(BIOMATERIAL I)
A. PENDAHULUAN
Material cetak digunakan untuk mencatat atau mereproduksi bentuk dan hubungan
gigi-geligi dengan jaringan rongga mulut. Hasil cetakan berupa reproduksi negative,
kemudian diisi bahan model (gips) sehingga menghasilkan model positif. Model gips ini
digunakan dalam pembuatan alat-alat kedokteran gigi di luar rongga mulut. Material
cetak antara lain digunakan dalam pembuatan protesa gigi serta alat ortodontik.
Berdasarkan sifat elastisnya, material cetak diklasifikasikan dalam dua kelompok,
yaitu material cetak elastic dan non elastic. Material cetak elastic terdiri dari dua jenis,
yaitu hidrokoloid dan elastomer. Material cetak jenis hidrokoloid terdiri dari 2 macam,
yaitu hidrokoloid reversible (agar-agar) dan hidrokoloid ireversibel (alginat). Material
cetak elastomer terdiri dari 3 macam, yaitu polisulfida, polieter, dsn silikon (kondensasi
dan adisi).
Bahan dasar material cetak alginat adalah asam alginat yang berasal dari rumput laut.
Komposisi material cetak alginat terdiri dari : Sodium alginat 18%, Kalsium sulfat
dihidrat 14%, Sodium fosfat 2%, Potasium sulfat 10%, Bahan pengisi (tanah diatom)
56%, dan Sodium silikofluorida 4%. Sediaan material cetak alginat berupa serbuk dalam
kantong besar atau kantong kecil sekali pakai (sachet). Material cetak alginat digunakan
dengan cara serbuk alginat dicampur air dengan perbandingan tertentu. Bila material
cetak alginat dicampur dengan air, maka akan terbentuk hidrosol yang kemudian berubah
menjadi hidrogel. Reaksi setting terjadi karena sodium alginat bereaksi dengan kalsium
sulfat membentuk kalsium alginat. Waktu setting alginat tergantung pada tipenya, untuk
tipe regular set 2- 4,5, menit dan fast set 1-2 menit.
Material cetak elastomer yang banyak digunakan adalah jenis silicon adisi. Sediaan
material cetak ini terdiri dari 2 pasta (pasta dasar dan pasta katalis) dengan viskositas
yang bervariasi, yaitu putty, heavy, medium, dan light. Pasta dasar mengandung polivinil
siloksan, silanol, dan bahan pengisi sedangkan pasta katalis mengandung poly vinyl
siloksan, katalis logam mulia (H2PtCl6), dan bahan pengisi. Reaksi setting silikon adisi
dengan katalis logam mulia akan membentuk polimer silikon yang berikatan silang tanpa
adanya hasil samping. Tersedia 3 sistem untuk mencampur pasta dasar dan katalis
material cetak jenis elastomer yaitu : hand mixing, static automixing, dan dynamic
mechanical mixing.
Pencampuran material cetak elastomer dengan cara hand mixing dilakukan di atas
paper pad. Pasta dasar dan katalis diletakkan di atas paper pad, kemudian dilakukan
pencampuran awal dengan gerakan spatula memutar dan pencampuran akhir dengan
gerakan spatula yang luas. Material cetak elastomer yang berbentuk putty dicampur
dengan cara diremas menggunakan jari hingga bebas dari lapisan-lapisan. Bila material
putty mempunyai katalis cairan, maka katalis tersebut dicampur terlebih dahulu memakai
spatula.
Cara pencampuran pasta dasar dan katalis yang paling popular adalah dengan sistem
automixing. Pasta dasar dan katalis berada dalam silinder terpisah pada plastic cartridge
yang akan diletakkan pada mixing gun. Bila mixing gun didorong, maka 2 pasta tersebut
akan masuk ke dalam static mixing tip, tercampur menjadi satu dan kemudian keluar dari
ujung mixing tip. Cara ini menghasilkan campuran yang lebih rata dan gelembung udara
yang lebih sedikit daripada cara hand mixing. Cara dynamic mechanical mixing hamper
sama dengan automixing, tetapi mixing tipnya berotasi karena digerakkan oleh motor.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memanipulasi dengan tepat serta mengukur setting time bahan cetak
alginat.
