Anda di halaman 1dari 33

Journal Reading

Early Intervention and Nonpharmacological


Therapy of Myopia in Young Adults
Oleh
Zia faradila
19174043
Pembimbing: dr Fauziah Hayati
Sp.M
Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata
RSUD Meuraxa Banda Aceh
Introduction
Myopia (mata minus/rabun jauh) adalah suatu keadaan dimana dioptri lebih
dari atau sama dengan -0,50, merupakan kelainan refraksi yang paling sering
terjadi . Myopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar masuk ke
mata jatuh di depan retina.

Myopia diklasifikasi menjadi 3 berdasarkan beratnya:

Ringan = ≤-3.0 D
Sedang = -3.0 sampai -6,0 D
 berat = >-0,6 D

Diperkirakan 1-5 orang dengan myopia akan berkembang mejadi myopia berat
(>-0,6 D) yang dapat menyebakan hilangnya penglihatan akibat ablasi retinal,
neovascularization, cataract, glaucoma.
Prevalensi

 Berdasarkan beberapa studi, menyatakan


bahwa prevalensi myopia meningkat di
Asia Timur, terutama di China, jepang
republic of corea da juga singapore
dengan prevalensi rata-rata sekitar 50%.

 Sedangkan di australia, eropa di america


utara dan selatan prevalensi dari myopia
itu cenderung rendah
Introduction
● Penyebab dari myopia complex berhubungan dengan genetic and faktor
linkungan juga ikut berperan seperti, lifestyle, vitamin D, and penggunaan
alat elektronik/gadget termasuk smartphone

● Pada sebuah literatur myopia bisa terjadi pada berbagai kelompok etnic ,
dimana myopia lebih sering terjadi pada anak-anak dia asia timur
dibandingkan pada kelompok anak-anak di eropa

● Sebuah studi juga mengatakan bahwa miopia terjadi 33–60% pada anak
yang orang tuanya juga menderita myopia. Dan apabila hanya salah satu
dari orang tuanya menderita myopia maka 23–40% akan terjadi pada
anaknya. Sedangkan pada orang tua yang tidak menderita myopia makan
insiden yang akan terjadi pada anaknya sebesar 6–15%.
Risk Factors for Myopia in Young Adults

01 Genetic Factors versus the Risk of Myopia


Development
0 Vitamin D Level versus Myopia
2
03 Lifestyle and Myopia in Young Adults

04 The Effect of Electronic Devices on Myopia

Relation between High Level of Intelligence and


05 Myopia
Genetic Factors versus the Risk of Myopia
Development
● Genetic dipercayai sebagai pewarisan pada kelainan refraksi. Ada sebuah
penelitian yang luas dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi lokus dalam
genom manusia yang bertanggung jawab terhadap terjadinya miopia dan
mengindentifikasi efek genom pada presentasi fenotip yaitu suatu cacat
refraksi.

● Sejauh ini, sudah ada sekitar 30 lokus yang diidentifikasi berhubungan


dengan miopia, di antaranya sekitar 13 lokus dikaitkan dengan miopia
berat.

● Ada beberapa daftar genes yang berhubungan dengan kemungkinan


terjadinya miopia yaitu: TGIF (MYP2), LUM (MYP3), COL1A1 (MYP5), IGF-1,
PAX6 dan SOX2, BICC1, dan RASGRF1.
Vitamin D Level versus Myopia

● Dari beberapa studi yang dilakukan ● Dalam banyak populasi, sumber


terhadap berbagai populasi, utama vitamin D3 adalah sintesis
sampai saat ini masih endogen yang dipicu oleh paparan
menunjukkan bahwa tingkat kulit terhadap sinar matahari.
vitamin D3 yang rendah dapat Hipovitaminosis D sering terjadi
dikaitkan dengan meningkatnya pada banyak populasi.
prevalensi miopia

● Hal ini mungkin terjadi akibat dari


● Yazar et al. menyatakan bahwa perubahan perilaku yang
tingkat vitamin D3 yang rendah mengarah pada terbatasnya
adalah salah satu faktor yang terhadap paparan sinar matahari.
memediasi dalam prevalensi
miopia antara berbagai kelompok
etnis.
Vitamin D Level versus Myopia

● Dalam 10 tahun terakhir, ● Pan et al. melakukan sebuah


banyak studi observasional studi, dengan melihat kaitan
menjelaskan bahwa lebih antara waktu yang lebih
banyak waktu yang banyak dihabiskan diluar
dihabiskan di udara ruangan, kadar dari vitamin D
terbuka/diluar rumah dapat dan myopia. Mereka
melindungi seseorang dari menyimpulkan bahwa lebih
miopia. banyak waktu yang dihabiskan
diluar ruangan dapat
mencegah perkembangan dari
kejadian myopia
Lifestyle and Myopia in Young Adults

● Pada tahun 80 an, Near work telah ● Sebuah study menjelaskan bahwa,
dipertimbangkan sebagai kunci pada orang yang menghabiskan 10
faktor risiko terjadinya myopia. Pada jam untuk membaca perminggu
tahun selanjutnya, sebuah penelitian meningkatkan risiko progresivitas
menganalisa tehadap efek jumlah terhadap terjadinya myopia dengan
jam dilakukannya near work diopitri -0,08.
terhadap terjadinya myopia pada
anak ● Sebuah study juga dilakukan di
polandia, menunjukkan peningkatan
● Secara statistic myopia lebih sering ganda terjadinya miopia di kalangan
terjadi pada anak yang mahasiswa kedokteran
menghabiskan lebih dari 0,8 jam (48 dibandingkan dengan orang-orang
menit) jam didepan layar komputer pada usia yang sama tetapi tidak
dan membaca/menulis selama 2 jam belajar.
per hari.
The Effect of Electronic Devices on Myopia

● Studi terbaru menunjukkan bahwa melihat dan membaca teks dalam font kecil di
smartphone dapat menyebabkan ketegangan pada mata, penglihatan kabur, pusing,
dan kekeringan pada mata.

● Selain itu dalam beberapa tahun terakhir, teknologi head-mouth display (HMD)
dikembangkan, yang memungkinkan pengguna mengalami realisasi virtual . Orang yang
menggunakan HMD dapat menyebabkan ketidaknyamanann visual (sakit kepala,
penglihatan kabur) dan keteganggan pada mata.
The Effect of Electronic Devices on Myopia
● Han et al. Melakukan sebuah analisis subjektif dan objektif dari ketidaknyamanan
visual dan ketegangan mata yang disebabkan oleh penggunaan HMD dan
smartphone .Eksperimen ini menunjukkan bahwa penggunaan baik HMD dan
smartphone dapat menyebabkan miopia, meskipun pengguna tidak dapat melihat
hilangnya kualitas penglihatan. Perubahan ringan ini bersifat sementara, dan
mereda dalam beberapa menit. Hasil dari penelitian ini didapatkan pengguna HMD
dan smartphome mengalami ketidaknyamanan visual dan ketengangan pada mata
pada saat mereka menggunakannya.

● HMD tidak menyebabkan ketegangan pada mata secara signifikan, tetapi dapat
menyebabkan mata menjadi kering yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi
pada mata.
Relation between High Level of Intelligence and
Myopia
● Colom et al, mendefinisikan intelegensi secara umum, kemampuan mental
untuk bernalar, memecahkan masalah, dan belajar

● Hubungan antara miopia dan tingkat kecerdasan telah diteliti oleh banyak
ilmuwan. Studi pertama yang dilakukan pada tahun 1995 menunjukkan
korelasi positif yang kuat antara miopia dengan tingkat kecerdasan yang
tinggi

● Sebuah studi juga dilakukan di singapore terhadap 1204 anak china yang
berusia 10-12 tahun, penelitian ini dilakukan dengan menganalisa
hubungan antara myopia dengan IQ. Tidak hanya dari IQ ada beberapa
parameter lain yang dinilai seperti usia, jenis kelamin, tipe sekolah,
keluarga dengan riwayat myopia, tingkat pendidikan ayah, berapa jumlah
buku yang dibaca perminggu. Dari hasil penelitian ini didapatkan yaitu
anak dengan IQ yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya myopia yang
berat.
Intervensi dini dan terapi non-
farmakologi pada myopia
01
Kaca mata dan lensa kontak dalam
pengembangan myopia
● Untuk menghilangkan atau memperlambat progresifitas dari myopia
beberapa studi telah diuji, termasuk dalam penggunaan lensa
kontak, lensa spectacle bifocal dan multifokal, dan kacamata
pinhole.

● Telah diobservasi bahwa penggunaan lensa spetacle secara progresif


dapat menghambat dari progresifitas myopia yang signifikan secara
statistik

● Jenis kacamata lain yang direkomendasikan dalam miopia adalah


kacamata pinhole tanpa lensa yang ditemukan ribuan tahun yang
lalu di India.

● Sebuah studi yang dilakukan terhadap 48 orang dengan usia 20-50


tahun, menyuruh mereka untuk menggunakan kacamata tanpa lensa
selama 1 minggu, diobservasi bahwa ketajaman penglihatan pada
jarak yang dekat terjadi peningkatan, tetapi mereka mengalami
penurunan sensitifitas pada pemeriksaan lapangan pandang dan
pada uji sensitifitas kontras.
● Penggunaan soft contac lens juga tidak menjamin dapat mengontrol dari
progresifitas myopia. Pada hard lense di bandingkan dengan soft lens
memungkinkan terjadinya penurunan dari progresifitas myopia sebesar
0.63 D, tetapi itu dilaporkan dapat menyebabkan lesi morfologi sementara
terhadap kornea

● Dari berbagai Studi retrospektif dan studi kasus yang dilakukan sejauh ini
menunjukkan bahwa metode ortokeratologi modern memungkinkan untuk
menghambat progresifitas dari miopia pada anak-anak.
Kaca mata dan lensa kontak dalam
pengembangan myopia

● Salah satu metode terapi untuk mengobati miopia ringan dan sedang pada anak-anak dan
remaja adalah dengan menggunakan lensa kontak Rigid Gas Permeable (RGP) yang
didesain agar permukaan kornea sentral pada myopia menjadi lebih datar setelah lensa
dilepas, dimana metode ini disebut orthokeratologi. Orthokeratologi adalah proses
pembentukan kembali permukaan anterior kornea .Lensa orhokeratologi digunakan setiap
malam menjelang tidur untuk mengurangi kelainan refraksi pada pagi.Ortho-koreksi dapat
diterapkan pada miopia yang nilai dioptrinya antara 1D dan 5D

● Berdasarkan sebuah studi menunjukkan bahwa orthokeratologi merupakan alternatif terapi


yang efektif dalam memperlambat progresifitas dari myopia jika dibandingkan dengan
penggunaan kacamata. Orthokeratologi sekitar 20-30% dapat memperlambat progresifitas
dari myopia dibandingkan dengan penggunaan kacamata.
● Namun selama 7 tahun pengamatan, peneliti tidak menemukan
perubahan yang signifikan secara statistik terhadap panjang bola mata
pada kelompok yang diterapi dengan orthokeratology dengan
kelompok kontrol.

● Namun ada efek samping yang akan timbul pada terapi


orthokeratology, yaitu akibat kekuatan penekanan terhadap kornea
oleh lensa rigid dapat menganggu epitel kornea, dan pemakaian
semalaman dapat menyebabkan keratitis infeksi. Data klinis yang
diperoleh sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi
mikrobiologis yang terkait dengan penggunaan lensa ortokeratologi
mengakibatkan bekas luka kornea dan hampir 10% mata memerlukan
perawatan bedah
0
2
Penggunaan ʺchinese eye exercise_˝
dalam terapi myopia pada anak
● Pada tahun 1963, pemerintah Cina menyetujui latihan mata \Tiongkok untuk mencegah
miopia dan melindungi penglihatan pada anak-anak. Latihan ini telah menjadi
kebiasaan sehari-hari anak-anak di sekolah dasar dan menengah.

● Latihan mata Tiongkok adalah jenis pijatan pada titik-titik akupunktur yang mengelilingi
mata, dan itu berasal dari pengobatan Tiongkok tradisional

Ada 16 titik akupunktur yang terletak secara simetris di dalam wajah manusia.

○ Titik BL-2 terletak di ujung tengah alis; BL-1 terletak di sudut medial mata; ST-2 terletak
di garis pupil, setinggi lubang hidung; EX-HN5 terletak di dahi; dan TE-23, EX-HN4,
GB-1, dan ST-1 terletak di sekitar rongga mata

○ Poin BL-2, BL-1, dan ST2 harus ditekan selama 1 menit, sedangkan yang lainnya
selama 30 detik
● Berdasarkan sebuah studi, dimana ada 190 pasien yang berpartisipasi
dalam penelitian ini. Enam puluh tiga pasien melakukan latihan 5 menit
setiap hari, sebelum pergi ke sekolah. Terapi poin BL-2 dan ST-1 dapat
memicu sekresi air mata, meningkatkan level laktoferin, dan memberi efek
terhadap tekanan intraokular. Laktoferin adalah elemen penting dari sistem
kekebalan tubuh, yang mungkin terkait dengan afinitas zat besi. \ Dengan
mengambil dan mengikat zat besi dalam tubuh, itu mencegah bakteri dari
memiliki akses ke ion yang diperlukan untuk pengembangan dan
pertumbuhan mereka.

● Latihan mata Cina dapat meningkatkan aliran darah ke bola mata dan dan
meningkatkan respons sistem saraf parasimpatis otot ciliary dengan
stimulasi area mata dan karena itu dapat memberi efek pada proses
akomodasi.
● Sebuah studi di dilakukan pada 201 siswa
sekolah dasar, dimana siswa melakukan
latihan selama 5 menit setidaknya satu kali
sehari selama 2 tahun. setelah 2 tahun, para
ilmuwan mengamati perkembangan miopia
yang sedikit lebih lambat (0,15D) pada
mereka yang melakukan dengan benar
dibandingkan pada peserta yang tidak
melakukan latihan dengan benar

Figure 2: Location of the acupuncture points used in the“Chinese eye


exercise” technique. Acupoint code (name in Chinese)—BL-2: cuanzhu;
BL-1: jingming; ST-2: sibai; EX-HN5: taiyang; TE-23: sizhukong; EX-
HN4: yuyao; GB-1: tongziliao;ST-1: chengqi.
03
Penggunaan pelatihan penglihatan pada
pasien dengan myopia
● Penggunaan pelatihan visual sekalian dengan penggunaan soft lens
pada subjek dengan miopia adalah terapi nonfarmakologis lainnya
dari miopia pada dewasa muda. Pelatihan ini untuk meningkatkan
akurasi dan dinamika akomodasi pada orang dewasa muda dengan
miopia.

● Pelatihan visual yang menarik dilakukan oleh Allen et al. Penelitian


ini dilakukan terhadap 94 orang dengan miopia. Kelompok studi
menggunakan lensa kontak dengan spherical aberration (SA) dan
melakukan pelatihan visual, sedangkan kelompok kontrol
menggunakan lensa kontak tanpa SA dan tidak melakukan pelatihan
apa pun.

● Para pasien melakukan latihan selama 18 menit dengan


menggunakan a flipper selama 6 minggu. Pelatihan terdiri dari 82
latihan menggunakan a flipper + 2.00D / - 2.00D, pada jarak 40 cm.
Setelah 3 bulan, terjadi peningkatan akomodasi secara signifikan .
Respons akomodasi terhadap objek dekat meningkat dengan
menggunakan lensa SA.
0
4
Penggunaan Terapi Myofascial dalam
Pengobatan Miopia
● Gangguan pada penglihatan menyebabkan ● Menempatkan kacamata terlalu tinggi atau
peningkatan ketegangan pada otot trapezius dan otot terlalu rendah pada hidung dapat
sternokleidomastoid, yang dapat menyebabkan menyebabkan kepala menekuk ke depan
ketegangan kranial. Pasien biasanya atau ke belakang. Mekanisme ini dapat
mengkompensasi masalah penglihatan dengan mengaktifkan titik-titik pemicu pada otot
menekuk ke depan atau memutar kepala ke samping. suboksipital dan otot semispinalis pada
Terlalu sering menggunakan otot okulomotor dapat kepala dan leher.
menyebabkan sakit kepala dan sakit leher.

● Pilihan yang tepat terhadap kacamatakoreksi adalah


hal yang penting dalam menjaga keseimbangan
ketegangan yang terdapat di kepala dan leher.
Penggunaan lensa kontak dengan jarak fokus yang
terlalu pendek menyebabkan kebiasaan menurunkan
kepala saat membaca atau melakukan pekerjaan
dekat.
● Orang-orang dengan miopia umumnya hadir dengan posisi
kepala dan segmen servikal kolomna vertebra yang
protractive, sehingga menyebabkan peningkatan tonus otot-
otot dada, serat ascendens M. trapezius, levator scapulae,
dan otot sternocleidomastoid dan terjadi penurunan tonus
otot-otot yang menstabilkan segmen servikal. Otot
suboksipital bertanggung jawab untuk menstabilkan segmen
servikals atas kolom vertebra dan pergerakan normal
kranium. Atrofi otot ini dapat menyebabkan penurunan
keseimbangan postural kepala dan leher
Figure 3: The technique
relaxing the suboccipital
muscles
● Teknik relaksasi otot-otot suboksipital dengan memberikan
tekanan ke arah ventral di daerah suboksipital sementara
kepala pasien bersandar di tangan terapis , seperti pada
Gambar 3 .Tekanan harus merata dan konstan selama 5
menit. Penggunaan teknik ini adalah untuk meningkatkan
mobilitas tulang belakang leher dan mengembalikan posisi
kepala yang tepat
● Myofascial trigger point (MTP) adalah suatu titik yang terdapat di
stuktur otot atau fascia yang menegang, area ini terasa nyeri
saat ditekan dan pada saat peregangan. Hal Ini dapat
menyebabkan tanda-tanda khas seperti nyeri, hipersensitif
terhadap sentuhan, aktivitas motorik terganggu, dan gejala
otonom.

● Fasia yang terdapat dikepala memiliki fungsi penting di tubuh


manusia, hal itu menjadi sumber ketegangan yang terdapat di
kepala, leher dan temporemandibular joint dan juga sumber
terganggunya penglihatan

● Tenon fascia merupakan fascia yang terletak di dalam mata ,


menurut kakizaki et,al fascia tersebut dibagi menjadi 3 bagian
yaitu: anterior, central dan posterior. Bagian posterior dari fascia
tenon ini menyatu dengan selubung saraf optic
0
Penggunaan osteopasti pada penggobatan
5
myopia
● Osteophaty merupakan terapi manual yang non invasif , yang disebut juga sebagai
teknik manipulatif komplementer.

● Menurut Sandhouse et al terapi osteophatic ini dapat menurunkan tekanan


intraokuar dan memberi efek terhadap lapangan pandang penglihatan. Teknik ini
dilakukan di area kepala dan dapat memberikan efek positif terhadap penglihatan
terhadap myopia yang terjadi pada dewasa muda

● Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 29 kelompok orng dewasa muda
dengan myopia. Dalam penelitian ini, 15 pasien menjadi subjek satu sesi
pengobatan manipulatif osteopatik (OMT). Setelah perawatan ini, para peneliti
mengamati peningkatan ketajaman visual dari jarak jauh dan peningkatan ukuran
pupil. Ada dua mekanisme potensial untuk menjelaskan peningkatan ketajaman
visual.
● Pertama, otot-otot bola mata, orbit, dan otot yang berdekatan(disekitarnya)
terhubung dengan tulang sphenoid. Perubahan posisi dari tulang spenoid yang
terhubung dengan otot mata (dengan manipulasi kranial), dapat menyebabkan
terjadinya pemanjangan aksial

● Kedua, inervasi parasimpatis mata dipersarafi oleh saraf oculomotor dan cabang
okular dari saraf trigeminal, yang berjalan melalui fisura tulang sphenoid.
Manipulasi tulang sphenoid dapat mengembalikan fungsi normal sistem otonom
dengan mengurangi aktivitas serabut saraf aferen saraf oculomotor dan saraf
trigeminal
Kesimpulan
 Myopia merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi, terutama onsetnya itu
terjadi pada usia muda. Tidak ada metode yang efektif untuk mencegah terjadinya
kelainan refraksi pad anak-anak dan dewasa muda.

 Myopia biasanya diterapi dengan penggunaan kacamata, lensa kontak dan juga
terapi pembedahan. Namun beberapa terapi yang dijelaskan diatas bertujuan
untuk menguragi kerusakan dari pada myopia bukan untuk mecegah terjadinya
myopia
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai