Katarak Senilis
Oleh:
Preseptor
dr. Weni Helvinda, Sp.M (K)
TINJAUAN PUSTAKA
Di bagian luar nukleus terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut
sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa
disebut sebagai korteks anterior, sedangkan di belakangnya adalah korteks
posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks
lensa yang lebih muda3.
Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan
lensa di seluruh ekuatornya pada bagian siliar.3 Di sebelah anterior lensa terdapat
aqueous humor dan disebelah posteriornya terdapat vitreus. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah, atau saraf di dalam lensa. Lensa orang dewasa di dalam
perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.9
Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat karena
kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang dikenal
sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi
lebih atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula
pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas m.siliaris, yang
bila berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa
a. Usia
Pertambahan usia sering dikaitkan dengan katarak jenis nuklear dan
kortikal.18 Dengan meningkatnya usia, maka ukuran lensa akan bertambah karena
timbulnya serat-serat lensa yang baru sehingga semakin berat dan berkurang
kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya berat
katarak. Pada golongan usia 60 tahun hampir dua per tiganya mulai mengalami
katarak dan risiko meningkat dengan pertambahan usia. Prevalensi katarak
meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia >65 tahun.19 Penelitian
oleh Arimbi (2012) mendapatkan bahwa responden kategori usia 45-55 tahun
akan berisiko katarak sebesar 4,1 kali dibandingkan dengan responden yang
berada pada kategori usia 30-44 tahun sementara kategori usia 55- 64 tahun dan
65 tahun ke atas berisiko menderita katarak 5,6 kali dan 35,4 kali.20
c. Faktor genetik
Penyebab katarak terkait usia dianggap multifaktorial, dan stres oksidatif
serta faktor genetik dianggap faktor utama dalam perkembangannya. Liao di
China (2015) melakukan studi meta analisis untuk melihat hubungan Glutathione
S-Transferases (GSTM1 dan GSTT1) polimorfisme terhadap katarak senilis.23
d. Paparan UV
d. Diabetes
Penelitian Arimbi di Jakarta (2012) didapatkan bahwa responden pada
kategori menderita DM mempunyai risiko untuk menderita katarak sebanyak 4,9
kali dibandingkan dengan yang tidak.20 Diabetes Melitus (DM) dapat
Sejalan dengan usia, bobot dan kepadatan lensa bertambah dan daya
akomodasinya menurun. Dengan terbentuknya lapisan serat kortikal baru secara
konsentris, nukleus lensa menjadi terkompresi dan memadat (sklerosis nuklear).
Gambar 2.2. Perubahan warna lensa manusia mulai dari usia 6 bulan (A),
hingga 8 tahun (B), 12 tahun (C), 25 tahun (D), 47 tahun (E), 60 tahun (F),
70 tahun (G), 82 tahun (H), 91 tahun (I). J, katarak nuklear pada pasien
berusia 70 tahun; K, katarak kortikal pada pasien berusia 68 tahun; L,
katarak campuran nuklear-kortikal pada pasien berusia 74 tahun.2
Gambar 2.3. Katarak nuklear yang dilihat menggunakan iluminasi difus (A)
dan slit beam (B). C, skematika katarak nuklear.2
Katarak nuklear dievaluasi menggunakan biomikroskop slit-lamp melalui
pupil yang berdilatasi. Katarak nuklear memiliki progresifitas yang lambat,
biasanya bilateral namun asimetris. Pada stadium awal perkembangan katarak,
pemadatan progresif pada nukleus lensa sering menyebabkan peningkatan indeks
refraksi lensa sehingga terjadi pergeseran keadaan refraksi ke arah miopia
(miopia lentikular), dan pada pasien dengan mata presbiopi, hal tersebut akan
―memperbaiki‖ keadaan rabun dekat pasien (second sight). Seiring
bertambahnya maturasi katarak dapat terjadi pergeseran keadaan refraksi ke arah
hiperopia. Perubahan warna lensa yang progresif (menjadi kekuningan atau
kecokelatan) menyebabkan menurunnya kemampuan diskriminasi warna oleh
mata, dan seiring dengan bertambah beratnya katarak nuklear, fungsi penglihatan
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan disrupsi lokal dari stuktur sel sera
lensa yang matur. Ketika integritas membran rusak, metabolit esensial hilang dari
sel yang rusak dan hal ini mengakibatkan terjadinya oksidasi dan presipitasi
protein. Seperti halnya katarak nuklear, katarak kortikal biasanya bilateral dan
asimetris. Dampaknya terhadap fungsi penglihatan bervariasi tergantung letak
kekeruhannya terhadap aksis visual. Gejala umum pada katarak kortikal yaitu
“glare” terhadap sumber cahaya yang intens, dan dapat pula timbul diplopia
monokuler. Tanda awal adanya katarak kortikal yaitu berupa vakuola dan water
clefts di korteks anterior atau posterior, yang dapat terlihat melalui pemeriksaan
biomikroskop slit lamp.2
Katarak dikatakan matur apabila seluruh korteks, mulai dari kapsula hingga
ke nukelus, menjadi putih dan keruh. Pada kekeruhan yang matur, lensa
mengabsorbsi air dan menjadi udem dan membesar (katarak kortikal intumesen),
dan dapat memicu terjadinya glaukoma sudut tertutup. Katarak dikatakan
hipermatur apabila kapsula telah menciut akibat keluarnya material kortikal yang
telah berdegenerasi, dari kapsula lensa. Selanjutnya proses likuefaksi kortikal
akan menyebabkan nukleus dapat bergerak bebas dalam kapsula lensa, dan
keadaan ini disebut morgagnian. Secara histologi, katarak kortikal memiliki
karakteristik berupa pembengkakan dan disrupsi sel serat lensa lokal.2
Gambar 2.9 Katarak subkapsular posterior dilihat menggunakan slit lamp (A) dan
dengan menggunakan iluminasi indirek (B). C, Skematika katarak subkapsular
posterior.2
1. Katarak Insipien
Pada katarak stadium insipien terjadi kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk baji/jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Vakuola mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara
serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak
insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.3
2. Katarak Imatur
Pada katarak senilis stadium imatur sebagian lensa keruh dan belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume
3. Katarak Matur
Pada katarak senilis stadium matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.3
4. Katarak Hipermatur
Pada katarak stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek, dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-
kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks
akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni. 3
a. Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan
menggunakan Snellen chart. Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter, pasien
duduk dengan tenang, dan mencoba melihat dan membaca huruf yang ditunjuk
oleh pemeriksa. Perlu diingat bahwa pemeriksaan dilakukan kepada satu mata
secara bergantian, dimulai dengan mata kanan. Baris terakhir yang bisa dibaca
itulah visus pasien. Jika pasien tidak dapat melihat huruf terbesar, artinya visus
kurang dari 6/60 atau 20/200 maka pemeriksa memakai cara finger counting.4
Tes finger counting dilakukan pertama dalam jarak 1 meter, dilakukan
maksimal sampai 5 meter. Misalnya pasien dapat menghitung jari dalam sampai
jarak 3 meter maka laporannya ialah visus 3/60. Jika pasien tidak dapat
menghitung jari, maka kita melakukan tes hand movement. Uji ini dilakukan
d. Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan funduskopi dapat digunakan untuk memeriksa segmen
anterior (termasuk lensa) maupun fundus. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat
katarak juga dapat diperlihatkan pada pemeriksaan funduskopi. Indikator lainnya
pada funduskopi untuk penderita katarak adalah berkurangnya refleks fundus.
Refleks ini merupakan perubahan warna pupil menjadi jingga kemerahan yang
lebih terang dan homogen jika cahaya pemeriksa tepat sejajar dengan sumbu
c. Nucleus drop
a. Edema kornea
b. Perdarahan
c. Glaukoma sekunder
d. Uveitis kronik
e. Ablasio retina
f. Endoftalmitis
g. Toxic Anterior Segment Syndrome
h. Posterior Capsule Opacification (PCO) /kekeruhan kapsul posterior
i. Surgically Induced Astigmatism (SIA)
j. Dislokasi LIO (Lensa Intra Okuler)
Nama : Ny. N
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 67 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Padang
Keluhan Utama:
Penglihatan kabur pada kedua mata sejak 1 tahun yang lalu, keluhan
dirasakan semakin meningkat terutama pada mata kanan pasien.
Pasien merasakan penglihatannya semakin menurun sejak 1 tahun terakhir
sehingga pasien kesulitan untuk melihat baik jauh maupun dekat
Pasien tidak bisa melihat dalam kondisi terang dan bisa melihat dalam
kondisi yang redup
Pasien juga mengeluhkan pandangannya menjadi silau dalam kondisi yang
sangat terang
Keluhan pandangan berkabut ada
Keluhan gangguan dalam melihat warna tidak ada
Riwayat trauma pada mata tidak ada
Riwayat radang pada mata tidak ada
Riwayat pembedahan pada mata tidak ada
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama seperti pasien
Pemeriksaan Fisik
◼ Vital Sign
- Suhu : 37,0°C
STATUS OPHTALMIKUS OD OS
Visus tanpa koreksi 20/150, Ph : 20/120 20/150, Ph 20/50
Visus dengan koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Silis/supersilia Trichiasis [-] Madarosis Trichiasis [ - ] Madarosis
[-] [-]
Palpebra superior Edema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Aparat lakrimalis Lakrimasi normal Lakrimasi normal
Konjungtiva tarsalis Hiperemis(-), folikel (-), Hiperemis(-), folikel (-),
papil (-) papil (-)
Konjungtiva forniks Hiperemis (-), folikel (-) Hiperemis (-), folikel (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), injeksi silia Hiperemis (-), injeksi silia
(-),injeksi konjungtiva (-) (-),injeksi konjungtiva (-)
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Pemeriksaan Penunjang
Slit lamp mata kanan
Diagnosa Klinis
Katarak Imatur ODS
Pemeriksaan Anjuran
Tonometri Applanasi
Penatalaksanaan
Rencana ECCE