Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEERAWATAN PRESBIOPIA

DISUSUN OLEH :
1. EVISIANA OKTAFIANI F (J210160028)
2. CINANTYA FITRI L. L (J210160029)
3. VILLY LIZA A (J210160030)
4. FEBINA FITRI K (J210160031)
5. CHICI MAYORA D (J210160032)
6. ANIS HARYANI (J210160033)
7. FARIDA DAMAYANTI (J210160034)
8. MELINDA KRISTIYANTI (J210160035)
9. DYAH INDRIANI (J210160036)
10. APRINA INDAH H (J210160037)
11. SHABIL FEBRIAN S (J210160038)
12. NOR RAHAYU (J210160040)
13. FINA LISNAWATI (J210160041)
14. AGUNG NUR J (J210160044)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

A. Definisi
Presbiopia merupakan keadaan dimana semakin berkurangnya kemampuan akomodasi mata seiring
dengan bertambahnya usia. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan perubahan
kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi
gangguan akomodasi.
Pada presbiopia terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan
lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut menyebabkan pandangan kabur
saat melihat dekat (AOA, 2011).

Gambar 1 : Skema Presbiopi

B. Etiologi
Presbiopia dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau
berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa (Istiqamah, 2004).
Mekanisme nyata dari presbiopia tidak diketahui kepastiannya, bukti penelitian lebih kuat
mendukung berkurangnya elastisitas dari crystalline lens, walaupun perubahan pada kelengkungan
lensa dari pertumbuhan yang terus-menerus,dan berkurangnya kekuatan dari cilliary muscles (otot
yang membelokkan dan meluruskan lensa).
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
1. Kelemahan otot akomodasi
2. Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa

C. Patofisiologi
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari
mata (kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk
difokuskan di retina.
Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan
menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang
bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa.
Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina (Long, 1996 ).
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak
kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa mengubah bentuk lensa untuk
memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena
daya akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh (Istiqamah, 2004).
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat lelah. Jelas musculus
cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam tubuh. Derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat
dibawa ke suatu focus di atas retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan
mata, tempat suatu objek dapat dibawa ke focus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat
penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat
dengan bertambahnya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60
tahun. Pengurangan ini terutama karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan
akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45 tahun, biasanya
kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu membaca dan pekerjaan dekat (Ganong,
1995).
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya
perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung.
Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerotik) dan kehilangan elastisitasnya
untuk menjadi cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.

ASUHAN KEPERAWATAN PRESBIOPIA

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi (Istiqamah, 2004).
a. Umur, presbiopia dapat terjadi mulai asia 40 tahun.
b. Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra dan pada
pekerjaan yang membutuhkan kontak cahaya yang terlalu lama, seperti operator computer, reparasi
jam.
2. Keluhan yang Dirasakan (Istiqamah, 2004).
a. Pandangan atau penglihatan kabur
b. Kesulitan memfokuskan pandangan
c. Epifora, menunjukkan adanya air mata berlebihan sehingga melimpah keluar.
d. Pusing atau sakit kepala
e. Mata lelah dan mengantuk
f. Mata sering terasa pedas setelah membaca
3. Keadaan atau Status Okuler Umum (Smletzer, 2001)
a. Apakah klien mengenakan kacamata atau lensa kontak.
b. Di mana klien terakhir dikaji.
c. Apakah klien sedang mendapat asuhan teratur seorang ahli oftalmologi
d. Kapan pemeriksaan mata terakhir.
e. Apakah tekanan mata diukur.
f. Apakah klien mengalami kesulitan membaca ( focus ) pada jarak dekat atau jauh.
g. Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton TV.
h. Bagaiman dengan masalah membedakan warna,atau masalah dengan penglihatan lateral atau
perifer.
i. Apakah klien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata
j. Masalah mata yang tedapat pada keluarga klien
k. Penyakit mata apa yang terakhir diderita.

4. Pemeriksaan
Klien terlebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metode “trial and error” hingga visus
6/6. Dengan menggunakan koreksi, jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa sferis
positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu Jaeger pada jarak 30 cm (Istiqamah, 2004).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Istiqamah, 2004).


1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina.
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina.
Tujuan :
a) Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan otot.
b) Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.
Intervensi:
a) Jelaskan penyebab gangguan penglihatan.
Rasional : Pengetahuan tentang penyebab, mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
b) Lakukan uji ketajaman penglihatan.
Rasional : Mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan.
c) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak/ kacamata bantu atau operasi.
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
Tujuan: Rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a) Keluhan klien ( pusing, mata lelah, berair ) berkurang / hilang.
b) Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang
terjadi.
Intervensi :
a) Jelaskan penyebab pusing, mata lelah, berair.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
b) Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktifitas membaca terus-menerus.
Rasional : Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
c) Gunakan lampu atau penerangan yang cukup ( dari atas dan belakang ) saat membaca.
Rasional : Mengurangi silau dan akomodasi yang berlebihan.
d) Kolaborasi pemberian kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
Tujuan: Tidak terjadi cedera.
Kriteria Hasil (Istiqamah, 2004):
a) Klien dapat mel;akukan aktivitas tanpa mengalami cedera
b) Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
a) Jelaskan tantang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
Rasional: Perubahan tajam penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan risiko cedera
sampai klien belajar untuk mengkompensasi.
b) Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
c) Batasi aktivitas, seperti mengendarai kendaraan pada malam hari.
Rasional : Mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.
d) Gunakan kacamata koreksi/ pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari
cedera.

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association. 2011. Optometric Clinical Practice Guideline Care Of The Patient
With Presbyopia: USA.
Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Istiqamah, Indriana. N. 2004. Asuhan Keperawatan KLien Gangguan Mata. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C, 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: YIAPK Padjajaran.
Mansjoer, A Srif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Smletzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddrath. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai