Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 2

ABDOMINAL CAVITY
Dosen Pembimbing : Dwi Rochmayayanti, S.ST, M.Eng

Disusun Oleh : Kelas 1B Kelompok 1

1. Adnan Prakash (P1337430119034)


2. Nada Nabilah (P1337430119045)
3. Wulan Itsnaini Sonia (P1337430119046)
4. Zahara Dzaki Asnarta (P1337430119047)
5. Anggraeni Mega Hapsari (P1337430119052)
6. Zafa Faradila (P1337430119057)
7. Bintang (P1337430119058)
8. Novita Kususma W (P1337430119066)
9. Gabryan Fatma Reksi H (P1337430119067)
10. Dewi Retno Sari (P1337430119069)
11. Rossiana Puspita (P1337430119070)
12. Safa’a Miftahul Jannah (P1337430119077)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menjelaskan, mengidentikfikasi macam – macam kelainan
pathologist akut.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan jenis teknik radiografi pada
kasus abdomen.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan analisa hubungan teknik
radiografi abdomen dengan jenis pathologist klinis.
4. Mahasiswa dapat melakukan teknik radiografi abdomen sesuai dengan klinis.

B. Alat dan Bahan


1. Pesawat sinar X siap pakai
2. Kaset radiografi ukuran 35 x 43
3. Phantom
4. Softbag, Sandbag
5. Marker, Meteran, Plester
BAB II
PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Proyeksi AP Supine
a. Posisi Pasien
berbaring diatas meja pemeriksaan bahu diatur sejajar dengan jarak yang
sama pada permukaan meja pemeriksaan, kedua tungkai lurus dan dibawah
lutut diberi pengganjal
b. Posisi Objek
 Tempatkan MSP pada pertengahan meja pemeriksaan
 Tempatkan tangan pasien senyaman mungkin
 Untuk pasien supine, beri pengganjal pada lutut
 SIAS berjarak sama dengan permukaan meja. Kaset dengan ukuran yang
sesuai diletakkan dibawah grid. Batas bawah simpisis pubis.

c. Pengaturan sinar
 CR : supine : vertikal tegak lurus terhadap kaset, berdiri :
horizontal tegak lurus terhadap kaset
 CP : Pada Krista Iliaka atau 5-7 centimeter kearah cranial dari
batas atas SIAS, tepat dititik tengah film (kurang lebih setinggi L3).
 FFD : 100 cm
 Kolimasi : Batas atas pada Thoracal 11 (T11), Batas bawah pada
simpihisis pubis
 Aba- aba : ekspirasi
d. Kriteria Radiograf
 Symphisis pubis dan columna vertebrae Nampak.
 Posisi tidak true AP ditandai dengan :
 prosessus spinnosus pada lumbal tidak berada dipertengahan kaset
 Ala dan illium berjarak sama namun gambar radiograf terpotong
 Soft tissue Nampak
 Diafragma Nampak
 Marker Nampak

