Anda di halaman 1dari 33

esofagogram

Anatomi

Oesophagus terletak di belakang trakea, terbentang dari laringopharynx s/d lambung. Panjangnya
10 inch, diameter inc.
2. Definisi
Teknik Pemeriksaan Radiografi khusus untuk melihat oesophagus dan pharynx dengan
menggunakan media kontras positif.
3. Tujuan
Mengetahui kelainan fungsi dan anatomi pada oesophagus dan pharynx.
4. Indikasi

Achalasia ( penurunan pergerakan peristaltic 2/3 distal oesophagus)

Anatomic Anomalies

Foreign Bodies ( bolus of food , metallic object, fish bone)

Carcinoma

Dysphagia

Esophagitis

Refluks

Spasme oesophagus.

5. Kontraindikasi

Jarang ditemukan karena menggunakan BaSO4

Adanya komplikasi perforasi pada oesophagus yang tidak diketahui sebelumnya

6. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus, kecuali dilanjutkan untuk pemeriksaan Maag dan Duodenum

Berikan penjelasan pada pasien

7. Persiapan Alat & Bahan

Pesawat X-Ray + Fluoroscopy

Baju Pasien

Gonad Shield

Kaset + film ukuran 30 x 40 cm

Grid

X-Ray marker

Tissue / Kertas pembersih

Bahan kontras

Air Masak

Sendok / Straw ( pipet )

8. Teknik Pemeriksaan
Proyeksi AP/PA,Lateral, RAO dan LAO (yang paling sering digunakan proyeksi AP,Lateral
dan RAO )

Proyeksi AP/PA
o Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus

o Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Moving / Stationary Grid

Shielding : region pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1

o Posisi Pasien : Recumbent / erect


o Posisi Object :

MSP pada pertengahan meja / kaset

Shoulder dan hip tidak ada rotasi

Tangan kanan memegang gelas barium Tepi atas film 5 cm di atas


shoulder

o CR : Tegak lurus terhadap kaset


o CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ) / 7,5 cm inferior jugular
notch
o FFD : 100 cm
o Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium

Catatan :

Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan
straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.

o Kriteria radiograf :

Struktur : Oesophagus terisi barium

Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris )

Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi :

Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus


superimposed dengan th-vertebrae

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat


eksposi.

Proyeksi Lateral
o Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus
o Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Moving / Stationary Grid

Shielding : region pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1

o Posisi Pasien : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih
baik )
o Posisi Objek :

Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi, elbow flexi

Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.

Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.

Tangan kanan memegang gelas barium

Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder

o CR : Tegak lurus terhadap kaset


o CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
o FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
o Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium

Catatan :

Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium


dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 34 tegukan.

o Kriteria radiograf :

Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan


jantung

Posisi :

True lateral ditunjukan dari superposisi kosta Posterior.

Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus

Oesophagus terisi media kontras.

Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi :

Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara


jelas yang terisi dengan kontras.

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat


eksposi.

Proyeksi RAO (Right Anterior Oblique)


o Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus
o Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Moving / Stationary Grid

Shielding : region pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1

o Posisi Pasien : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih
baik)

o Posisi Objek :

Rotasi 35 40 derajat dari posisi prone dengan sisi kanan depan tubuh
menempel meja / film.

Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan kepala pasien,
memegang gelas barium, dengan straw pada mulut pasien.

Lutut kiri flexi untuk tumpuan.

Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja Tepi


atas kaset 5 cm di atas shoulder

o CR : Tegak lurus terhadap kaset


o CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
o FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
o Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium

Catatan :

Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium


dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan
3-4 tegukan.

o Kriteria radiograf :

Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat diantara C.Vertebral dan


jantung ( RAO menunjukan gambaran lebih jelas antara vertebrae dan
jantung dibandingkan LAO )

Posisi :

Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus diantara C.


Vert. & Jantung, jika oesophagus superimposed diatas spina, rotasi
perlu ditambah.

Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus

Oesophagus terisi media kontras.

Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi :

Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara


jelas yang terisi dengan kontras.

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat


eksposi.

Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)


o Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari
oesophagus
o Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Moving / Stationary Grid

Shielding : region pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1

PP : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )

o Posisi Objek :

Rotasi 35 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh


menempel meja / film

Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala pasien,
memegang gelas barium, dengan straw pada mulut pasien.

Lutut kanan flexi untuk tumpuan.

Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja

Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder

o CR : Tegak lurus terhadap kaset


o CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch
o FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
o Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
o Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium

Catatan :

Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose

Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium


dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan
3-4 tegukan.

o Kriteria radiograf :

Struktur : Oesophagus terisi barium terlihat diantara sekitar hilus paru dan
C.Vertebral

Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus, esophagus


terisi media kontras.

Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi :

Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara


jelas yang terisi dengan kontras, menembus bayangan jantung.

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat


eksposi.

Posted in: Esofagus,Esophagopraphy,Radiodiagnostik,Radiologi

laringoskopi

Pemeriksaan dengan laringoskopi direk atau indirek dapat membantu menegakkan


diagnosis
Defenisi
Laringoskopi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk melihat daerah larinks
(pita suara).
Deskripsi
Tujuan dan keuntungan pemeriksaan ini adalah melihat langsung larinks untuk
mendeteksi adanya tumor, benda asing, kerusakkan saraf atau struktur lain atau
kelainan-kelainan lain. Ada dua cara pemeriksaan ini agar dapat memeriksa larinks
secara langsung. Pertama, dengan menggunakan selang yang lentur (fleksibel) dengan
suatu alat serat optik yang disusupkan melalui hidung dan dimasukkan terus hingga
masuk ke dalam tenggorokan. Metode lainnya adalah menggunakan selang kaku yang
dimasukkan langsung dari mulut hingga ke dalam larinks. Kedua metode ini, pada
endoskopnya terdapat sebuah lampu dan lensa. Selang endoskopik ini juga dilengkapi
dengan alat penyedot lendir atau kotoran. Disamping itu juga dapat berfungsi sebagai
biopsi untuk mengambil contoh jaringan. Salah satu jenis pemeriksaan lainnya adalah
bronkoskopi. Prosedur pemeriksaan bronkoskopi lebih dalam lagi, dimana selang
dimasukkan lebih jauh dari larinks hingga mencapai trakea dan bronchus.
Persiapan
Prosedur tindakan laringoskopi dilakukan di rumah sakit, dilakukan dengan
menggunakan bius lokal (cairan obat bius yang disemprotkan) untuk mengurangi rasa
tidak nyaman dan refleks muntah pada saat selang dimasukkan ke dalam larinks.
Pasien diharuskan tidak makan (puasa) beberapa jam sebelum tindakan.
Perawatan Setelah Tindakan
Jika tenggorokan mengalami luka lecet yang perih, maka rasa nyeri dapat diatasi
dengan cairan penyejuk ataupun obat isap.
Resiko
Tindakan pemeriksaan laringoskopi tidak menyebabkan masalah yang serius, walaupun
pasien mengalami luka lecet perih pada tenggorokan atau batuk dengan sedikit darah
akibat luka lecet dari daerah yang mengalami iritasi tersebut.
Hasil Normal

Hasil pemeriksaan dikatakan normal jika tidak ada tanda-tanda penyakit ataupun
kerusakkan
jaringan.
Hasil Abnormal
Hasil laringoskopi dikatakan abnormal jika ditemukan tumor ataupun kelainan pada
jaringan; dan pada keadaan ini harus dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.

Selang Endotrakhea
Selang EndoskopiAdalah selang yang dimasukkan ke dalam organ yang berongga agar
dapat dilihat dan dinilai organ yang akan diperiksa secara langsung oleh dokter.

endoskopi

Pemeriksaan
Ultrasound/EUS)

Endoskopik

Ultrasonografi

(Endoscopic

Tindakan endoskopik ultrasonografi (Endoscopic Ultrsound / EUS) adalah suatu pemeriksaan


ultrasonografi (USG) dengan alat endoskopi melalui saluran pencernaan sehingga
didapatkan gambaran organ yang lebih baik bila dibandingkan dengan pemeriksaan USG
saja. Pada kasus batu saluran empedu ataupun kecurigaan adanya tumor ganas di pankreas
terkadang sulit untuk dideteksi dengan pemeriksaan USG saja bahkan dengan pemeriksaan
yang lebih canggih seperti CT-scan abdomen. Teknologi pencitraan seperti MRI-MRCP
sebetulnya memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi kelainan pada saluran
empedu ataupun pankreas tetapi biasanya pada penderita usia lanjut sulit untuk dilakukan
oleh karena sulitnya untuk menahan nafas selama pemeriksaan, dan juga adanya ketakutan
pasien dalam ruang tertutup yang memakan waktu cukup lama terkadang bisa menjadi
kendala. Selain itu, pada sebagian kasus juga bisa saja sulit untuk mendeteksi adanya tumor
Pemeriksaan EUS memiliki keunggulan seperti tidak adanya risiko radiasi, dilakukan hanya
di ruang tindakan endoskopi biasa, dan tidak memakan waktu yang lama. Pasien juga tidak
perlu khawatir oleh karena tindakan ini biasa dilakukan dengan sedasi/anestesi sehingga
tidak perlu merasa cemas hingga pemeriksaan ini berakhir. Pemeriksaan ini sebetulnya
sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu hanya saja dulu teknologi pemeriksaan ini hanya
sebatas diagnostik dengan resolusi gambar yang tidak begitu baik dan tidak bisa untuk
pengambilan contoh jaringan bila diperlukan. Saat ini dengan resolusi gambar yang lebih
baik, dimana selama pemeriksaan ini juga bisa sekaligus dilakukan pengambilan contoh
jaringan bila memang diperlukan. Selain itu, tindakan EUS saat ini juga bisa dipergunakan
sebagai tindakan terapi pada sumbatan saluran empedu.
Dengan adanya tindakan pemeriksaan EUS bukan berarti meniadakan peran dari
pemeriksaan pencitraan lainnya, seperti CT-scan abdomen dan MRI abdomen tetapi bisa
melengkapi kekurangan dari pemeriksaan tersebut bahkan bisa menjadi alternatif
pemeriksaan bila pasien mengalami kesulitan untuk menjalani pemeriksaan pencitraan
standar tersebut.
Tindakan EUS merupakan teknologi tua yang mulai bersemi kembali. Di masa mendatang
diharapkan dengan adanya alat ini dapat membantu tata laksana pasien lebih baik
khususnya di bidang Penyakit Hepato-Pancreatico-Bilier.

TUJUAN PEMERIKSAAN ENDOSKOPI


Tujuan pemeriksaan endoskopi (Agus priyanto dkk,2009, hlm.14) :
(1) Diagnostik
a) Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada pemeriksaan
radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau kurang jelas.
b)
Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering mengeluh nyeri
epigastrum, muntah-muntah, sulit atau nyeri telan. Sedangkan radiologi
menunjukkan hasil yang normal.
c) Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran pencernaan yang
d)
e)
f)

diduga keganasan.
Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat.
Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien pasca-bedah.
Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.

PERSIAPAN DAN KLIEN DENGAN ENDOSKOPI


(Agus Priyanto,dkk,2009,Hlm. 15)
a. Pra endoskopi :
Klien yang akan dilakukan pemeriksaan endoskopi perlu dipersiapkan
dengan baik. Persiapan yang harus dilakukan adalah:

1. Persiapan umum
a. Psikologis
Memberikan penyuluhan atau bimbingan dan konseling keperawatan kepada
klien mengenai tujuan, prosedur, dan kemungkinan yang dapat terjadi agar
klien dapat membantu kelancaran pemeriksaan endoskopi antara lain
dengan mengurangi atau menghilangkan rasa cemas dan takut.
b. Administrasi
1. Mengisi surat pernyataan persetujuan tindakan (informed

consent)

ditandatangani oleh klien atau keluarga.


2. Menjelaskan perihal pelaksanaan administrasi. Hal ini disesuaikan dengan
peraturan masing-masing rumah sakit.
2. Persiapan khusus
a.
Endoskopi atas

atau

saluran

cerna

bagian

atas

(SCBA)

atau

esofagogastroduodenoskopi (EGD) :
1. Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya 6 jam sebelum pemeriksaan atau
tindakan endoskopi.
2. Gigi palsu dan kacamata harus dilepas selama pemeriksaan/tindakan
endoskopi.
3. Sebelum pemeriksaan atau tindakan endoskopi, orofaring disemprot dengan
b.

xylocain spray 10% secukupnya.


Endoskopi bawah atau saluran

cerna

bagian

bawah

(SCBB)

atau

kolonoskopi:
1. Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan diit rendah serat (bubur kecap
atau bubur maizena).
2. Minum obat pencahar (sodium bifosfat, disodium bifosfat, sodium klorida,
c.
1.
2.
3.

potasium klorida, sodium bikarbonat) misalnya fleet dan niflec.


Bronchoskopi:
Puasa 6jam sebelum tindakan.
Persetujuan tindakan
Gigi palsu, kontak lensa dan perhiasanharus dilepas selama pemeriksaan
atau tindakan bronkoskopi.

4.
5.
6.
7.