2. Mahasiswa dapat memahami cara manipulasi material cetak elastomer dengan teknik
double impression menggunakan plastic wrapping
a. Menyiapkan alat dan bahan (alas meja, stopwatch, bowl, spatula semen, 1 sendok
cetak sebagian, model cast, heavy body dan light body elastomer, vaselin)
b. Mengolesi model cast dengan vaselin
c. Mengeluarkan heavy body (basis dan katalis), letakkan di atas plat kaca sebanyak
masing-masing setengah scoop.
d. Manipulasi heavy body dengan menggunakan jari tangan tanpa menggunakan
handscoon sampai warna basis dan katalis homogen
e. Meletakkan bahan cetak yang sudah homogen ke sendok cetak sebagian,
dilanjutkan meletakkan plastik (plastic wrapping) di atas adonan heavy body
f. Mencetakkan adonan heavy body ke model cast dan ditunggu sampai mengeras
g. Mengeluarkan pasta dasar dan pasta katalis light body di atas paper pad dengan
panjang 2-3 cm.
h. Mencampur pasta dasar dan katalis light body memakai spatula dengan gerakan
memutar dan meluas dan dengan tekanan ringan sampai homogen kemudian sisa-
sisa sedikit adonan yang menempel pada ujung spatula dibersihkan dengan tissue.
i. Menyatukan adonan material cetak di ujung spatula.
j. Melepas palstik pada cetakan heavy body kemudian mengisi bagian permukaan
cetakan heavy body dengan adonan light body dan mengulasi model yang akan di
cetak dengan light body
k. Mencetakan kembali sendok cetak yang sudah terdapat light body ke model,
biarkan light body mengeras.
l. Melepas cetakan dari model cast
A. PENDAHULUAN
Bahan cetak alginat merupakan gel yang bersifat hidrofilik, sebagian besar
struktur dari gel tersebut diisi oleh air. Apabila volume air dalam gel berubah,
volume alginat akan menyusut atau mengembang dan mempengaruhi stabilisasi
dimensi. Ini merupakan sifat bahan cetak alginat yaitu sineresis dan imbibisi.
Alginat yang telah setting dapat kehilangan cairan melalui proses evaporasi
(penguapan) dan sineresis, serta menyerap cairan dengan proses imbibisi.
Alginat merupakan hidrokolod gel yang mengandung sejumlah air.
Tekanan yang terjadi terhadap air yang berada diantara rantai polisakarida yang
berakibat keluarnya tetes-tetes air kecil pada permukaan bahan cetak. Air ini akan
menguap bila cetakan ditempatkan di udara terbuka sehingga cetakan menyusut
(shrinkage) oleh sineresis. Segera setelah cetakan dikeluarkan dari dalam mulut
dan terkena udara pada temperatur ruangan, pengerutan yang berhubungan
dengan sineresis dan penguapan akan terjadi. Sineresis akan menyebabkan
perubahan perubahan dimensi cetakan alginat. Perubahan dimensi adalah
berubahnya ukuran cetak dari keadaan semula. Perubahan dimensi bahan cetak
alginat meliputi proses sineresis dan imbibisi dan dapat menyebabkan
ketidakakuratan dimensi bahan cetak.
Imbibisi merupakan kebalikan dari sineresis dimana air disekitar alginat
diserap melalui rantai polisakarida. Perubahan dimensi bahan alginat yang
melibatkan imbibisi dan sineresis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu proses
desinfeksi cetakan, waktu, dan perubahan suhu. Terkait dengan teknik disinfeksi
dengan perendaman, alginate mempunyai sifat imbibisi yang berpengaruh pada saat
dilakukannya proses desinfeksi. Sifat imbibisi dari bahan cetak alginate yaitu sifat
menyerap air bila berkontak dengan air sehingga mudah mengembang. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan bentuk atau dimensi hasil cetakan sehingga terjadi ekspansi
yang dapat menyebabkan ketidakakuratan hasil cetakan alginate.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengetahui uji sineresis dan imbibisi material cetak
hydrokoloid
2. Mahasiswa dapat memahami sifat sineresis dan imbibisi material cetak
hydrokoloid
A. PENDAHULUAN
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat memanipulasi material gips kedokteran gigi secara tepat serta
dapat mengukur waktu setting dari berbagai kelompok konsistensi (encer, normal, dan
kental).
