Indra ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang terjadi di
dalam maupun di luar tubuh. Indra yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor
khusus yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan
fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding
pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat
mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam
tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain
sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk
mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk
eksoreseptor yaitu (1) Indra penglihat (mata), indra ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indra pendengar (telinga), indra ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indra peraba (kulit), indra
ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain
sebagainya. (4) Indra pengecap (lidah), indra ini berfungsi untuk mengenal perubahan
lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya. (5) Indra pembau
(hidung), indra ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
mengenali/mencium bau. Kelima indra ini biasa kita kenal dengan sebutan pancaindra.
INDRA PENDENGARAN
A. Gambaran Anatomi
1. Telinga Luar dan Tengah
Telinga luar mengumpulkan gelombang bunyi ke meatus auditorius eksternus.
Pada beberapa hewan, telinga dapat bergerak seperti antena radar yang mencari
sumber bunyi. Dari meatus, kanalis auditorius eksternus berjalan ke dalam menuju
membran timpani (gendang telinga) (Gambar 9-1)
Telinga tengah adalah rongga berisi udara di dalam tulang temporalis yang
terbuka melalui tuba auditorius (eustakius) ke nasofaring dan melalui nasofaring ke
luar. Tuba biasanya tertutup, tetapi selama mengunyah, menelan, dan menguap
saluran ini terbuka, sehingga tekanan udara di kedua sisi gendang telinga seimbang.
Tiga tulang pendengaran (osikulus auditorius), yaitu maleus, inkus, dan stapes,
terletak di telinga tengah. Manubrium (pegangan maleus) melekat ke belakang
membran timpani. Bagian kepala tulang ini melekat ke dinding telinga tengah, dan
tonjolannya yang pendek melekat ke inkus, yang kemudian bersendi dengan bagian
kepala stapes. Stapes diberi nama demikian karena mirip dengan sanggurdi. Lempeng
kakinya (foot plate) diikat oleh ligamentum anulare ke dinding fenestra oval (Gambar
9-2). Dua otot rangka kecil, tensor timpani dan stapedius, juga terletak di telinga
tengah. Kontraksi otot yang pertama menarik manubrium maleus ke arah tengah dan
mengurangi getaran di membran timpani; kontraksi otot yang terakhir menarik
lempeng kaki stapes menjauhi fenestra oval.
2. Telinga Dalam
Telinga dalam (labirin, rumah siput) terdiri dari 2 bagian, satu di dalam
lainnya. Labirin tulang adalah serangkaian saluran di dalam bagian petrosa tulang
emporalis. Di dalam saluran-saluran ini terdapat labirin membranosa
yangdikelilingi olehcairan yang disebut perilimfe (Gambar 9-3). Struktur
membranosa ini kurang lebih mirip dengan bentuk saluran tulang. Struktur ini
terisi oleh cairan yang disebut endolimfe, dan tidak terdapat hubungan antara
ruang-ruang yang terisi oleh endolimfe dengan yang terisi oleh perilimfe.
3. Koklea
Bagian koklea labirin adalah saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35 mm dan membentuk 234 kali putaran. Membran basilaris dan
membran Reissner membentang sepaniang saluran ini dan membaginya menjadi 3
ruang (skala) (Gambar 9-4). Skala vestibuli di bagian atas dan skala timpani di
bagian bawah mengandung perilimfe dan berhubungan satu sama lain di apeks
koklea melalui sebuah lubang kecil yang disebut helilkotrema. Di dasar koklea,
skala vestibuli berakhir di fenestra oval, yang tertutup olek lempeng kaki stapes.
Skala timpani berakhir di fenestra rotundum, sebuah foramen di dinding medial
telinga tengah yang tertutup oleh membran timpani sekunder yang lentur. Skala
media, ruang koklea tengah, bersambungan dengan labirin membranosa dan tidak
berhubungan dengan dua skala lainnya. Skala media mengandung endolimfe
(Gambar 9-3 dan 9.4).
4. Organ Korti
Organ Korti, struktur yang mengandung sel-sel rambut yang merupakan
reseptor pendengaran, terletak di membran basilaris. Organ ini berialan dari apeks
ke dasar koklea dan dengan demikian bentuknya seperti spiral. Tonjolan-tonjolan
sel rambut menembus lamina retikularis yang kuat dan berbentuk seperti-
membran Lamina ini ditunjang oleh pilar Korti (Gambar 9-4) Sel-sel rambut
tersusun dalam 4 baris: 3 baris sel rambut luar yang terletak lateral terhadap
terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Korti, dan satu baris sel rambut dalam
yang terletak sebelah medial terhadap terowongan. Di setiap koklea manusia
terdapat 20.000 sel rambut luar dan 3500 sel rambut dalam. Terdapat membran
tektorium yang tipis, liat, tetapi elastis yang menutupi barisan sel-sel rambut.
Ujung-ujung sel rambut luar terbenam di dalamnya, tetapi uiung sel rambut dalam
tidak. Badan-badan sel neuron aferer yang menyebar di sekitar dasar sel rambut
terletak di ganglion spiralis di dalam modiolus, bagian tengah yang bertulang
tempat koklea melingkar. Sembilan puluh sampai 95% dari neuron aferen ini
mempersarafi sel rambut dalam: hanya 5-10% vang mempersarafi se) rambut luar
yang jumlahnya lebih banyak, dan setiap neuron mempersarafi beberapa sel luar
ini. Sebagai bandingan, sebagian besar serat eferen di n. auditorius (lihat bawah)
berakhir di sel rambut luar dan bukan di sel rambut dalam. Akson neuron aferen
yang mem persarafi sel rambut membentuk bagian auditorius (koklear) n. akustik
vestibulokoklear dan berakhir di nukleus koklear ventralis dan dorsalis di medula
oblongata. Jumlah total serat aferen dan eferen di tiap tiap n. auditorius sekitar
28.000.
Di koklea, terdapat tight junction antara sel rambu dan sel falanks di dekatnya;
tight junction ini mencegal endolimfe mencapai dasar sel. Namun, membran
basilaris relatif permeabel terhadap perilimfe di skala timpani, dan dengan
demikian, terowongan organ Korti dar dasar sel rambut dibasahi oleh perilimfe.
Oleh karena adanya tight junction serupa, keadaan sel rambut di bagian lain
telinga dalam serupa; yaitu tonjolan tonjolan sel rambut dibasahi oleh endolimfe,
sementara dasarnya dibasahi oleh perilimfe. Jaras Pendengaran Sentral Dari
nukleus koklear, impuls pendengaran berjalan melalui berbagai jaras ke kolikulus
inferior, pusat untuk refleks-refleks pendengaran, dan melaluikorpus genikulatum
medial di talamus ke korteks pen dengaran. Yang lain masuk ke formasio
retikularis (Gambar 9-5). Informasi dari kedua telinga bertemu di tiap-tiap oliva
superior, dan di tingkat yang lebih tinggi sebagian besar neuron berespons
terhadap masukan dari kedua telinga. Korteks pendengaran primer, daerah
Brodmann 41, terletak di bagian superior lobus temporalis. Pada manusia, korteks
ini terletak di fisura Silvii dan biasanya tidak tampak di permukaan otak. Di
korteks pendengaran primer, neuron terutama menjawab rangsang yang berasal
dari kedua telinga. Akan tetapi, ada juga lapisan sel yang dirangsang oleh
masukan dari telinga kontralateral dan dihambat oleh masukan dari telinga
ipsilateral. Terdapat beberapa daerah korteks pendengaran tambahan, seperti
beberapa daerah korteks untuk rasa kulit. Daerah asosiasi pendengaran yang
terletak dekat dengan daerah korteks pendengaran primer tersebar. Berkas
olivokoklearis (olivocochlear bundle) adalah berkas serat eferen utama di masing-
masing n. auditorius yang berasal dari kompleks olivarius superior ipsilateral dan
kontralate ral dan berakhir terutama di sekitar dasar sel rambut luar organ Korti.
