Oleh :
Preseptor :
dr. M. Hidayat, Sp. M (K)
Refraksi mata adalah perubahan jalan cahaya yang diakibatkan oleh media
refraksi mata. Media refraksi mata terdiri dari permukaan kornea, aqueous humor,
permukaan anterior dan posterior lensa serta korpus vitreus.
1. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang berfungsi sebagai pelindung yang
dilalui oleh berkas chaya saat menuju retina. Kornea dewasa rata-rata mempunyai
tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5
mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda
mulai dari epitel, membrana Bowman, stroma, membrana Descemet dan endotel.
2. Aqueous Humor
Aqueous humor adalah cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
belakang serta memiliki volume sekitar 250 µL. Aqueous humor diproduksi oleh
korpus siliaris dan memiliki kecepatan pembentukan rata-rata 2,5 µL. Kecepatan
pembentukan aqueous humor ini memiliki variasi diurnal. Aqueous humor
mengalir melalui pupil menuju bilik mata depan lalu melewati anyaman
trabekular. Anyaman trabekular membentuk saringan-saringan yang memiliki
pori-pori yang ukurannya semakin kecil ketika semakin mendekati kanal
Schlemm. Aqueous humor akan mengalir ke dalam kanal Schlemm lalu saluran
eferen dalam kanal tersebut akan mengalirkan cairan ke dalam sistem vena.
Sejumlah kecil aqueous humor akan dikeluarkan dari mata ke dalam sistem vena
korpus siliaris, koroid, dan sklera.
3. Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa
digantung di belakang iris oleh zonula yang menghubungkannya dengan badan
siliare. Di anterior lensa terdapat aqueous humor, di sebelah posteriornya terdapat
vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran semipermeabel (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memungkinkan air dan elektrolit
masuk.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa
semakin lamamenjadi lebih besar dan
kurang elastik.
4. Korpus Vitreus
Korpus vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan
yang dibatasi oleh lensa, retina dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus
membran hialois - normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsula
lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina dan caput nervi
optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat sepanjang hidup ke
lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Perlekatan ke
kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal kehidupan tetapi segera hilang.
Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen, kolagen dan
asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus
karena kemampuannya mengikat banyak air.
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah
kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya
sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif total
karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada
perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan
refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah
berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan
mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat atau jauh.
2.3 Astigmatisme3,4
Astigmatisme adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi pada 2
garis titik fokus yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan
di kornea.
Astigmatisme juga dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau
setelah pembedahan mata. Jahitan yang terlalu kuat pada bedah mata dapat
mengakibatkan perubahan pada permukaan kornea. Bila dilakukan pengencangan
dan pengenduran jahitan pada kornea maka dapat terjadi astigmatisme akibat
terjadi perubahan kelengkungan kornea.
2.3.3 Klasifikasi1,3,4
Berdasarkan posisi garis fokus di retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut :
1) Astigmatisme regular
Didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang
yang saling tegak lurus pada bidang lain sehingga pada salah satu
bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
Astigmatisme regular dapat dibagi dalam 3 bentuk, yaitu :
i. Astigmat Lazim (Astigmatisme with the rule)
Astigmatisme ini merupakan dua meridian yang membentuk sudut
satu sama lain secara horizontal (180° ±20° ) atau vertikal (90° ±20°)
with in the rule astigmatism. Dimana meridian vertikal mempunyai
kurvatura yang lebih kuat (melengkung) dari meridian horizontal.
Astigmatisme ini dapat dikoreksi –axis 180 atau +axis 90.
ii. Astigmat tidak lazim (Against the rule astigmatism)
Suatu kondisi dimana meridian horizontal mempunyai kurvatura yang
lebih kuat (melengkung) dari meridian vertikal. Astigmatisme jenis ini
dapat dikoreksi dengan +axis 180° ±20° atau –axis 90° ±20°.
iii. Oblique Astigmatism
Merupakan suatu astigmatisme regular dimana kedua principle
meridian tidak pada meridian horizontal atau vertikal. Principle
meridian terletak lebih dari 20° dari meridian vertikal atau horizontal.
iv. Biobligue Astigmatism
Suatu kondisi dimana kedua principle meridian tidak membentuk
sudut satu sama lain.
2) Astigmatisme Ireguler
Suatu keadaan refraksi dimana setiap meridian mempunyai perbedaan
refraksi yang tidak teratur bahkan mempunyai perbedaan pada meridian
yang sama. Principle meridian tidak tegak lurus satu dengan lainnya.
Biasanya astigmatisme irregular ini dikoreksi dengan lensa kontak kaku.
2.3. 4 Patogenesis8
2.3.6 Diagnosis1,7,9
1.1 Retinoskopi10,11,12
1.2 Autorefraktometer10,11,12
2. Ukur jarak pupil (PD/Pupil Distance) kedua mata untuk mengukur jarak
frame kanan dan kiri pada trial frame yang akan dipasangkan kaca mata
atau lensa bantu koreksi nantinya. Tentukan jarak pupil mata kanan dan
kiri dengan meletakkan penggaris di depan kedua mata, kemudian
mengarahkan senter di tengah kedua mata pasien. Perhatikan reflek
cahaya pada kedua kornea mata, kemudian ukur jarak antara kedua reflek
tersebut dalam mm maka didapatkan jarak pupil untuk penglihatan dekat.
Tambahkan 2 mm untuk jarak pupil penglihatan jauh.
3. Bila hasil visus awal adalah 6/6, maka kemungkinan keadaan mata adalah
emmetropia atau hipermetropia dengan akomodasi. Pasang kaca mata
coba pada posisi yang tepat yaitu jarak pupil untuk penglihatan dekat.
Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang belum akan
diperiksa.
4. Pemeriksaan dimulai dengan memberikan lensa sferis positif (+)0,25D.
Ulangi pemeriksaan dengan meminta penderita membaca semua deretan
huruf snellen dari yang terbesar hingga terkecil yang masih dapat dibaca
dengan jelas dan lengkap. Bila dengan lensa ini deretan huruf 6/6 yang
semula jelas menjadi kabur maka berarti mata penderita adalah
emmetropia. Pada hipermetropia, mata dapat melihat huruf-huruf yang
lebih kecil dari 6/6 dengan akomodasi. Untuk koreksinya, pemeriksa
mulai dengan memberikan lensa positif (+) 0,25D, berturut-
turutmeningkat 0,25D. Hal ini adalah usaha untuk membuat mata
menjadi emmetrop dengan mengurangi akomodasi, sebagai hasilnya
diharapkan penderita dapat melihat deretan huruf 6/6 dengan jelas tanpa
akomodasi. Lensa positif terkuat dimana mata hipermetropia masih dapat
melihat deretan huruf 6/6 dengan jelas menunjukkan besar kelainan
hipermetropianya.
5. Bila visus kurang dari 6/6, lanjutkan dengan tes pinhole dengan
meletakkan pinhole didepan mata yang diperiksa. Bila visus kurang dari
6/6 dengan tes pinhole positif (pasien dapat melihat lebih jelas), maka
kemungkinan mata termasuk miopia. Untuk menilai besar miopia,
dimulai dari lensa negatif (-)0,25D ,ditambahkan berturut-turut -0,25
sampai pada lensa negatif terlemah penderita dapat membaca deretan
huruf 6/6. Jadi, pemeriksaan refraksi yang memerlukan penambahan dan
pengurangan kekuatan lensa hingga didapatkan visus terbaik dinamakan
trial and errors.
Gambar 2.12 Sumbu lensa JCC dapat diubah tanpa dibalik dengan
rotasi lensa JCC searah atau berlawanan dengan arah jarum jam.
2.3.8 Penatalaksanaan1,3,4,11
1) Koreksi lensa
2) Orthokeratology
Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih
dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan
menurunkan myopia. Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan
standar. Pada astigmatismus irregular dimana terjadi pemantulan dan pembiasan
sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan kornea maka dapat
dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan memakai lensa kontak maka
permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air mata.
3) Bedah refraksi
2.3.9 Komplikasi 1
Astigmatisme yang tidak dirawat pada orang dewasa dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada mata, mata menjadi penat dan terkadang sakit kepala.
Rabun pada anak-anak memerlukan perhatian khusus dan penjagaan mata benar.
Hal ini disebabkan karena apabila mata tidak dirawat dengan benar dapat
menyebabkan terjadinya ambliopia (mata malas).
2.3.10 Prognosis 1
Kacamata dan kontak lensa dapat mengkoreksi penglihatan pasien menjadi
5/5. Operasi mata dapat memperbaiki kelainan mata pada orang yang memenuhi
syarat. Sekitar 30 % dari semua orang memiliki silindris, dalam sebagian besar
kasus kondisi tidak berubah banyak setelah usia 25 tahun. Astigmatisme progresif
dapat terjadi pada trauma kornea , infeksi berulang dari kornea, dan penyakit
degeneratif seperti keratoconus.
BAB III
LAPORAN KASUS
2. Status Oftalmikus
STATUS
OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 4/60 3/60
Visus dengan koreksi S-4.50 C-0.25 (90◦) -> 20/20 S-4.00 C-0.75 (90◦) ->20/20
Refleks fundus + +
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Silia/supersilia
Madarosis (-) Madarosis (-)
Edem (-) Edem (-)
Palpebra superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Edem (-) Edem (-)
Palpebra inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Massa (-) Massa (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Margo Palpebra
Entropion (-) Entropion (-)
Aparat lakrimalis Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (-)
Hiperemis (-) Papil (-) folikel Hiperemis (-) Papil (-)
Konjungtiva Tarsalis
(-) sikatrik (-) folikel (-) sikatrik (-)
Hiperemis (-) Papil (-) folikel Hiperemis (-) Papil (-)
Konjungtiva Forniks
(-) sikatrik (-) folikel (-) sikatrik (-)
Konjungtiva Bulbii Hiperemis (-) injeksi siliar (-) Hiperemis (-) injeksi siliar
injeksi konjungtiva (-) (-) injeksi konjungtiva (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera Okuli
Cukup dalam, Jernih, Kedalaman cukup, Jernih
Anterior
Iris Cokelat, ruggae (-) Cokelat, ruggae (-)
Pupil Bulat , RF +/+. Ꝋ 3-4 mm, Bulat , FP +/+. Ꝋ 3-4 mm,
Lensa bening bening
Korpus vitreum Jernih Jernih
TIO N(P) N(P)
Posisi Ortho Ortho
Gerakan Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
Pemeriksaan funduskopi direk tidak dilakukan karena protokol saat pandemi COVID-19 di
RSUP. Dr. M. Djamil Padang
C. Diagnosis Kerja
- Astigmatisme Miopia Kompositus ODS
D. Pemeriksaan Penunjang
- Funduskopi Indirek
E. Manajemen
a. Edukasi :
- Edukasi bahwa penyakit matanya dengan lensa bantu bukan
menyembuhkan, tetapi hanya membantu pernglihatan agar lebih
baik.
- Kontrol ke spesialis mata 1 kali 6 bulan.
- Edukasi cara membaca yang benar
- Kacamata selalu dipakai kecuali saat mandi dan tidur
b. Kuratif :
Pemberian lensa kacamata untuk membantu perbaikan penglihatan:
OD: S-4.50 C-0.25 (90◦)
OS: S-4.00 C-0.75 (90◦)
F. Prognosis
1. Quo ad Visam ODS : Dubia ad Bonam
2. Quo ad Vitam ODS : ad Bonam
3. Quo ad Sanam ODS : Dubia ad Bonam
4. Quo ad Fungsionam ODS : Dubia ad Bonam
Resep Kacamata :
Trifocus
Bifocus
Monofocus
OD OS
Pro
Login -4.50 -0.25 90◦ -4.00 -0.75 90◦ 62
Quitat
Pro
domo
Propi
n
Quitat
Umur : 23 Tahun
Alamat : Jalan Abdul Muiz Jati V no.5F Padang timur, Padang TTD Dokter
DAFTAR PUSTAKA