C. PENETAPAN WAKTU SETTING
Cara Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
2. Mengkonfirmasi merk dan nama produsennya gips stone yang dipakai di praktikum.
3. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi normal
a. Mencari dan mencatat ratio W:P gips stone yang dipakai, sesuai petunjuk pabriknya
(kelompok kosistensi normal).
b. Menyiapkan berat powder dengan menimbang di neraca alaitik dan volume air
dengan menuangkan gelas ukur. Berat gipsum dan volume air yang disiapkan harus
sesuai untuk kelompok konsistensi normal
4. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi encer
a. Menyiapkan berat powder gipsum stone sama dengan kelompok konsistensi normal
b. Menyiapkan volume air 2 kalinya dari volume air kelompok konsistensi normal
5. Menentukan ratio W:P kelompok konsistensi kental
a. Menyiapkan berat powder gipsum stone sama dengan kelompok konsistensi normal
b. Menyiapkan volume air ½ (setengah) kalinya dari volume air kelompok konsistensi
normal
6. Memberi kode cetakan dengan tulisan (encer, normal, kental) pada balok karton yang
sudah disiapkan.
7. Memasukkan serbuk gips sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet (menyalakan
stopwatch saat serbuk dimasukkan) yang telah berisi air dan biarkan mengendap
selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara. Aduk campuran gips hingga
homogen menggunakan spatula dengan gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran,
bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar perlahan-lahan. Pengadukan dapat juga
dilakukan dengan menggunakan alat pengaduk mekanis sistem vakum selama 1
menit/120rpm (didapatkan mixing time)
8. Menuangkan adonan gips ke dalam cetakan,hidupkan vibrator selama 10 detik dengan
kecepatan low untuk menghilangkan udara yang terperangkap, kemudian permukaan
cetakan diratakan memakai spatula (didapatkan manipulating time)
9. Mengamati final setting dimulai pada saat adonan sudah dalam cetakan dan kemudian
tusuk permukaan gips dengan gerakan cepat dan jarum diangkat kembali. Bersihkan
ujung jarum dengan tissue, ulangi penusukan setiap 1 menit sambil cetakan
digerakkan memutar untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda. Lakukan
hingga jarum tidak dapat menusuk permukaan gips atau gips tidak menempel pada
jarum (didapatkan waktu final setting)
10. Dicatat suhu kamar dan kelembaban ruang pada saat bekerja.
11. Sambil mengamati final setting kelompok konsistensi normal, kegiatan no.7 sampai
10 dilakukan untuk kelompok konsistensi encer dan kental.
12. Menunjukkan hasil pengamatan ke instruktur lab untuk disahkan.
13. Membuat laporan berdasarkan hasil pengamatan setting time gips stone.
Tabel Kelompok Mixing Manipu Working Final Setting
Hasil Time (A) lating Time/Initia Seeting Time
Pengamata Time l Setting (Initial
n Waktu (B) (A+B) +final)
Setting
(detik) No.
1. Konsistensi Encer
2. Konsistensi Normal
3. Konsistensi Kental
IV. UJI DISTORSI MALAM INLAY KEDOTERAN GIGI
A. PENDAHULUAN
Malam yang digunakan di bidang kedokteran gigi biasanya dalam bentuk campuran
berbagai malam alami & sintetis sebagai bahan utama. Pencampuran malam diperlukan
agar diperoleh sifat yang sesuai untuk aplikasi tertentu di bidang kedokteran gigi.
Berbagai prosedur dalam kedokteran gigi (restoratif, rehabilitatif) tidak dapat
diselesaikan tanpa pemakaian malam gigi. Malam gigi digunakan sebagai pola, material
pembantu dalam proses, atau material untuk pencetakan gigi. Malam gigi digunakan
sejak awal abad 18 sebagai material cetak. Sekarang dipakai secara luas di klinik dan
laboratorium.
Malam (wax) adalah bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi
meleleh tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu yang
tinggi. Komposisi malam gigi terdiri atas : Ceresin 80%, Beeswax 12%, Carnauba wax
2,5 %, Natural/Synthetic resins 3%, dan Microcrystalline 2,5 %. Malam gigi dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya yaitu: malam pola (pattern wax), malam untuk
pemrosesan (processing wax) dan malam untuk mencetak. Sediaan malam untuk pola
terdiri atas bentuk lembaran berwarna pink atau merah (baseplate wax), inlay wax, dan
casting wax.
Sifat-sifat yang harus diperhatikan pada malam gigi adalah : melting range, ekspansi
thermal, daya alir, dan stress internal. Stress internal sering juga disebut residual stress.
Malam memiliki konduktivitas panas yang rendah sehingga sukar mencapai pemanasan
dan pendinginan yang serempak atau merata. Bila malam dicetak atau dibentuk tanpa
pemanasan yang cukup di atas suhu trnasisi padat-padat, maka akan terjadi stres dalam
bahan. Bila malam dihangatkan terjadi pelepasan stres dan akan menghasilkan distorsi.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memanipulasi malam secara tepat.
2. Mahasiswa dapat mengukur distorsi (akibatstress release) malam inlay kedokteran gigi
yang direndam air dan tanpa direndam air.
7. Mengamati perubahan bentuk malam inlay dan ukur jarak antara 2 ujung malam
Inlay dengan jangka sorong (sebagai jarak akhir) setiap 15 menit selama 1 jam.
8. Untuk kelompok uji yang tidak direndam air, cara kerja praktikum dilakukan
kembali tetapi point nomor 6 tidak dilakukan (tanpa menggunakan bowl yang
berisi air) atau di biarkan di udara bebas.
9. Hitung Persentase distorsi
Persentase distorsi bentuk yang terjadi dihitung dengan rumus:
Jarak akhir – jarak awalx 100 %
Jarak awal
10. Catat hasil perhitungan persentase distorsi dalam tabel hasil
V. APLIKASI MATERIAL CETAK HIDROKOLID DAN GIPSUM UNTUK
DUPLIKASI MODEL RAHANG
TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan aplikasi bahan cetak untuk membuat nodel rahang tak
bergigi
ALAT :
a. Rubber Bowl
b. Spatula gips
c. Rubber base
d. Mesin Trimming
e. Vibrator
f. Pisau model
g. Pisau gips
h. Pensil tinta
i. Sendok cetak tak bersudut untuk rahang tak bergigi
j. Model rahang gigi tiruan lengkap
BAHAN :
a. Alginate
b. Gips putih
c. Gips biru
d. Air
e. Kertas pasir / ampelas
f. vaselin
TEKNIK :
A. MENCETAK MODEL RAHANG
1. Siapkan model rahang atas atau rahang bawah terlebih dahulu telah diulasi
dengan vaselin setipis mungkin
2. Siapkan alat dan bahan untuk mencetak rahang gigi tiruan lengkap
3. Masukkan bubuk alginat ke dalam rubber bowl sesuaikan dengan ukuran
sendok cetak
4. Tambahkan air sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan
5. Spatulasi yang cukup hingga adonan siap di aplikasikan pada sendok cetak
6. Masukkan adonan alginate ke dalam sendok cetak
7. Basahi model rahang dengan air sebelum dicetak algiant
8. Duplikasi rahang atas atau rahang bawah dengan adonan alginat
RAHANG RAHANG
BAWAH ATAS
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengaplikasikan pola malam kedokteran gigi pada penanaman dalam
kuvet dan buang malam (boiling out) dan dapat memanipulasi dengan tepat resin akrilik
polimerisasi panas
Alat :
1. Stellon pot/gelas kaca 11. Spatula kecil
2. Pipet ukur 12. Press kuvet
3. Stopwatch 13. Curing unit (kompor dan panci)
4. Kuas kecil
5. Timbangan
6. Crownmess/blade scapel
7. Kuvet kecit yang sudah terdapat pola cetakan gips (praktikum dental wax)
8. Masker
9. Sarung tangan
10. Plastik cellophan
Cara kerja
1. cetakan gips dalam kuvet atas atau bawah diolesi selapis CMS menggunakan kuas
kecil
2. tuangkan cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak 2,5 ml (atau
sesuai dengan petunjuk pabrik dari merek resin akrilik yang digunakan) ke dalam
stellon pot
3. serbuk polimer ditimbang sebanyak 5 gr, kemudian dimasukkan secara perlahan-
lahan ke dalam stellon pot sampai semua polimer terbasahi oleh monomer
4. hitung awal waktu pengadukan dengan stop watch, kemudian aduk campuran
dengan spatula kecil sampai homogen. Selanjutnya stellon pot ditutup. Amati fase
sandy, sticky, dough dengan membuka tutup stellon pot dan catat waktu sampai
tercapainya fase dough. Apabila belum mencapai fase dough, stellon pot ditutup
lagi.