5. Kanalis Semisirkulris
Di kedua sisi kepala, terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus
satu sama lain, sehingga berorientasi dalam 3 bidang dalam ruang. Di dalam
kanalis tulang, terbentang kanalis membranosa yang terendam dalam perilimfe.
Terdapat struktur reseptor, krista ampularis, di ujung tiap-tiap kanalis membra
nosa yang melebar (ampula). Krista terdiri dari sel rambut dan sel sustentakularis
yang dilapisi oleh pemisah gelatinosa (kupula) yang menutup ampula Gambar 9-
6). Tonjolan sel-sel rambut terbenam dalam kupula, dan dasar sel rambut
berkontak erat dengan serat aferen n. vestibulokoklearis bagian vestibularis.
6. Utrikulus dan Sakulus
Di dalam tiap-tiap labirin membranosa, di lantai utrikulus, terdapat organ
otolitik(makula). Makula lain terletak di dinding sakulus dengan posisi
semivertikal. Makula mengandung sel sustentakularis dan sel rambut, dipayungi
oleh membran otolitik tempat terbenamnya kristal-kristal kalsium karbonat, otolit
(Gambar 9-3). Pada manusia, otolit, yang juga dikenal sebagai otokonia atau debu
telinga, memiliki panjang 3 sampai 19 mikro meter dan lebih padat daripada
endolimfe. Tonjolan sel rambut terbenam dalam membran. Serat serat saraf dari
sel rambut bergabung dengan serat serat dari krista di bagian vestibuler dari n.
vestibulo koklearis.
7. Jaras Saraf
Badan-badan sel 19.000 neuron yang mempersarafi krista dan makula di tiap-
tiap sisi terletak di ganglion vestibularis. Tiap-tiap n. vestibularis berakhir di
nukleus vestibularis 4-bagian ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum
(Gambar 9-7). Serat dari kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian
superior dan medial nukleus vestibularis dan sebagiar besar menuju nuclei yang
mengatur gerakan bola mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir terutama di
bagian lateral (Deiters' nucleus), yang menuju medulla spinalis. Serat ini juga
berakhir di nucleus desendens, yang berproyeksi ke serebelum dan formasio
retikularis. Nuklei vestibularis juga berproyeksi ke thalamus dan dari sini menuju
ke kedua bagian korteks somatosensorik.
B. Pendengaran
1. Gelombang Bunyi
Bunyi adalah kesan yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di
lingkungan eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi
erselang-seling, sampai di membran timpani. Grafik gerakan perubahan tekanan di
membran timpani persatuan waktu adalah serangkaian gelombang(Gambar 9-11),
dan gerakan semacam itu dalam lingkungan disebut gelombang bunyi. Gelombang
berjalan melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det (770 mil/jam) pada
20°C pada ketinggian permukaan laut. Kecepatan bunyi meningkat seiring
meningkatnya suhu dan ketinggian. Media lain tempat manusia kadang-kadang
berada juga menghantarkan gelombang bunyi, tetapi dengan kecepatan berbeda.
Misalnya, kecepatan bunyi adalah 1450 m/det pada 20C dalam air tawar dan
bahkan lebih tinggi dalam air laut. Dikatakan bahwa siulan ikan paus biru
memiliki kekuatan 188 desibel (lihat di bawah) dan dapat terdengar dari jarak 500
mil.
2. Masking
Telah diketahui bahwa adanya bunyi akan menurun kan kemampuan
seseorang mendengar bunyi lain. Fenomena ini dikenal sebagai masking.
