Oleh:
12100113044
Preseptor:
0
MEKANISME REFRAKSI, AKOMODASI,
DAN TAJAM PENGLIHATAN
Mekanisme Refraksi
Jika kecepatan suatu berkas cahaya berubah akibat perubahan medium
optis, akan terjadi pula pembiasan (refraksi) berkas cahaya tersebut. Efek suatu
bahan optic terhadap kecepatan cahaya dinyatakan oleh indeks refraksinya.
Semakin tinggi indeks, semakin lambat kecepatan dan semakin besar efek
pembiasannya. Menurut Hukum Refleksi dan Refraksi, berkas cahaya yang
dating akan dipantulkan dan dibiaskan pada bidang datang yang tegak lurus
terhadap permukaan, sudut dating sama dengan sudut refleksi, serta hasil kali
indeks refraksi medium berkas cahaya datang dan sinus sudut datang berkas
cahaya cahaya yang datang sama dengan hasil kali besaran-besaran yang sama
pada berkas cahaya biasan.2
Lensa konveks memfokuskan berkas cahaya. Berkas cahaya yang masuk
melalui bagian tengah menembus lensa tepat tegak lurus terhadap permukaan
lensa sehingga cahaya tidak dibiaskan. Makin ke tepi lensa berkas cahaya akan
semakin dibelokkan ke arah tengah yang disebut dengan konvergensi cahaya.
Bila lensa memiliki kelengkungan yang sama cahaya sejajar yang melalui
berbagai bagian lensa akan dibelokkan sedemikian rupa sehingga semua cahaya
akan menuju suatu titik yang disebut titik fokus. Lensa konkaf menyebarkan
berkas cahaya. Berlawanan dengan lensa konveks, berkas cahaya yang mengenai
bagian pinggir lensa akan mengalami divergensi atau menyebar menjauhi cahaya
yang masuk melalui bagian tengah lensa. Lensa silindris membiaskan cahaya
pada suatu garis focus. Silindris konkav akan menyebarkan cahaya pada satu
bidang dan lensa silindris konveks akan memusatkan berkas cahaya pada satu
bidang.Ukuran daya bias lensa disebut sebagai dioptri. Daya bias lensa konveks
sama dengan satu meter dibagi jarak fokusnya. Jadi sebuah lensa sferis
mempunyai daya bias +1 dioptri bila lensa itu memusatkan cahaya sejajar
menuju satu titik fokus 1 meter di belakang lensa.2
Sistem lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi:2
a. perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara
b. perbatasan antara permukaan posterior kornea dan humor aqueus
c. perbatasan antara humor aqueus dan permukaan anterior lensa
1
d. perbatasan permukaan posterior lensa dengan korpus vitreus.
Sekitar dua pertiga dari daya bias mata 59 dioptri dihasilkan oleh
permukaan anterior kornea, bukan oleh lensa mata. Hal ini dikarenakan indeks
bias kornea sangat berbeda dari indeks bias udara, sementara indeks bias lensa
mata tidak jauh berbeda dengan indeks bias akuos humor dan korpus vitreus.
Lensa internal mata yang secara normal bersinggungan dengan cairan di setiap
permukaannya memiliki daya bias total hanya 20 dioptri, namun lensa internal
ini penting karena sebagai respon terhadap sinyal saraf dari otak lengkung
permukaannya dapat mencembung sehingga memungkinkan terjadinya
akomodasi.2
2
berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, akuos humor ,
lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi
cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh.
Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di
retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi
mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat,
pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua
bola mata terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.6
Mekanisme Akomodasi
Pada anak-anak, daya bias lensa mata dapat ditingkatkan dari 20 dioptri
menjadi kira-kira 34 dioptri, ini berarti terjadi akomodasi sebesar 14 dioptri.
Untuk mencapai ini, bentuk lensa diubah dari yang tadinya konveks sedang
menjadi sangat konveks. Lensa yang dalam keadaan relaksasi tanpa tarikan
terhadap kapsulnya lensa dianggap berbentuk hampir sferis. Ligamen
suspensorium yang melekat di sekeliling lensa, menarik tepi lensa ke arah lingkar
luar bola mata. Ligamen ini secara konstan diregangkan oleh perlekatannya pada
tepi anterior koroid dan retina. Regangan ini menyebabkan lensa tetap relatif
datar dalam keadaan mata istirahat.2,8
Ligamen suspensorium melekat ke otot siliaris di sebelah lateralnya. Otot
siliaris ini memiliki dua serabut otot polos yang terpisah yaitu serabut meridional
dan serabut sirkular. Serabut meridional membentang dari ujung perifer ligamen
suspensorium sampai peralihan kornea-sklera.Kalau serabut ini berkontraksi,
bagian perifer dari ligamen lensa tadi akan tertarik secara medial ke arah tepi
kornea, sehingga regangan ligamen terhadap lensa akan berkurang. Serabut
sirkular tersusun melingkar mengelilingi perlekatan ligamen, sehingga pada
waktu berkontraksi terjadi gerak seperti sfingter mengurangi diameter lingkar
perlekatan ligamen terhadap kapsul.Jadi, kontraksi salah satu serabut otot polos
dalam otot siliaris akan mengendurkan ligament kapsul lensa dan lensa menjadi
lebih cembung.2,8
3
Tabel 1. Perubahan pada Saat Akomodasi8
Denngan Akomodasi Tanpa Akomodasi
Otot siliar Kontraksi Relaksasi
Mekanisme Penglihatan
4
KELAINAN REFRAKSI
Miopia
1. Definisi
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat) yaitu
seseorang tidak bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa melihat dengan
jelas benda-benda yang dekat. Hal ini terjadi apabila bayangan dari benda
yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak
berakomodasi.2,8,9
2. Epidemiologi
5
84% pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura
dan Jepang.8
Miopia progesif (>6 dioptri) juga meningkat, yang nantinya akan
berhubungan dengan peningkatan penyakit-penyakit seperti ablasio retina,
glaukoma, dan miopia degeneratif.8 Lebih dari 60% miopia muncul pada
onset awal yang disebut dengan miopia juvenil atau miopia anak sekolah,
terjadi pada usia 9-11 tahun dan mengalami progresifitas pada usia remaja
awal.9Prevalensi miopia agak menurun pada populasi diatas 45 tahun,
mencapai kira-kira 20% pada usia 65 tahunan, dan sekitar 14% pada usia 70
tahunan. Beberapa penelitian menyatakan prevalensi miopia lebih tinggi pada
wanita dari pada pria.8
3. Klasifikasi2,8-10
Berdasarkan penyebabnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia refraktif (miopia bias, miopia indeks) yaitu bertambahnya indeks
bias media penglihatan, seperti terjadi pada katarak intumesen di mana
lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.Untuk setiap milimeter
tambahan panjang sumbu mata, bertambah pula miopia sebesar 3 dioptri.
Berdasarkan derajat beratnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia ringan, dimana miopia < 1-3 dioptri.
b. Miopia sedang, dimana miopia 3-6 dioptri.
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia >6 dioptri.
6
c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan atau sama dengan miopia
pernisiosa atau miopia degeneratif.
Menurut gambaran klinisnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia simpel
Miopia simpel yaitu miopia yang disebabkan oleh pertumbuhan
normal bola mata yang sehat. Peningkatan miopia berhenti pada maturitas
dan dapat dikoreksi menjadi ketajaman penglihatan normal. Miopia
simpeladalah bentuk miopia yang paling sering dibandingkan dengan
bentuk miopia yang lainnya. Secara umum <6 dioptri, namun kebanyakan
pasien biasanya < 4 atau 5 dioptri.
Astigmat bisa terjadi bersamaan dengan simple myopi. Yang
dikenal dengan miopia astigmat, miopia simpel astigmat dan miopia
campuran astigmat. Ketika derajat miopia tidak sama antara kedua mata
maka kondisi ini disebut anisometropi miopia (anisomiopia). Namun
ketika satu mata normal (emmetropi) dan mata yang lainnya miopia,
keadaan ini dikenal sebagai miopia simpel anisometropia. Meskipun
derajat miopia yang berbeda antara kedua mata sebenarnya jarang terjadi,
anisometropia tidak akan menjadi masalah klinis sampai perbedaan kedua
mata mencapai 1.0D.
b. Miopia nokturnal
Terjadi hanya pada pencahayaan yang kurang, miopia malam
(rabun senja) merupakan keadaan primer untuk meningkatkan respon
akomodasi yang berhubungan dengan level cahaya yang rendah. Karena
adanya suatu perbedaan yang tidak mencukupi untuk menstimulasi
akomodasi yang adekuat, maka mata lebih memilih untuk memfokuskan
posisi akomodasi terhadap keadaan yang remang-remang dari pada
memfokuskan ketajaman penglihatan jauh.Hal ini disebut juga dengan
akomodasi fokus gelap atau akomodasi tonik atau akomodasi keadaan
istirahat. Pada dasarnya, penderita miopia nokturnal sudah memeiliki
miopia ringan. Miopia nokturnal ini bisa mencapai -4.0D, namun yang
paling sering sekitar -1.0D.
c. Pseudomiopia
7
Pseudomiopia adalah hasil meningkatnya kekuatan refraksi
okuler akibat overstimulasi dari mekanisme akomodasi mata atau spasme
dari siliari. Kondisi ini disebut pseudomiopia karena pasien hanya
mengeluhkan miopia akibat respon akomodasi yang tidak sesuai.
d. Miopia degeneratif
Derajat berat dari miopia yang berhubungan dengan perubahan
degeneratif dari posterior segmen mata, yang dikenal dengan miopia
degeneratif atau miopia patologis. Perubahan degeneratif ini dapat
menyebabkan fungsi abnormal penglihatan, seperti penurunan ketajaman
penglihatan atau perubahan lapangan pandang. Lepasnya retina dan
glaukoma adalah sekuele yang sering terjadi.
e. Miopia terinduksi
Miopia terinduksi adalah hasil dari paparan berbagai jenis zat
farmakologi, kadar gula darah yang bervariasi, sklerosis dari lensa mata
atau kondisi-kondisi lainnya. Miopia ini bersifat sementara dan
reversibel.
Tabel 2. Agen Farmasi yang Dapat Memicu Terjadinya Miopia9
4. Etiologi
Tabel 3. Etiologi Miopia Berdasarkan Klasifikasinya10
8
Miopia nokturnal keseringan mata berakomodasi dalam gelap yang
signifikan
Pseudomiopia kelainan akomodasi, eksoforia tinggi, agen agonis
kolinergik
Miopia degeneratif keturunan, retinopati prematur, halangan pada media
refraksi
Miopia terinduksi Katarak nuklear terkait umur, terpapar Sulfonamid,
perubahan kadar gula darah yang signifikan
Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya miopia adalah:10
1. Riwayat keluarga dengan miopia (hereditas).
2. Munculnya miopia dengan retinoskopi nonsikloplegik saat masa
pertumbuhan dan berkurang menjadi emetropia sebelum masuk sekolah.
3. Gangguan refraksi emetropia sampai hipermetropia 0.50D.
4. Penurunan fungsi akomodasi atau nearpoint esophoria
5. Bekerja dalam jarak dekat dalam waktu yang lama.
6. Kelengkungan kornea yang curam atau tingginya rasio panjang aksial
dengan radius kornea.
5. Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis miopia, harus dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis,
pasien mengeluhkan penglihatan kabur saat melihat jauh, cepat lelah saat
membaca, atau melihat benda dari jarak dekat. Berikut ini gejala utama yang
terjadi pada:2,8
a. Miopia simpel
Gejala utama miopia simpel adalah pandangan kabur yang
menetap saat melihat jauh, sedangkan penglihatan dekat biasanya normal.
Gejala selain pemandangan kabur mungkin saja muncul.
b. Miopia malam
Gejala utamanya adalah pandangan jauh kabur saat pencahayaan
kurang. Pasien sering mengeluhkan sulit melihat rambu-rambu lalu lintas
saat berkendaraan malam hari.
c. Pseudomiopia
Pandangan jauh kabur yang sementara, khususnya saat setelah
melakukan pekerjaan yang dekat. Hal ini mengindikasikan tidak cukup
baiknya fungsi akomodasi.
9
d. Miopia degeneratif
Pada miopia degeneratif terdapat pemandangan jauh yang sangat
kabur karena derajat miopia sangat signifikan. Pasien harus meletakkan
objek sangat dekat dengan matanya. Pasien mungkin mengeluhkan
adanya kilatan cahaya atau benda-benda yang mengapung akibat
perubahan dari vitreoretinalnya. Jika patologi dari segmen posterior
berubah maka akan mengakibatkan gangguan fungsi retina, pasien akan
mengeluhkan memiliki riwayat hilangnya penglihatan atau riwayat
menggunakan alat optik dengan koreksi tinggi.
e. Miopia terinduksi
Pasien dengan miopia terinduksijuga melaporkan adanya
pandangan jauh yang kabur. Waktu kaburnya itu sesuai dengan agen atau
kondisi yang mempengaruhi miopia tersebut. Pupil konstriksi saat
penyebab dari miopia ini adalah agen agonis kolinergik.
10
Gambar 7. Snellen Chart10
Bila huruf terbesar dari optotipe Snellen tidak dapat dilihat, maka
pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita menghitung jari
pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada penglihatan normal
terlihat pada jarak 60 m, jika penderita hanya dapat melihat pada jarak 2
m, maka visusnya sebesar 2/60. Apabila pada jarak terdekat pun hitung
jari tidak dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara
pemeriksa menggerakkan tangannya pada bermacam-macam arah dengan
jarak bermacam-macam dan meminta penderita mengatakan arah gerakan
tersebut. Gerakan tangan pada penglihatan normal terlihat pada jarak 300
m, jika penderita hanya dapat melihat gerakkan tangan pada jarak 1 m,
maka visusnya 1/300.Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat
pada jarak terdekat sekalipun, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan cahaya dari senter pemeriksa dan mengarahkan sinar
tersebut pada mata penderita dari segala arah, dengan salah satu mata
penderita ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita harus dapat melihat
arah sinar dengan benar, apabila penderita dapat melihat sinar dan
11
arahnya benar, maka fungsi retina bagian perifer masih baik dan
dikatakan visusnya 1/~ dengan proyeksi baik. Namun jika penderita
hanya dapat melihat sinar dan tidak dapat menentukan arah dengan benar
atau pada beberapa tempat tidak dapat terlihat maka retina tidak berfungsi
dengan baik dan dikatakan sebagai proyeksi buruk. Bila cahaya senter
sama sekali tidak terlihat oleh penderita maka berarti terjadi kerusakan
dari retina secara keseluruhan dan dikatakan visus nol atau buta total.
b. Retinoskopi atau refraksi objektif
Pemeriksaan retinoskopi dilakukan dalam kamar gelap, dengan
jarak pemeriksa dan penderita sejauh 0,5 meter. Sumber cahaya terletak
di atas penderita agak kebelakang dan cahaya ditujukan kepada pemeriksa
yang memegang cermin, dimana cermin kemudian memantulkan cahaya
tersebut ke arah pupil penderita, sehingga pemeriksa dapat melihat refleks
fundus pada pupil penderita melalui lubang pada bagian tengah cermin.
12
Gambar 9. Gerak Reflek Fundus yang Berlawanan Arah12
Selain itu, pemeriksa juga perlu memperhatikan terang, bentuk
dan kecepatan gerak fundus. Refleks yang terang, pinggirnya tegas dan
gerak yang cepat menunjukkan kelainan refraksi yang ringan, sedangkan
refleks yang suram, pinggir tidak tegas dan gerak lamban menunjukkan
adanya kelainan refraksi yang tinggi.
Pada pasien dewasa, pemeriksaan subjektif dan objektif harus
dilakukan. Setelah melakukan pemeriksaan mata, dapat dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk mengidentifikasi keadaan yang berhubungan
serta memantau perubahan retina pada pasien dengan miopia degeneratif atau
progresif, yaitu melalui:12
a. Fundus fotografi
b. A- dan B-scan ultrasonografi
c. Lapangan pandang
d. Pemeriksaan lain, seperti gula darah puasa, dan lain-lain.
6. Penatalaksanaan
a. Koreksi optikal11-13
Koreksi penglihatan dilakukan dengan memberikan kaca mata
atau lensa kontak yang memberikan penglihatan jauh yang baik. Derajat
miopia diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik jauh.
Dengan demikian, titik jauh sebesar 0,25 meter menandakan perlunya
lensa koreksi sekitar minus 4 dioptri.
Beberapa keuntungan menggunakan kaca mata yaitu:
Kaca mata lebih hemat dalam beberapa kasus.
Kaca mata memberikan beberapa perlindungan pada mata, terutama
ketika lensanya berbahan policarbonat.
Kaca mata bisa digunakan bersamaan dengan terapi gangguan mata
lain, seperti prisma, bifokal, atau lensa progresif tambahan.
13
Kaca mata membutuhkan akomodasi yang kurang dibandingkan
dengan lensa kontak untuk miopia.
Kaca mata memberikan koreksi yang lebih baik pada beberapa tipe
astigmat.
Beberapa keuntungan lensa kontak yaitu:
Lensa kontak lebih baik dari segi kosmetik
Lensa kontak memberikan gambaran pada retina yang lebih besar dan
ketajaman pemandangan yang sedikit lebih bagus pada miopia berat.
Lensa kontak mengurangi kejadian anisikonia pada anisometropia.
Lensa kontak mengurangi masalah tentang berat kaca mata dan
keterbatasan lapangan pandang pada penggunaan kaca mata.
Lensa kontak (rigid gas-permeable lenses) bisa mengurangi
progresivitas miopia.
Indikasi pemakaian lensa kontak antara lain;
Indikasi medik:
- Perbaikan penglihatan: pengganti kacamata, miopia tinggi,
astigmatisma ireguler, keratokonus, afakia.
- Lensa kontak warna: pada leukoma luas untuk menutupi makula.
Indikasi preventif: mencegah terjadinya simbleparon.
Indikasi diagnostik: penggunaan gonioskopi, elektroretinografi.
Indikasi operasi: digunakan selama goniotomi pada glaukoma
kongenital.
Indikasi kosmetik: pada parut kornea, ptosis, ptisis bulbi.
Indikasi pekerjaan: olahragawan, pilot, aktor.
Kontraindikasi pemakaian lensa kontak antara lain:
Kontraindikasi absolut: peradangan pada blefaritis, konjungtivitis
akut, keratitis.
Kontraindikasi relatif: sindrom mata kering, blep setelah operasi
glaukoma, penderita dengan gangguan kekebalan tubuh, kelainan
palpebra dan silia (kalazion, trikiasis, entropion, koloboma), kelainan
konjungtiva (pterigium, pinguekula).
b. Operasi refraktif12-14
1) Radial keratotomi (RK)
Insisi dengan pola seperti jari-jari radial pada parasentral
kornea untuk melemahkan bagian dari kornea. Bagian yang curam
pada kornea akan menjadi lemah sedangkan bagian central kornea
akan mendatar. Hasil dari perubahan refraktif tergantung pada ukuran
zona optiknya dan jumlah serta dalamnya insisi.
14
Gambar 10.Radial Keratotomi13
2) Photorefraktive Keratektomi (PRK)
PRK adalah suatu prosedur dimana kekuatan kornea dikurangi
dengan menggunakan ablasi laser pada central kornea. Data dari
beberapa penelitian menyatakan bahwa 48-92% pasien mendapatkan
ketajaman penglihatan 6/6 setelah melakukan prosedur ini. Pasien
kadang-kadang menyatakan tidak ada perbaikan setelah PRK, namun
PRK ini lebih baik daripadaRK. Baik RK maupun PRK ini
diindikasikan untuk miopia ringan dan sedang.
15
Gambar 12. Operasi Metode LASIK14
LASIK merupakan metode terbaru didalam operasi mata,
direkomendasikan untuk miopia dengan derajat sedang sampai berat.
Pada LASIK digunakan laser dan alat pemotong yang dinamakan
mikrokeratom untuk memotong flap secara sirkular pada kornea. Flap
yang telah dibuat dibuka sehingga terlihat lapisan dalam dari kornea.
Kornea diperbaiki dengan sinar laser untuk mengubah bentuk dan
fokusnya, setelah itu flap ditutup kembali.
Kandidat yang ideal untuk dilakukan LASIK, yaitu:14
a. Diatas 18 tahun.
b. Memiliki resep kaca mata atau lensa kontak yang stabil minimal 2
tahun ini.
c. Memiliki ketebalan kornea yang cukup.
d. Memiliki satu gangguan penglihatan seperti miopia, astigmatisma,
hipermetropia atau kombinasinya.
e. Tidak menderita peyakit, baik yang berhubungan dengan
penglihatan atau penyakit lain.
f. Telah melakukan informed corcern yang adekuat ke pasien
tentang tindakan ini.
16
a. Gangguan refraksi harus masuk dalam katagori yang bisa diobati
oleh FDA-laser excimer, seperti: miopia sampai -14.0D,
astigmatisma sampai -6.0D dan hipermetropia sampai +6.0D.
Karena teknik dan teknologi yang berkembang sangat cepat,
dokter dapat mengobati keadaan yang lebih parah. Laser juga
digunakan untuk regular atau campuran astigmat. Jika gangguan
refraktif pasien atau faktor kesehatan lain tidak memungkinkan
melakukan LASIK, prosedur lain dapat direkomendasikan.
b. Mata harus dalam keadaan stabil dan tidak ada kemungkinan
untuk berubah kedepannya, hal ini bisa dikonfirmasi dengan resep
kaca mata dan lensa kontak yang digunakan dalam 1 tahun ini
atau lebih.
c. Kondisi yang mengikuti, sampai berubah atau diperbaiki, bisa
membuat pasien tidak bisa melakukan LASIK, karena hal tersebut
menyebabkan fluktuasi pada mata, seperti:
Kehamilan atau menyusui
DM atau penyakit lain dengan fluktuasi hormonal yang
mempengaruhi mata.
Dibawah usia 18 tahun (operasi laser tidak diizinkan dibawah
usia 18 tahun oleh FDA, karena mata selalu stabil pada usia
pertengahan dua puluhan.
Pasien menggunakan obat yang dapat menyebabkan fluktuasi
penglihatan.
d. Kondisi mata yang membuat pasien tidak dapat menjalani LASIK,
baik sementara atau permanen, yaitu:
Glaukoma, suspek glaukoma atau hipertensi okular.
Beberapa penyakit mata, seperti uveitis.
Trauma mata atau operasi mata sebelumnya.
Keratokonus, penyakit kornea degeneratif atau pre
keratokonus.
Katarak.
Penyakit retina.
e. Pasien harus bebas dari penyakit dan pengobatan yang dapat
mempengaruhi penyembuhan, seperti penyakit autoimun (rematik
artritis, lupus eritematosus), gangguan immunodefisiensi (HIV),
17
diabetes, dan obat-obat lain seperti steroid, retinoid acid, dan lain-
lain.
f. Pasien harus tidak memiliki herpes okular dalam 1 tahun waktu
potensial operasi.
a. Sebelum LASIK
Sebelum operasi, pasien menghentikan penggunaan kream,
losion, make up dan parfum untuk menjamin tidak ada
kumpulan debris pada mata yang dapat meningkatkan risiko
infeksi. Dokter mungkin meminta pasien untuk mengscrab
matanya sebelum dilakukan operasi untuk mengangkat residu
dan debris disekitar mata.
Pasien harus diberitahu diantarkan pergi dan pulang serta pada
saat follow pertama, karena pengobatan ini memberikan
rileksasi sehingga penglihatan menjadi kabur.
b. Setelah LASIK
Rasa terbakar yang ringan dan gatal atau merasakan suatu
sensasi di mata, bisa berlangsung sampai beberapa jam setelah
LASIK. Obat analgetik mungkin bisa diberikan. Tetes mata
harus digunakan setiap hari dalam jangka waktu beberapa hari
untuk mencegah infeksi dan inflamasi.
Penglihatan akan tetap kabur pada hari pertama dan
penglihatan meningkat saat pemeriksaan pasien esok harinya.
Kebanyakan orang menyatakan bahwa penglihatan membaik 1
hari setelah operasi. Tidak disarankan untuk menggunakan
lensa kontak pada periode ini, walaupun penglihatan kabur.
Beberapa pasien dapat berkendaraan satu hari setelah operasi.
Pasien disuruh untuk menunggu beberapa hari sebelum
diperbolehkan bekerja seperti semula.
Make up dan losion mata tidak diperbolehkan pada beberapa
periode setelah operasi.
18
Semua olahraga dilarang untuk 3 hari dan olah raga berat atau
berkelanjutan dihentikan untuk 4 minggu.
Pasien tidak diizinkan untuk berkendara sampai
penglihatannya baik.
Pada beberapa bulan pertama (6 bulan) ketajaman penglihatan
bisa berfluktuasi dan efek samping mungkin akan muncul.
Periode penyembuhan dan stabilitas dari penglihatan bisa
memakan waktu 1 sampai 3 bulan.
Setelah LASIK mata lebih mudah untuk terkena trauma,
karena flap dari kornea tidak sekuat kornea yang original.
Pasien disarankan untuk menggunakan pelindung mata saat
berolah raga dan aktivitas yang dapat membuat trauma pada
bola mata, proyeksi, alis mata.
19
Pasien yang tidak memenuhi syarat untuk LASIK karena
memiliki miopia yang sangat tinggi atau kornea yang sangat tipis
adalah calon potensial untuk operasi implan lensa kontak. Fungsi
lensa kontak ini sama dengan lensa kontak yang dipakai di
ekstraokular, namun ditempatkan antara kornea dan iris. Beberapa
ahli bedah mata menganggap metode ini merupakan pilihan terbaik
untuk miopia ekstrim. Lensa mata pasien tetap ada sehingga fungsi
akomodasi tidak terganggu.
20
Prognosis dari miopia simpel sangatlah bagus. Pasien dapat
memperoleh penglihatan jauh yang baik dengan menggunakan koreksi. Hal
ini tergantung juga dengan derajat miopianya, astigmat, anisometropia dan
fungsi akomodasi dari pasien. Pemeriksaan secara teratur sangat penting
untuk penderita degeneratif miopia karena mereka mempunyai faktor risiko
untuk terjadinya ablasio retina, degerasi retina atau masalah lainnya.10
Hipermetropia (Hiperopia)
1. Definisi
Hipermetropia yaitu suatu kondisi dimana saat cahaya masuk ke
mata yang tidak berakomodasi maka fokus cahaya berada di belakang retina,
sehingga pasien akan melihat lebih jelas benda yang jauh daripada benda
yang dekat.2,13
2. Epidemiologi
Hampir seluruh bayi memiliki hipermetropia ringan, dimana bayi
premature dan bayi berat badan lahir rendah memiliki hipermetropia yang
lebih rendah. Sekitar 4-9% bayi 6-9 bulan memiliki hipermetropia> +3.25D
dan 3,6% pada anak berusia 1 tahun. Astigmat dengan level tinggi
berhubungan dengan hipermetropia sedang sampai berat selama bayi, namun
keduanya akan menurun pada usia 5 tahun. Meskipun pada usia ini prevalensi
gangguan refraksi sudah turun, namun distribusinya masih tinggi pada
hipermetropia ringan. Diatas usia 10-15 tahun, ada penurunan prevalensi dari
hipermetropia dan terjadi peningkatan miopia.Belum diketahui apakah ada
21
perbedaan prevalensi hipermetropia berdasarkan jenis kelamin, namun ada
bukti bahwa prevalensi hipermetropia dipengaruhi oleh etnik. Suku asli
Amerika, Afrika dan Pasifik dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi. Sebuah
penelitian pada 1.880 anak sekolah keturunan China di Malaysia
memperlihatkan prevalensi hipermetropia> +1.25D hanya 1.2%.2,13
3. Klasifikasi2,13
Secara klinis, hipermetropia dapat dibagi menjadi:
a. Hipermetropia simplek, merupakan variasi biologikal normal, bisa
disebabkan oleh kelainan aksial atau refraksi.
b. Hipermetropia patologik, disebabkan oleh anatomi okular yang tidak
normal yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, penyakit okular
atau trauma.
c. Hipermetropiafungsional, disebabkan oleh paralisis akomodasi.
4. Etiologi2,13
a. Sumbu antroposterior yang memendek, disebut dengan hipermetropia
aksial
b. Kurangnya kelengkungan kornea atau lensa, disebut dengan
hipermetropia kurvatur.
22
c. Indeks bias yang kurang dari optik mata, disebut dengan hipermetropia
refraktif
5. Diagnosis2,13
a. Anamnesis gejala dan tanda hipermetropia, berupa:
1) Penglihatan dekat kabur
2) Astenopia akomodatif (sakit kepala, lakrimasi, fotofobia, kelelahan
mata)
3) Strabismus pada anak yang mengalami hipermetropia berat
4) Mata terasa berat jika ingin mulai membaca dan biasanya tertidur
beberapa saat setelah mulai membaca.
5) Ambliopia
b. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan yang kita lakukan hampir sama dengan
pemeriksaan miopia namun interpretasinya berbeda.
6. Penatalaksanaan
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan ketika melakukan
pengobatan dan manajemen, yaitu besarnya hipermetropia, ada atau tidaknya
astigmat dan anisometropia, usia dan gejala pasien, serta status akomodasi,
ketajaman penglihatan dan efisiensi selama melihat. Sejak usia 5 atau 6
tahun, koreksi tidak dilakukan terutama jika penglihatan normal dan tidak
timbul gejala pada kedua mata. Pada usia 6 atau 7 tahun sampai remaja dan
presbiopia, hipermetropia dikoreksi dengan lensa positif yang terkuat.
Pembedahan juga bisa dilakukan untuk memperbaiki hipermetropia dengan
membentuk kurvatura kornea. Metode pembedahannya sama dengan
pembedahan yang digunakan pada miopia.2,13
7. Prognosis
23
mencembungnya lensa mata, dan miosis pupil. Akibatnya, cahaya yang
masuk mata akan mengalami konvergensi baik dari kecembungan lensa mata
iut sendiri, juga ditambah dengan miosis pupil. Dalam keadaan anisometropia
miopia, konvergensi yang terjadi besarnya berbeda, sehingga memungkinkan
terjadinya ambliopia atau strabismus. Hipermetropia ini dapat menyebabkan
terjadinya ambliopia apabila terjadi anisometropia yang sangat signifikan
yaitu 5.0D. Anak yang berusia muda yang memiliki hipermetropia
signifikan biasanya berhubungan dengan ambliopia, strabismus atau
anisometropia.
Astigmatisma
1. Definisi
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur
kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas
cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmatisma terjadi akibat bentuk
kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi
astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap orang memiliki astigmat yang
ringan.2
2. Etiologi
Astigmatisma biasanya diturunkan atau terjadi sejak lahir, berjalan
bersama dengan miopia dan hipermetropia, serta tidak banyak terjadi
perubahan selama hidup. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea
yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangnnya terjadi keadaan yang
24
disebut astigmatisma lazim di mana kelengkungan kornea pada bidang
vertikal bertambah atau lebih kuat atau-jari-jarinya lebih pendek disbanding
jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.2,11
Astigmatisma dapat disebabkan oleh kelainan pada kurvatur, aksis,
atau indeks retraksi. Astigmatisma kurvatur pada derajat yang tinggi,
merupakan yang tersering pada kornea, bersifat kongenital, sumbu vertikal
lebih besar dari sumbu horizontal sekitar 0,25 D. Ini dikenal dengan
astigmatsme direk dan diterima sebagai keadaan yang fisiologis. Bayi yang
baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis tipe
astigmatisma ini di dapatkan pada 68 % anak-anak pada usia 4 tahun dan
95% pada usia 7 tahun.2,11
3. Klasifikasi2,11
a. Astigmatisma Reguler
25
Gambar 19.Astigmatisma simpel hipermiopia2
b. Compound astigmatism, dimana tidak ada dari dua fokus yang jatuh
tepat di retina tetapi keduanya terletak di depan atau dibelakang
retina. Bentuk refraksi kemudian hipermetropia atau miopia. Bentuk
ini dikenal dengan compound hypermetropic astigmatism dan
compound miopic astigmatism.
26
dengan daya bias yang lebih besar terletak dimeridian horizontal.
Astigmatisma lazim lebih sering ditemukan pada pasien berusia muda dan
astigmatisma tidak lazim sering pada orang tua. 31
b. Astigmatisma iregular
Astigmatisma yang terjadi tidak memiliki 2 meridian saling tegak
lurus, dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama
berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Pada keadaan ini daya atau
orientasi meridian utamanya berubah sepanjang bukaan pupil.
Astigmatisma ireguler bisa terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan
distrofi atau akibat kelainan pembiasan.
4. Diagnosis
Diagnosis astigmatisma ditegakkan dari anamnesis yang meliputi
gejala klinis melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat
ganda dengan satu atau kedua mata, penglihatan kabur untuk jauh atau pun
dekat, bentuk benda yang dilihat berubah (distorsi), mengecilkan celah
kelopak jika ingin melihat, sakit kepala, serta mata tegang dan pegal. Pada
pemeriksaan fisik, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan kartu Snellen untuk kelainan refraksi miopia atau
hipermetropia yang ada dan menentukan tajam penglihatan. Dengan
menggunakan juring atau kipas astigmatisma, garis berwarna hitam yang
disusun radial dengan bentuk semisirkular dengan dasar yang putih
merupakan pemeriksaan subyektif untuk menilai ada dan besarnya derajat
astigmatisma.
27
Gambar 22. Kipas Astigmatisma2
Keadaan dari astigmatisma iregular pada kornea dapat dengan mudah
ditemukan dengan melakukan observasi adanya distorsi bayangan pada kornea.
Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan Placidos Disc di depan mata.
Bayangan yang terlihat melalui lubang di tengah piringan akan tampak
mengalami perubahan bentuk .Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan
oleh kornea, maka dengan mempergunakan keratometer, derajat astigmat dapat
diketahui, sehingga pada saat dikoreksi untuk mendapatkan tajam penglihatan
terbaik hanya dibutuhkan lensa sferik saja.2,11,12
5. Penatalaksanaan
Astigmatisma ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman
penglihataan (0,5 D atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada
astigmat yang berat dipergunakan kacamata silinder, lensa kontak atau
pembedahan.11,12
a. Kacamata Silinder
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender
negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau
dengan selinder positif dengan sumbu horizontal (30 150 derajat).
Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan koreksi silinder
negatif dengan sumbu horizontal (30-150 derajat) atau bila dikoreksi
dengan silinder positif sumbu vertikal (60-120 derajat).12
Pada koreksi astigmat dengan hasil keratometri dipergunakan
hukum Jawal, yaitu:12
28
1) Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism with the rule
dengan selinder minus 180 derajat, dengan astigmat hasil keratometri
yang ditemukan ditambahkan dengan nilainya dan dikurangi
dengan 0,5 D.
2) Berikan kacamata koreksi astigmat pada astigmatism againts the rule
dengan selinder minus 90 derajat, dengan astigmat hasil keratometri
yang ditemukan ditambahkan dengan nilainya dan ditambah
dengan 0,5 D.
b. Lensa Kontak12
Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid, yang dapat
menetralisasi astigmat yang terjadi di permukaan kornea.
c. Pembedahan11,12
Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat,dapat digunakan pisau
khusus atau dengan laser untuk mengoreksi kornea yang ireguler atau
anormal. Prosedur operasi astigmatisma berupa RK, PRK, dan LASIK.
Presbiopi
1. Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan
makinmeningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa
gangguan perubahan kencembungan lensa yang dapat berkurang akibat
berkurangnyaelastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi.Terjadi
kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia,sehingga kemampuan
lensa untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut
menyebabkan pandangan kabur saat melihat dekat.2,14
29
2. Etiologi2,14
3. Diagnosis2,14
30
d. Diberikan lensa positif mulai S +1 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai
terbacahuruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini
ditentukan-
e. Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
4. Penatalaksanaan2,11,12,14
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE, 2006. Sifat Optik Mata. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,
terj. Edisi ke-11. Jakarta: EGC. 2008; h.641-53.
2. Riordan-Eva P, Whitcher JP, 2008. Optik dan Refraksi. Dalam: Vaughan & Ashbury
Oftalmologi Umum, terj. Edisi ke-17. Jakarta: EGC. 2010; Widya Medika: Jakarta.
2000. h.382-98.
3. Dandona R, Dandona L, 2001. Refractive error blindness. Bulletin in The World Health
Organization. 79(3): h.237-43.
4. Sirlan, F. 2006. Blindness reduction rate: Is it important to evaluate?
MajalahOphtalmologicaIndonesiana. 3(3): h.241.
5. Depkes RI, Ditjen Binkenmas, 2005. Hasil Survey InderaPenglihatan dan Pendengaran.
h.189-99.
6. Schlote T, 2006. Pocket Atlas of Ophtalmology.Jerman: Georg Thieme Verlag. h.20-43
7. Crick R, Khaw PT, 2003. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3rd edition. London:
World Scientific Publishing. 2003. h.97-135.
8. The Eye M.D. Association. Fundamentals and Principles of Ophtalmology. Section
2.San Francisco: American Academy of Ophtalmology. 2012. h.67-78.
9. Myrowitz EH, 2012. Juvenile Myopia Progression, Risk Factors and Intervention. Saudi
Journal of Ophthalmology. 2012; 26: h.293-7.
10. David A. Goss, OD, 2006. Optometric Clinical Practice Guidline: Care of The Patient
with Myopia. American Optometric Association. 2006; h.3-31.
11. William AL, 2003. Basicand Clinical Science Course: Optics, Refraction, and Contac
Lens. Section 3. USA: American Academy of Ophtalmology. 2003; 118-9.
12. Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS, 2009. Basic and Clinical Science Course: Clinical
Optics. Section 3. USA: American Academy of Ophtalmology. 2009; 121-64.
13. David A. Goss, OD, 2006. Optometric Clinical Practice Guidline: Care of The Patient
with Hyperopia. American Optometric Association. 2006; h.2-23.
14. David A. Goss, OD, 2006. Optometric Clinical Practice Guidline: Care of The Patient
with Presbiopia. American Optometric Association. 2006; h.2-26.
32