5. Setelah adonan mencapai fase dough, adonan dimasukkan ke cetakan kuvet
hingga penuh, kemudian ditutup dengan plastik cellophan yang telah dibasahi air.
Setelah itu, kuvet ditutup (kuvet atas dan bawah tidak boleh terlalu rapat).
Pengepresan awal dilakukan sampai tercapai kondisi metal to metal (kuvet atas
dan bawah rapat)
6. Kuvet dibuka dan plastik cellophan diambil. Kelebihan resin akrilik diambil
dengan crownmess secara cepat (kurang lebih 30 detik). Kuvet ditutup lagi dan
dilakukan dan dilakukan pengepresan akhir (kuvet atas dan bawah rapat) serta
kuvet biarkan tetap pada pressnya.
7. Setelah pengisian akrilik, kuvet dibiarkan 10 menit dan dimasukkan air hangat
sampai mendidih selama 30 menit. Kemudian biarkan sampai air dingin kembali.
8. Sampel plat akrilik diambil dari cetakan secara hati-hati menggunakan crownmess
kemudian lakukan finishing dengan bur stone.
VII. APLIKASI RESIN AKRILIK UNTUK PEMBUATAN LEMPENG GIGIT
A. PENDAHULUAN
Lempeng resin akrilik biasanya digunakan untuk landasan/basis gigi tiruan
lepasan. Basis gigi tiruan berfungsi untuk mendistribusikan beban pengunyahan. Sifat
yang harus dimiliki pada basis gigi tiruan harus memliki sifat mekanik yang baik karena
dengan sifat mekanik yang baik akan mengurangi resiko terjadinya fraktur akibat beban
pengunyahan. Untuk mendapatkan sifat basis gigi tiruan yang baik salah satu diantaranya
basis gigi tiruan harus memiliki ketebalan cukup dan tidak berpori.
Material ini dipakai sebagai basis gigi tiruan karena mempunyai kualitas dan
estetika yang dibutuhkan, murah dan mudah dikerjakan walaupun tidak ideal dalam
semua aspek. Resin akrilik dapat dibuat dengan proses polimerisasi adisi radikal bebas,
melalui tahap aktivasi, inisisasi, propagasi, dan terminasi. Resin akrilik berdasarkan cara
aktivasi dapat dibagi menjadi resin akrilik polimerisasi panas (penggodokan),
polimerisasi kmiawi, polimerisasi gelombang mikro, dan polimerisasi sinar tampak.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu membuat lempeng akrilik dan melakukan processing akrilik
pada kuvet besar dengan benar
Bahan :
1. Gips putih
2. Model rahang tak bergigi
3. Gips biru
4. Air
5. Kertas pasir / ampelas
6. Vaselin
7. Baseplate wax
8. Heat cured acrylic
9. kertas chellopan
10. CMS
11. Pumice
12. Kryet
Cara kerja
1. PEMBUATAN MODEL MALAM
• Siapkan model rahang tak bergigi yang telah dibuat sebelumnya
• Buat outline lempeng gigit dan garis median pada model menggunakan pensil
tinta
Rahang bawah = (melewati anatomi landmark vestibulum, frenulum,
retromolar pad, retromylohyoid)
Rahang Atas = (melewati anatomi landmark vestibulum, frenulum,
hamular notch, tuberositas maksila, AH line/2 mm depan fovea palatina)
• Panaskan baseplate wax dan aplikasikan pada model rahang tak bergigi
• Bentuklah wax dengan pisau model dan panaskan dengan api Bunsen
kemudian sesuaikan dengan outline yang telah dibuat
• Haluskan dan kilapkan permukaan malam
• Fiksasi malam pada model
2. PENANAMAN DALAM KUVET
• Siapkan model kerja dan model malam yang telah dibuat
• Ulasi seluruh permukaan gips dengan vaselin, permukaan model malam tidak
perlu diulas vaselin
• Buatlah adonan gips putih dan isikan ke dalam kuvet bawah yang telah diulasi
vaselin hingga penuh
• Tanam model rahang beserta model malam dalam kuvet bagian bawah. Posisi
model rahang atas dalam kuvet (bagian anterior lebih tinggi daripada
posterior). Posisi rahang bawah dalam kuvet sejajar dengan lantai. Setelah itu
tunggu hingga setting dan rapikan dengan kertas pasir
• Buatlah adonan gips biru secukupnya
• Tutup dengan kuvet bagian atas yang sebelumnya telah diulas dengan vaselin,
aplikasikan gips biru tepat diatas model malam baseplate saja.
