Anggota kelompok
Claudio udjaja
Tony periyanto
Cindy christine
Yuliana starsia
Lusia Christina
FENDY C.P
WAHYU ADI
RAYHAN
DAVID
FERDI H
MERLIN KODIR
RESTU WAHYUNI
405070011
405070018
405070019
405070021
405070073
405070046
405070106
405070166
405070074
405070082
405070117
405070140
(ketua)
(penulis)
(sekretaris)
Skenario
Sang penjahit dengan pandangan kabur
Seorang perempuan 46 tahun bekerja sebagai tukang jahit,
datang ke poliklinik dengan keluhan utama pengelihatan
kabur untuk melihat jauh dan dekat. Pasien merasakan
keluhan ini kurang lebih sejak 5 tahun yang lalu, dan
sudah memeriksakan diri ke optik serta memiliki
kacamata. 6bulan yang lalu, pasien menyadari bahwa
pengelihatan mata kananya lebih buram, seperti
terhalang kabut, di bandingkan dengan mata kirinya.
Kadang-kadang pasien meras sakit kepala. 1 hari yang
lalu, mata kanan mendadak gelap.
Skenario
Riwayat pemakaian kacamata dalam keluarga (+). Riwayat kencing
manis positif, dengan kontrol yang buruk. Penyakit sistemik lainya
tidak di temukan. Riwayat trauma pada mata di sangkal.
Pada pemeriksaan fisik di peroleh :
Kesadaran kompos mentis, tanda vital dalam batas normal
Mendadak
Neuritis optik
Uveitis posterior
Ablasi retina
Dislokasi lensa
Oklusi arteri & vena
Papil edem
Atrofi optik
Sifat :
- transparan
- avaskular
- konsistensi spt jelly,
merupakan 2/3 bag.
volume dan berat bola mata
- mengandung 99% air, sisanya
kolagen dan asam hyaluronat
Gejala :
Floaters karena kekeruhan
di
vitreus,
kadang karena perdarahan
dari p.drh retina
Fotopsia karena traction
(tarikan) pada retina
Terapi : tidak ada yang
spesifik, lihat kelainan
diretinanya
floaters
Normal fundus
Keluhan :
Penglihatan berkurang secara
mendadak, mata tenang dan
tidak sakit
Jenis kelainan retina :
ablatio retina
retinopati diabetika/hipertensi
kelainan vaskuler (oklusi)
degenerasi makula
retinopati serosa sentral
Gejala klinis :
Floaters/fotopsia
Gangguan lapang pandang
perifer
Gangguan penglihatan sentral
Gangguan red reflex
Retina terlepas (detached)
GLAUKOMA
GLAUKOMA
Definisi : suatu keadaan dimana terjadinya
peningkatan tekanan intraokular (TIO) abnormal yang
mengakibatkan kerusakan saraf optik dan gangguan
pada sebagian atau seluruh lapangan pandang
Dikenal trias glaukoma yaitu
peningkatan TIO
kerusakan saraf optik
penyempitan lapang pandang
Faktor Risiko
1. Umur. Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan
bertambahnya usia.
2. Riwayat anggota keluarga. Memiliki keluarga
yang menderita glaukoma.
3. Obat-obatan. Pemakaian steroid secara rutin
menyebabkan terjadinya glaukoma.
4. Riwayat trauma. Cedera kontusio pada bola mata
biasanya dapat disertai dengan peningkatan TIO
akibat terjadinya hifema.
5. Penderita hipermetropia yang sangat tinggi
6. Riwayat penyakit lain seperti riwayat diabetes
dan hipertensi
Peningkatan produksi :
Humor aquosus
Sudut iriokornea
Gangguan drainase
Gelap :
Perangsangan saraf
simpatis
Pelebaran pupil
KLASIFIKASI
G. Primer
JENIS
1.
NOTES
G. Sekunder
Akibat penyakit lain seperti Kelainan Lensa, Kelainan uvea, Trauma, Pembedahan, Penyebab lain spt
rubeosis iridis, penggunanaaan kortikosteroid topikal berlebihan. Katarak, artritis dll
G. Kongenital
1.
2.
G. Absolut
Glaukoma infantum
Glaukoma yuvenilis
Pemeriksaan
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata ( glaukoma )
Pemeriksaan tajam penglihatan
Tonometri untuk pengukuran TIO.
Gonioskopi, lebar sudut di kamera anterior dapat
diperkirakan dengan pencahayaan oblik.
Funduskopi / Oftalmoskopi untuk menilai saraf
optik.
Perimetri, memeriksa lapangan pandang
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengobatan topikal: pilokarpin 2% setiap 10
menit. Bertujuan untuk membuka sudut bilik
mata dan meregangkan iris.
Azetolamid 250 mg intravena dan oral
ditambah dengan obat hiperosmotik seperti
manitol 1,5 - 2 mg/kgBB dalam 20%, gliserol
1 gr/kgBB larutan 50%.
Penghambat adrenergik topikal, yaitu
Timolol maleat 0,25% 2 x 1 tetes per hari
Pembedahan
Biasanya dengan pengobatan diatas TIO akan menurun. Mata
sebelahnya yang tidak mengalami serangan juga memiliki sudut
sempit, oleh karena itu diberikan miotika untuk mencegah
serangan akut. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada
mata yang mengalami serangan akut, karena pada suatu saat
mata akan mengalami serangan kembali.
Tindakan pembedahan dilakukan tidak dalam keadaan
meradang atau setelah keadaan tenang.
5
Contoh :
Laser (Laser Trabeculoplasty)
Pembedahan (Trabeculectomy) : membuat saluran yg
memungkinkan cairan mata danapt keluar tapi tindakan
ini tidak memperbaiki lapangan pandang hanya
menyelamtakan sisa peglihatan. Dilakukan jika laser
gagal
Katarak
Katarak
Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa
atau dapat juga akibat dari kedua-duanya.
Etiologi :
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus) kemungkinan disebabkan
oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penanganan dan
metabolisme glukosa.
Gangguan pertumbuhan,
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Trauma (kecelakaan) pada mata.
Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.
Katarak Perkembangan
Katarak perkembangan
Kelainan kongenital ( lahir ) kekeruhan lensa
yang timbul pada saat lensa terbentuk sehingga lensa belum
pernah mencapai kondisi N
Katarak Degenerativa
Katarak degenerativa
Katarak Primer
Menurut umur
Katarak yuvenilis : < 20 tahun
Katarak presenilis
: sampai 50 th
Katarak senilis : > 50 th
Katarak komplikata
insipien
matu
immatu
r
hipermatu
Katarak juvenil
Katarak Senilis
1. Katarak nuklear
2. Katarak kortikal
3. Katarak
kupuliform
Katarak nuklear
Katarak nuklear
sklerosis
Katarak Komplikata
Penyebab :
Penyakit lokal di mata
Penyakit sistemik : mengenai seluruh tubuh
terutama endokrin
Trauma
Fisik
Mekanis
Kimia
: radiasi
: pasca bedah
: toksik
Penyakit mata
1.Uveitis
2.Glaukoma
3.Miopia maligna
4.Ablasi retina lama
Penyakit sistemik
1.Galaktosemia
2.DM
3.Tetani
Trauma
Trauma fisik :
trauma tembus dan
tak tembus
Trauma tak tembus
Kalsifikasi an eye
with longstanding
retinal detachment
and chronic uveitis
with posterior
Cataracta complicata with chronic uveitis
synechiae
Patofisiologi
Faktor risiko
Penderita diabetes melitus / kencing manis.
Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka
panjang.
Kebiasaan buruk, seperti merokok dan
mengonsumsi alkohol.
Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C,
dan E.
Paparan / radiasi sinar ultraviolet.
Gejala
Pembedaha
n
1.
anestesi
4. Phacoemulsify
2. Enter the
eye
5. Cortical removal
3.
Capsulorhexis
Penatalaksanaan
Indikasi : jika katarak menyebabkan penurunan visus
yg drastis
1. Pembedahan katarak :
Intrakapsular : tindakan umum pada katarak senil
bersamaamn dg degenerasi lensa juga degenerasi zonula
Zinn sehingga dg memeutuskan zonula dg menarik lensa
maka lensa keluar bersama kapsul
Ekstrakapsular : merobek kapsul anterior lensa dg
mengeluarkan nukleus lensa dan korteks, dianjurkan u/
miopi tinggi
2. Penggantian lensa
Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang
disebut lensa intraokuler, biasanya lensa intraokuler
dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Fakoemulsifikasi
Neuritis optik
Definisi
Inflamasi pada nervus opticus.
Neuritis optik terjadi akibat saraf optik
yang merupakan jaras yang membawa
impuls penglihatan ke otak mengalami
peradangan serta sarung mielin yang
membungkus saraf tersebut mengalami
kerusakkan (proses ini disebut juga
demielinisasi)
Etiologi
Multiple sclerosis
Infectious diseases (sinusitis, meningitis,
TB, syphilis, HIV)
Chemicals and drugs (ethambutol)
Faktor resiko
Umur.
Pada umur 20-40 tahun
Jenis kelamin
Sering terjadi pada perempuan
Ras
pada orang kulit putih
DIAGNOSA BANDING
Pemeriksaan
Ophthalmoscopy
Pupillary reaction test
X-ray
CT scan
Pengobatan
Kortikosteroid (prednison) sebaikanya
diberikan yang IV. Oral kortikosteroid dapat
meningkatkan rekurensi
ACTH
Antibiotik untuk menahan infeksi yang
menjadi penyebab
Plasma exchange
Interferon beta-1a (Avonex, Rebif) and
interferon beta-1b (Betaseron). Untuk tidakan
preventif multiple sclerosis
Komplikasi
Kerusakan nervus opticus
Kebanyakan penderita mengalami
kerusakan nervus opticus yang permanen
Osteoporosis
Akibat efek samping pemberian steroid
Gejala-gejala
ION
Terjadi pada orang diatas usia 50 tahun
Terjadi pada 1 mata,
Penglihatan memburuk dalam beberapa hari
Tidak disertai rasa sakit pada pergerakan
mata
Adanya pembengkakan di syaraf optic
2.Papilledema
pembengkakan syaraf optic yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan
intracranial. Peradangan biasanya
bilateral dan akan memburuk dalam
hitungan jam atau minggu.
Gejala-gejala
Terjadi pada usia pertengahan (30 45
tahun)
Umumnya menyerang ke dua mata.
Penglihatan kabur, blind spot
Penglihatan memburuk dalam beberapa
hari
Tidak sakit ketika menggerakkan mata
Penglihatan hilang total.
3. Retinal Detachment
Adalah kelainan mata dimana retina mata terlepas
dari jaringan mata.
Gejala-gejala
Dapat terjadi pada usia pertengahan
Dapat terjadi pada satu mata
Diawali denga penglihatan yang kabur, hingga
Hilangnya penglihatan total jika tidak segera di
terapi.
Pada Foto retina terlihat gambaran khas seperti gbr
disamping.
4. Macula Degeneration
keadaan retina yang biasa terjadi pada orang dewasa lanjut
yang menyebabkan hilangnya penglihatan central dari lapang
pandang.(akan dibahas tersendiri).
Gejala-gejala
Terjadi pada orang dengan usia > 50 tahun
Penglihatan kabur
Scotoma central
Distorsi penglihatan (melihat garis lurus bergelombang)
Hilangnya penglihatan kontras
Penglihatan yang lambat untuk kembali jelas setelah mata lama
terpapar cahaya terang.
Tampak bintik drusen atau cotton wool pada foto retina.
Gejala-gejala
Terjadi pada orang dengan usia > 60 tahun
Sering terjadi pada orang dengan riwayat
hypertensi & diabetes
Terjadi pada satu mata
Tidak disertai rasa sakit ketika menggerakkan
mata.
Pada foto retina akan terlihat perdarahan,
syaraf retina yang membengkak, melebarnya
pembuluh darah.
humour
patofisiologi
Predisposisi :
Miopia tinggi
Pasca retinitis
Degenerasi perifer
Exudat (pada khoroiditis)
robekan
exudatif
Gambaran klinis :
Riwayat PVD (+)
Gejala tidak disadari sampai
kelainan mengenai penglihatan
Tekanan intra-okuler rendah
Fundus :
pada bagian yang mengalami
ablatio tampak berwarna abuabu (red reflex hilang) yang
menggembung seperti balon
Terapi
Operasi
Prinsip :
Menutup robekan pada retina
suntik gas atau oli
Drainage cairan subretina
pungsi
Melekatkan kembali bagian
retina yang terlepas dengan
lapisan pigmen epitelium
dibawahnya
krioterapi
Prognosis
Visus
tergantung lamanya
retina terlepas dan
mengenai fovea atau tidak
Baru beberapa hari
prognosis baik
Papiledema
kongesti non inflamasi diskus optikus yang
berkaitan dengan peningkatan tekanan
intrakranium. Papiledema akan terjadi
pada setiap keadaan yang menimbulkan
peningkatan tekanan intrakranium
Etiologi
(i) Kenaikan Tekanan Intra Kranial :
Tumor otak, terutama yang letaknya infra tentorial seperti : tumor
serebrum, abses, hematom subdura, malformasi arteriovena, tumor
cerebellum (otak kecil), tumor pada ventrikel ke-IV, tumor pada fossa
cranii anterior dan medius, craniopharyngioma, dan lain-lain.
(ii) Pseudo Tumor Cerebri :
Thrombosis vena intra kranial, gangguan endokrin seperti : Addisons
disease, Cushings disease; abses otak, perdarahan sud arakhnoid
atau perdarahan subdural, hydrocephallus.
(iii) Penyakit-Penyakit Pada Orbita :
Tumor dari nervus optikus, thyroid ophthalmopathy.
(iv) Penyakit-Penyakit Pada Mata :
Glaukoma akut, uveitis.
(v) Penyakit-Penyakit Sistemik :
Hipertensi maligna, blood dyscrasia, anemia dan pulmonary
insufficiency, uremia
gejala
Pemeriksaan Fisik
Riwayat penyakit pasien harus diselidiki, dan pemeriksaan
fisik, termasuk tanda vital, harus dilakukan. Terlebih lagi,
tekanan darah harus diperiksa untuk menyingkirkan hipertensi
maligna.
Pasien harus diperiksa akan adanya gangguan neurologis
dan penyakit yang berhubungan dengan demam.
Tajam pengelihatan, pengelihatan warna, dan pemeriksaan
pupil seharusnya normal. Defek relatif aferen pupil biasanya
tidak ditemukan. Defisi abduksi sebagai akibat seunder dari
kelumpuhan saraf kranialis keenam terkadang dapat
ditemukan berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Pemeriksaan fundus dengan dilatasi yang cermat harus
dilakukan untuk menemukan tanda-tanda berikut:
Manifestasi awal
Hiperemia diskus :keadaan ini merupakan tanda yang paling dini
dari adanya papiledema. Hal di atas disebabkan karena dilatasi
kapiler, sedangkan bila terdapat dilatasi dan edema bersama-sama
maka akan berwarna merah abu-abu.
Edema yang kurang jelas pada serabut saraf dapat diidentikasi
dengan pemeriksaan slit lamp biomicroscopy yang cermat dan
oftalmoskopi langung. Ini seringkali dimulai pada daerah nasal dari
diskus. Tanda kunci terjadi ketika edema lapisan serabut saraf mulai
menghambat pembuluh darah peripapiler.
Batas papil kabur
Kekaburan dari batas papil ini dimulai pada bagian atas dan
bawah, selanjutnya akan menjalar kebagian nasal. Sedang
batas papil bagian temporal biasanya masih baik dan paling
terakhir menjadi kabur. Akibatnya diameter diskus optikus
menjadi lebih besar.
Manifestasi kronis
Jika papilledema menetap selama beberapa bulan,
hiperemia diskus perlahan menghilang, memberikan
gambaran abu-abu atau pucat pada diskus yang
sudah hilang central cup-nya.
Seiring dengan waktu, diskus dapat mengembangkan
deposit kristalin yang mengkilat (disc pseudodrusen).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab:
Pemeriksaan darah biasanya tidak membantu dalam diagnosis
papilledema. Jika diagnosis meragukan, hitung darah lengkap, gula
darah, angiotensin-converting enzyme (ACE), Laju endap darah
(LED), dan serologi sifilis dapat membantu dalam menemukan
tanda-tanda penyakit infeksi, metabolik, atau peradangan.
Pemeriksaan Pencitraan:
Neuroimaging segera (CT scan, MRI) otak dengan kontras harus
dilakukan dalam usaha untuk mengidentifikasi adanya lesi massa
SSP.
B-scan ultrasonography dapat berguna untuk menyingkirkan disc
drusen yang tersembunyi.
Fluorescence angiography dapat digunakan untuk mebantu
menegakkan diagnosis. Papilledema akut menunjukkan
peningkatan dilatasi kapiler peripapillar dengan kebocoran lanjut
pada kontras.
Pemeriksaan lain
o Perimetri
Lapang pandang harus diperiksa. Umumnya
menunjukkan pembesaran titik buta, dan penyempitan
yang konsentris lapang penglihatan terutama dalam
bentuk dan warna (merah dan hijau).1;5 Jadi yang mulamula mengalami perubahan adalah lapang pandang
yang perifer, baru kemudian sentralnya. Pada edema
diksus yang ekstrim, suatu pseudo hemianopsia
bitemporal dapat terlihat.
Pada papilledema kronis, pembatasan lapang pandang,
terutama daerah inferior, secara bertahap dapat terjadi,
ang selanjutnya dapat memburuk menjadi kehilangan
pengelihatan sentral dan kebutaan total.
Fotografi warna
Prognosis
Prognosis dari papilledema sangat tergantung pada
penyebabnya. Kebanyakan pasien yang terkena tumor otak
metastase prognosisnya sangat buruk; pada penyakit
obstruksi ventrikuler dapat dibuat pintasan; pada pasien
dengan pseudotumor biasanya dapat diobati dengan cukup
baik.
UVEITIS POSTERIOR /
KOROIDITIS
UVEITIS
UVEITIS
Uveitis merupakan inflamasi pada traktus
uvealis
Penderita umumnya berada pada usia 20-50
tahun
uveitis pada laki-laki umumnya oftalmia
simpatika akibat tingginya angka trauma
tembus dan uveitis nongranulomatosa
anterior akut.
pada wanita umumnya berupa uveitis anterior
kronik idiopatik dan toksoplasmosis
KLASIFIKASI
Klasifikasi anatomis
a) Uveitis anterior
- Iritis : inflamasi yang dominan pada iris
- Iridosiklitis : inflamasi pada iris dan pars
plicata
b) Uveitis intermediet : inflamasi dominan pada
pars plana dan retina perifer
c) Uveitis posterior : inflamasi bagian uvea di
belakang batas basis vitreus
d) Panuveitis : inflamasi pada seluruh uvea
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
Klasifikasi klinis
a) Uveitis akut : onset simtomatik terjadi
tiba-tiba dan berlangsung selama < 6
minggu
b) Uveitis kronik : uveitis yang
berlangsung selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, seringkali onset tidak
jelas dan bersifat asimtomatik
KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologis
a) Uveitis eksogen : trauma, invasi mikroorganisme atau
agen lain dari luar tubuh
b) Uveitis endogen : mikroorganisme atau agen lain dari
dalam tubuh
- Berhubungan dengan penyakit sistemik, contoh:
ankylosing spondylitis
- Infeksi Yaitu infeksi bakteri (tuberkulosis), jamur
(kandidiasis), virus (herpes zoster), protozoa
(toksoplasmosis), atau roundworm (toksokariasis)
- Uveitis spesifik idiopatik Yaitu uveitis yang tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik, tetapi memiliki
karakteristik khusus yang membedakannya dari bentuk
lain (sindrom uveitis Fuch)
- Uveitis non-spesifik idiopatik Yaitu uveitis yang tidak
termasuk ke dalam kelompok di atas.
KLASIFIKASI
Klasifikasi patologis
a) Uveitis non-granulomatosa : infiltrasi
dominan limfosit pada koroid
b) Uveitis granulomatosa : koroid dominan
sel epiteloid dan sel-sel raksasa
multinukleus
GAMBAR
UVEITIS POSTERIOR
Dapat dalam bentuk:
Koroiditis anterior, radang koroid perifer
Koroiditis areolar, bermula di daerah makula
lutea dan menyebar ke perifer
Koroiditis difusa / diseminata, bercak
peradangan tersebar di seluruh fundus okuli
Koroiditis eksudatif, disertai bercak bercak
eksudatif
Koroiditis juksta papil
ETIOLOGI
Infectious disorders
Viruses CMV, herpes simplex, herpes zoster, rubella,
rubeola
Bacteria Agents of tuberculosis, brucellosis, sporadic
and endemic syphilis; Borrelia (Lyme disease); and various
hematogenously spread gram-positive and gram-negative
pathogens
Fungi Candida, Histoplasma, Cryptococcus, Aspergillus
Parasites Toxoplasma, Toxocara, Cysticercus,
Onchocerca
Noninfectious disorders
Autoimmune disorders
Trauma, dll
UVEITIS POSTERIOR
gejala utama uveitis posterior
floater (jika terdapat lesi inflamasi perifer)
gangguan penglihatan sentral (koroiditis aktif
pada makula atau papillomacular bundle)
UVEITIS POSTERIOR
Penyulit:
Glaukoma
Katarak
Ablasi retina
Penatalaksanaan
Obati kelainan sistemiknya
Terapi topikal :
Kortikosteroid
Topikal
Sistemik
Intraokular (triamcinolon 4 mg subkonjungtiva)
Antimetabolit (Azathioprine, methotrexate)
Utk uveitis yg mengancam penglihatan
Pasien yg intolerance thd efek samping steroid
Imunomodulator (ciclosporine, tacrolimus)
Siklopegik
Pemeriksaan
Funduskopi :
Seluruh retina berwarna pucat
Terdapat bentuk gambaran sosis pada arteri retina
Sesudah beberapa jam retina akan tampak
pucat,keruh keabu-abuan .
Akan terlihat gambaran ceri / cherry red spot pada
makula lutea.
Penatalaksanaan
Pengobatan dini dapat dengan menurunkan
tekanan bola mata dengan mengurut bola
mata
Asetazolamid atau presentase bilik mata
depan
O
Dislokasi lensa
Dislokasi Lensa
2 jenis dislokasi lensa :
Partial : subluksasi
Total : luksasi
Etiologi
Sindrom Marfan
Subluksasi lensa
Keluhan seperti miopi, astigmatisme dan
diplopia
Pengobatan : Dilakukan dg koreksi
sebaik2nya sehingga tidak timbul diplopia,
bila terdapat penyulit glaukoma pd
dewasa dilakukan ekstrasi linear /
ekstrakapsuler dan ortu dilakukan ektraksi
lensa
Subluksasi Lensa
Luksasi Lensa
Luksasi Lensa Anterior :
Gejala : sakit kepala dan muntah2
REFRAKSI MATA
Emetrop :
Cahaya sejajar dari objek jauh di fokuskan tepat di
retina (Kondisi orang normal)
Penyebab
Pemeriksaan Refraksi
2 cara :
Objektif :
Oftalmoskop
Retinoskop
Keratometer / oftalmometer
Subjektif
Memakai optotipe Snellen dan trial lenses
Obat-obatan
Laser
Anisometropi
Penatalaksanaan
Jika perbedaan tidak begitu besar ( 1-2D )
dan ada penglihatan binokuler koreksi
penuh
Perbedaan refrakis sangat besar, koreksi
penuh memberikan rasa tidak enak
koreksi sebagian mata yg paling ametrop
Etiologi
Amblopia fungsional g3 binokuler
Strabismus : satu mata digunakan terus menerus untuk fiksasi
sedang yg lain tidak digunakan
Untuk menghindari Diplopia / penglihatan ganda, nervus opti akan menekan
refraksi makula sehingga terjadi juling
Etiologi
Gangguan refraksi ( anisometropi ) tinggi
Kelainan fiksasi merupakan penyebab ambliopia
pada nistagmus dini
Ambliopia ex-anopsia
Kekeruhan media lintasan visual ( organik / total )
katarak pada anak usia di bawah 6 tahun
Amblopia toksik
Akibat obat2an / minuman keras yg mengandung
metil alkohol.
Menyebabkan kebutaan permanen
Retinopati Diabetikum
Mikroaneurisma
Perdarahan bulat kecil di papil dan makula
Vena sedikit melebar
Stadium 2
Vena melebar
Eksudat kecil, keras spt lilin, tersebar seperti bunga ( circinair )
Stadium 3
Stadium 4
Stadium 5
Gejala :
Penurunan ketajaman penglihatan sentral yg
berlangsung perlahan bergantung lokaisasi,
luas dan beratnya kelaianan
1. Perdarahanflameshaped
2. Soft exudate
3. Cotton woolspots
4. Mikroaneurisma
Faktor Pemberat
Faktor Penyulit
Perdarahan badan kaca
Tarikan vitreoretina ablasio retina
Pengobatan
Diet dan obat antidiabetik
Fotokoagulasi dengan xenon arc
fotokoagulator / aoron laer foto koagulator.
Optic Atropi
DEFINISI
kelainan nervus optikus yang sering
ditemukan pada kelainan lintasan visual.
Atrofi optik bisa sangat ringan dengan
gangguan visus dan lapang pandang yang
sangat ringan (hidden visual loss ) sampai
hilangnya visus dan lapang pandangan
secara total.
Kesimpulan
Pasien 46 tahun kemungkinan katarak dd
diabetik retinopatik yang mungkin di
sebabkan oleh diabtes yang tidaak
terkontrol
Saran
Control gula darah
Pemeriksaan berkala untuk orang yang
beresiko tinggi
Melakukan penatalaksanaan sesuai
dengan etiologi
DAFTAR PUSTAKA
Riordan-Eva P. Anatomy & Embryology of the Eye In: Riordan-Eva P,
Whitcher JP,editors. General Ophthalmology 17th Ed. London:
McGraw Hill, 2007.
Kanski JJ. Retinal Vascular Disorders in Clinical Ophthalmology: A
Systematic Approach. 3rdEdition. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd,
1994. 152-200.
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih
bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung.
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia
Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih
bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC
Terima Kasih