Gambar 1.1 AP Supine

2. Proyeksi AP ( Setengah Duduk )


a. Posisi Pasien
pasien duduk dengan kedua tungkai ditekuk dan berat tubuh diatur
seimbang bertumpu pada kedua kakinya.
b. Posisi objek
 Bidang median sagital diatur tegak lurus terhadap pertengahan meja
bidang median koronal diatur sejajar dengan meja pemeriksaan.
 Kaset dengan ukuran yang sesuai dengan obyek dipasang dengan
pertengahan kaset berada 2-3 inchi (5-7 cm) superior garis yang
menghubungkan kedua krista iliaca.
 mengatur batas atas processus xypoid dan batas bawah sympisis pubis,
pelvis dan shoulder tidak mengalami rotasi.
c. Pengaturan Sinar
 CP : Pada 5-7 superior Krista illiaca dititik tengah film (kurang lebih
setinggi L3 )
 CR : Arah sinar horizontal menuju ke titik tengah kaset.
Upayakan agar berkas sinar tegak lurus dengan kaset dengan cara
mengatur penyudutan tabung yang sesuai.
 FFD : 90 -120 cm (clark)
 Eksposi : Pemotretan dilakukan pada saat penderita ekspirasi penuh,
tahan napas dan tidak bergerak.
d. Kriteria Radiograf
 Secara khusus memperlihatkan daerah sekitar diafragma.
 Symphisis pubis terpotong
 Diafragma Nampak
 Illium tidak simetris
 Soft tissue Nampak
 Columna vertebra tepat pada pertengahan kaset
 Prossesus spinosus segaris
 Marker Nampak
Gambar 1.2 AP ( setengah duduk )
3. Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
a. Posisi Pasien
Berbaring miring dengan sisi kiri tubuh menempel pada meja pemeriksaan.
Kedua lengan ditekuk diletakkan disamping kepala, tangan dapat digunakan
untuk bantalan kepal, kedua tungkai diatur berimpit dan ditekuk dengan
lutut diletakkan agak ke depan bidang anterior abdomen.
b. Posisi objek
 kaset dan grid dengan ukuran sesuai kebutuhan dipasang dibelakang
punggung secara vertikal dan diganjal agar posisinya terfiksasi.
Pertengahan kaset berada pada garis yang menghubungkan kedua krista
iliaka.
 Bidang Sagital Plane (MSP) berada sejajar dengan meja pemeriksaan
dan tegak lurus kaset. Kaset harus mencakup diafragma. Marker
diletakkan bagian atas kaset diatas pinggang kanan.
c. Pengaturan Sinar
 CR : horizontal tegak lurus terhadap kaset
 CP : pada MSP setara dengan 2 inchi diatas illiac crest
 FFD : 100 cm
 Aba-aba : ekspirasi
d. Kriteria radiograf
 Diafragma tidak Nampak
 Diding abdomen tidak nampak karena FFD kurang tinggi
 Marker Nampak
 Tidak terdapat rotasi
 Radiograf sebelah dextra tidak jelas karena kesalahan penempatan grid

Gambar 1.3 Left Lateral Decubitus


4. Proyeksi Lateral
a. Posisi Pasien
berbaring miring ke sebelah kanan atau kiri sesua dengan indikasi yang
sakit.
b. Posisi objek
fleksikan kaki pasien agar nyaman, dan atur tubuh 5 cm kedepan dari
pertengahan kaset sehingga MSP berada pada pertengahan kaset.
Tempatkan sandbag diantara knee, fleksikan elbow dan tempatkan tangan
dibawah kepala. Tengahkan kaset setinggi krista iliaka atau tingginya cukup
untuk menampilkan diafragma.
c. Pengaturan Sinar
 CR : tegak lurus pada pertengahan film kurang lebih 5 cm
didepan MSP pada Krista iliaca.
 CP : Pada MSP setara dengan 2 inch (5cm) diatas illiac crest
 FFD : 120 cm
 Eksposi : dilakukan saat ekspirasi penuh.
d. Kriteria Radiograf
 Soft tissue pada abdomen Nampak
 Tidak terdapat rotasi ditandai dengan illium dextra dan sinistra tidak
saling superposisi
 Peritorium Nampak
 Marker Nampak

Gambar 1.3 Proyeksi Lateral


BAB III
HASIL DAN DISKUSI
A. Role Play
1. Proyeksi AP Supine
Radiografer yaitu Vita dan Safa’a memposisikan Zahara sebagai pasien supine
di atas meja pemeriksaan. Central ray diatur vertical tegak lurus terhadap kaset
dan central point pada krista illiaca. Kemudian radiographer mengatur FFD dan
luas kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus sedangkan batas
bawah kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer menempatkan
marker R di sisi kanan atas kaset. Kemudian radiographer memberi aba-aba
eksirasi dan tahan napas saat eksposi.
2. Proyeksi AP Setengah Duduk
Wulan dan Karin sebagai radiographer sedangkan Anggraeni sebagai pasien.
Pasien diatur duduk di atas kursi dengan punggung menempel pada bucky
stand. Kemudain kaki pasien diberi bantalan supaya posisi pasien true AP dan
agar pasien nyaman. Central ray diatur horizontal tegak lurus kaset. Central
point diatur 5-7 cm superior krista illiaca. Kemudian radiographer mengatur
FFD dan luas kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus sedangkan
batas bawah kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer
menempatkan marker R pada sisi kanan bawah kaset. Setelah itu, radiographer
memberi aba-aba ekspirasi penuh dan tahan napas pada saat eksposi.
3. Proyeksi Lateral
Dewi, Nada, dan Rossiana berperan sebagai radiographer sedangkan Zafa
berperan sebagai pasien. Radiographer mengatur pasien tidur miring di atas
meja pemeriksaan. Knee difleksiksan dan diberi pengganjal soft bag agar
pasien nyaman. Elbow difleksikan dan tangan ditempatkan di bawah kepala.
Bagian pinggang diberi soft bag agar columna vertebrae lurus. Central ray
diatur vertical tegak lurus kaset. Central point diatur pada 5 cm anterior MSP
pada krista illiaca. Kemudian radiographer mengatur FFD dan luas kolimasi.
Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus sedangkan batas bawah kaset yaitu
symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer menempatkan marker R pada sisi
kanan bawah kaset. Setelah itu, radiographer memberi aba-aba ekspirasi penuh
dan tahan napas pada saat eksposi.
4. Proyeksi LLD
Adnan sebagai pasien, sedangkan Bintang dan Gabryan sebagai radiographer.
Radiographer mengatur pasien berbaring miring dengan sisi kiri menempel
meja pemeriksaan. Tungkai pasien diatur lurus dengan tangan diangkat ke atas
dan diletakkan di atas kepala. Kaset dipasang grid dan diletakkan di belakang
pasien. Karena pesawat sinar-x tidak bisa dirotasikan, maka pasien diganti
dengan phantom. Central ray diatur horizontal tegak lurus kaset dan central
point diatur pada 5-7 cm superior krista illiaca. Kemudian radiographer
mengatur FFD dan luas kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus
sedangkan batas bawah kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer
menempatkan marker R pada sisi kanan bawah kaset. Setelah itu, radiographer
memberi aba-aba ekspirasi penuh dan tahan napas pada saat eksposi.
B. Real Play
1. Proyeksi AP Supine
Dewi, Nada, Zafa, dan Rossiana mengatur phantom supine di atas meja
pemeriksaan. Central ray diatur vertical tegak lurus terhadap kaset dan central
point pada krista illiaca. Kemudian radiographer mengatur FFD dan luas
kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus sedangkan batas bawah
kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer menempatkan marker R
di sisi kanan bawah kaset. Setelah itu, radiographer melakukan ekspos dengan
faktor eksposi kV 75 dan mAs 26.
2. Proyeksi AP Setengah Duduk
Bintang, Gabryan, dan Adnan mengatur phantom tegak di atas kursi. Bagian
belakang phantom diatur menempel bucky stand. Central ray diatur horizontal
tegak lurus kaset. Central point diatur 5-7 cm superior krista illiaca. Kemudian
radiographer mengatur FFD dan luas kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus
xyphoideus sedangkan batas bawah kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya,
radiographer menempatkan marker R pada sisi kanan bawah kaset. Setelah itu,
radiographer melakukan ekspos dengan faktor eksposi kV 75 dan mAs 26.
3. Proyeksi Lateral
Vita, Safa’a, dan Zahara mengatur phantom tidur miring di atas meja
pemeriksaan. Central ray diatur vertical tegak lurus kaset. Central point diatur
pada 5 cm anterior MSP pada krista illiaca. Kemudian radiographer mengatur
FFD dan luas kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus sedangkan
batas bawah kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer
menempatkan marker R pada sisi kanan bawah kaset. Setelah itu, radiographer
melakukan ekspos dengan faktor eksposi kV 75 dan mAs 26.
4. Proyeksi LLD
Wulan, Anggraeni, dan Karin mengatur phantom tidur miring dengan sisi kiri
menempel meja pemeriksaan . Kaset dipasang grid dan diletakkan di bagian
belakang phantom. Central ray diatur horizontal tegak lurus kaset dan central
point diatur pada 5-7 cm superior krista illiaca. Kemudian radiographer
mengatur FFD dan luas kolimasi. Batas atas kaset yaitu processus xyphoideus
sedangkan batas bawah kaset yaitu symphisis pubis. Selanjutnya, radiographer
menempatkan marker R pada sisi kanan bawah kaset. Setelah itu, radiographer
melakukan ekspos dengan faktor eksposi kV 75 dan mAs 26.
BAB IV

A. Kesimpulan
Kami telah melakukan teknik pemeriksaan radiografi abdominal cavity
dengan proyeksi AP supine, AP setengah duduk, LLD (Left Lateral Decubitus),
dan lateral. Role play dan real play sudah dilakukan untuk semua proyeksi. Hasil
keseluruhan radiograf sudah cukup baik namun masih perlu perbaikan untuk
diserahkan kepada dokter radiograf, karena masih terdapat hasil radiograf yang
hasil objeknya terpotong dan rotasi.
B. Referensi
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai