Anda di halaman 1dari 16

REFERAT ILMU KESEHATAN MATA

MIOPIA RINGAN

Oleh :
Alissa Yunitasari
22010113210085

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR KARIADI
SEMARANG
2015
I.

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidak
seimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
Pada mata normal kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat
pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai
dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi sinar tidak dibiaskan tepat pada
bintik kuning, akan tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan malahan
tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk
miopia, hipermetropia, astigmat, dan presbiopi.1
Miopia atau rabun jauh merupakan suatu keadaan dimana mata mampu melihat
obyek yang dekat, tetapi kabur bila melihat objek-objek yang jauh letaknya dimana
sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan
dibiaskan membentuk bayangan di depan retina. Kata miopia berasal dari bahasa
Yunani yang berarti memincangkan mata, karena penderita kelainan ini selalu
memincangkan mata dalam usahanya untuk melihat lebih jelas objek-objek yang jauh
letaknya. Itulah karakteristik utama dari penderita miopia. Miopia paling banyak
dijumpai pada anak-anak, biasanya ditemukan pada waktu pemeriksaan skrining di
sekolah. 1
Rumusan masalah
Apakah miopia itu?
Tujuan penulisan
Dengan permasalahan tersebut maka tujuan pembuatan referat ini adalah
untuk mengetahui definisi, fisiologi penglihatan normal dan myopia, patofisiologi,
klasifikasi, cara mendiagnosa, bagaimana melakukan terapi dengan cepat dan tepat,
mencegah komplikasi. Selain itu tujuan pembuatan refreat ini untuk memenuhi syarat
kepaniteraan klinik di bagian ilmu kesehatan mata RSUP Dr.Kariadi Semarang.

Adapun manfaat yang kami harapkan dari pembuatan refrat ini yaitu dapat
menambah pengetahuan terutama dalam hal kelainan refraksi miopia agar dapat
diterapkan dilapangan ketika memasuki dunia praktek kedokteran.

II.

PEMBAHASAN
A. Definisi

Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang


memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina.
Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar
yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di
retina sinar-sinar ini menjadi divergen,membentuk lingkaran yang difus dengan
akibat bayangan yang kabur.1
Myopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah "nearsightedness.6 Myopia atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh
merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang
terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang terlalu cekung.7 Myopia
merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar yang
sejajar atau datang dari tidak terhingga difokuskan di depan retina.1
B. Fisiologi penglihatan normal
Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses. Pertama,
pembiasan sinar/cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang
berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aqueous ,
lensa, dan humor vitreus. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi
cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh.
Ketiga, konstniksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di
retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya, dan ini penting untuk melindungi
mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat, pemfokusan,
yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua bola mata
terfokus ke arah objek yang sedang dilihat.2
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa.
Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat berubah-ubah (pupil),
dan retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas
empat perbatasan refraksi: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan

udara, (2) perbatasan antara permukaan posterior kornea dan udara, (3) perbatasan
antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalinaa, dan (4) perbatasan
antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Masing-masing memiliki
indek bias yang berbeda-beda, indek bias udara adalah 1, kornea 1.38, humor
aqueous 1.33, lensa kristalinaa (rata-rata) 1.40, dan humor vitreous 1.34.4
Bila semua permukaan refraksi mata dijumlahkan secara aljabar dan bayangan
sebagai sebuah lensa. Susunan optik mata normal akan terlihat sederhana dan
skemanya sering disebut sebagai reduced eye. Skema ini sangat berguna untuk
perhitungan sederhana. Pada reduced eye dibayangkan hanya terdapat satu lensa
dengan titik pusat 17 mm di depan retina, dan mempunyai daya bias total 59
dioptri pada saat mata melihat jauh. Daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa
kristalinaa melainkan oleh permukaan anterior kornea. Alasan utama dari
pemikiran ini adalah karena indeks bias kornea jauh berbeda dari indeks bias
udara. Sebaliknya, lensa kristalinaa dalam mata, yang secara normal
bersinggungan dengan cairan disetiap permukaannya, memiliki daya bias total
hanya 20 dioptri, yaitu kira-kira sepertiga dari daya bias total susunan lensa mata.
Bila lensa ini diambil dari mata dan kemudian lingkungannya adalah udara, maka
daya biasnya akan menjadi 6 kali lipat. Sebab dari perbedaan ini ialah karena
cairan yang mengelilingi lensa mempunyai indeks bias yang tidak jauh berbeda
dari indeks bias lensa. Namun lensa kristalinaa adalah penting karena lengkung
permukaannya

dapat

mencembung

sehingga

memungkinkan

terjadinya

akomodasi.4
Pembentukan bayangan di retina sama seperti pembentukan bayangan oleh
lensa kaca pada secarik kertas. Susunan lensa mata juga dapat membentuk
bayangan di retina. Bayangan ini terbalik dari benda aslinya, namun demikian
presepsi otak terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti
bayangan yang terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan
yang terbalik itu sebagai keadaan normal.4

C. Etiologi Miopia
Myopia adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar yang masuk ke bolamata
titik fokusnya jatuh di depan retina. Secara fisiologis sinar yang difokuskan pada
retina terlalu kuat sehingga membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada
makula lutea. Titik fokus sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan
retina. Titik jauh (pungtum remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak
sejajar.
Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan menjadi miopia aksialis
dan refraktif.
Miopia aksialis
Terjadi karena jarak antara anterior dan posterior terlalu panjang. Normal
jarak ini 23 mm. Pada miopia 3 D : 24 mm, miopia IOD = 27 mm. Dapat
merupakan kelainan kongenital maupun didapat, serta ada pula faktor herediter.
Yang kongenital didapatkan pada makroftalmus. Sedang yang didapat terjadi
karena :
Anak membaca terlalu dekat
Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus berkonvergensi berlebihan.
M rektus internusberkontraksi berlebihan, bola mata terjepit oleh otot-otot

mata luar sehingga polus posterior mata, yang merupakan tempat terlemah
dari bola mata memanjang.
Wajah yang lebar
Menyebabkan

terjadinya

konvergensi

yang

berlebihan

bila

hendak

melakukan pekerjaan dekat sehingga mengakibatkan hal yang sama seperti di


atas.
Bendungan, peradangan atau kelemahan dari lapisan yang mengelilingi bola
mata, disertai dengan tekanan yang tinggi, disebabkan penuhnya vena dari
kepala akibat membungkuk, dapat menyebabkan pula tekanan pada bola
mata, sehingga polus posterior memanjang.
Pada orang dengan miopia 6 D, pungtum remotumnya 100/6 = 15 cm. Jadi
harus membaca pada jarak yang dekat sekali, 15 cm, jika tidak dikoreksi,
sehingga ia harus mengadakanb konvergensi yang berlebihan. Akibatnya polus
posterior mata lebih memanjang dan miopianya bertambah. Jadi didapatkan
suatu lingkaran setan antara miopia yang tinggi dan konvergensi. Makin lama
miopianya makin progresif.

Miopia refraktif
Penyebabnya terletak pada :
Kornea : kongenital; keratokonus dan keratoglobus
Didapat; karatektasia, karena menderita keratitits, kornea menjadi lemah.
Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol ke depan.
Lensa : Lensa terlepas dari zonula zinnii, pada luksasi lensa atau subluksasi
lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung. Pada katarak
imatur, akibat masuknya humor akueus, lensa mnjadi cembung.
Cairan mata; pada penderita diabetes melitus yang tidak diobati, kadar gula
dari humor akueus meninggi sehingga daya biasnya meninggi pula.

D. Patofisiologi
Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat
untuk panjangnya bola mata akibat:
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior
yang lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia
aksial.
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung
atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia
kurvatura/refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks
4. Miopia Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior,
misalnya pasca operasi glaukoma.4
E. Klasifikasi Miopia
Klasifikasi miopi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat refraksi
anomaly secara klinik, antara lain :
a) Miopia simplex / stasioner / fisiologik

Biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian berhenti. Tetapi dapat
juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada masa
puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari Spheris
5.00 Dioptri atau Spheris 6.00 Dioptri. Tetapi jika dikoreksi dengan lensa
yang sesuai dapat mencapai tajam penglihatan normal
b) Miopia progresif
Ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini terjadi kelainan fundus yang
khas unutk myopia tinggi ( myopia lebih dari Spheris 6.00 D ).
c) Miopia maligna Disebut juga myopia patologis/degeneratif karena disertai
penuaan dari koroid dan bagian lain dalam bola mata ( lensa kristalin,
coroid, badan siliar ).2
Klasifikasi myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1) Miopia\axial
Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor herediter,
komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak maupun karena
konginetal. Selain itu juga bisa karena anak biasa membaca dalam jarak
yang terlalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang paling lemah
dari bolamata memanjang. Orang yang berwajah lebar karena akan
menyebabkan konvergensi berlebihan saat melakukan pekerjaan dekat,
bendungan karena peradangan atau melemahnya lapisan yang mengelilingi
bolamata disertai tekanan yang tinggi. Myopia ini dapat bertambah terus
sampai dewasa.2
Miopia axial merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta
lebih pendek dibanding sumbu orbitnya. Namun dalam hal ini jarak fokus
media refrakta normal ( 2.6 mm ) sedangkan jarak sumbu orbitnya > 22,6
mm. Menurut Plempius (1622) bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata
disebabkan

karena

kelainan

anatomis.

Sedangkan

Donders

(1864)

berpendapat bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan

oleh karena sering mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi.


Sedangkan menurut Levinshon (1925) dikemukakan bahwa memanjangnya
sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering melihat kebawah
pada saat bekerja diruang tertutup sehingga terjadi peregangan pada
bolamata, ini berkaitan dengan faktor gravitasi bumi.2
2) Myopia refraktif
Pada myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan
seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung
sehingga pembiasan lebih kuat.7
Menurut Albert E. Sloane, myopia refraktif dapat terjadi karena :
Kornea terlalu melengkung.
Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang
masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura,

sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.


Peningkatan index bias cairan bolamata (pada penderita Diabetus

Melitus).
Menurut ilmu kedokteran bahwa myopia dapat disebabkan karena kurang
gizi, kegemukan, gangguan endokrin, alergi, kekurangan zat kimia
(seperti kalsium dan vitamin), over koreksi pada kacamata, dan memakai
kacamata yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomaly
refraksi.2

Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, yaitu :


Myopia ringan : Spheris -0.25 Dioptri Spheris -3.00 Dioptri
Myopya sedang: Spheris -3.25 Dioptri Spheris -6.00 Dioptri
Myopia tinggi/berat : > Spheris -6.00 Dioptri
F. Gejala klinis

Menurut Albert E. Sloane dalam buku Manual of Refraction, bahwa gejala


myopia adalah sebagai berikut :
a) Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh yang buram.
b) Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa koreksi kesalahan myopia yang rendah membantu mengurangi sakit kepala akibat
asthenopia (mata cepat lelah).
c) Ada kecenderungan pasien untuk memicingkan mata jika ia ingin melihat
jauh, efek pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat lebih jelas.
d) Penderita rabun jauh biasanya suka membaca karena mudah bagi mereka
sebagai spekulasi yang menarik.
Menurut Prof. Dr. Sidharta Ilyas dalam bukunya Kelainan Refraksi dan
Kacamata, bahwa gejala myopia adalah: :
Bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan mengatakan
penglihatannya kabur juka melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak
dekat.2
Gejala myopia secara umum :
Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat

melihat jauh selalu menyipitkan matanya.


Saat dilakukan test dengan uji bikromatik unit pasien akan melihat obyek

dengan warna dasar merah lebih terang.


Bola mata agak menonjol
Biasanya penderita akan melihat titik-titik hitam atau benang-benang

hitam (disebut floter) di lapang pandangnya .


Mata cepat lelah, berair, pusing, cepat mengantuk, atau biasanya disebut

dengan asthenopia (mata cepat lelah).


COA ( Camera oculi anterior ) dalam, karena jarang dipakainya otot-otot

akomodasi.
Pupil relatif lebih lebar akibat kurangnya akomodasi ( medriasis ).
Corpus vitreum cenderung keruh.
Kekeruhan di polus posterior lensa.
Menjulingkan mata.
Stafiloma posterior fundus tigroid di polus posterior retina

Pendarahan pada corpus vitreum.


