Anda di halaman 1dari 27

k Artawijaya IGN 1 comment

1. Definisi
Adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan media kontras ( positif dan
negative ) untuk menampakkan kelainan pada lambung.

Biasanya merupakan pemeriksaan satu paket dengan Oesophagus dan Duodenum


(OMD=Oesophagus Maag Duodenum)

2. Anatomi Stomach ( Maag = Gaster = Lambung )

Stomach, terletak diantara esophagus dan usus halus. Merupakan bagian yang mengalami
pelebaran / dilatasi pada alimentary canal.

Stomach terdiri dari 4 bagian besar yaitu : cariac, fundus, body atau corpus dan pylorus.

Body habitus

o Tipe dari body habitus memberikan efek yang sangat besar terhadap lokasi organ
pencernaan pada rongga abdomen.

o Untuk keakuratan dan konsistensi posisi dari organ pencernaan perlu diketahui
karakteristik dan klasifikasi dari body habitus.

o Terdapat 4 kelompok dari body habitus yaitu : hypersthenic, sthenic, hyposthenic


dan asthenic
3. Indikasi dan Kontraindikasi

Perforasi regurgitasi

Kontraindikasi Indikasi Pemeriksaan

Gastritis : radang gaster ( baik akut maupun kronik )

Divertikula : penonjolan keluar darimaag yang membentuk kantung ( banyak terjadi pada
fundus )

Hematemesis : perdarahan)

Neoplasma ( tumor atau kanker )

Hernia hiatal : hingga sebagian lambung tertarik keatas diafragma karena esophagus yang
pendek.

Stenosis pylorus:penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus

Bezoat / Undigested material (biasanya berupa rambut, serat sayuran atau bahan kayu )

Ulcers : erosi dari mukosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri )

Ulcer/ulkus/tukak : luka terbuka pada permukaan selaput lendir lambung

Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi menggunakan water


soluble kontras (urografin, iopamiro )
Obstruksi usus besar

4. Persiapan Pemeriksaan

1. Persiapan Pasien

o Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan ( kooperatif )

o 2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah


pembentukan gas akibat fermentasi

o Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam
sebelum pemeriksaan

o Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat obatan yang mengandung


substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi,dll.

o Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara bila perlu diberikan zat
laxative.

o Tidak boleh merokok ( nicotine merangsang sekresi saliva )

o Pasien diminta mengisi informed concent.

2. Persiapan Alat dan Bahan

o Pesawat X-Ray + Fluoroscopy

o Baju Pasien

o Gonad Shield

o Sarung tangan Pb

o Kaset + film ukuran 30 x 40 cm, 30x40 cm.

o Bengkok

o Grid

o X-Ray marker

o Tissue / Kertas pembersih

o Bahan kontras barium sulfat


o Barium encer dengan air hangat ( BaSO4 : air = 1 :4 )

o Kontras negative ( tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dll)

o Obat emergency : dexametason, delladryl,dll)

o Air Masak Sendok / Straw ( pipet ) dan gelas

5. Prosedur Pemeriksaan

1. Single Kontras

o Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos Abdomen

o Dilakukan persiapan pemeriksaan

o Dibuat foto polos abdomen / dilakukan fluoroskopi hepar, dada dan abdomen.

o Pasien diberi media kontras 1 gelas

o Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien
minum dengan sedotan

o Pasien diinstruksikan minum 2 3 teguk media contrast, dilakukan manipulasi


agar seluruh mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan

o Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh
dari duodenum.

o Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga
seluruh aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat

2. Double Kontras

o Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dsb untuk
menghasilkan efek gas ( teknik lama, sisi sedotan dilubangi sehingga pada saat minum media
kontras sekaligus udara masuk ke lambung.

o Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling guling 4 5


putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi.

o Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung
( lambung tidak relax )
o Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada
teknik single kontras.

o Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah daerah yang
diinginkan.

6. Proyeksi Pemotretan

1. PA erect ( film 30 x 40 ) untuk melihat type dan posisi lambung

2. Lateral erect untuk melihat space retrogastric kiri

3. PA recumbent untuk melihat gastroduodenal surface

4. PA Obliq ( RAO ) untuk melihat pyloric canal dan duodenal bulb

5. Right Lateral Decubitus utk melihat duodenal loop, duodenojujunal junction dan
retrogastric space

6. AP Recumbent utk melihat bagian fundus terutama pada teknik double kontras, rotasi
lateral untuk melihat lesi pada dinding anterior dan posterior, retrogastric portion dari jejunum
dan illium

7. Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 250 300 untuk melihat hernia
hiatal dan 10 15 derajat dan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat
gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

Proyeksi PA (film 30 x40)

o Fungsi : untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus
lambung

o Posisi Pasien : berdiri, prone menghadap kaset

o Posisi Objek : MSP pada pertengahan meja / kaset. Batas Atas : Xyphoid ( Th 9-
10 ), Batas Bawah: SIAS, diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.

o CR : Tegak Lurus

o CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.

Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi
kekiri dari C. Vertebrae

Astenic : 2 inchi dibawah L2


Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum

o Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

o Kriteria Radiograf :

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum

Body dan pylorus tercover

Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan


duodenum.

Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada

Proyeksi Lateral Erect (Lateral kanan)

o Fungsi : memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor,


ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.

o Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti
kemiringan pasien

o Posisi Objek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas xyphoid,
batas bawah crista iliaka
o Central Ray : Tegak Lurus

o Central Point : bulbus duodenum pada L1

Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane

Astenic : 2 inchi dibawah L1

Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1

o FFD : 100 cm

o Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

o Kriteria Radiograf :

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah


retrogastric, pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic

Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1

Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.

Proyeksi LPO (left posterior oblique)

o Fungsi : bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas
batas antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk GASTRITIS dan
ULKUS
o Posisi Pasien : pasien recumbent, punggung menempel kaset.

o Posisi Objek : dari posisi supine dirotasikan 30 60 derajat dengan bagian kiri
menempel meja, tungkai difleksikan untuk menopang, Batas atas :proc.xyphoideus, Batas bawah
: SIAS

o CR : Tegak Lurus

o CP : pertengahan crista iliaca

Stenik : L1

Astenic : 2 inchi dibawah L1 mendekat mid line

Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1

FFD : 100 cm

Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

o Kriteria Radiograf :

Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum, bulbus duodenum


tanpa superposisi dengan pylorus

Fundud tampak tertempeli BaSO4

Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara

Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum


Proyeksi PA Oblique (RAO)

o Posisi Pasien : recumbent, prone

o Posisi Objek : Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 40 70


derajat dengan tepi depan MSP, lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan, knee joint flexi.

o Central Ray : vertical tegak lurus

o Central Point : daerah bulbus duodeni

Stenik : 1-2 inch dari L2

Asthenic : 2-5 inchi di bawah L2

Hiperstenic : 2-5 inchi di atas L2

o FFD : 100 cm

o Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas

o Kriteri radiograf :

Struktur ditampakkan : daerah lambung dan lengkung duodenum


membentuk huruf C

Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi


Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

Proyeksi AP

o Posisi Pasien : Supine

o Posisi Objek : MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada rotasi

o CR : tegak lurus dengan kaset

o CP : pada L1 ( diantara xypoid dan batas bawah costae )

Stenik : L1

Asthenic : 2 inchi di bawah L1

Hiperstenic : 1 inchi di atas L1

o FFD : 100 cm

o Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas

o Kriteria radiograf :
Struktur ditampakkan : lambung dan duodenum, diafragma dan paru-paru
bagian bawah

Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi

Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi / kelainan

Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

o Catatan :

Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 25 30 derajat untuk


melihat hernia hiatal.

10 15 derajat dengan rotasi pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja )


untuk melihat gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.

Teknik Pembuatan Radiograf Maag Duodenum


1. Dengan Fluoroskopi

o Pasien disuruh berguling diikuti dengan fluoroskopi dilihat hingga BaSO4


melumuri seluruh permukaan lambung

o Buat spot foto lambung posisi RAO, lateral kanan, PA, dan LPO

o Spot foto dibuat sesuai dengan kelainan / posisi yang diperlukan

o Setelah kontras mengisi lambung dan duodenum dibuat foto UP RIGHT AP/PA

2. Tanpa Fluoroskopi

o Tunggu kira kira 5 menit, setelah kontras masuk

o Buat Radiograf RAO

o Lihat hasilnya, bila kontras sudah memenuhi lambung, dibuat proyeksi lateral
kanan, PA

o LPO untuk melihat duodenum

o Bila mungkin dibuat UP RIGHT AP atau PA


Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Puasa 4 -8 jam

2. Tidak merokok dan mengunyah permen selama periode NPO karena aktifitas tsb akan
meningkatkan cairan lambung dan ludah yang menghalangi perlekatan barium pada mukosa.

3. Volume media kontras

4. Kv tinggi ( 100 125 )untuk menapbah penetrasi kontras barium yang tinggi

5. Seconnd (S) yang singkat untuk mengurangi peristaltic movement Bouble kontras
mengurangi hingga menjadi 80 90 kv

Beranda

Konvesional

Kontras

o Barium Sulfate

o Iodium

CT-Scan

o Non Kontras
o Kontras

MRI

o Non Kontras

o Kontras

USG

Others

Selasa, 25 Februari 2014


Teknik Pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum ( OMD )

Prosedur pemeriksaan radiografi oesofagus maag duodenum (OMD)


a. Definisi pemeriksaan OMD
Teknik radiografi OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi saluran pencernaan atas dari
organ oesofagus maag duodenum menggunakan media kontras barium swallow dan barium
meal, kemudian diamati dengan fluoroskopi (Bryan, 1979)
b. Tujuan pemeriksaan OMD
Teknik radiografi OMD bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan pada organ esofagus, maag,
dan duodenum.
c. Persiapan pemeriksaan OMD yaitu :
1. Persiapan pasien
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan yaitu :
a. Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Pasien puasa selama 5 jam sebelum dilakukan pemeriksaan
c. Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung substansi
radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi (Bryan, 1979)
2. Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat :
a. Pesawat sinar x
b. Kaset ukuran 24 x 30 cm, 35 x 35 cm
c. Film ukuran 24x 30 cm, 35 x 35 cm
d. Gelas
e. Sendok
f. Tissue
g. Bengkok
h. Baju pasien
i. Marker R atau L
j. Pencucian film terdiri dari developer, fixer, rinsing (Balinger, 1999)
Persiapan bahan :
a. Media kontras barium sulfat (BaSO4)
Kontras media adalah suatu bahan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan radiologi yang
bertujuan untuk memberikan perbedaan densitas organ disekitarnya. Kontras media dibagi
menjadi dua macam yaitu kontras media positif dan kontras media negatif. Kontras media positif
adalah kontras media yang memiliki nomor atom tinggi, contohnya barium sedangkan kontras
media negatif yaitu kontras media yang memiliki nomor atom rendah, contohnya udara
(Ballinger, 1999).
Pemeriksaan OMD dengan menggunakan media kontras dibagi menjadi 5 macam yaitu :
1. Barium swallow adalah pemeriksaan radiologis oesofagus dengan cara menelan media
kontras
2. Barium meal adalah pemeriksaan radiologis lambung dan duodenum dengan cara meminum
media kontras
3. Barium follow through adalah pemeriksaan radiologis usus halus dengan meminum media
kontras yang merupakan kelanjutan dari pemeriksaan barium meal yang memerlukan waktu
beberapa jam untuk dapat sampai ke proses pencernaan makanan
b. Cara pemberian media kontras
Kontras positif yang biasanya digunakan dalam pemeriksaan radiologis saluran pencernaan
adalah BaSo4. Bahan ini merupakan sutu garam berwarna putih, mempunyai berat atom yang
besar dan tidak larut dalam air. Bahan diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu, sehingga
menjadi suspensi (bukan larutan). Suspensi tersebut harus diminum oleh pasien dalam
pemeriksaan oesofagus maag duodenum (Kartoleksono,\ 1999).
Apabila persiapan pasien sudah dianggap baik, maka untuk pemeriksaan oesofagus, pasien diberi
suspensi barium kurang lebih 2-3 sendok makan. Kontras barium dikulum di dalam mulut setelah
itu pasien diinstruksikan untuk menelan. Pembuatan radiograf dilakukan setelah kurang lebih 1-5
detik setelah barium diminum. Sedangkan untuk lembung dan duodenum setelah pasien diberi
suspensi barium kurang lebih 200 ml, atau kurang lebih satu gelas kemudian pasien disuruh
berbaring di atas meja pemeriksaan dan diminta untuk memutar badan ke kiri dan ke kanan
sebanyak 2-3 kali (berguling-guling) dengan maksud agar suspensi barium sulfat dapat melapisi
dinding lambung dan duodenum secara merata, setelah itu segera dilakukan pengambilan
radiograf. Radiograf diambil setelah kurang lebih 3-5 menit post media kontras (Kertoleksono,
1999)
d. Teknik pemeriksaan OMD
Teknik pemeriksaan OMD yang pertama kali dilakukan adalah pasien datang ke radiologi
kemudian pasien diminta untuk ganti baju, setelah itu kita mempersiapkan media kontras yang
akan dipakai yaitu membuat campuran antara barium dan air. Pemeriksaan oesofagus dapat
menggunakan 2 perbandingan yaitu dengan perbandingan 1 : 1 posisi pasien dalam keadaan
berdiri (Clark K.C, 1973) atau perbandingan 1 : 4 posisi pasien dalam keadaan tiduran
(Bontrager, 1991). Pada pemeriksaan maag duodenum perbandingan campuran yang digunakan
adalah 1 : 4 (Bontrager, 1999)

e. Proyeksi pemeriksaan OMD


1. Proyeksi radiografi plain abdomen (AP supine)
Pemeriksaan OMD sebelumnya dilakukan plain foto terlebih dahulu untuk mengetahui persiapan
dari pasien, proyeksi yang digunakan adalah AP supine.
Posisi pasien : pasien dalam posisi supine di atas meja pemeriksaan dengan
kedua tangan di samping tubuh.
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, usahakan tidak
terjadi rotasi pada tubuh
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : V. lumbal 2
FFD 100 cm
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 35 x 35 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi : tampak abdomen bila bersih maka pemeriksaan dilanjutkan
(Bontrager, 2001).
2. Proyeksi radiografi
Kaset ukuran : 35 x 35 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak oesofagus terisi barium pemeriksaan oesofagus
Terdapat beberapa proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan oesofagus yaitu :
a. Proyeksi AP atau PA
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatmi dan
neoplasma oesofagus.
Posisi pasien : pasien pada posisi terlentang pada meja pemeriksaan atau
dalam posisi berdiri
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan. Usahakan
tidak terjadi rotasi pada shoulder dan hip. Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder sebagai pusat
sinar pada kaset.
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yatiu 1 inchi inferior dari sternal angle
atau kira-kira 3 inchi inferior dari jugular notch
FFD : 100 cm atau 183 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid

2. Tidak adanya rotasi pada pasien


3. Tampak oesofagus dalam radiograf
4. Tampak oesofagus superposisi dengan vertebra thorakal (Bontrager, 2001).
b. Proyeksi posisi RAO dan LAO
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatomi dan
neoplasma oesofagus.
Posisi pasien : pasien tidur miring pada salah satu sisi atau dalam posisi
berdiri atau tiduran
Posisi objek : pasien dari posisi PA dirotasikan sebesar 35o-40o dengan
sebelah kanan atau kiri anterior tubuh jauh dari kaset. Tempatkan lengan kiri atau kanan di
samping tubuh elbow kanan ditekuk untuk memegang segelas barium. Knee sebelah kiriatau
kanan ditekuk untuk fiksasi. Pertengahan thorak sejajar pada kaset. Batas atas kaset 5 cm di atas
shoulder sebagai pusat sinar pada kaset.
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior menuju jugular
notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 35 x 35 cm
Eksposi : ekspirasi tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
2. Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung dengan adanya rotasi yang cukup
dari tubuh pasien
3. Oesofagus terisi barium
4. Otot bawah tidak superposisi dengan oesofagus (Bontrager, 2001)
c. Proyeksi lateral
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu striktur, benda asing, anomaly anatomi dan
neoplasma oesofagus
Posisi pasien : pasien miring pada salah satu sisi atau dalam posisi berdiri.
Posisi objek : tempatkan kedua lengan di dekat kepala, elbow ditekuk dan
saling superposisi. Mid coronal plane pada pertengahan meja pemeriksaan. Tempatkan shoulder
dan hip pada posisi true lateral. Batas atas kaset 5 cm di atas shoulder sebagai pusat sinar pada
kaset
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : thorakal 5-6 yaitu 2-3 inchi inferior dari jugular
notch
FFD : 100 cm atau 180 cm jika pasien berdiri
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 35 x 35 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak oesofagus diantara kolumna vertebra dan jantung
2. Tampak kosta posterior saling superposisi
3. Tampak kedua lengan tidak superposisi dengan oesofagus
4. oesofagus terisi barium (Bontrager, 2001)
3. Proyeksi radiografi pemeriksaan lambung duodenum
Beberapa proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan lambung duodenum, yaitu :
a. Proyeksi PA
Proyeksi ini dapat memperlihatkan kelainan yaitu polip, divertikula, bezoar, dan tanda-tanda
gastritis dan pylorus dari lambung.
Posisi pasien : pasien pada posisi prone, kedua tangan di samping kepala.
Kepala diganjal dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, usahakan
tidak terjadi rotasi pada tubuh
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : 1 inchi lateral ke arah lumbal 2
FFD : 100 cm
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 24 x 30 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum
2. Badan dan pylorus dari lambung berisi barium
3. Struktur lambung tampak dalam radiograf (Bontrager, 2001)
b. Proyeksi RAO
Proyeksi ini dapat memperlihatkan polip dan ulkus dari pylorus, duodenal bulb dan C-loop
duodenum
Posisi pasien : pasien tidur miring pada salah satu sisi kemudian
dirotasikan ke arah RAO. Ganjal kepala pasien dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : pasien dirotasikan sebesar 400-700 dari posisi prone dengan
sebelah kanan anterior tubuh jauh dari kaset. Lengan kanan di bawah dan elbow kiri ditekuk
dekat kepala pasien. Knee ditekuk untuk fiksasi
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : lumbal 2 yaitu 1-2 inchi di atas batas lateral costae
bawah
FFD : 100 cm
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 24 x 30 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum dalam radiograf
2. Tampak bulbus duodenum
3. Tampak lipatan lambung (Bontrager, 2001)
c. Proyeksi LPO
Dengan menggunakan double kontras udara mengisi pylorus dan duodenal bulb, kemungkinan
dapat memperlihatkan kelainan gastritis dan ulkus.
Posisi pasien : pasien miring pada salah satu sisi kemudian tubuh
dirotasikan ke arah LPO, ganjal kepala dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : pasien dari posisi supine dirotasikan sebesar 300-600 dengan
sebelah posterior jauh dari kaset. Knee sebelah kanan ditekuk untuk fiksasi. Kedua tangan
diletakkan menyilang di depan dada untuk imobilisasi.
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : kira-kira di antara xipoid tip dan batas lateral
costae bawah setinggi lumbal 1
FFD : 100 cm
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 24 x 30 cm
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum
2. Tidak ada obstruksi antara bulbus duodenum ditunjukkan dengan tidak adanya superposisi
pylorus pada lambung.
3. Fundus terisi oleh barium (Bontrager, 2001)
d. Proyeksi lateral kanan
Proyeksi ini dapat memperlihatkan ruang retrogastrik (ruang di belakang lambung) divertikula,
tumor, ulkus gastric, dan trauma lambung
Posisi pasien : pasien tidur miring ke arah lateral kanan. Letakkan kedua
tangan di dekat kepala. Ganjal kepala dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : shoulder dan hip pada posisi true lateral dan batas bawah
kaset pada iliac crest
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : lumbal 1 yaitu pada batas lateral costae bawah dan
1-1,5 inchi anterior menuju mid coronal plane
FFD : 100 cm
Kaset ukuran : 24 x 30 cm
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum
2. Tampak retrogastric space
3. Tampak pylorus dan duodenum dalam radiograf
4. Tampak bulbus duodenal (Bontrager, 2001)
e. Posisi AP
Proyeksi ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya hiatal hernia ditunjukan dengan
posisi trendelenburg.
Posisi pasien : pasien pada posisi supine, kedua tangan di samping tubuh,
ganjal kepala pasien dengan bantal untuk kenyamanan pasien
Posisi objek : MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan. Usahakan
tidak terjadi rotasi pada tubuh. Kaset harus ditempatkan kira-kira pada iliac crest
Pengaturan sinar : CR : tegak lurus kaset
CP : diantara xipoid tip dan batas bawah costae
setinggi lumbal 1
FFD : 100cm
Menggunakan grid
Kaset ukuran : 30 x 40 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan napas
Kriteria evaluasi :
1. Tampak lambung dan duodenum
2. Diafragma dan daerah paru-paru bawah menunjukkan kemungkinan adanya hiatal hernia
3. Fundus pada lambung terisi oleh barium
4. Tampak bulbus duodenal (Bontrager, 2001)
Sudoku Puzzle games

Senin, 27 Januari 2014

Teknik Radiografi OMD (Oesophagus Maag Duodenum)

PENGERTIAN
Oesophagus Maag Duodenum adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian
lambung dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif untuk
menegakkan diagnosa. Biasanya merupakan pemeriksaan satu paket dengan
oesophagus dan duodenum.

BODY HABITUS
Tipe dari body habitus memberikan efek yang sangat besar terhadap lokasi organ
pencernaan pada rongga abdomen. Untuk keakuratan dan konsistensi posisi dari
organ pencernaan perlu diketahui karakteristik dan klasifikasi dari body habitus.
Terdapat 4 kelompok dari body habitus yaitu : hypersthenic, sthenic, hyposthenic
dan asthenic.

INDIKASI
Gastritis (Radang gaster baik akut maupun kronik)
Divertikula (Penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung dan banyak
terjadi pada fundus)
Hematemesis (Perdarahan)
Neoplasma (Tumor atau kanker )
Hernia hiatal hingga sebagian lambung tertarik keatas diafragma karena
esophagus yang pendek.
Stenosis pylorus (Penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus)
Bezoat / Undigested material (biasanya berupa rambut, serat sayuran atau bahan
kayu)
Ulcers (Erosi dari mukosa dinding lambung karena cairan gaster, diet, rokok, dan
bakteri)
Ulcer/ulkus/tukak (Luka terbuka pada permukaan selaput lender lambung)
Perforasi
Regurgitasi

KONTRA INDIKASI
Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi menggunakan
water soluble kontras (urografin, iopamiro).
Obstruksi usus besar.

PERSIAPAN PASIEN
Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien sedang hamil
atau tidak.
Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan (kooperatif).
Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat,
misalnya bubur kecap untuk mencegah pembentukan gas akibat fermentasi.
12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar agar colon bebas dari
fecal material dan udara.
Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa 8-9 jam
sebelum pemeriksaan.
Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan.
Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat obatan yang mengandung
substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi, dan lain-lain.
Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara untuk
meminimalisasi udara dalam usus.
Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran
pemeriksaan.
Penandatanganan Informed Consent. Petugas harus hati-hati dan selalu
memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani informed
consent.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


Pesawat x-ray dan fluoroskopi.
Baju pasien.
Gonad shield.
Apron.
Sarung tangan Pb.
Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm2.
Bengkok.
Lysolm/grid.
X-ray marker.
Tissue/Kertas pembersih.
Media kontras positif = BaSO4 : air hangat (1 : 4).
Media kontras negatif (tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dan lain-lain).
Obat emergency seperti dexametason, delladryl, dan lain-lain.
Sendok/straw (pipet) dan gelas.

PROSEDUR PEMERIKSAAN

Single Kontras
Penjelasan pada pasien tentang prosedur foto polos abdomen.
Dilakukan persiapan pemeriksaan.
Dibuat foto polos abdomen/dilakukan fluoroskopi hepar, dada, dan abdomen.
Pasien diberi media kontras 1 gelas.
Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien
minum dengan sedotan.
Pasien diinstruksikan minum 2 3 teguk media kontras, dilakukan manipulasi agar
seluruh mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan.
Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh
dari duodenum.
Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga
seluruh aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat.

Double Kontras
Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dan
sebagainya untuk menghasilkan efek gas (teknik lama, sisi sedotan dilubangi
sehingga pada saat minum media kontras sekaligus udara masuk ke lambung).
Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk bergulingguling 4 5
putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi.
Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung
(lambung tidak relax).
Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada
teknik single kontras.
Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah daerah yang
diinginkan.

TEKNIK PEMBUATAN RADIOGRAF

Dengan Fluoroskopi
Pasien disuruh berguling diikuti dengan fluoroskopi dilihat hingga BaSO4 melumuri
seluruh permukaan lambung.
Buat spot foto lambung posisi RAO, lateral kanan, PA, dan LPO.
Spot foto dibuat sesuai dengan kelainan/posisi yang diperlukan.
Setelah kontras mengisi lambung dan duodenum dibuat foto up right AP/PA.

Tanpa Fluoroskopi
Tunggu kira kira 5 menit, setelah kontras masuk.
Buat radiograf RAO.
Lihat hasilnya, bila kontras sudah memenuhi lambung, dibuat proyeksi lateral
kanan dan PA
LPO untuk melihat duodenum.
Bila munkin dibuat up right AP atau PA.

PROYEKSI PEMOTRETAN
1. PA Oblique (RAO)
Posisi Pasien
Recumbent/prone
Posisi Obyek
Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 400 700dengan tepi
depan MSP.
Lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan.
Knee joint flexi.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Daerah bulbus duodeni
Stenik : 1-2 inchi dari lumbal ke-2.
Asthenic : 2-5 inchi di bawah lumbal ke-2.
Hiperstenic : 2-5 inchi di atas lumbal ke-2.

FFD
100 cm
Ekspose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur ditampakkan adalah daerah lambung dan lengkung duodenum
membentuk huruf C.
Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi.
Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi/kelainan.
Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.

2. Right lateral
Berfungsi memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor,
ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.

Posisi Pasien
Pasien miring arah kanan.

Posisi Obyek
Bahu dan daerah costae dalam posisi lateral.
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset krista iliaka.
Atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan pasien.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Bulbus duodenum pada Lumbal ke-1.
Stenik : 1-1,5 cm ke depan dari mid coronal plane.
Astenic : 2 inchi di bawah Lumbal ke-1.
Hiperstenic : 2 inchi di atas Lumbal ke-1.

FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric,
pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe
hiperstenic.
Lengkung duodenum terletak pada sekitar Lumbal ke-1.
Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.

3. PA
Berfungsi untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus
lambung.

Posisi Pasien
Berdiri/prone

Posisi Obyek
MSP pada pertengahan meja/kaset.
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset SIAS diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Pada pylorus dan bulbus duodeni.
Stenik : 1-2 inchi dibawah Lumbal ke-2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi
kekiri dari columna vertebrae.
Astenik : 2 inchi dibawah Lumbal ke-2.
Hiperstenik : 2 inchi di atas level duodenum.

FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum.
Korpus dan pylorus tercover.
Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.
Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada.

4. AP Oblique(LPO)
Berfungsi bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas
batas antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk
gastritis dan ulkus.

Posisi Pasien
Pasien recumbent punggung menempel kaset.

Posisi Obyek
Dari posisi supine dirotasikan 300 600 dengan bagian kiri menempel meja
tungkai difleksikan untuk menopang
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset krista iliaka.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Pertengahan krista iliaka.
Stenik : Lumbal ke-1
Astenik : 2 inchi dibawah Lumbal ke-1 mendekat mid line
Hiperstenik : 2 Inchi diatas Lumbal ke-1

FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum.
Bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus.
Fundus tampak tertempeli BaSO4.
Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara.
Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum.

STUDI KASUS
Nama : NURDJANI

Usia : 69 tahun

Tanggal pemeriksaan : 30 juni 2010-07-05

Pemeriksaan : OMD

Dokter pengirim : DR. RSCM

Keterangan klinis : riwayat ERCP tidak dapat masuk

No. Pemeriksaan : 1014799U

Telah dilakukan pemeriksaan OMD dengan kontras hasil sebagai berikut:

Pasien minum kontras barium, tampak fase kontras lancar mengisi esofagus sampai
dengan gaster. Tampak kontras sedikit tertahan di esofagus setinggi vetebra th 5-6
tepat diatas bronkus utama kiri namun dengan peristaltik kontras perlahan mengalir
ke distal hingga ke gaster dan duodenum.

Esofagus:

Kalibar esofagus baik, dinding reguler. Tampak gambaran additional esofagus sisi
kiri diatas bronkus utama kiri. Tdak tampak gambaran shoulder sign maupun apple
core sign.

Gaster

Bentuk dan ukuran baik, mukosa dan rugae gaster baik. Tidak tampak additional
shadow maupun feeling defect

Duodenum

Bentuk dan ukuran baik, mukosa reguler , tidak tampak additional shadow maupun
feeling defect
Kesimpulan

Divertikel esofagus setinggi th 5-6 tepat di atas bronkus utama kiri. Tidak tampak
kelainan radiologis pada gaster dan duodenum

3.1 Kesimpulan

OMD, Oesophagus Maag Duodenum, adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk


mendeteksi adanya kelainan pada Oesophagus (O, kerongkongan), Maag (M,
lambung), dan Duodenum (D, usus 12 jari), dengan teknik fluoroskopi-radiografi

Indikasi, yang perlu pemeriksaan ini adalah; 1. Adanya gangguan proses


menelan. 2. Muntah-muntah atau rasa mual yang belum diketahui sebabnya. 3.
Kecurigaan varises Oesophagus. 4. Kecurigaan massa exstralumin atau intralumin
5. Melacak sebab perdarahan tersembunyi

Kontra Indikasi, dilarang untuk pemeriksaan ini adalah; Perdarahan


gastrointestinal yang masih berlangsung

Panduan bagi pasien. Pada orang dewasa, sebelumnya berpuasa sekitar 6 jam.
Sebaiknya opname untuk dipasang NGT dan infus untuk mencegah dehidrasi.
Beberapa saat sebelum pemeriksaan minum larutan kontras yang diberikan
petugas pemeriksaan. Larutan kontras ada 2 gelas, pertama agak pekat untuk
melumuri permukaan lambung yang berisi barium dan kedua yang lebih encer.
Sedangkan untuk bayi, akan diberikan cairan urografin

Anda mungkin juga menyukai