Periksa dan catat tanda-tanda vital.


Kaji adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.
Premedikasi
Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowler

dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi.


8. Tenggorokan disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan
melalui mulut atau hidung.
9. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
10. Lama pemeriksaan kurang lebih satu jam.
b. Post Endoskopi:
1. Puasa 1 jam setelah tindakan
2.
Obat-obatan yang diberikan selama pemeriksaan endoskopi membuat
pasien merasa mengantuk untuk itu pasien tetap berada di kamar pasien
3.
4.

sampai efek obat-obatan menghilang.


Hasil pemeriksaan endoskopi akan dijelaskan oleh dokter.
Pasien baru diperbolehkan makan atau minum satu jam setelah tindakan

endoskopi.
5. Pasien tidak diijinkan mengemudi atau mengoperasikan mesin 12 jam pasca
tindakan.
PENGGUNAAN ALAT ENDOSKOPI
1. Endoskopi atas atau disebut esofagogastroduodenoskopi atau gastroskopi di
mana alat endoskopi masuk melalui mulut ke esofagus, lambung, sampai
duodenum bagian distal.
2. Esofagoskopi yaitu pemeriksaan dengan endoskopi untuk mendiagnosis
3.

kelainan esofagus.
Gastroskopi yaitu pemeriksaan dengan endoskopi untuk mendiagnosis

kelainan di gaster.
4. Duodenoskopi yaitu pemeriksaan dengan endoskopi untuk mendiagnosis
kelainan di duodenum
5. Enteroskopi yaitu pemeriksaan dengan endoskopi untuk mendiagnosis
kelainan di usus halus.
6. Kolonoskopi yaitu pemeriksaan dengan endoskopi untuk mendiagnosis
kelainan di usus besar. Dimana alat endoskopi masuk melalui anus, rektum,
sigmoid, kolon desendens, kolon asendens, sampai dengan sekum.

7.

Endoskopi kapsul yaitu pemeriksaan dengan menggunakan endoskopi


bentuk kapsul untuk mendiagnosis kelainan yang ada di usus halus.

PERAWATAN KLIEN DENGAN ENDOSKOPI

1.

Perawatan Klien pra-Endoskopi (Agus Priyanto, dkk,2009,Hlm. 51)


1. Beri waktu untuk mengungkapkan rasa takut, cemas dan masalah yang
dirasakan.
2. Mantapkan klien pada penjelasan dokter tentang prosedur
3. Puasakan klien selama 6-8 jam sebelum tindakan
4. Lepaskan gigi palsu dan plat parsiar bila klien memakai alat bantu
tersebut
5. Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)
6. Persiapkan premedikasi
Perawatan Klien post Endoskopi (Agus Priyanto, dkk,2009,Hlm. 52)
Berikan bantuan dan atau latihan pada klien untuk membalik dan napas
dalam tiap 2 jam.
Anjurkan dan siapkan untuk kumur salin hangat
Siapkan dan berikan cairan hangat sampai klien mampu untuk menlan
tanpa ketidaknyamanan kemudian makan sesuai diet yang ditentukan.
Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)
Berikan penjelasan mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada
dokter. Misalnya peningkatan nyeri / nyeri telan, pendarahan , kesulitan
bernapas , dan muntahan .
Ajak tukar pendapat tentang latihan napas dalam dan kebersihan mulut.
Sampaikan untuk rawat jalan terus-menerus sampai dinyatakan sembuh

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Esofagoskopi

ESOFAGOSKOPI
DEFENISI

Esofagoskopi adalah pemeriksaan lumen osefagus secara langsung dengan menggunakan


alat esofagoskop, dimana esofagoskop ini ada yang kaku (fiberoptic rigid) maupun
esofagoskop lentur (fiberoptic flexible esophaghoscope)

Esophagoscopy adalah prosedur di mana mengunakan sebuah tabung esofagoskop


dimasukkan melalui mulut , atau lebih jarang, melalui hidung, dan masuk ke
kerongkongan atau esofagus . Alat esofagoskop menggunakan perangkat charge-coupled
untuk menampilkan gambar diperbesar pada layar video

TUJUAN

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk melihat isi lumen esofagus, keadaan dinding atau
mukosa osefagus, serta bentuk lumen osefagus.

Bila diperlukan untuk mengambil bahan pemeriksaan sitologi atau biopsi tumor.

Prosedur ini merupakan salah satu dari beberapa prosedur yang termasuk dalam kategori
upper endoskopi, termasuk gastroskopi, esophagogastroduodenoscopy (EGD), dan
enteroscopy.

