). Media kontras yang digunakan yaitu media kontras positif. T –
Tube Cholangiografi biasanya dilakukan di instalasi radiologi selama cholesistectomy
berlangsung (bonrager, 2001).
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana prosedur pemeriksaan T-Tube Kolangiografi

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan T-Tube Kolangiografi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Kandung Empedu

Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong an merupakan membran


berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir
depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3. Lapisan empedu terdiri dari
lapisan luar serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa/ viseral disebut
juga membran mukosa.
Duktus sistikus, panjangnya ± 3 ½ cm yang berjalan dari lekuk empedu berhubungan
dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum. Sterkobilin
memberi warrrna feses dan sebagian diabsorbsi kembali oleh darah dan membuat warna
pada urine yang disebut urobilin.
Bagian dari kandung empedu :
a. Fundus vesica felea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir setlah
korpus vesica felea.
b. Korpus fesica felea, bagian dari kandung empedu yang didalamnya berisi getah
empedu.
c. Leher kandung kemih, merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran
pertama masuknya getah empedu .
d. Duktus sistikus, panjangnya ± 3 ¼ cm berjalan dari leher kandung empedu yang
bersambung dengan duktus hepatikus, membentuk saluran empedu ke duodenum.
e. Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
f. Duktus koledokus, saluran yang membawa empedu ke duodenum.

Getah empedu, suatu cairan yang disekresikan setiap hari oleh sel hati yang dihasilkan
setiap hari 500-1000 ccc, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah produksi
meningkat sewaktu mencerna lemak.
Fungsi kandung empedu antara lain :

a. Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental.


b. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati, jumlah setiap hari dari
setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc. Sekresi digunakan untuk mencerna lemak.

Gambar 2.1 Anatomi Kandung Empedu (www. Aboutcancer.com)


2.2 TEKNIK PEMERIKSAAN T-TUBE CHOLANGIOGRAFI

2.2.1 Persiapan Pemeriksaan


Beberapa langkah yang dilakukan pada pelaksanaan dari postoperative
cholangiogram (bontrager, 2001):

a. Menyiapkan peralatan fluoroskopi.


b. Mengatur tempat pemeriksaan.
c. Pilih dan persiapkan media kontras. Hentikan pemeriksaan jika pasien
hypersensitif terhadap iodinated media kontras.
d. Pakai scout film yang tepat untuk memastikan posisi dan teknik
pemeriksaan.
e. Sediakan apron Pb untuk petugas yang ada di dalam ruang selama
pemeriksaan.
f. Awasi pasien selama proses pemeriksaan.
g. Ganti spot film jika diperlukan.
h. Buat radiograf convensional jika diminta.

1. Plain foto
Tujuannya yaitu dapat menunjukan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu,beserta cabang - cabang saluran empedu.

Proyeksi AP

a. Posisi pasien:
Pasien supine dengan kedua lengan berada di samping kanan,kiri
tubuh dan kedua kaki lurus.

b. Posisi objek:
Mid sagital plain tubuh diatur di pertengahan meja / grid.
Abdomen diatur pada pertengahan kaset dengan batas atas Prossesus
Xypoideus batas bawah crista iliaka.

c. Central ray:
Vertikal tegak lurus

d. Central point:
Garis MSP setinggi 2-3 inchi diatas crista iliaka. Eksposi
dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. Kaset
menggunakan 30 x 40 cm

e. Gambaran radiograf yang tampak :


Memperlihatkan batas atas vertebrae thorakalis XI dan batas
bawah simpisis pubis, kolumna vertebrae pada pertengahan radiograf.

2. Foto Post Kontras

Setelah foto polos abdomen dibuat, pasien di posisikan dengan posisi


RPO (Right AP Obligue) dengan right upper quandran abdomen di atur pada
pertengahan meja pemeriksaan. Radiolog di menyuntik kontras media dibawah
control fluoroskopi, dengan spot dan konvensional radiograf jika diminta. Film
24 x 30 cm di ekspose secara berturut –turut di setiap tahap penyuntikan media
kontras dan pada jarak waktu yang ditentukan sampai sebagian besar dari
media kontras mengisi duodenum. Posisi lateral berfungsi untuk
menampakkan anatomi dari cabang duktus hepatikus dan untuk mendeteksi
kelainan anatomi. Klem tidak di lepas dari T-Tube sebelum pemeriksaan
selesai, jadi pada memeriksaan ini pasien dimiringkan ke sisi kanan. (
Balinger, 1991)

a. Proyeksi RPO

Posisi pasien : tidur telentang / supine


Posisi objek : - kolumna vertebra lumbal sebelah kiri
rapat pada pertengahan meja
pemeriksaan
- Kedua lengan ditekuk diatas kepala dan
diberi bantal.
- Badan dimiringkan 10° kearah sisi kiri
bagi pasien yang berukuran badan
sedang.
Arah sinar : tegak lurus terhadap kaset
Kaset : 24 x 30 cm
Titik bidik : 2 inchi lebih keatas dari posisi LAO (3
inchi ke arah vertebra lumbal ketiga
sebelah kanan)

b. Proyeksi Lateral
Posisi pasien : pasien tidur miring dengan sisi kanan rapat
pada meja pemeriksaan
Posisi objek : - Daerah lumbal ditempatkan pada
pertengahan meja.
- Kedua lengan ditekuk diatas kepala dan
kepala diberi bantal.
- Kedua lutut ditekuk sebagai fiksasi dan
diantara kedua lutut diberi busa.
Arah sinar : tegak lurus terhadap kaset
Kaset : pada pertengahan antara SIAS dan tulang
rusuk ke XI.
Titik bidik : 24 x 30 cm dan menggunakan grid

Prosedur pertama kali yang dilakukan pada pemeriksaan T-Tube kolangiografi adalah
pembuatan plain foto abdomen atau biasa disebut dengan Foto Polos Abdomen (FPA),
posisi pasien tidur telentang diatas meja pemeriksaan dan mengatur MSP pasien tepat
digaris tengah meja pemeriksaan, batas bawah kaset simpisis pubis dan batas atas kaset
di processus xypoid. Mengatur Central Point pada MSP setinggi Krista illiaka,
menggunakan kaset 43 x 35 cm. Kemudian diekspose dengan faktor eksposi 72 kV dan
25 mAs.
Gambar 3.1 Hasil radigraf foto polos abdomen

Kriteria radiograf yang tampak :


Tidak tampak batu pada duktus hepatikus komunis maupun duktus biliaris kumunis.
Tampak anatomi abdomen mulai dari columna vertebra thorachal 12 – simpisis pubis.
Procesus spinosus berada dipertengahan vertebra. Muskulus psoas line tampak.
Tampak udara dilambung dan colon.

Prosedur selanjutnya adalah penyuntikkan media kontras, media kontras iopamiro 10 cc


yang sudah di campur aquabides 10 cc dengan perbandingan 1 : 1 disuntikkan sebanyak
dua kali. Sebelum penyuntikkan dilakukan, kateter T-Tube di klem terlebih dahulu
untuk menghindari keluarnya media kontras melalui kateter. Penyuntikkan yang
pertama sebanyak 10 cc karena pasien sudah merasa kesakitan, setelah itu dilakukan
pemotretan dengan proyeksi AP dan RPO (Right Posterior Oblique). Proyeksi AP
dilakukan dengan posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan, dengan mengatur
bagian upper quadran abdomen berada di pertengahan kaset berukuran 35 x 43 cm, CP
pada bagian yang di pasangi kateter T-Tube, arah sinar tegak lurus terhadap kaset. FFD
100 cm dengan faktor eksposi 72 kV dan 25 mAs.
Gambar 3.2 Hasil radiograf proyeksi AP post kontras tahap 1

Kriteria Radiograf tampak :


Tampak kontras mengisi duktus hepatikus komunis, duktus biliaris kumunis, dan
duodenum melalui kateter T-Tube.

Proyeksi RPO dilakukan dengan posisi pasien supine, kaki kiri di tekuk, tangan kiri di
letakkan didepan tubuh pasien, kemudian badan pasien dimiringkan kira-kira 15°
kearah kanan, CP diatur pada bagian yang dipasangi kateter T-Tube, arah sinar tegak
lurus dengan kaset yang berukuran 35 x 43 cm, FFD 100 cm dengan Faktor eksposi
sama yaitu 72 kV dan 25 mAs.

Gambar 3.3 Hasil Radiograf posisi RPO post kontras tahap 2


Kriteria radioraf proyeksi RPO :
Gambaran Duktus hepatikus komunis dan duktus biliaris komunis jaraknya lebih jauh
dari vertebra lumbal, tetapi sebagian duktus biliaris komunis superposisi dengan
bayangan lambung.
Tampak kontras mengisi duktus hepatikus komunis, duktus biliaris kumunis, dan
duodenum melalui kateter T-Tube.
Setelah itu di lakukan penyuntikan media kontras tahap kedua sebanyak 10 cc,
kemudian pengambilan radiograf dengan proyeksi AP dan RPO. Baik prosedur dan
faktor eksposi yang digunakan sama seperti pengambilan radiograf post kontras tahap
pertama.

Gambar 3.4 Hasil radiograf posisi AP Post Penyuntikan Kontras tahap 2


Kriteria radiograf yang tampak :
Tampak kontras mengisi duktus hepatikus komunis, duktus biliaris kumunis, dan
duodenum melalui kateter T-Tube. Lebih banyak gambaran kontras yang mengisi
duodenum.
Gambar 3.5 Hasil radiograf posisi RPO Post Penyuntikan Kontras tahap 2
Kriteria radiograf yang tampak :
Gambaran Duktus hepatikus komunis dan duktus biliaris komunis jaraknya lebih jauh
dari vertebra lumbal, tetapi sebagian duktus biliaris komunis superposisi dengan
bayangan lambung.
Tampak kontras mengisi duktus hepatikus komunis, duktus biliaris kumunis, dan
duodenum melalui kateter T-Tube. Gambaran kontras yang mengisi duodenum lebih
banyak dibandingkan dengan post kontras tahap pertama.
Setelah pemeriksaan selesai, klem yang dipasang pada kateter T-Tube dilepas, dan
tidak dilakukan foto Post Evakuasi. Setelah itu pasien diminta untuk memakai bajunya
dan diminta untuk menunggu diruang tunggu untuk mendapatkan hasil radiograf.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemeriksaan T-Tube Kolangiografi dilakukan setelah operasi pengangkatan


kandung empedu atau kolesistektomi, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya sisa-sisa batu yang tidak terdeteksi pada waktu operasi. Proyeksi yang
digunakan pada pemeriksaan T-Tube Kolangiografi adalah proyeksi Ap RPO dan
Lateral

Anda mungkin juga menyukai