Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session

Tumor Orbita

Oleh:

Gladys Olivia 1840312288


Andina Dwinanda 1840312632
Almira Rosyidika Sriwati 1820312641

Preseptor :

dr. Weni Helvinda, Sp. M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas case report session
dengan judul “Tumor Orbita” yang merupakan salah satu tugas dalam
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas RSUP Dr. M. DjamilPadang.
Dalam usaha penyelesaian tugas case report session ini, penulis
mengucapkanterimakasihyangsebesar-besarnyakepadaibudr. Weni Helvinda,
Sp.M (K) selaku pembimbing dalam penyusunan tugasini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas case report session ini. Akhir
kata, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 3Januari 2020

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi tumor adalah pertumbuhan jaringan yang berlebihan dan ireversibel. Tumor
dalam garis besar dapat dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor orbita adalah
tumor yang menyerang bola mata dan sekitarnya, seperti palpebra, otot, nervus optikus, dan
kelenjar lakrimal. Tumor orbita primer adalah tumor yang berasal dari jaringan bola mata dan
sekitarnya sedangkan tumor orbita sekunder adalah metastase dari bagian tubuh yang lain.1
Kejadian tumor orbita sangat jarang,diperkirakan hanya 3,5% - 4% dari
penyakitpatologi pada mata. Tiga tumor orbitateratas pada anak-anak yaitu kista
dermoid,capillary hemangioma dan rhabdomyosarcoma. Tiga tumor orbita teratas padadewasa
yaitu tumor limfoid, cavernoushemangioma dan meningioma.2 Metastase ke orbita
didefenisikan sebagai metastase yang terjadi pada ruang antara bola mata dengan tulang-tulang
orbita. Metastase ke orbita jarang terjadi, hanya sekitar 2-3% pasien dengan keganasan
mengalami metastase ke orbita.3
Tumor orbita dapat disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti paparan ultraviolet,
agen kimia,dan juga faktor genetik yang diyakini memiliki peran dalam pertumbuhan tumor.
Patofisiologi pembentukan tumor atau periokular termasuk proliferasi jaringan sel yang
ireversibel,infiltrasi sel-sel inflamasi, pembentukan kista, deposit dan eksudasi serta
penyebaran darijaringan lain.1 Gejala utama yang muncul adalah proptosisakibat dari efek
massatumor yang membesar.Perubahan pada visus dan lapang pandang,diplopia, gangguan
pergerakan ototekstraokular, atau abnormalitaspada pupildapat diakibatkan dari invasi atau
kompresibagian intraorbita akibat tumor solid.2
Pilihan terapi pembedahan pada tumororbita berdasarkan pada lokasi,
ukuran,demarkasi dan tipe histologi dari lesinya.Terapi yang dipilih hendaknya
menyebabkantrauma paling minimal.Terapipembedahan pada orbita dilakukanmenggunakan
salah satu dari dua tipependekatan yaitu transcranial atau directextracranial.4

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


1.2 TujuanPenulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai Tumor orbita

1.3 Metode Penulisan


Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang
merujuk dari berbagai literatur.

1.4 ManfaatPenulisan
Melalui penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat untuk informasi dan
pengetahuan tentang Tumor orbita.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ruang Orbita


Ruang orbita merupakan suatu piramid yang puncaknya di sebelah posterior
dibentuk oleh foramen optikum dan basisnya di bagian anterior di bentuk oleh margo
orbita. Dinding medial dari mata kanan dan kiri sejajar. Dinding lateralnya dari mata
kanan tegak lurus terhadap dinding lateral mata kiri. Pertumbuhan penuh dicapai pada
umur 18-20 tahun dengan volume orbita dewasa ± 30cc, tinggi 35 mm dan lebar 40
mm. Bola mata hanya menempati sekitar 1/5 bagian ruangannya. Lemak dan otot
menempati bagian terbesarnya. Otot-otot mata terdiri dari m. levator palbebra, m.
rektus superior, m. rektus inferior, m. rektus lateralis, m. rektus medialis, m. obliqus
inferior, m. obliqus superior.5 Struktur dari orbita dibagi menjadi 4 bagian yaitu bola
mata, ekstrakonal, konal dan intrakonal.6

Rongga orbita dibagi atas 4 bidang yaitu :


1. Atap orbita terdiri dari tulang frontal dan sfenoid ala parva. Daerah atap orbita
berdekatan dengan fosa kranii anterior dan sinus frontal.
2. Dinding lateral terdiri dari tulang zigomatik, frontal dan sfenoid ala magna yang
berdekatan dengan fossa karnii dan fossa pterigopalatinus.
3. Dinding medial terdiri dari tulang etmoid, forntal, lakrimal dan sfenoid berdekatan
dengan sinus etmoid, sfenoid dan kavum nasi.
4. Dasar orbita terdiri dari tulang maksila, palatum dan zigomatik berdekatan dengan
sinus maksimal dan rongga tulang palatum.
Tulang tengkorak membentuk dinding orbita, selain itu didalamnya juga
terdapat aperture seperti foramen etmoidal, fisura orbita superior, fisura orbita inferior,
kanal optik.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


Jaringan lunak yang terdapat dirongga orbita adalah :
a) Periorbita yaitu jaringan perios yang meliputi tulang orbital. Periorbital pada kanal optic
bersatu dengan duramater yang meliputi saraf optik di anterior bersatu dengan septum
orbita.
b) Saraf optik atau saraf ke II kranial yang diselubungi oleh piamater, araknoid dan
duramater.
c) Otot ekstra ocular yang diselubungi oleh fasia, ligament dan jaringan ikat.
d) Jaringan lemak, dimana sebagian besar rongga orbita berisi jaringan lemak.
e) Kelenjar lakrimal

Di ruang orbita terdapat 3 lubang yang dilalui oleh pembuluh darah, serat saraf, yang
masuk ke dalam mata, yang terdiri dari:5

a. Foramen optikum yang dilalui oleh N. Optikus, A. Oftalmika.

b. Fisura orbita superior yang dialalui oleh v. Oftalmika, N. III, IV, VI untuk otot-otot dan
N.V (saraf sensibel).

c. Fisura orbita inferior yang dialalui oleh nervus, vena, dan arteri infra orbita.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


4

Ruang orbita dikelilingi sinus-sinus, yaitu :5

1. Atas : Sinus frontalis

2. Bawah : Sinus maksilaris

3. Medial : Sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan ruang hidung

2.2 Tumor Orbita


2.2.1 Definisi
Tumor orbita adalah lesi heterogen yang berasal dari berbagai struktur dalam
orbita. Struktur dari orbita dibagi 4 yaitu bola mata, ekstrakonal, konal dan intrakonal.7

2.2.2 Epidemiologi
Kejadian tumor orbita sangat jarang, diperkirakan hanya 3,5% - 4% dari
penyakit patologi pada mata. Tiga tumor orbita teratas pada anak-anak yaitu kista
dermoid, capillary hemangioma dan rhabdomyosarcoma. Tiga tumor orbita teratas
pada dewasa yaitu tumor limfoid, cavernous hemangioma dan meningioma.7
2.2.3 Etio-Patogenesis
Tumor orbita memiliki multifactorial etiologi dan pathogenesis yang belum di
ketahui dengan pasti. Tumor orbita dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti
paparan sinar ultraviolet, agen kimia dan faktor genetik yang dipercaya berperan dalam
pertumbuhan tumor.
Pembentukan tumor terdiri dari proliferasi jaringan yang irreversible, inflitrasi
dari sel-sel inflamasi, pembentukan kista dan penambahan serta eksudasi serta
penyebaran dari jaringan lain.11
2.2.4 Klasifikasi
Orbital tumor dibagi berdasarkan lokasi asal dan histologi. Berdasarkan lokasi
asalnya, tumor orbita dibagi menjadi : 2,7
1. Lesi primer yaitu lesi yang berasal dari orbita.
2. Lesi sekunder yaitu lesi yang berasal dari perluasan ke orbita dari struktur
lain yang berdekatan contohnya tumor intracranial dan tumor sinus para
nasal.
3. Tumor metastasis
4.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6
Sementara itu, berdasarkan tipe histologisnya, tumor orbita dibagi menjadi: 2,7
 Tumor epitel yaitu adenocarcinoma, cylindrinoma, karsinoma
 Tumor mesenkim yaitu fibroma, lipoma, rhabdomyosarcoma, osteoma dan sarcoma
 Tumor vascular yaitu hemangioma dan lymphangioma
 Tumor neurogenic yaitu glioma, schwannoma, neurofibroma dan meningioma
 Tumor limfatik dan hematogen yaitu limfoma, limfosarcona, limfoma chamartoma dan
plasmocytoma
 Tumor developmental yaitu teratoma, kista dermoid dan choristoma
 Tumor pigmen yaitu melanoblastoma

2.2.5 Manifestasi Klinik


Gejala umum dari perkembangan tumor orbita awalnya cukup buruk, karena
jaringan disekitarnya menyesuaikan diri dengan tumor yang tumbuh lambat. Setelah
tumor mencapai 1 cm, tumor mulai mendorong bola mata dan pasien akan memiliki
sensasi ketegangan yang samar-samar. Ketika tumor membesar, terjadi penonjolan bola
mata seiring dengan keterbatasan gerakan bola mata dan disopsia. Tumor yang terletak
di daerah konus terjadi peningkatan penonjolan bola mata yang relatif cepat,
keterbatasan gerakan bola mata yang semakin memburuk, perubahan fundus dan
disopsia.8
Gejala utama yang muncul adalah proptosis akibat dari efek massa tumor yang
membesar. Perubahan pada visus dan lapang pandang, diplopia, gangguan pergerakan
otot ekstraokular, atau abnormalitas pada pupil dapat diakibatkan dari invasi atau
kompresi bagian intraorbita akibat tumor solid. Disfungsi kelopak mata dan
lagofthalmus atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratitis eksposure,
keratopati dan penipisan pada kornea.2
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis tumor orbita didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan
oftalmologi, pemeriksaan status lokalis tumor, dan pemeriksaan penunjang seperti CT
Scan/MRI Kepala dengan kontras serta pemeriksaan histopatologi.6

A. Tahap Pemeriksaan Medis


Tahap pemeriksaan dibagi 3 yaitu :
1. Riwayat penyakit
penyakit dalam membantu menduga penyebab proptosis. Hal ini penting karena
proptosis dapat disebabkan oleh arteri-vena malformasi, penyakit infeksi, tiroid dan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7
tumor. Untuk dapat membedakan ke empat penyakit-penyakit yang disebutkan
diatas dapat dibuat anamnesis :
a. Arteri vena malformasi : adanya riwayat trauma dan penambahan proptosis bila
penderita dalam posisi membungkuk.
b. Penyakitinfeksi : proprosis terjadi secara tiba-tiba, adanya tanda-tanda infeksi
dan riwayat penyakit sinusistis atau abses gigi.
c. Penyakit tiroid : adanya tanda penyakit tiroid seperti tremor, gelisah yang
berlebihan, berkeringat banyak dan penglihatan ganda.
Bila dari pernyataan-pernyataan ini tidak dapat dijawab, maka riwayat penyakit
bisa diarahkan ke penyakit tumor dan dapat dilanjutkan dengan pencarian perkiraan
jenis tumor.
d. Tumor Orbita
- Lama terjadinya proptosis karena umumnya proptosis dapat terjadi lebih pada
tumor jinak, sedangkan tumor ganas proptosis terjadi lebih cepat.
- Umur penderita saat terjadinya tumor, karena umur dapat menentukan jenis tuor
yaitu tumor anak dan tumor dewasa.
- Tajam penglihatan penderita yang menurun bersamaan dengan terjadinya
proptosis dapat diduga tumor terletak di daerah apeks atau saraf optic,
sedangkan bila tidak bersamaan dengan terjadinya proptosis kemungkinan letak
tumor diluar daerah ini.
- Adanya tanda-tanda klinis lain tumor ganas seperti rasa sakit atau berat badan
menurun.
- Riwayat penyakit keganasan di organ lain, karena kemungkinan tumor diorbita
merupakan metastasis.

2. Pemeriksaan Oftalmologi
Pemeriksaan mata secara teliti sangat diperlukan antara lain :
- Penilaian penglihatan (visus)
- Penilaian struktur palpebral
- Pengamatan terhadap perubahan orbita seperti proptosis, palpasi massa atau
pulsasi.
- Penilaian pergerakan dan posisi bola mata.
- Penilaian permukaan bola mata dan konjungtiva, tekanan bola mata dan kondisi
bagian bola mata khususnya nervus optikus.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


3. Pemeriksaan orbita
- Pengkuran proptosis : untuk mengetahui adanya derajat proptosis dengan
memperbandingkan ukuran kedua mata. Nilai penonjolan bola mata normal
antara 12-20 mm dan beda penonjolan kedua mata tidak melebihi 2 mm. Bila
penonjolan bola mata lebih dari 20 mm atau beda kedua mata lebih dari 3 mm
ini merupakan keadaan patologi.
- Posisi proptosis : diperlukan karena letak dari tumor akan sesuai dengan macam
jaringan yang berada di orbita. Ada dua arah proptosis yang harus diperhatikan
yaitu sentrik dan eksentrik.

Proptosis sentrik disebabkan oleh tumor yang berada di konus,


kemungkinanjenis tumornya adalah glioma, meningioma atau
hemangioma. Proptosis eksentrik dilihat dari arah terdorongnya bola mata
untuk menduga kira-kira jenis tumornya, misalnya :arah inferemedial
disebabkan oleh tumor yang berasal dari kelenjar lakrimal atau kista
dermoid. Arah inferetemporal disebabkan oleh tumor dermoid, mukokel
sinus etmoid atau sinus frontal atau meningkokel. Arah superior disebabkan
oleh tumor yang berasal dari antrum maksila.
- Palpasi : pada tumor yang teraba sebaiknya dinilai konsistensinya kistik atau
solid, pergerakan dari dasar, adanya rasa sakit pada penekanan dan tekstur
permukaan tumor. Sebaiknya, dilakukan palpasi kelenjar limfatik regional.
- Auskultasi : auskultasi dengan stetoskop terhadap bola mata atau tulang
mastoid untuk mendeteksi adanya bruit pada kasus fistula kavernosa carotid.
B. Tahap Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Primer
Plain film radiography digunakan dalam mengevaluasi pasien-pasien dengan
kelainan orbita. Begitu juga Computed Tomography (CT) bermanfaat untuk
mempelajari anatomi dan penilaian tulang. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
sangat efektif dalam menilai perubahan jaringan lunak, khususnya lesi-lesi yang
mempengaruhi nervus optikus atau struktur intracranial. Ultrasonography (USG)
dapat sangat membantu dalam beberapa kasus.
2. Pemeriksaan Sekunder
Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi yang spesifik meliputi venography dan
arteriography. Jarang dilakukan tetapi sangat berguna dalam kasus-kasus tertentu.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


3. Pemeriksaan Patologi
Diagnose pasti dari kebanyakan lesi-lesi orbita tidak dapat dibuat tanpa
pemeriksaan histopatologi dimana dapat berupa fine needle aspiration biopsy
(FNAB, Incisional biopsy, excisional biopsy).
4. Pemeriksaan Laboratorium
Penetapan jenis tumor sangat penting dan ini dicari dengan berbagai jalan dan
sedapat mungkin menghindari pembedahan. Pada mata, pembedahan sering
merupakan suatu tindakan eksploratif. Untuk menghindari pembedahan eksploratif
ini dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti tumor marker. Pemeriksaan
laboratorium juga dilakukan dalam rangka menyeleksi abnormalitas fungsi tiroid
dan penyakit-penyakit lainnya.
Diagnosa tidak selamanya berdasarkan biopsi, khususnya bila lokasi tumor
tidak diketahui secara pasti. Diagnosa dapat dibuat dengan bantuan USG. Metode
diagnostic diatas tidak harus dilakukan seluruh pada setiap kasus tetapi tergantung
pada indikasi klinis dan status social pasien.
C. Tahap Konsultasi Antar Disiplin
Orbita merupakan bagian dari kranial dan sangat berdekatan dengan organ lainnya,
sehingga disiplin bedah saraf dan THT sangat diperlukan. Selain itu, tumor organ
lain seperti ca serviks, paru-paru, payudara, tiroid atau limfoma maligna sering
bermetastasi di orbita.
2.2.8 Diagnosis Banding
Tumor metastasis merupakan tumor orbita yang juga sering terjadi pada orang
dewasa. Tumor primer yang sering bermetastasis ke mata adalah tumor payudara dan
tumor paru. Mekanisme dari metastasis ke mata tergantung dari perdarahan. Koroid
bagian posterior yang kaya akan pembuluh darah, sering menjadi lokasi metastasis di
mata. Metastasis ke mata kadang-kadang sering diterumkan terlebih dahulu sebelum
tumor primer di deteksi.12
2.2.7 Tatalaksana
Pilihan terapi pembedahan pada tumor orbita berdasarkan pada lokasi, ukuran,
demarkasi dan tipe histologi dari lesinya. Prosedur yang dilakukan berkisar dari biopsi
untuk mengkonfirmasi diagnosis hingga reseksi subtotal pada proses infiltrative yang
difus dengan mempertahankan fungsi dan kesisi komplit lesi yang berbatas tegas.
Terapi pembedahan pada orbita dilakukan menggunakan salah satu dari dua tipe
pendekatan yaitu transcranial atau direct extracranial.4
10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10
Pendekatan transcranial dilakukan pada lesi yang meluas di belakang orbita
hingga ke rongga kranial atau berlokasi pada optic canal atau superior orbital fissure.
Jenis pendekatan transcranialyaitu :4
1. Subfrontal pada intraorbital optic nerve glioma yang meluas ke rongga
kranial dan tumor saraf optic sebelah lateral.
2. Frontolateral pterional pada tumor di superior orbital fissure, optic canal,
orbital apex dan intraorbital optic nerve dan tumor ekstrakonal dan
intrakonal sebelah lateral.
3. Pterional ekstradural pada tumor periorbital dan tumor yang dekat dengan
superior dan inferior orbital fissure serta sinus kavernosis. Pendekatan ini
digunakan untuk dekompresi optic nerve pada optic canal.
4. Pterional contralateral pada tumor di orbital apex sebelah medial dan
aneurisma pada arteri optalmika.
Pendekatan extracranial dibagi menjadi 5 tipe yaitu :4,9
1. Lateral orbitotomy pada tumor periorbital dan intrakonal yang berbatas
tegas, sebelah dorsal, lateral dan basal dari optic nerve dan tumor kelenjar
lakrimal.
2. Transethmoidal pada tumor ekstrakonal sebelah medial dari optic nerve.
3. Frontal trans-sinusoidal pada tumor di sinus frontalis.
4. Transmaxillary pada lesi di basal, intrakonal atau ekstrakonal yang meluas
ke sinus maksilaris.
5. Transconjunctival pada tumor intrakonal dan ekstrakonal di basal dan
medial.
Pendekatan kombinasi keduanya yaitu supraorbital melalui insisi pada alis.
Terapi ini diindikasikan pada lesi intrakonal dan ekstrakonal yang berbatas tegas
terletak di atas optic nerve.Kadang-Kadang setelah massa tumor diangkat diperlukan
terapi tambahan seperti radioterapi dan kemoterapi.
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah terjadi hilangnya penglihatan, yang
dapat disebabkan karena tekanan intraorbita yang terlalu tinggi dengan disertai retraksi
bola mata.10
Kejadian perdarahan dapat terjadi saat maupun setelah operasi yang akan
menekan nervus opticus dan menyebabkan okluasi arteri retina sentral. Perdarahan
dapat terjadi akibat robekan pada arteri ethmoidalis anterior atau posterior. Komplikasi
lainnya yang dapat terjadi seperti perforasi bola mata, diplopia, prosis dan paresthesia.10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11
2.2.9 Prognosis
Prognosis pasien dengan tumor orbita bervariasi tergantung pada lokasi dan
diagnosis patologikal tumor tersebut. Prognosis pasien dengan tumor orbita mencapai
80%. Mortalitas dipengaruhi oleh stagingtumor. Semakin ganas, prognosis akan
semakin buruk.10

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


BAB 3
LAPORAN KASUS
2.1 IdentitasPasien
- Nama :G
- JenisKelamin :Laki-laki
- NoRM : 01.07.02.74
- Usia : 60 tahun
- Alamat : Parak Lubung, Lima Puluh Koto
- Pekerjaan :Petani
- Tanggal Pemeriksaan : 31 Desember 2019
2.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berumur 60 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP
Dr. M. Djamil Padang tanggal 27 Desember 2019 dengan:
Keluhan Utama :
Mata kanan semakin menonjol sejak 1 bulan terakhir.

Riwayat Penyakit Sekarang :


− Mata kanan semakin menonjol sejak 1 bulan terakhir. Mata mulai menonjol sejak 2
tahun yang lalu. Kemudian mata kanan mengalami pembesaran secara perlahan.

− Awalnya pasien merasa penglihatan terganggu dan merasa ada yang mengganjal di
belakang bola matanya. Keluhan disertai dengan penglihatan mata kanan yang
berangsur-angsur menurun. Saat ini pasien megaku tidak dapat melihat dengan mata
kanan

− Nyeri pada mata kanan dirasakan sejak 1 bulan terakhir


− Riwayat trauma (-)
− Mata kanan merah ada
− Mata kanan berair ada
− Sakit kepala ada
− Pasien merupakan rujukan dari RSUD Adnan WD dengan diagnosis tumor orbita pro
biopsi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat tindakan operasi pada mata sebelumnya tidak ada
- Tidak ada riwayat keganasan sebelumnya
- Riwayat trauma pada mata(-)
- Riwayat penyakit mata sebelumnya(-)

Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama.

Riwayat Kebiasaan dan Sosioekonomi


- Pasien seorang petani
- Riwayat merokok sejak 35 tahun yang lalu, sehari bisa menghabiskan sebanyak 1
bungkus rokok

2.3 Pemeriksaan Fisik :


Vital Sign
- KeadaanUmum : Sakit sedang
- Kesadaran : Komposmentis
- Tekanandarah : 120/70 mmhg
- FrekuensiNadi : 85x/menit
- FrekuensiNafas : 20x/menit
- Suhu : 36,8℃
Kulit : teraba hangat, turgor baik
KelenjarGetahBening : tidak ada pembesaran KGB
Kepala :normocephal
Mata : Statusoftalmologis
Telinga : tidak adakelainan
Hidung : tidak adakelainan
Tenggorokan : tidak adakelainan
Gigi dan Mulut : caries dentis (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Toraks : cor dan pulmo dalam batasnormal

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Abdomen : dalam batasnormal
Punggung : dalam batasnormal
Genitalia : tidakdiperiksa
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2detik

Status Oftalmikus
STATUS
OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 0 20/25
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus (-) (+)
Bulu mata hitam, trikiasis Bulu mata hitam, trikiasis
Silia / supersilia tidak ada, madarosis tidak tidak ada, madarosis tidak
ada ada
Edema (+) Edema (-)
Palpebra superior Hiperemis(+) Hiperemis (-)
Massa (+), ukuran Massa (-)
30x20x10 mm
Lagoltalmus (+)
Edema (+) Edema(-)
Palpebra inferior Hiperemis(+) Hiperemis (-)
Massa (+), ukuran Massa(-)
30x20x10 mm
Lagoltalmus (+)
Secret(+) Secret(-)
Margo Palpebra
Krusta(-) Krusta(-)
Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Kemosis (+), Hiperemis (-), Papil (-),
Konjungtiva Tarsalis Jaringan nekrotik (+)
folikel (-), sikatrik (-)
Kemosis (+), Hiperemis (-), Papil (-),
Konjungtiva Forniks Jaringan nekrotik (+)
folikel (-), sikatrik (-)
Kemosis (+), Hiperemis (-), Injeksi
Jaringan nekrotik (+)
Konjungtiva Bulbii konjungtiva (-), Injeksi
siliar (-)
Sklera Sulit dinilai Warna putih

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


Kornea Keratitis exposure Bening

Kamera Okuli Anterior Tidak bisa dinilai, Cukup Dalam


Jaringan nekrotik (+)
Pus (+)
Iris Tidak bisa dinilai, Coklat, rugae
Jaringan nekrotik (+) (+)
Pus (+)
Tidak bisa dinilai, Bulat, Relfleks Pupil (+),
Pupil Jaringan nekrotik (+)
diameter 3 mm,
Pus (+)
Lensa Tidak bisa dinilai, Bening
Jaringan nekrotik (+)
Pus (+)
Korpus vitreum Tidak dapat dinilai Normal (P)
Fundus :
-Media Keruh Bening
Bulat, Batas Tegas ,C/D
- Papil optikus Sulit dinilai
0,3-0,4
- Pembuluh darah
Sulit dinilai aa:vv = 2:3
aa:vv
Eksudat (-) , Perdarahan
-Retina Sulit dinilai (-
) Fovea (+)
Tekanan bulbus okuli N (+2) P Normal palpasi
Posisi bulbus okuli Infero-displacement Ortho
Gerakan bulbus okuli Terbatas ke segala arah Bebas ke segala arah

Gambar

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Foto Klinis

2.4 Diagnosa kerja : Protrusio bulbi ec tumor orbita


2.5 Terapi :
- Cendo Litter ED 6 x 1 OD
- Levofloxacin ED 6 x 1 OD
- Cloramphenicol 3 x 500 mg

Rencana : Biopsi eksisi OD dalam anestesi lokal (Selasa, 31 Desember 2019)


2.6 Prognosis:
Quoadvitam : dubia ad bonam

Quoadsanationam : dubia ad malam

Quoadfunctionam : malam

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


BAB 3
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki umur 60 tahun datang kepoli Mata RS Dr. M.Djamil Padang
pada tanggal 27 desember 2019 dengan keluhan mata kanan semakin menonjol sejak 1 bulan
terakhir. Mata yang semakin menonjol bisa disebabkan adanya tumor.8 Mata mulai menonjol
sejak 2 tahun yang lalu. Kemudian mata kanan mengalami pembesaran secara perlahan. Mata
yang semakin lama semakin membesar dapat disebabkan oleh perkembangan tumor yang
cepat.8 Tumor orbita adalah tumor yang menyerang bola mata dan sekitarnya, seperti palpebra,
otot, nervus optikus, dan kelenjar lakrimal.1 Tumor pada orbita merupakan penyakityang
jarang. Semua struktur di orbita dapat berkembang menjadi neoplasma.2 Tumor orbita lebih
sering terjadi pada laki-laki berbanding wanita. Beberapa penelitian di berbagai negara telah
menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian di Singapura terhadap pasien tumor orbita
menunjukkan hasil sebanyak 53,6% pria dan wanita 4n 6,4%. Awalnya pasien merasa
penglihatan terganggu dan merasa ada yang mengganjal dibelakang bola matanya.
Pasien mengeluhkan mata kanan yang berangsur-angsur menurun. Dan sekarang
pasien tidak dapat melihat pada mata kanan. Didapatkan visus sekarang pada mata kanan 0.
Penurunan visus pada pasien dapat disebabkan invasi atau kompresi bagian intraorbita akibat
tumor solid. Pasien mengeluhkan nyeri pada mata kanan sejak 1 bulan ini, bewarna merah dan
berair.pada sakit kepala. Pasien mempunyai kebiasaan merokok yang lama, tumor orbita dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang dicurigai bisa mendukung pertumbuhan tumor yaitu
faktor genetik, paparan ultraviolet, agen kimia, merokok dan minum minuman beralkohol.

Pasien ini didiagnosis dengan Protrusio bulbi ec tumor orbita. Gejala utama yang
muncul pada tumor orbita adalah proptosisakibat dari efek massa tumor yang
mebesar.Perubahan pada visus dan lapang pandang,diplopia, gangguan pergerakan
ototekstraokular, atau abnormalitas pada pupildapat diakibatkan dari invasi atau
kompresibagian intraorbita akibat tumor solid.Disfungsi kelopak mata dan lagofthalmusatau
disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratitis eksposur, keratopatidan penipisan
pada kornea. Diagnosis tumor orbita didapatkan dari hasilanamnesis,pemeriksaan
oftalmologi,pemeriksaan status lokalis tumor, danpemeriksaan penunjang seperti CTScan/MRI
kepala dengan kontras sertapemeriksaan histopatologianatomi.2 Pasien yang tua memiliki
resiko lebih tinggi menderit tumor dibvandingkan lebih muda. Pada pasien ini diberikan
Cendo Litter, Levofloxacin, dan Cloramphenicol 3 x 500 mg. Dan direncanakan unbtuk
dilakukan biopsi. Prognosis pada pasien ini quoadvitam dubia ad bonam, quoad sanationam

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


dubia ad malam, dan quoadfuncitionam malam.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


DAFTAR PUSTAKA

1. Yuliawati P, Meigawati P, L. N. Eye Tumor Patients at Tumor Division Eye Clinic


Sanglah General Hospital Bali-Indonesia. Bali Medical Journal (BMJ) 2013, Volume 2,
Number 2: 64-68P-ISSN.2089-1180, E-ISSN.2302-2914.

2. Parashkevova B, Balabanov C dan Stateva D. Orbital Tumor – Clinial Cases Presentation.


Journal of IMAB – Annual Proceding(Scientific Paper). 2007; 13(1):47-50.

3. Rahman A, Oneta R. Artikel Penelitian :Metastasis Tumor ke Orbita. Jurnal Kesehatan


Andalas. 2018; 7(Supplement 1).

4. Hassler W, Unsold R dan Schick U. Orbital Tumors: Diagnosis and Surgical Treatment.
Dtsch Arztebl. 2007;104(8): 496-501.

5. Rene C. Update on Orbital Anatomy. Nature Publishing Group; 2006.


6. Tailor TD, Gupta D, Dalley RW, Keene CD AY. Orbital Neoplasms in Adults : Clinical,
Radiologic, and Pathologic Review. Radiographics.rsna.org. 2013;1739–59.
7. Darsaut TE, Lanzino G, Lopes B NS. An Introductory Overview of Orbital Tumors.
Neurosurg Focus. 2001;10(5):1–9.
8. Jagosz-kandziora E, Likus W, Mrukwa-kominek E. Primary orbital tumors : A review of
122 cases during a 23-year period : A histo-clinical study in material from the ENT
Department of the Medical University of Silesia. 2014;988–94.
9. Pfortner R, Mohr C, Daamen J MA. Orbital Tumors : Operative and Therapeutic
Strategies. Facial Plast Surg. 2014;30:570–7.
10. Chiriac A, Daja S, Iliescu B PI. Our experience in surgical treatment of intraorbital
tumors. Rom Neurosurg. 2012;19(4):289–93.
11. Rohrbach,JM. Clinical remaks on intra and periocular tumors. In : Zierhut, M., Jager,M.,
Ksander B,. editors. Immunology of Ocular Tumors. Amsterdam : Swets & Zetlinger.
2002.
12. American Academy of Opthalmology. Ophtalmologic Pathology and Intraocular Tumors
Section 4. 2011. San Francisco

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21

Anda mungkin juga menyukai