GEJALA OSEFAGUS YANG MEMERLUKAN ESOFAGOSKOPI??


Jika ada kelainan di esofagus, gejala yang biasa ditemukan ialah

Disfagia atau sukar menelan

Regurgitasi atau makanan belum di cerna dimuntahkan kembali

Odinofagia atau rasa nyeri ketika menelan

Rasa terbakar atau panas di daerah subternal dan epigastrium

Rasa nyeri di sepanjang osefagus, misalnya nyeri di daerah subternal menunjukan


kelainan di osefagus servikal, nyeri di daerah precordial menunjukan kelainan osefagus
thoracal, nyeri di epigastrium menunjukan kelainan di daerah osefagus abdominal atau
gaster dan hematemesis.

INDIKASI ESOFAGOSKOPI??
Indikasi esofagoskopi, dibagi atas dua macam, yaitu sebagai sarana diagnostik berbagai masalah
atau kelainan pada osefagus dan juga di indikasikan sebagai sarana terapi.

Diagnostik
1. Mengevaluasi keluhan diafagia, odinofagia, nyeri di dada, rasa panas didada dan
pendarahan yang menetap.
2. Mengevaluasi perjalanan penyakit atau kelainan osefagus, antara lain esofagitis,
luka bakar korosif, spame difus osefagus, tumor osefagus
3. Mengevaluasi kelainan seperti divertikulum, varises, stenosis, kelainan osefagus
dan hiatus hemia.
4. Mengevaluasi pasien pasca operasi osefagus, seperti menilai anastomosis
osefagus, mencari dan melihat sumber pendarahan, mencari kemungkinan
penyebab disfagia, menilai adanya tanda-tanda residif tumor.
5. Evaluasi kerongkongan atau esofagus setelah studi pencitraan normal

Terapi
o Endofagoskopi dilakukan sebagai tindakanterapi pada dilatasi stiktur esofagus,
mengeluarkan benda asing, skeloterapi untuk varises esofagus, koagulasi
diatermi, pemasangan prostesis esofagus, dan miotomi endofagoskopi.

KONTRAINDIKASI ESOFAGOSKOPI
Kontra indikasi absolut dari tindakan esofagoskopi tidak ada, sedangkan kontraindikasi relatif
tindakan esofagoskopi adalah sebagai berikut:.

Perforasi esofagus

Varises esofagus

Sindroma Mallory-Weiss

Ankilosis atau trauma servikal


o Ankilosis merupakan kontraindikasi pada penggunaan esofagoskop kaku
tetapibukan merupakan kontraindikasi pada penggunaan esofagoskop lentur.

Trismus

Aneurisma aorta

Kantong faring

Apa alat yang di gunakan untuk melakukan esofagoskopi??

Esofagoskopi menggunakan alat yang di sebut esofagoskop, dimana esofagoskop ini


terdiri atas dua jenis, yaitu esofagoskop kaku (fiberoptic rigid) dan esofagoskop lentur
(fiberoptic flexible esophaghoscope)

Penggunaan esofagoskop kaku, terutama untuk terapi, seperti mengambil benda asing,
mengangkat tumor jinak, hemostatis, pemberian obat sklerosing untuk varises dan dilatasi
stiktur. Selain itu juga untuk menilai keadaan bagian proksimal osefagus yaitu daerah taut
faringo-esofagus (pharyngo eosophageal junction). Alat ini juga digunakan untuk menilai
kelainan esofagus pada bayi dan anak kecil, serta untuk mengambil foto kelainan
esofagus.

Esofagoskop lentur, memberikan kemudahan untuk memeriksa pasien dengan kelainan


tulang vetebra, terutama di daerah servikal dan thorakal. Untuk kelainan esofagus yang
disertai dengan adanya kecurigaan kelainan dilambung, maka esofagoskop lentur
merupakan alat pilihan untuk diagnostik.

Fungsi kedua macam alat ini, saling menutupi kekurangannya masing-masing. Seorang
ahli endoskopi diharapkan dapat menggunakan kedua jenis alat tersebut.

Kebanyakan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan esofagoskop lentur, karena


penggunaan alat ini mengurangi rasa tidak nyaman, memberikan gambaran yang lebih
baik, dan bisa memeriksa sampai ke pylorus dan duodenum.

Esofagoskop lentur memiliki panjang yang bervariasi mulai dari 100-110 cm dan
diameter mulai dari 7,8 sampai 12 mm. Masing-masing alat tersebut juga dilengkapi
dengan suction, air insufflation, dan forsep biopsi.

Esofagoskop kaku memiliki dua ukuran. Ukuran 50 cm untuk memeriksa esofagus


torakal dan sfingter bagian bawah, dan ukuran 20-30 cm untuk memeriksa faring dan
esofagus servikal.

PROSEDUR ESOFAGOSKOPI
Prosedur tindakan esofagoskopi ini dapat dilakukan dengan analgesia topikal, analgesia neurolep
atau dalam narkosis, tergantung pada keadaan pasien atau alat yang akan digunakan.Agar
pemeriksaan esofaguskopi ini dapat berlangsung dengan baik dan untuk menghindari komplikasi
yang mungkin timbul, perlu diperhatikan persiapan yang optimal, baik dari segi pasien, operator,
alat dan ruangan pemeriksaan.

Persiapan pasien
o Esofagoskopi sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dalam keadaan syok atau
menderita infark miokard yang baru. Dalam keadaan yang seperti ini, sebaiknya
keadaan umum diperbaiki terlebih dahulu dan pemeriksaan di tunda.
o Pasien pasca operasi esofagus atau bila di duga menderita perforasi osefagus,
maka tindakan esofagoskopi harus dilakukan lebih hati-hati.
o Pasien dipuasakan 4-6 jam sebelum esofagoskopi dilakukan. Khusus untuk pasien
dengan riwayat sumbatan esofagus seperti akalasia, maka 5 hari sebelum
tindakan, pasien hanya diberikan makanan cair.
o Pemeriksaan darah dan urin terutama untuk hal-hal yang berhubungan dengan
faktor pembekuan dan perdarahan. Pemeriksaan fisik ditujukan khusus untuk
jantung,paru, dan ginjal

Persiapan operator
o Sebelum tindakan endofagoskopi, haruslah ditetapkan indikasi tindakan, metode
dan jenis anasthesia yang direncanakan. Dengan demikian dapat di persiapkan
alat-alat yang dipakai.
o Pemahaman anatomi esofagus, sangat penting untuk mencegah komplikasi yang
dapat dimbul akibat dari penatalaksanaan prosedur esofagoskopi.

Anasthesia
o Tindakan esofagoskopi dapat dilakukan dengan tindakan anestesi umum
(narkosis) atau analgesia topikal. Anastesi umum di berikan pada pasien yang
tidak kooperatif atau pasien yang diduga akan mengalami kesulitan pada
pemeriksaan esofagus, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan
memakai pipa endotrakea, pernapasan lebih terjamin dan resustasi lebih muda
dilakukan. Pemeriksaan esofagus dengan esofagoskop kaku lebih muda di
laksanakan dengan anastesi umum.

o Pada pasien yang kooperatif, pemberian anastesi topikal secara bertahap,


didahului dengan pemberian premedikasi dan sedasi. Pemakaian esofagoskop
lentur serat optik akan mempersingkat waktu perawatan pasca tindakan.

Ruangan dan alat


o Pada pemeriksaan esofagus yang menggunakan alat esofagoskop kaku, tindakan
harus dilakukan di kamar operasi yang dilengkapi dengan alat anastesi dan
resustasi oksigen, serta alat pengisap. Diperlukan asisten untuk memegang dan
mengatur posisi kepala pasien
o Pemeriksaan esofagus dengan menggunakan esofagoskop lentur, memungkinkan
tindakan ini dilakukan di sisi tempat tidur pasien dengan pemberian analgesik
topikal saja. Dibandingkan dengan esofagoskop kaku, maka pada esofagoskop
lentur lebih ringan dan tidak menimbulkan rasa sakit.
o Untuk diagnosis kelainan osefagus danpemeriksaan lambung secara langsung,
penggunaan esofagoskop yang lentur merupakan tindakan yang sangat tepat.

TEHNIK MELAKUKAN ESOFAGOSKOPI

Posisi pasien pada esofagoskop kaku yaitu pasien terlentang dengan leher fleksi ke arah
dada dan kepala ekstensi terhadap leher. Verteks pasien kira-kira terletak 15 cm dari
bagian teratas meja, sehingga esofagoskop memasuki daerah esofagus servikal dan 2cm
dari bagian teratas meja sehingga esofagoskop dapat melewati daerah esofagusabdominal. Posisi ini menyebabkan kepala tidak terletak di atas meja, tetapi harus
dipegang oleh seorang asisten dan seorang asisten lagi memegang bagian bawah bahu.

Ujung dan badan esofagoscope dilumasi dengan minyak mineral steril sebelum
digunakan. Bibir atas diangkat dengan jari ketiga dan keempat tangan kiri operator
(operator tidak kidal). Esofagoskop ditahan dengan jari telunjuk dan telunjuk tangan kiri.
Ujung proksimal esofagoskop dipegang seperti memegang pensil dengan jari-jaritangan
kanan. Digunakan mata kanan untuk melihat ke dalam esofagoskop.

Jika esofagoskop telah masuk sampai pada batas hipofaring dan esofagus,dapat dilakukan
tekanan ringan ke sisi posterior dari bagian cincin kartilago krikoid,dengan menggunakan
ibu jari tangan kiri melalui ujung esofagoskop. Pada waktu melihat introitus esofagus
pada posisi ini, otot krikofaring tampak membuka dan menutup secara periodic pada
pasien dengan anestesi lokal. Pada saat otot krikofaring relaksasi, lumen esofagus dapat
terlihat.

Esofagoskop didorong masuk perlahan-lahan hanya pada saat otot krikofaring relaksasi,
dan tidak boleh dipaksakan pada saat otot krikofaring sedang kontraksi. Esofagoskop

tidak boleh diteruskan bila tidak terlihat lumen dengan jelas. Daerah ini paling sering
terjadi perforasi.

Pada saat esofagus servikal dilalui dan masuk ke bagian atas esofagus
torakal,esofagoskop dipertahankan pada posisi hampir vertikal. Jika esofagoskop
dimajukan lagi, akan mengenai dinding posterior dari esofagus.

Kepala diturunkan sedikit demi sedikit, sehingga esofagoskop dapat dimasukkan ke


bagian tengah esofagus torakal. Pada saat ini kepala, leher dan dada berada pada satu
bidang yang sama pada meja operasi.Pada sepertiga bawah esofagus, esofagoskop mulai
mengenai dinding posterior esofagus lagi, dan kepala harus diturunkan sehingga
esofagoskop dapat dimasukkan. Kepala perlu diturunkankan karena jalannya esofagus
agak ke anterior pada 1/3 bawah. Pada posisi ini kepala reltif lebih randah daripada toraks
dan kepala perlu digeser ke kanan, karena esofagus membelok ke kiri pada 1/3 bawah.
Jalannya esofagus sampai melalui diaphragma dan pertemuan esofagos-gaster harus
dilalui dengan perlahan-lahan dan hanya diteruskan bila terlihat lumen di muka
esofagoskop.

Lumen esofagus tampak sebagai celah atau roset pada saat menembus diaphragma. Pada
beberapa pasien terutama bila terdapat dilatasi esofagus torakalmungkin tedapat
kesukaran menemukan hiatus esofagus. Biasanya tampak sebagai celah oblik antara
pukul 10 ke pukul 4. Dalam keadaan normal, bila hiatus ditemukan,esofagus abdominal
dan kardia akan mudah dilalui.

KOMPLIKASI ESOFAGOSKOPI

Jika esofagoskopi dilakukan dengan hati-hati, maka biasanya jarang menimbulkan


komplikasi. Komplikasi yang pernah dilaporkan berupa :
o Patah gigi seri
o Robeknya mukosa osefagus
o Pendaran dan perforasi osefagus
o Masalah kardiopulmonary
o Infeksi

Salah satu metode pemeriksaan penunjang diagnostik disfagia adalah denganmenggunakan


endoskopi fleksibel, yang disebut Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES). Metode
ini pertama kali diperkenalkan oleh Susan Langmoredan kawan-kawan pada tahun1988. Tujuan
FEES adalah untuk menegakkandiagnosis disfagia pada fase faringeal, menentukan kelainan
anatomi dan fisiologipenyebab disfagia dan menentukan posisi aman dan lebih efisien untuk
menelan padapenderita disfagia. Saat ini FEES telah dilengkapi dengan tes sensorik dan
disebutsebagai Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing with Sensory Test

PENGERTIAN
Oesophagografi/Barium Swallow adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian
oesophagus dan pharynx dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras
positif untuk menegakkan diagnosa.
TUJUAN
Semua proyeksi bertujuan untuk melihat strictura, benda asing, kelainan anatomis,
tumor dan struktur dari oesophagus.
INDIKASI
Achalasia ( Penurunan pergerakan peristaltic 2/3 distal oesophagus )
Anatomic anomalies
Foreign bodies ( bolus of food , metallic object, fish bone)
Carcinoma
Dysphagia
Esophagitis
Refluks
Spasme oesophagus
KONTRA INDIKASI
Jarang ditemukan karena menggunakan BaSO4.
Adanya komplikasi perforasi pada oesophagus yang tidak diketahui sebelumnya.

PERSIAPAN PASIEN
Tidak ada persiapan khusus.
Penjelasan pada pasien tentang pemeriksaan oesophagografi.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Pesawat X-ray + Fluoroskopi
Baju pasien
Gonad shield
Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm2
Moving / Stationary Grid
Tissue / kertas pembersih
Media kontras BaSO4 : Air masak = 1 : 1 (Kental)
Media kontras BaSO4 : Air masak = 1 : 3 atau 4 (Encer)
Sendok / straw ( pipet )
Sarung tangan
Gelas dan tempat mengaduk media kontras
Marker
Apron
PROYEKSI PEMERIKSAAN
1. AP/PA
Posisi Pasien
Recumbent / erect
Posisi Pasien
MSP pada pertengahan meja / kaset.
Shoulder dan hip tidak ada rotasi.
Tangan kanan memegang gelas barium.
Tepi atas film 5 cm di atas shoulder.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada MSP 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-T6 ) atau 7,5 cm inferior jugular
notch.
FFD
100 cm
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan
Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw
langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria Evaluasi
Oesophagus terisi barium.
Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris ).
Seluruh oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus superimposed dengan
vertebra thorakalis.
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

2. Lateral
Posisi Pasien
Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )
Posisi Pasien
Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi dan elbow flexi.
MCP pada garis tengah meja / kaset.
Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
Tangan kanan memegang gelas barium.
Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder.

Central Ray

Tegak lurus terhadap kaset.


Central Point
Pada MSP setinggi T5-T6 / 7,5 cm inferior jugular notch.
FFD
100 cm bila pasien recumbent
180 cm bila pasien berdiri
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan
Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw
langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria Evaluasi
Oesophagus terisi barium dan terlihat diantara columna vertebral dan jantung
True lateral ditunjukan dari superposisi costa posterior.
Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
Oesophagus terisi media kontras.
Seluruh Oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi
dengan kontras.
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

3. Proyeksi RAO
Posisi Pasien
Recumbent / erect (recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik)
Posisi Pasien
Rotasi 350 400 dari posisi prone dengan sisi kanan depan tubuh menempel meja /
film.
Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan kepala pasien
memegang gelas barium dengan straw pada mulut pasien.
Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
Pertengahan thorax diatur pada posisi oblique pada pertengahan film / meja.
Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada MSP setinggi T5-T6 / 7,5 cm inferior jugular notch.
FFD
100 cm bila pasien recumbent
180 cm bila pasien berdfilmi
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan
Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw
langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.

Kriteria Evaluasi
Oesophagus terisi barium terlihat diantara columna vertebral dan jantung (RAO
menunjukan gambaran lebih jelas antara vertebrae dan jantung dibandingkan LAO).
Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus diantara columna vertebral
dan jantung jika oesophagus superimposed di atas spina, rotasi perlu ditambah.
Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
Oesophagus terisi media kontras.
Seluruh oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi
dengan kontras.
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

4. Proyeksi LAO
Posisi Pasien
Recumbent / erect (recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik)
Posisi Pasien
Rotasi 350 400 dari posisi prone dengan sisi kiri depan tubuh menempel meja /
film.
Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala pasien
memegang gelas barium dengan straw pada mulut pasien.
Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
Pertengahan thorax diatur pada posisi oblique pada pertengahan film / meja.

Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada MSP setinggi T5-T6 / 7,5 cm inferior jugular notch.
FFD
100 cm bila pasien recumbent
180 cm bila pasien berdfilmi
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan
Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
Untuk full filling digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw
langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria Evaluasi
Oesophagus terisi barium terlihat diantara columna vertebral dan jantung (RAO
menunjukan gambaran lebih jelas antara vertebrae dan jantung dibandingkan LAO)
Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus diantara columna vertebral
dan jantung jika oesophagus superimposed di atas spina, rotasi perlu ditambah.
Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
Oesophagus terisi media kontras.
Seluruh Oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi
dengan kontras.
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

Diposkan oleh Ismaya (Twis) di 06.06


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai