Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TR3

RESUME PEMERIKSAAN INTERVERTOGRAM

Disusun Oleh:

Kelompok 2
Kelas 2A

1. Devitasari P1337430118003
2. M Agung Triyadi P1337430118005
3. Annisa Naba’atul F P1337430118009
4. Fitriani Nurjanah P1337430118017
5. Uswatun Nufus K.N P1337430118025
6. Bayu Aji Setiyo N P1337430118027
7. M. Farhan Harzihan P1337430118032
8. Ervita Umumatul H P1337430118040
9. Evi Dian A.R P1337430118050

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2019

1. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan tetapi untuk mendapatkan gambaran

yang baik maka sebelum dilakukan proyeksi bayi di letakkan dengan posisikepala berada

di bawah dan kaki berada di atas selama lebih kurang 5 menit dengan tetap menjaga

kenyamanan pasien.

2. Persiapan Alat dan Bahan

 Pesawat sinar-x

 IR ukuran 18x24

 Marker untuk penanda

 Grid

3. Kondisi patologis/klinis yang dapat terlihat

Atresia ani di klasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain :

a. Menurut Berdon, membagi atresia ani berdasarkan tinggi rendahnya kelainan,

yakni :

a) atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum berakhir di atas muskulus

levator ani (> 1,5cm dengan kulit luar).

b) Atresia ani letak rendah: distal rectum melewati musculus levator ani

( jarak <1,5cm dari kulit luar).

b. Menurut Stephen, membagi atresia ani berdasarkan pada garis pubococcygeal. 


a) Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum terletak di atas garis

pubococcygeal.

b) Atresia ani letak rendah: bila bagian distal rectum terletak di bawah garis

pubococcygeal.

c. Ladd dan Gross, membagi menjadi 4 type jenis atresia ani

a) Stenosis ani : anus dan rectum ada tetapi menyempit.

b) Imperforatus anus: anus berupa membran.

c) Imperforatus anus dengan kantong rectum berakhir agak tinggi dari kulit

peritoneum.

d) Atresia rectum, rectum berakhir buntu dan terpisah dari bagian anal oleh

suatu membrane atau jaringan, disini lubang anus ada sehingga dari luar

anus tampak normal.

4. Posisioning
A. Proyeksi Wangesteen Rice

1) Posisi AP

Untuk melihat ada tidaknya atresia ani dan untuk melihat beratnya distensi

atau peregangan usus. 

 Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala di

bawah, kaki di atas) di depan standart kaset yang telah di siapkan.

Kedua tungkai difleksikan 90 terhadap badan untuk menghindari

superposisi antara trokanter mayor paha dengan ischii. MSP tubuh

tegak lurus kaset.

 Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal

masuk dalam film., Pada daerah anus di pasang marker.

 CR: Horisontal tegak lurus kaset.

 CP: Pertengahan garis yang menghubungkan kedua trokhanter mayor.

 FFD: 90cm

 Eksposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak.


2)  Posisi Lateral

Untuk melihat ketinggian atresia ani. 

 Posisi Pasien : Pasien diposisikan dalam keadaan inverse ( kepala di

bawah, kaki di atas) dengan salah satu sisi tubuh bagian kiri atau

kanan menempel kaset. Kedua paha di tekuk semaksimal mungkin ke

arah perut agar bayangan udara pada radiograf tidak tertutup oleh

gambaran paha. MSP (mid sagital plane) tubuh sejajar terhadap garis

pertengahan film, MCP (mid coronal plane) tubuh diatur tegak lurus

terhadap film.

 Posisi Objek : Obyek diatur sehingga daerah abdomen bagian distal

masuk dalam film. Pada daerah anus di pasang marker. 

 CR: Horisontal tegak lurus kaset.

 CP: Pada trokhanter mayor.

 FFD: 90cm 

 Eksposi dilakukan pada saat pasien tidak bergerak.


B. Lateral Prone Cross Table

Alternatif pemeriksaan invertogram pada kasus atresia ani untuk memperlihatkan

bayangan udara di dalam colon mencapai batas maksimal tinggi/ naik di daerah

rectum bagian distal.

 Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone.

 Posisi Objek : kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung bayi

sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah. Kaset pada

salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada pertengahan kaset.

Ilustrasi posisi pasien pada Lateral cross table

 CP: pada trochanter mayor menuju pertengahan kaset.


 CR: Horisontal, tegak lurus film/kaset.

 FFD: 90 cm

 Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.

Keuntungan posisi ini :

 Posisi lebih mudah.

 Waktu untuk memposisikan lebih singkat.

 Pasien lebih tenang dan nyaman.

 Udara pada rectum tampak naik dan lebih tinggi sehingga posisi ini lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai