Anda di halaman 1dari 22

ANUGRAH ARIYANI S.

, SSi
 1. Anatomi

 Oesophagus terletak di belakang trakea, terbentang dari


laringopharynx s/d lambung. Panjangnya 10 inch, diameter ¾ inc.
 2. Definisi
◦ Teknik Pemeriksaan Radiografi khusus untuk melihat
oesophagus dan pharynx dengan menggunakan media
kontras positif.
 3. Tujuan
◦ Mengetahui kelainan fungsi dan anatomi pada
oesophagus dan pharynx.
 4. Indikasi
◦ Achalasia ( penurunan pergerakan peristaltic 2/3 distal
oesophagus)
◦ Anatomic Anomalies
◦ Foreign Bodies ( bolus of food , metallic object, fish
bone)
◦ Carcinoma
◦ Dysphagia
◦ Esophagitis
◦ Refluks
◦ Spasme oesophagus.
 5. Kontra indikasi
◦ Jarang ditemukan karena menggunakan BaSO4
◦ Adanya komplikasi perforasi pada oesophagus yang tidak
diketahui sebelumnya
 6. Persiapan Pasien
◦ Tidak ada persiapan khusus, kecuali dilanjutkan untuk
pemeriksaan Maag dan Duodenum
◦ Berikan penjelasan pada pasien
 7. Persiapan Alat & Bahan
◦ Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
◦ Baju Pasien
◦ Gonad Shield
◦ Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
◦ Grid
◦ X-Ray marker
◦ Tissue / Kertas pembersih
◦ Bahan media kontras
◦ Air Masak
◦ Sendok / Straw ( pipet )
 8. Teknik Pemeriksaan
◦ Proyeksi AP/PA,Lateral, RAO dan LAO (yang paling
sering digunakan proyeksi AP,Lateral dan RAO )

A. Proyeksi AP/PA
◦ Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan
anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
◦ Persiapan alat :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : region pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
◦ Posisi Pasien : Recumbent / erect
◦ Posisi Object :
 MSP pada pertengahan meja / kaset
 Shoulder dan hip tidak ada rotasi
 Tangan kanan memegang gelas barium Tepi atas film
5 cm di atas shoulder
◦ CR : Tegak lurus terhadap kaset
◦ CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 )
/ 7,5 cm inferior jugular notch
◦ FFD : 100 cm
◦ Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15
cm
◦ Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian
diekspose
 Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien
minum barium dengan straw langsung expose
dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.

◦ Kriteria radiograf :
 Struktur : Oesophagus terisi barium
 Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien
(Sternoclavicular joint simetris )
 Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada
lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
oesophagus superimposed dengan th-vertebrae
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.
B. Proyeksi Lateral
◦ Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan
anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
◦ Persiapan Alat :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : region pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
◦ Posisi Pasien : Recumbent / erect ( recumbent lebih
disukai karena pengisian lebih baik )
◦ Posisi Objek :
 Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling
superposisi, elbow flexi
 Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.
 Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk
fiksasi.
 Tangan kanan memegang gelas barium
 Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
◦ CR : Tegak lurus terhadap kaset
◦ CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5
cm inferior jugular notch
◦ FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
◦ Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar
12-15 cm
◦ Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan
barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian
diekspose
 Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum
barium dengan straw langsung expose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.
◦ Kriteria radiograf :
 Struktur : Oesophagus terisi barium terlihat
diantara C.Vertebral dan jantung
 Posisi :
 True lateral ditunjukan dari superposisi costae Posterior.
 Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
 Oesophagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada
lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
oesophagus secara jelas yang terisi dengan kontras.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.
C. Proyeksi RAO (Right Anterior Oblique)

◦ Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan


anatomis, tumor & struktur dari oesophagus
◦ Persiapan Alat :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : region pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
◦ Posisi Pasien : Recumbent / erect ( recumbent lebih
disukai karena pengisian lebih baik)
◦ Posisi Objek :
 Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi prone dengan
sisi kanan depan tubuh menempel meja / film.
 Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri
flexi di depan kepala pasien, memegang gelas
barium, dengan straw pada mulut pasien.
 Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
 Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd
pertengahan IR / meja Tepi atas kaset 5 cm di
atas shoulder
◦ CR : Tegak lurus terhadap kaset
◦ CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm
inferior jugular notch
◦ FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
◦ Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-
15 cm
◦ Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan
barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok barium kental
kemudian diekspose
 Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien
minum barium dengan sedotan langsung expose
dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
◦ Kriteria radiograf :
 Struktur : Oesophagus terisi bariumterlihat
diantara C.Vertebral dan jantung ( RAO
menunjukan gambaran lebih jelas antara
vertebrae dan jantung dibandingkan LAO )
 Posisi :
 Rotasi yang cukup akan menampakkan oesophagus
diantara C. Vert. & Jantung, jika oesophagus
superimposed diatas spina, rotasi perlu ditambah.
 Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus
 Oesophagus terisi media kontras.
 Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
◦ Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor
& struktur dari oesophagus
◦ Persiapan alat :
 Film 30 x 40 cm memanjang
 Moving / Stationary Grid
 Shielding : region pelvic
 Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
 Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
◦ PP : Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena
pengisian lebih baik )
◦ Posisi Objek :
 Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan
tubuh menempel meja / film
 Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan
kepala pasien, memegang gelas barium, dengan straw pada
mulut pasien.
 Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
 Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR
/ meja
 Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder
◦ CR : Tegak lurus terhadap kaset
◦ CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm
inferior jugular notch
◦ FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
◦ Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar
12-15 cm
◦ Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan
barium
 Catatan :
 Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian
diekspose
 Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum
barium dengan sedotan langsung expose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.
◦ Kriteria radiograf :
 Struktur : Oesophagus terisi barium terlihat
diantara sekitar hilus paru dan C.Vertebral
 Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan
oesophagus, esophagus terisi media kontras.
 Kolimasi : Seluruh Oesophagus masuk pada
lap.penyinaran
 Faktor eksposi :
 Teknik yang digunakan mampu menampakkan
oesophagus secara jelas yang terisi dengan kontras,
menembus bayangan jantung.
 Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.

Anda mungkin juga menyukai