Anda di halaman 1dari 31

RESUME KULIAH PAKAR BLOK 22

OLEH :
FITRI RAHMANIANI
NIM. 1508121772

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
LINGKUNGAN DAN RUMAH SEHAT
Fifia Chandra, SKM, MKM
Rumah sehat
– Diatur dalam Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999
– Rumah adalah kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim
dan makhluk hidup lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan
keluarga.
– Kesehatan perumahan adalah lokasi fisik, kimia dan biologik di dalam
rumah, lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan
penghuni atau masyarakat meperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan
– Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam, pada daerah bekas tempat
pembuangan akhir sampah dan bekas lokasi pertambangan, dan pada daerah
rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
– Kualitas Udara, Kebisingan dan getaran
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun baik oleh alam atau aktivitas manusia dan memenuhi persyaratan baku
mutu udara yang berlaku.
Tingkat kebisingan di lokasi tidak melebihi 45-55 dBA
– Kualitas Tanah
Timah hitam (Pb) maksimal 300 mg/kg, Arsenik total maksimal 100mg/kg,
Cadmium (Cd) maksimal 20 mg/kg dan Benzo (a) pyrene maksimal 1 mg/kg
– Kualitas Air Tanah
Minimal harus memenuhi persyaratan air baku, ai minum (golongan B) sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
– Sarana dan Prasarana Lingkungan
Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan kontruksi yang aman dari kecelakaan, sarana drainase yang
tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit dan memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku, sarana jalan lingkungan dengan konstruksi jalan
tidak membahayakan kesehatan, konstruksi trotoar jalan tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, bila ada
jembatan harus diberi pagar pengaman, lampu penerangan jalan
tidak menyilaukan.
– Tersedia sumber air bersih
– Memiliki akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial
– Pengaturan instalasi listrik harus memenuhi keamanan
– Binatang Penular Penyakit
Indeks lalat dan Indeks jentik nyamuk (angka bebas jentik) di perumahan
memenuhi syarat.
– Penghijauan
Persyaratan kesehatan rumah tinggal
– Bahan Bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan dan tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme patogen
– Komponen dan penataan ruang rumah
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan, dinding di ruang tidur, ruang keluarga
dilegkapi sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara, di kamar mandi dan
tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
– Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan yang langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
– Kualitas Udara
Suhu udara nyaman berkisar 18-30 derajat celsius, Kelembaban udara berkisar
antara 40%-70%, Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam,
Pertukaran udara 5 kaki kubik per menit per penghuni, Konsentrasi gas CO tidak
melebihi 110 ppm/8 jam, Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
– Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas
lantai
– Binatang Penular Penyakit
Tidak ada tikus bersarang di dalam rumah
– Air
– Tersedianya sarana air bersih dengan kapasitas minimal
60/hari/orang
– Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
– Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman
– Limbah
– Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah
– Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau,
pencemaran terhadap permukaan tanah serta air.
– Kepadatan Hunian Rumah Tidur
– Luas ruangan tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam 1 ruangan tidur, kecuali
anak dibawah umur 5 tahun.
SUMBERDAYA DAN PENCEMARAN AIR, DAMPAK LINGKUNGAN
DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Adrial A. Bakar

Pengertian

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. Penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya
mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga
menyebabkan kualitas air tercemar.
Indikator pencemaran air
- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa
- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
zat kimia yang terlarut, perubahan pH
- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Sumber pencemaran air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu :
- Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah,
rumah tangga dan sebagainya.
- Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari
tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan
Dampak pencemaran air
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)
- dampak terhadap kehidupan biota air
Akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu
serta mengurangi perkembangannya
- dampak terhadap kualitas air tanah
- dampak terhadap kesehatan
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-
daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat

- dampak terhadap estetika lingkungan

Perairan akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika

Penanggulangan pencemaran air

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui


Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu :

-Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi


pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang
dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan
industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran.

-Penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap


perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah
atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara


mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu,
kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah
tersebut.
ARTHROPODA SEBAGAI AGEN PENYAKIT ALERGI DAN REAKSI
TOKSIK
dr. Yolazenia, M.Biomed,Sp.T.H.T.K.L
Kupu-kupu
-Kupu-kupu siang
 Badan langsing, sayap aneka warna, antena tidak bercabang
-Kupu-kupu malam
 Badan gemuk, Sayap: 1-2 warna, Antena bercabang
Larva : Erusisme /caterpillar dermatitis
Kupu-kupu : Lepidopterisme
Pengobatan
Jangan digaruk , rendam dalam air
 Lokal: larutan yodium, kortikosteroid, antihistamin topikal
 Berat: oral/parenteral
Dermatophagoides pteronyssinus
 Metamorfosis tidak sempurna : Telur à larva à (proto)nimfa à (trito) nimfa
à dewasa
 Ditemukan pada debu rumah (tempat tidur,karpet, lantai) dan luar rumah
(sarang burung, permukaan kulit binatang
 Makanannya: serpihan kulit manusia/binatang
Penyakit: Asma atopik dan rinitisalergi
Diagnosis: tes kulit (Skin Prick Test) dengan ekstrak tungau debu
Pengobatan
 sama pengobatan asma lain, antihistamin, kortikosteroid
Pemberantasan tungau debu dengan cara:
 Menjaga kebersihan Menghilangkan debu
 Memindahkan penderita ke daerah yang lebih tinggi
 Mengatur kelembaban
 Penggunaan zat kimia (benzil benzoat, pirimifos metil, permetin,
fenil salisilat)
Lytta dan Paederus
Mengandung cantharidin yang bersifat diuretik
Kontak dengan kulit àsekretnya menimbulkan lepuh (blister)
Lebah
Mulut untuk menggigit dan menjilat. Pada ujung abdomen lebah betina dan
pekerja terdapat alat penyengat àtoksin
Ringan: nyeri, gatal, kemerahan, edema
Berat (pada multipel stinging): mual, muntah, demam, sesak nafas, hipotensi,
kolaps, kematian à syok anafilaktik
Pengobatan
 Buang sengatan yang tertinggal
 Bersihkan daerah yang disengat à jangan ditekan
 Bagian proksimal ekstremitas yang disengat pasang turniket
 Kompres es, tinggikan ekstremitas, antihistamin lokal
 Analgetik oral
 Anestetikum lokal à infiltrasi di sekitar lesi
 Syok à adrenalin, kortikosteroid, antihistamin
Kalajengking
 Sengatan Buthus dan Centruroides berbahaya
 Racun berupa toksalbumin, mengandung: neurotoksin dan hemotoksin
 Pada tempat sengatan sangat nyeri dan pedih menjalar ke sekitarnya
 Dapat timbul keracunan sistemik
 Hemotoksin berupa perdarahan dan nekrosis
Pengobatan
 Proksimal tempat sengatan dipasang turniket
 Obat: golongan kortikosteroid, antihistamin
 antiracun
Kelabang
 Nyeri dan eritema di tempat gigitan
 Toksin mengandung: antikoagulan dan 5 hidroksi triptamin
 Genus Scolopendra terdapat di daerah tropik dan subtropik à nyeri,
perdarahan, nekrosis
 Belum pernah dilaporkan kematian
Pengobatan
 = sengatan kalajengking
 Proksimal tempat sengatan dipasang turniket
 Obat: golongan kortikosteroid, antihistamin
 antiracun
Laba-laba
Sepasang chelicera alat pelepas racun
Kelainan disebut araknidisme
Pengobatan
 sama sengatan kalajengking
 Proksimal tempat sengatan dipasang turniket
 Obat: golongan kortikosteroid, antihistamin
 antiracun
Semut api
Solenopsis geminata
Jika menyengat manusia menimbulkan vesikula dan pustula
Cimex
Gigitan Cimex menimbulkan dermatitis pada orang yang rentan
Sengkenit
 Toksin dapat menyebabkan paralisis motorik otot pernafasan
 Toksin dikeluarkan bersama ludah yang mengandung antikoagulan
 Gejala lebih berat bila sengkenit menggigit bahu / tulang punggung
 Paralisis bisa dikurangi dengan melepaskan sengkenit
 Trauma mekanis
 Luka mudah meradang jika kapitulum tertinggal pada waktu sengkenit
dilepaskan
PENYAKIT AKIBAT ARTHROPODA
Skabies
Disebabkan infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas
hominis
Diagnosis
D/ pasti: menemukan S.scabiei:
 Kerokan kulit  Burrow ink test
 Usap (swab) kulit  Uji tetrasiklin
 Mengambil tungau  Epidermal shave
dengan jarum biopsy
 Kuretasi terowongan  Pemeriksaan
(kuret dermal) histopatologik
Penyakit
 Pruritus nokturna
 Didahului dengan bintik-bintik merah (rash)
 Tempat predileksi: jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku
bagian luar , lipatan ketiak depan, umbilikus, gluteus, ekstremitas, genital
eksterna pada laki dan areola mammae pada wanita
 Pada bayi: bisa telapak tangan dan kaki
 Pada tempat predileksi à terowongan putih abu-abu, rata-rata 1mm, lurus
atau berkelok-kelok à ditemukan bila belum ada infeksi sekunder
 Di ujung terowongan à vesikel atau papula kecil
 Terowongan umumnya ditemukan pada penderita kulit putih
Pengobatan
 Sulfur presipitatum 5-10%
 Gama benzen heksaklorida
 Benzilbenzoat 20-25%
 Permetrin (krim 5%)
 Krotamiton (krim/losio 10%)
Demidisiosis
infestasi oleh Demodex folliculorum
Kelainan berupa blefaritis, akne rosasea dan impetigo kontagiosa
 Pengobatan demodisiosis:
 Salep linden/ salep yang mengandung sulfur
Pedikulosis
Disebabkan oleh Pediculus humanus var.capitis
Pengobatan
 Secara mekanik: menggunakan tangan, sisir serit,
 Pedikulosida (insektisida):
 krem/lotio permetrin 1% (Nix), lindane 1%, benzil benzoat 12%,
krotamiton 10%, dan malation 1%.
 bentuk shampo yaitu lindane 1% dan Pyrethrin/Piperonyl butoxide
(0,3% pyrethrin + 3% piperonyl butoxide) (RID).
 oral : Ivermectin (Stromectol), dengan dosis 200 mcg/kg
Ftiriasis
disebabkan infestasi tuma Phtirus pubis
 Pengobatan ftiriasis:
 Mencukur rambut yang dihinggapi
 pedikulosida topikal: permetrin, piretrin atau benzenheksaklorida.
Miasis
 Menurut sifat larva lalat sebagai parasit, miasis dibagi menjadi:
1. Miasis spesifik (obligat)
2. Miasis semispesifik (fakultatif)
3. Miasis aksidental
 Secara klinis,miasis dibagi menjadi:
1. Miasis kulit/subkutis
2. Miasis nasofaring
3. Miasis intestinal
4. Miasis urogenital
5. Miasis mata (oftalmomiasis)
PERILAKU MASYARAKAT TERKAIT DENGAN ASPEK
LINGKUNGAN
Dr. Zahtamal, SKM, M.Kes
Perilaku
Segala sesuatu yg dikerjakan orang baik dapat diamati langsung/tidak lansung
dengan hasil hubungan antara stimulus & respon
Kesehatan lingkungan
Ilmu yg difokuskan pada usaha pengendalian semua faktor yg ada pada
lingkungan manusia yg diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yg akan
merugikan perkembangan fisik, kesehatan dan keselamatan (WHO).
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan individu/masyarakat
-Herediter/keturunan
-Pelayanan kesehatan
-Perilaku
-Lingkungan
Faktor risiko terjadinya penyakit pada seorang individu bisa digambarkan dengan
triangle epidemiologi, yaitu host-agent-environmental.
Pencemaran lingkungan
Penambahan benda-benda (partikel), gas-gas asing di luar ketentuan komposisi
alamiah maupun penambahan jenis-jenis komponen dalam jumlah yang besar.
Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan ditunjukkan sebagai
pencemaran dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti : pencemaran
air, udara, suara/bising, tanah (UU No. 23/1997).
Faktor-faktor determinan perilaku
 Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.
 Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang memungkinkan
atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain umur, status sosial
ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber daya.
 Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya dengan adanya
contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi panutan.
Perilaku manusia-kualitas lingkungan
 Pencemaran Udara: Hujan Asam, Penipisan Lubang Ozon, Perubahan
Iklim & Pemanasan Global, dll
 Pencemaran Tanah à illegal dumping, kebocoran limbah cair industri,
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia atau limbah yg
kemudian tumpah ke permukaan tanah.
 Pencemaran air à penggunaan bahan organik, anorganik, radioaktif &
asam/basa. Contohnya; Pestisida, deterjen, dll.
Dampak
 Meningkatnya angka kesakitan & kematian akibat sanitasi buruk à ex:
diare, ISPA, gangguan kulit, dll.
 Kerusakan lingkungan
 Kerugian ekonomi à Indonesia kehilangan lebih dari Rp 58 triliun, atau
setara dengan Rp 265.000 per orang per tahun karena sanitasi yang buruk
(2007).
Proses terjadinya perilaku
Teori skinner disebut teori “S-O-R atau stimulus organisme respon. Skinner juga
membedakan adanya dua proses yaitu :
a. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing
stimulation karena menimbulkan respon respon yang relative tetap.
b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang
ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon.
Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku adalah proses belajar yang ditujukan untuk peningkatan,
pemeliharaan, penurunan dan penghilangan, perkembangan dari perilaku lama.
Modifikasi perilaku mencakup 3 dimensi:
1. Perubahan perilaku à Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan menjadi perilaku yang sesuai/ Perilaku (-) ke perilaku (+).
2. Pembinaan perilaku à pembinaan ditujukan kepada perilaku masyarakat
yang sudah sehat, agar dipertahankan
3. Pengembangan perilaku à membiasakan hidup sehat.
PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
Fifia Chandra, SKM, MKM
Definisi
Limbah medis/layanan kesehatan adalah: semua hasil buangan yang berasal dari
instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.
Karakteristik
A. Limbah Infeksius adalah: limbah yang diduga mengandung patogen
(bakteri, virus, parasit atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup
untuk menyebabkan penyakit pada host yang rentan.
B. Limbah Patologis; jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia, darah dan
cairan tubuh.
C.Limbah Benda Tajam; merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris
atau luka tusuk antara lain jarum suntik, pisau, peralatan infus dll.
D.Limbah Farmasi; mencakup produk farmasi, obat-obatan, vakksin dan serum
yang sudah kadaluwarsa, tidak digunakan, tumpah dan terkontaminasi, harus
dibuang dengan tepat.
E.Limbah Genotoksik; sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik atau
karsinogenik.
Produk bersifat genotoksik yang paling banyak digunakan dalam layanan
kesehatan:
 Golongan Karsinogenik:
Obat Sitostatik dan obat-obat lain: azatioprin, klorambusil, klornafazin,
siklosporin, siklofosfamid, melfalan, semustin, tamoksifen, dll
 Golongan yang kemungkinan Karsinogenik
Obat Sitostatik dan obat-obat lain: azasitidin, bleomisin, karmustin, klorafemikol,
klorozotin, sisplatin, dakarbazin,dll
F. Limbah Kimia; mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun gas
yang berasal dari aktifitas diagnostik, eksperimen, pemeliharaan kebersihan,
aktivitas keseharian dan prosedur pemberian desinfektan. Limbah ini dikatakan
berbahaya jika bersifat:
 Toksik
 Korosif (pH<2 dan pH>12)
 Mudah terbakar
 Reaktif /mudah meledak
 Genotoksik (mis:obat2an sitostatik)
 Contoh bahan kimia yang sering digunakan :
 Formaldehid ; u/ membersihkan dan mensucihamakan berbagai peralatan
medis, mengawetkan specimen, mensucihamakan limbah cair yang
infeksius di bagian patologi, otopsi,dialisis, pembalseman mayat, dll
 Zat kimia fotografis/radiologi: fixer, develover
 DLL.
G. Limbah yang Mengandung Logam Berat
Mis: limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran rusak;
termometer, alat pengukr tekanan darah,dll
H. Limbah Kemasan Bertekanan
Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan di pelayanan kesehatan dan kerap
dikemas dalam tabung , cartridge, dan kaleng aerosol.
Dampak
Kelompok utama yang berisiko terhadap limbah medis:
 Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga bagian
pemeliharaan RS
 Pasien
 Penjenguk pasien
 Tenaga bagian layanan pendukung mis binatu, pengelola limbah dan
bagian transportasi limbah
 Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah mis di TPA atau di
Incinerator, termasuk pemulung
DAMPAK LIMBAH KIMIA DAN FARMASI
 Intoksikasi/keracunan baik akibat pajanan secara akut maupun kronis
 Cedera /luka bakar
DAMPAK LIMBAH GENOTOKSIK
Pajanan utama; pernafasan, melalui kulit dan kontak dengan cairan dan sekret
tubuh pasien yang menjalani kemoterapi
Dampak : karsinogenik, mutagenik, neoplasma sekunder( terjadi setelah kanker
induk dimatikan), iritasi kuat, pusing ,mual, sakit kepala atau dermatitis.
DAMPAK LIMBAH RADIOAKTIF
Dampak bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan dapat muncul
berupa; sakit kepala, pusing, dan muntah sampai masalah yang lebih serius mis
kerusakan jaringan, kanker
Warna Kantong Sampah di RS/Pelayanan Kesehatan
 Kantong Sampah Hitam digunakan utk menampung jenis sampah non
medis.
 Kantong Sampah Medis
Kantong sampah medis terdiri dari bebagai macam warna. Yaitu:
• Kantong Sampah Medis Berwarna Kuning untuk sampah/limbah infeksius
dan limbah patologi.
• Kantong sampah medis berwarna coklat untuk limbah farmasi
• Kantong Sampah Medis Berwarna Ungu untuk limbah Sitotoksis.
• Kantong Sampah Medis Berwarna Merah untuk limbah Radioaktif
Limbah Medis Tajam Pihak Rumah Sakit /pelayanan Kesehatan wajib
menyediakan Safety Box. Yang termasuk limbah medis tajam : jarum suntik,
pisau bedah, ampul, dll
KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
dr. Annes Waren, MKK
Sejarah
Zaman mesir kuno :
• Perbaikan ventilasi
• Perancangan alat gali tambang
• Pemakaian tutup muka yang longgar
• Menutup muka dengan daun bagi pekerja cat
Tulisan umum pertama yang sangat berpengaruh mengenai penyakit yang terkait
dengan pekerjaan “De Morbis Artificum” ditulis oleh seorang dokter keluarga
D’Este di Modena yang bernama Bernardino Ramazzini (1633-1714).
Definisi
Kesehatan : Keadaan sehat: fisik, mental, spiritual maupun social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis
Keselamatan : Keadaan bebas dari celaka atau hampir celaka
Kesehatan Kerja : Upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja, Mencegah gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan dan Melindungi pekerja dari
factor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan
Tujuan
Tujuan K3 :
• Mencegah kecelakaan kerja
• Mencegah penyakit akibat kerja
• Mencegah/mengurangi kematian
• Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman
• Mengamankan material, dll
• Meningkatkan produktivitas kerja
Manfaat
• Jumlah kasus “file aktif” berkurang
• Angka absensi sakit menurun
• Angka kesakitan dan kematian menurun
• Biaya pengobatan dan perawatan terkendali
• Kasus cacat dan kompensasi menurun
• Turn over rate yang diakibatkan sakit menurun
Ruang lingkup K3
1. Memelihara & meningkatkan derajat kesehatan para pekerja
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan kondisi/lingkungan kerja
3. Memberi pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja dari bahaya potensial yang
menyebabkan PAK ataupun KK
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerja
Dasar hukum dan aspek legal K3
Undang-Undang Keselamatan Kerja tahun 1970: Mengatur keselamatan dan
kesehatan kerja yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja
dan lingkungan kerja, termasuk mencegah kecelakaan dan sakit akibat kerja serta
memberikan perlindungan kpd sumber produksi shg meningkatkan produktivitas
UU Kerja no.12 tahun 1948: aturan dasar tentang pekerjaan anak, wanita, waktu
kerja, istirahat, tempat kerja
Syarat keselamatan kerja
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan
proses kerjanya
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkarmuat, perlakuan dan
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
INDUSTRIAL HIGIENE
dr. Annes Waren, MKK
Definisi
Higiene industri adalah ilmu dan seni dalam mempelajari dan menerapkan
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap timbulnya risiko kerja
dalam kegiatan industri, yang diakibatkan karena timbulnya bahaya yang berasal
dalam proses produksi.
Institusi
- Nasional
o Pusat K3
o Unit pelaksana teknis pusat
- Daerah
o Balai hiperkes dan keselamatan kerja
- Asosiasi
o Masyarakat peduli K3
o Asosiasi hiperkes dan KK
Ruang lingkup
- Science and art
Ilmu pengetahuan yang berisikan teori, metode, dan implementasi dengan
terdapat aspek seni khususnya dalam mengimplementasikan metode dan
pendekatan-pendekatan keilmuan HI di tempat kerja.
- Anticipation
Kegiatan memprediksi potensi bahaya yang ada di tempat kerja
- Recognition
o Melakukan pengenalan atau identifikasi terhadap bahaya yang ada di
tempat kerja
o Melakukan pengukuran (spot) untuk menemukan keberadaan bahaya di
tempat kerja.
- Evaluation
o Melakukan sampling dan pengukuran bahaya di tempat kerja dengan
metode yang spesifik.
o Melakukan evaluasi dan analisis risiko terhadap semua bahaya yang ada
dengan menggunakan standar dan kriteria tertentu.
- Control
Kegiatan untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja sehingga keberadaannya
tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi pekerja khususnya dan
masyarakat umumnya.
Proses
Secara garis besar ditemukan bahwa ruang lingkup higiene industri meliputi
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan kontrol(pengemdalian). Keempat tahapan ini
Merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode dalam implementasi HI,
Urutan ini tidak bisa dibolakbalik serta merupakan suatu siklus yang tidak
berakhir (selama aktivitas industri berjalan).
a. Tujuan Antisipasi
• Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi
bahaya dan risiko yang nyata
• Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu
area dimasuki
• Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
b. Tujuan Rekognisi
• Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola pajanan, besaran)
• Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
• Mengetahui pekerja yang berisiko
c. Tahap penilaian/evaluasi lingkungan
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan
sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat
ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat
ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi
kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya, serta
sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
d. Kontrol
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan: Eliminasi,
Substitusi, Isolasi, Engineering control, Administrasi control, Alat Pelindung Diri
(APD)
Pengukuran dan pengendalian kerja
Pengukuran lingkungan kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan faktor
fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi terhadap
tenaga kerja.
Hierarki pengendalian :
• Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta
menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
• Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah
beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik
bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan
potensi bahayanya.
• Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya
dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
• Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
faktor lingkungan kerja selain pekerja
 Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
 Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang
berbahaya.
 Work proses ditempatkan terpisah.
 Menempatan ventilasi local/umum.
• Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
 Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber
bahaya.
• Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki
pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung diri diklasifikasikan
berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat
kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor
kimia, bahaya faktor biologi,faktor ergonomi dan psikologi.
1. Bahaya Fisik :
o Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan
pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Disamping itu kebisingan juga
dapat mengganggu komunikasi.
o Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya.
o Getaran
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan
sakit tulang belakang.
2. Bahaya Kimia
o Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak.
o Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit
bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis
2. Faktor Biologi
 Bakteri.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus,
thypoid, cholera, dan sebagainya.
 Virus.
Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV,
dan sebagainya.
 Jamur.
4. Ergonomi
Ergonomi berfungsi untuk menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja
terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi
dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang
setinggitingginya.
5. Faktor Psikologi
Perasaan aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh
pekerja.
Ventilasi industri
Tujuan ventilasi industri :
1. Untuk memenuhi kebutuhan O2 bagi penghuni ruangan, melindungi
kesehatan TK
2. Untuk menghilangkan bau yg mengganggu dalam ruangan
3. Untuk memelihara keseimbangan temperatur dan kelembaban dlm ruangan
(keseimbangan panas badan), mengatur suhu udara
4. Untuk mengendalikan debu dan kontaminan dlm ruangan , menghindari
kebakaran, ledakan.
5. Memelihara kenyamanan, pasokan udara segar
Pengendalian Teknis
1. langsung pada sumber à memasang Local Exhaust Ventilation
2. terhadap lingk,kerja à general ventilation dan dilution ventilation
3. Isolasi sumber bahaya
PENGOLAHAN SAMPAH MASYARAKAT

Hj. Elmawati, ST, MM

Pengertian sampah

Suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis

Hakikat sampah

-adalah suatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai
semula

-akan menjadi masalah bila tidak dikelola dengan baik

Klasifikasi

Berdasarkan sumber : industri, rumah tangga, pertanian, kegiatan usaha

Berdasarkan bentuk : padat, cair, gas

Sifat : organik, anorganik

Konsep pengelolaan sampah

A. Zero waste

1. 3R (reduce, reuse, recycle)

Reduce : Mengurangi, Memilih dan menggunakan sumber daya/produk dengan


baik dalam upaya mengurangi sampah sesudah penggunaannya.

Reuse: Menggunakan kembali produk secara berulang sehingga memperpanjang


usia produk tersebut dan mencegah terjadinya sampah dengan cepat

Recycle: Mengolah produk yang sudah menjadi sampah untuk dapat digunakan
kembali sebagai produk yang sama atau produk lainnya

2. Bank Sampah, adalah suatu wadah yang dapat menampung sampah lingkungan
dan dihargai dengan sejumlah uang.
Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta
memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang
melainkan sampah.

Bank sampah bermanfaat dalam Melatih masyarakat untuk menghargai sampah


mereka masing- masing untuk ditabung di Bank sampah

visi bank sampah : mengurangi sampah dari sumbernya melalui kegiatan 3r


berbasis masyarakat yang sehat dan ekonomis

3. Pengomposan

Sampah rumah tangga yang sudah di pilah, menyisakan sampah organik yang
dapat dilakukan pengomposan dan kembali bermanfaat untuk pupuk tanaman

4. Lobang Biopori

Adalah lobang yang dibuat secara tegak lurus (vertikal) kedalam tanah dengan
diameter 10-30 cm dan kedalaman 100 cm. dan diisi dengan sampah organik
sebagai sumber makanan fauna bawah tanah dan akar tanaman yang mampu
membuat biopori atau liang didalam tanah. Lobang tidak melebihi muka air tanah
dangkal.

Manfaat lobang biopori :

• Meresapkan air hujan kedalam tanah

• Menjaga ketersediaan air tanah

• Dan juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kompos

B. Waste to Energy
SURVEILANCE DAN INVESTIGASI WABAH PENYAKIT BERBASIS
LINGKUNGAN
Andra Syafril, SKM, M.Kes
Pengertian surveilans
Surveilans adalah pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus terhadap
masalah kesehatan (penyakit dan lingkungan ) tertentu dan segala aspeknya
dengan cara pengumpulan data,analisis, interpretasi, dan penyebar-luasan
informasi (disseminasi) kepada orang-orang yang berkepentingan sehingga dapat
dipergunakan untuk pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan tersebut.
Tujuan
• Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)
• Memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki program pencegahan dan
pengendalian penyakit
• Memasok informasi untuk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan,
perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan
• Monitoring kecenderungan penyakit endemis dan mengestimasi dampak
penyakit dimasa mendatang
• Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut
Tahap-tahap
I. Tahap Persiapan
1. Menetapkan tujuan surveilans
2. Tetapkan definisi kasus ( DHF, Diare, KEP, Tipus Abd, AFP, dll )
3. Tentukan sumber data
4. Tetapkan instrumen yang dipakai manual atau elektronik, dll
5. Bagaimana sistemnya
6. Tentukan indikator, teknik analisis dan sistem disseminasi informasi.
II. Pengumpulan data
1. Data yang dikumpulkan harus :
a. Sistematis : urutan jelas
b. Terus-menerus : untuk melihat tren & variasi
c. Lengkap, tepat waktu, benar serta jujur
2. Sumber data : harus cukup banyak
3. Pengumpulan data
a. Sistem primer : mrpk proses rutin dan berkesinambungan, berasal dari :
Registrasi kematian, Laporan kesakitan, Laporan dari lab, masyarakat, dll
b. Sistem sekunder : sesuai dengan kebutuhan, ke sekolah, pasar, tempat
lokalisasi, penyelidikan KLB, dll.
4.Hal yang diperhatikan dalam pengumpulan data
a. Kasus yang tepat, sesuai kriteria
b. Pencatatan cermat, jangan banyak missing & tdk bisa dibaca.
c. Format tersedia dengan baik dan cukup
d. Instrumen dimengerti oleh petugas
e. Penyimpanan data yang baik, jangan ada yang hilang
f. Adanya kontrol yang baik, kebenaran, ketepatan, dan kelengkapan
g. Harus ada sistem pengiriman yang benar dan jelas.
III. Tahap analisis dan interpretasi
• Data yang sudah terkumpul mingguan, bulanan dan tahun
diolah, dianalisis, dibandingkan dengan cut of point, disimpulkan dan
diinterpretasikan.
Surveilans di pintu masuk dan wilayah
1.Kewaspadaan
Upaya kewaspadaan yang dilakukan antara lain:
a. Pemutakhiran informasi untuk mengetahui perkembangan penyakit dari
negara-negara lain
b. Mengidentifikasi faktor risiko yang memberi peluang terjadinya transmisi
penyakit di bandara dan tindakan perbaikan (respon)
c. Mendeteksi adanya kasus di poliklinik (laporan harian KKP/ zero reporting).
d. Mendeteksi adanya kasus dengan gejala tertentu di antara petugas KKP atau
otoritas bandara/ pelabuhan/ PLBD dan operator/ agen alat angkut yang
kontak dengan penumpang dari negera terjangkit mengenai ada tidaknya yang
mengalami. (laporan harian KKP/zero reporting).
2.Deteksi dini
a. Pengawasan terhadap orang
b. Pengawasan terhadap barang :
» Pemeriksaan terhadap barang-barang yang dibawa dari negara terjangkit.
c.Pengawasan terhadap alat angkut :
» Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen kesehatan alat angkut.
» Pemeriksaan langsung kesehatan alat angkut oleh tim petugas KKP.
3.Kesiapsiagaan
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
b. Sarana dan prasarana
c. Pembiayaan
4.Respon
• Tata laksana kasus
• Rujukan
• Manajemen specimen
• PE dan penanggulangan
• Pelaporan
• Komunikasi risiko
• Jejaring kerja
Diseminasi dan advokasi
• Hasil analisis dan interpretasi di diseminasikan kepada orang-orang yang
berkepentingan dan sebagai umpan balik.
• Advokasi dilakukan kepada Bupati / Walikota dan DPRD
Penyakit berbasis lingkungan
• Kondisi patologis (kelainan fungsi atau morfologi) suatu organ tubuh yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya
yang memiliki potensi penyakit
• Penyakit yang memiliki akar atau hubungan yang erat dengan lingkungan
dan kependudukan
Wabah penyakit menular
Wabah Penyakit Menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka
Prosedur investigasi wabah
1. Persiapan investigasi 5. Mendiskripsikan wabah
2. Memastikan adanya wabah 6. Mengembangkan hipotesis
3. Memastikan diagnosis 7. Menguji hipotesis
4. Membuat definisi/kriteria 8. Memulai upaya kontrol
kasus 9. Memulai upaya surveilans
KLB penyakit menular
KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah
Kriteria KLB:
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah
Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya.
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian
kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 % (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.

Anda mungkin juga menyukai