• Buatlah adonan gips putih dan penuhi kuvet dengan adonan gips putih
• Perhatikan jangan ada udara yang terjebak
• Letakkan pada press beugel
• Lakukan buang malam dengan menggodok kuvet yang tetap berada pada press
beugel
A. PENDAHULUAN
Casting wax berguna untuk malam pola pada kerangka logam gigitiruan atau
restorasi inlay logam. Komposisi hampir sama dengan inlay wax. Sediaan casting wax
sheets, ready shapes, wax – up. Memiliki sifat-sifat diantaranya lunak & adaptif ,kurang
getas, lengket, akurat, menguap 500 ºC.
Pembentukan logam dapat dilakukan dengan beberapa proses yaitu; 1.pengecoran
(casting) logam cair yang dituang ke dalam mould atau cetakan, 2. Pembentukan dengan
suhu dingin (cold working), logam ditempa, digulung sehingga menjadi bentuk tertentu,
3. Metalurgi bubuk (powder metallurgy) logam bubuk dipres dengan tekanan tinggi
sesuai bentuk yang diinginkan, 4. Penyepuhan (electroforming) menggunakan proses
elektrolisis, proses pelapisan logam pada logam dengan cara mengaliri listrik pada logam
yang akan dilapisi dalam cairan elektrolit.
Logam pada bidang kedokteran gigi harus kuat, tidak mudah berkarat,
biokompatibel, harga murah dan mudah dibersihkan/disterilkan. Untuk pembuatan
biasanya menggunakan proses pembentukan cara casting dengan bahan invesmen untuk
cetakannya.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu membuat pola malam dari casting wax dan mengaplikasikan
bahan invesmen untuk prosedur casting logam serta memahami prosedur casting logam.
Proses casting
• Preheating, wax elimination, heating
a. Preheating merupakan proses pemanasan permukaan sebelum dilakukan
pengecoran dan dimasukkan pada oven dengan suhu 700°C
b. Pada saat investment, kemungkinan ada air yang terjebak di antara porus
investment. Bila air tidak dihilangkan, maka kemampuan investment untuk
mengabsorpsi wax menjadi berkurang. Akhirnya akhirnya sisa wax akan
menguap menuju ke mould.
c. Pemanasan yang tiba-tiba juga akan menyebabkan cracking atau keretakan.
Oleh karenanya, pemanasan awal permukaan diperlukan untuk
menghindari hal tersebut.
d. Wax elimination dilakukan untuk menghilangkan pola malam yang berada
dalam tabung cor. Proses ini harus dilakukan pada suhu yang cukup.
1. Alat tuang sentrifugal disiapkan dengan cara memutar 3 kali alat tersebut dengan menaikkan
kenop pemutar
2. Cawan tuang ( crucible casting) panas diletakkan pada alat tuang sentrifugal, kemudian logam
dituangkan
3. Keluarkan bumbung tuang dari oven., kemudian letakkan pada alat sentrifugal
4. Logam dipanaskan dengan api Torch sampai cair,
5. Setelah logam masuk ke dalam bumbung tuang , putaran alat diperlambat dengan menekan
porusnya sampai alat tuanag berhenti berputar
6. Bumbung tuang di ambil dan didiamkan sebentar
7. Setelah dingin hasil tuang dikeluakan dari dalam bumbung tuang dan dibersihkan dari bahan
tanam didawah air mengalir
IX. APLIKASI MATERIAL ABRASIF PLAT LOGAM DAN AKRILIK
A. PENDAHULUAN
Abrasi didefinisikan sebagai pelepasan suatu bahan atau struktur melalui suatu
proses mekanik seperti grinding, penggosokan, atau pengikisan. Tujuan prosedur
finishing dan polishing yaitu ; 1. Memperoleh bentukan anatomi 2. Oklusi yang sesuai,
dan 3. Mengurangi kekasaran, goresan.
Sifat bahan abrasif untuk finishing diantaranya; 1. Keras, dan kasar, 2. Digunakan
pada permulaan, 3. Menghasilkan kontur/bentuk, dan 4. membuang permukaan yang
tidak teratur. Sifat bahan abrasif untuk polishing diantaranya; 1. lebih halus dan kurang
keras, 2. digunakan sebagai lanjutan proses finishing, 3. untuk permukaan yang lebih
halus, dan 4. tidak menimbulkan goresan.
Macam-macam bahan abrasif;
1. Sand/pasir dari quartz (SiO2), sebagai ampelas atau lempeng kertas abrasif biasa
digunakan untuk pekerjaan lab.
2. Carbides; terdiri dari campuran karbon dan logam atau bahan lain contoh: Silikon
Carbide dan Boron Carbide. SiC untuk memotong struktur gigi pada dental handpiece,
dalam bentuk bur stone yang dipergunakan di lab.gigi
3. Pumice; batu apung dari gunung berapi, pumis yang halus digunakan untuk
menghilngkan noda yang menetap, dalam bentuk suspensi dalam air digunakan untuk
penghalusan resin akrilik
4. Tin Oxide atau putty powder digunakan secara luas sebagai alat poles gigi dan
restorasi logam dalam mulut, Tin Oxide merupakan bubuk putih hasil reaksi antara
Tin dengan Asam nitrit, penggunaannya dicampur dengan air+alkohol+gliserin
5. Kalsit disusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dengan metode pengendapan, biasa
digunakan untuk pasta gigi.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengaplikasikan bahan abrasif untuk finishing dan polisihing
pada akrilik dan batang logam
C. FINISHING DAN POLISHING LEMPENG AKRILIK DAN BATANG
LOGAM
Alat : Bahan :
1. Straight hand piece 1. kryet
2. Bur frisher, separating disk 2. pumice
3. Macam-macam stone
4. Macam-macam rubber
5. Mikromotor
6. Felt cone
7. Rag dan brush wheel putih
Cara kerja penyelesaian akhir dan pemolesan lempeng akrilik
1. membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas geligi tiruan, sisa-sisa resin akrilik
yang bukan bagian anatomi termasuk sisa gips yang melekat
Gambar . Penyelesaian akhir sebelum pemolesan pada bagian frenulum dan landasan gigi tiruan
Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles gunakan tekanan seringan
mungkin dan putaran roda serendah mungkin.
Gambar. Geligi tiruan dipoles dengan brush wheel putih dan kryt.
A. PENDAHULUAN
Reparasi gigi tiruan akrilik dilakukan oleh karena plat patah oleh beberapa macam
diantaranya kesalahan kontruksi, sebab didalam mulut, dan sebab di luar mulut. Pada
kesalahan kontruksi disebabkan oleh penyusunan gigi salah, catatan gigit salah, basis
akrilik terlalu tipis, dan kesalahan waktu packing akrilik.
Kesalahan packing yang dapat menyebabkan patahnya lempeng akrilik di
antaranya; akrilik belum sampai “dough stage”, waktu polimerisasi terlalu cepat, suhu
polimerisasi terlalu rendah, dan pendinginan yang terlalu cepat. Hal tersebut dapat
mengakibatkan kekuatan akrilik berkurang sehingga memudahkan terjadinya fraktur.
Reparasi plat yang patah bertujuan untuk menyambung bagian plat yang hilang atau
patah.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan reparasi plat akrilik dengan resin akrilik polimerisasi
kimiawi atau cold cure acrylic.