Predisposisi untuk ablasi retina.
Atropi berupa kresen myopia.
Ekspresi melotot.

G. Diagnosa
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan
pada mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:

Refraksi Subyektif
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi

Subyektif, metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan
mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masingmasing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif, bila
dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5,
6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan
pemberian lensa sferis negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti
dengan lensa sferis positif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20
maka pasien menderita hipermetropia.3

Refraksi Obyektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja +2.00D pemeriksa
mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah
gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan lensa
sferis negatif sampai tercapai netralisasi.3

Autorefraktometer (komputer)

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan


menggunakan komputer.

H. Komplikasi
- Ablasio retin a terutama pada myopia yang tinggi.
- Sranbismus
- Ambliopia.
I. Penatalaksanaan
1. Pemberian lensa spheris concave ( - )
Penderita myopia dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa
spheris concave ( - ) yang terkecil/terlemah agar dapat menghasilkan tajam
penglihatan terbaik. Karena dengan koreksi lensa spheris concave (-) terkecil
orang myopia akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina tanpa
akomodasi.8
Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,
perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.
Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,
seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan
meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.8

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata


myopia ditentukan dengan cara

trial and error, yaitu dengan mula-mula

meletakan sebuah lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih
kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik. 8
Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila
pasien dikoreksi dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6,
demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan
koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik
setelah dikoreksi.7

2. Pemakaian lensa kontak


Pada pemakaian lensa kontak harus melalui standar medis dan
pemeriksaan secara medis. Karena resiko pemakaian lensa kontak cukup
tinggi.9
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak,
lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Tergantung dari respon individu dalam orthokeratology yang sesekali
beruba-ubah, penurunan myopia sampai dengan 3.00 dioptri pada beberapa
pasien, dan rata-rata penurunan yang dilaporkan dalam penelitian adalah 0.751.00 dioptri. Beberapa dari penurunan ini terjadi antara 4-6 bulan pertama
dari program orthokeratology, kornea dengan kelengkungan terbesar memiliki
beberapa pemikiran dalam keberhasilan dalam membuat pemerataan kornea
secara menyeluruh. Dengan followup yang cermat, orthokeratology akan
aman dengan prosedur yang efektif. Meskipun myopia tidak selalu kembali

pada level dasar, pemakaian lensa tambahan pada beberapa orang dalam
beberapa jam sehari adalah umum, untuk keseimbangan dalam memperbaiki
refraksi.6
3. Pembedahan/operatif
a) Radial Keratotomy
Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara
membuat sayatan pada kornea.
b) Photorefractive Keratectomy
Yaitu upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara
memotong permukaan depan kornea. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut Excimer Laser.
c) LASIK
Singkatan dari Laser Assistet In-situ Keratomeuleosis, pada Lasik ini
sebenarnya sama tujuannya dengan operasi yang lainnya yaitu
mengurangi kelengkungan daripada kornea hanya saja berbeda dalam
tehnis, yaitu lebih sempurna dengan menggunakan tehnis laser secara
mutlak.9

DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan-Eva P et al: Optik dan refraksi. Dalam: Oftalmologi Umum, edisi ke17. Vaughan DG et al (editors). Widya Medika, 2010.
2. Ilyas, S. Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-4. Jakarta, FK UI, 2012.
3. Curtin. B., J. The Myopia. Philadelphia Harper & Row.2008; 348-381
4. Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-4 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta, FK UI, 2005.
5. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. EGC. 2012
6. Pedoman Diagnosis dan Terapi, bag/smf ilmu penyakit mata, 2006 edisi ke III,
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Surabaya
7. Gondhowiardjo TJ, Simanjuntak GWS. Panduan Manajemen Klinis Perdami.
Jakarta: PP Perdami, 2006:9.

8. Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu
Penyakit Mata. Suhardjo, Hartono (eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit
Mata FK UGM,2007;185-7.

9.

Semarang Eye Centre. Tindakan Bedah LASIK. http://www.semarang-eyecentre.com.

Anda mungkin juga menyukai