Fenomena ini mungkin disebabkan oleh masa refrakter relatif atau absolut
reseptor dan serat n. auditorik yang sebelumnya terangsang terhadap rangsang
lain. Kemampuan bunyi untuk menutupi bunyi lain berkaitan dengan nadanya.
Kecuali pada lingkungan yang sangat kedap bunyi, efek masking bunyi latar akan
meningkatkan ambang pen dengaran dengan besar yang cukup untuk dapat
diukur.
3. Penyaluran Bunyi
Telinga mengubah gelombang bunyi di luar menjadi potensial aksi di n.
auditorius. Gelombang diubah oleh membran timpani dan tulang-tulang
pendengaran sehingga dapat menggerakkan lempeng kaki stapes. Gerakan ini
menimbulkan gelombang dalam cairan di telinga dalam. Gelombang pada organ
Korti menimbul kan potensial aksi di serat-serat saraf
5. Refleks Timpani
Apabila otot-otot telinga tengah-tensor timpani dan stapedius-berkontraksi,
manubrium maleus akan ter tarik ke dalam dan lempeng kaki stapes ke luar. Hal
ini akan menurunkan penerusan bunyi. Bunyi keras akan menimbulkan kontraksi
refleks otot-otot ini yang secara umum disebut refleks timpani. Fungsinya bersifat
protektif, mencegah rangsang berlebihan pada reseptor reseptor pendengaran yang
dihasilkan oleh gelombang bunyi yang kuat. Namun, waktu reaksi untuk refleks
ini adalah 40-160 mdet, sehingga refleks ini tidak dapat melindungi terhadap
rangsang kuat yang cepat seperti yang dihasilkan oleh bunyi tembakan.
2. Gangguan Sensoris
Gangguan ini melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain
kehilangan konduksi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan
pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien
dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun
sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang.
Kehilangan suara fungsional atau psikogenik bersifat inorganik dan tidak
berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme pendengaran yang dapat
dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional. Terkait penyakit
pada indra pendengaran dijelaskan sebagai berikut.
a. Sakit telinga
Sakit telinga sangat beragam bentuknya. Bisa terasa berdenyut samar
sampai seperti rasa menusuk yang sangat ngilu. Sakit telinga dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
- Infeksi di saluran telinga bagian luar.
- Infeksi akut pada telinga bagian tengah.
- Peradangan telinga bagian dalam (labyrinthis) akibat infeksi viral.
- Hilangnya keseimbangan tekanan udara antara bagian tengah dan luar
telinga, biasanya terjadi saat sedang demam atau hidung tersumbat
(barotrauma).
- Penyumbatan oleh kotoran telinga.
b. Telinga Berdenging (tinnitus)
Penyebab telinga berdenging antara lain:
- Hilangnya keseimbangan tekanan udara antara bagian tengah dan luar
telinga, biasanya saat sedang demam atau hidung tersumbat
(barotrauma).
- Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan efek samping berupa bunyi-
bunyian di telinga.
- Kemasukan serangga atau air juga dapat menyebabkan telinga terasa
berdenging.
c. Penyakit Meniere
Penyakit meniere adalah penyimpangan akibat meningkatnya jumlah
cairan di dalam labyrin. Penyakit ini biasanya dialami orang-orang
setengah baya.
d. Othematoma
Othematoma adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang
rawan telinga yang dibarengi dengan perdarahan internal serta
pertumbuhan jaringan telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak
berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya
aurikel dan kanal auditori sejak lahir, atau yang disebut dengan encharta
ensiklopedi.
e. Tuli
Ketulian, gangguan pendengaran terhadap beberapa atau semua suara,
dapat timbul berangsur-angsur dalam jangka waktu tertentu. Bisa terjadi
pada salah satu atau kedua telinga sekaligus. Ketulian dapat disebabkan
oleh infeksi telinga bagian luar atau tengah atau pun penyumbatan saluran
eustasio karena demam atau alergi.
f. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri, serta tuli yang bersifat sementara. Jika
terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi.