Anda di halaman 1dari 9

PENGAMATAN SIFAT-SIFAT BAHAN CETAK ALGINAT

Yulia Farah Nabila binti Yuliafarta


190600224
Kelompok E

Dosen Pembimbing:
Kholidina Imanda, drg., MDSc

BLOK 11
MEDAN 2020
BAB I
TUJUAN TUGAS PRAKTIKUM

Dalam proses manipulasi alginat, ketepatan waktu menjadi hal utama yang menetukan
hasil cetakan tersebut akurat atau tidak. Bahan cetak alginat adalah suatu bahan cetak
golongan hidrokoloid bersifat elastis yang irreversible. Bahan utamanya adalah garam
Natrium, Kalium atau Ammonium Alginat yang larut dalam air.

1.1 Tujuan

a. Mengetahui factor yang mempengaruhi sineresis dan imbibisi.


b. Memahami proses terjadinya sineresis dan imbibisi.
c. Mampu membedakan sifat sineresis dan imbibisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Cetak Alginat

Bahan cetak alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid bersifat ireversibel yang telah
diperkenalkan sejak tahun 1940. Bahan cetak alginat bersifat hidrofilik sehingga dapat
mencetak detail jaringan keras dan lunak dalam keadaan lembap. Dalam proporsi yang tepat
garam asam alginat yang diperoleh dari rumput laut jika dicampur dengan air akan
membentuk hidrokoloid ireversibel, yaitu suatu gel yang dipergunakan dalam pencetakan gigi
geligi.
Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran
gigi dikarenakan penggunaannya yang mudah, sedikit peralatan yang dibutuhkan, harga yang
relatif murah, proses pengerasan yang cepat, dan keakuratan yang memuaskan. Alginat
digunakan sebagai cetakan awal untuk membuat model studi yang merupakan alat bantu
dalam pembuatan rencana perawatan dan diskusi dengan pasien. Bahan cetak ini mudah
ditolerir oleh pasien karena dapat mengeras dengan cepat.

2.2 Komposisi Bahan Cetak Alginat

Komponen aktif utama bahan cetak hidrokoloid ireversibel adalah salah satu alginat
yang larut air, seperti natrium, kalium, atau alginat trietanolamin. Bila alginat larut air
dicampur dengan air, bahan tersebut akan membentuk sol. Bubuk alginat yang diproduksi
pabrik mengandung sejumlah komponen. Komposisi alginat bervariasi tergantung pada
produsen, namun ada konsentrasi relatif konsisten untuk masing-masing bahan.
Setting time dari alginat ditetukan dari jumlah sodium fosfat yang terkandung dalam
bubuk alginat. Saat natrium fosfat bereaksi, natrium alginat yang larut dapat bereaksi dengan
ion kalsium yang tersisa, sedangkan kalsium alginat mengendap menjadi jaringan yang
berserat. Ruang kapiler antara serat akan diisi oleh air, struktur ini yang disebut gel.
Perubahan pasta menjadi gel bersifat tetap, artinya gel tidak akan dapat berubah menjadi
pasta setelah proses pencampuran, karena sifat ini alginat disebut hidrokoloid irreversible.
BAB III
CARA PENGAMATAN

3.1 Tata Laksana Pengamatan Imbibisi Bahan Cetak Alginat

1. Tahap Persiapan
a. Persiapan operator
 Masker
 Sarung tangan
 Kain alas kerja berukuran 20x20 cm
b. Alat
 Rubber bowl
 Spatula
 Sendok takar
 Spuit 5ml
 Cetakan induk
 Glass slab
 Timbangan
c. Bahan
 Bahan cetak alginat
 Air
2. Pembuatan sampel dan pengamatan imbibisi
 Pembuatan sampel dilakukan dengan mencampur bahan cetak alginat dengan
air pada rasio bubuk:air = 3.875gr/6ml sampai homogen.
 Adonan bahan cetak yang sudah homogen dituangkan ke dalam cetakan induk
sampai penuh, ditutup dengan glass slab dan ditekan selama 2-3 menit.
 Setelah bahan cetak keras, sampel dikeluarkan dari cetakan induk dan
ditimbang beratnya sebagai data waktu 0 menit sebagai kontrol.
 Sampel bahan cetak direndam di dalam air dan setiap 15 menit dilakukan
penimbangan kembali sampai pada menit ke 60.
 Pengamatan dilakukan pada setiap 5 (lima) hasil cetakan.
 Kemudian dilakukan perhitungan:
a) Perubahan berat: ΔB = Berat waktu tertentu – berat pada 0 menit
b) Persentase perubahan berat: % ΔB = ΔB/Berat 0 menit × 100%
 Perhitungan statistik dilakukan dengan perhitungan rerata dan standard deviasi
besaran presentase perubahan berat sampel bahan cetak.
 Pembuatan laporan pada buku yang telah ditentukan disertai dengan tabel dan
grafik data yang ada.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Alginat adalah bahan cetak elastis jenis hidrokoloid irreversible, yang mudah
dimanipulalsi, harga relatif murah, dan nyaman untuk pasien. Alginat merupakan bahan cetak
yang paling banyak digunakan dalam praktek kedokteran gigi karena (1) alginat mudah
dicampur dan dimanipulasi; (2) peralatan yang digunakan sederhana dan mudah didapat; (3)
hasil cetakan elastis; (4) hasil cetakan cukup akurat; (5) harga relatif murah.
Kekurangan utama dari alginat adalah alginat memiliki kekuatan sobek yang lemah
sehingga alginat mudah disobek, dan alginat tidak dapat mencetak lebih detail dibandingkan
agar atau elastomer. Alginat tersedia dalam sediaan bubuk dan dikemas dalam wadah kedap
udara dengan tujuan meminimalkan kontaminasi udara lembab. Kontaminasi udara yang
lembab akan memperpendek waktu simpan alginat.
Bahan cetak alginat memiliki beberapa sifat yang menjadi karakteristik bahan cetak
ini, antara lain (1) plastis, bahan cetak harus bersifat plastis untuk dapat diadaptasikan ke
dalam rongga mulut sehingga dapat mencetak dengan detail, (2) fleksibel, sifat fleksibel
alginat menyebabkan alginat tidak berubah bentuk atau tidak mudah sobek saat dilepaskan
dari rongga mulut, (3) sifat sinersis, yaitu alginat akan menyusut apabila dibiarkan di udara
terbuka dalam waktu yang lama, (4) sifat imbibisi, yaitu alginat akan mengalami ekspansi
apabila di rendam dalam air dalam waktu tertentu, (5) kestabilan penyimpanan, alginat akan
lebih tahan lama apabila disimpan dalam ruangan yang sejuk dan kering, (6) kompatibel,
alginat dapat kompatibel dengan model plaster dan stone, (7) biokompatibel, yaitu tidak
toksik, tidak menyebabkan iritasi jaringan, serta memiliki rasa dan bau yang dapat diterima.
Alginat dalam penggunaannya dapat terjadi yang namanya perubahan dimensi,
dimana perubahan dimensi tersebut terjadi karena ada faktor yang mempengaruhinya seperti
sineresis/evaporasi dan imbibisi. Sineresis adalah suatu keadaan dimana bahan cetak alginat,
saat berbentuk gel akan mengalami kehilangan air karena proses penguapan dari permukaan
bahan cetak alginat atau keluarnya air dari bahan cetak alginat. Selain itu adanya eksudat atau
benda-benda asing pada permukaan gel juga akan mempengaruhi sebelum proses sineresis
atau setelah proses sineresis.
Pembentukan pengerutan (shrinkage), dimulai dengan terjadinya reaksi kondensasi
antara dua kelompok Ca-OH (reaksi kondensasi adalah reaksi penggabungan antara dua
senyawa yang memiliki gugus fungsi dengan menghasilkan molekul yang lebih besar, dalam
hal ini biasanya dibebaskan air. Molekul lebih besar yang terbentuk dari hasil reaksi
kondensasi adalah Ca-O-Ca. Selain itu hasil reaksi kondensasi tersebut menyebabkan
dibebaskannya H2O (air). Proses dikeluarkannya air tersebut disebut sebagai sineresis, dan
akibatnya gel mengkerut.
Dalam skill’s lab ini proses sineresis di aplikasikan saat alginat dibiarkan dalam
keadaan terbuka di suhu ruangan, setiap 5 menit sekali alginat ditimbang beratnya di neraca
analitik dan dicatat pada table pengamatan. Cara pencegahan terjadinya sineresis ialah
dengan melapisi cetakan menggunakan handuk atau kapas basah. Hal ini bertujuan agar tidak
terjadi penguapan butir-butir air ke permukaan cetakan alginat. Lakukan pengisian segera
dengan menggunakan gips stone, tidak boleh melebihi waktu 15 menit. Bahan cetakan yang
terpaksa disimpan dan tidak segera diisi dengan menggunakan gips stone maka harus
disimpan dalam wadah hampa udara dan bahan cetakan diberi kapas basah, tapi penyimpanan
tidak boleh melebihi waktu satu jam.
Selain sineresis, seperti yang telah disebutkan diatas, imbibisi juga menjadi faktor yang
mempengaruhi kestabilan dimensi dari alginat, imbibisi ini sering terjadi pada saat seorang
dokter atau mahasiswa klinik melakukan proses desinfektan pada alginat setelah alginat
dilakukan pencetakan pada rongga mulut pasien, karena pemberian desinfektan ini bertujuan
menghilangkan kuman yang menempel pada alginat. Namum pada proses ini apabila
pemberian cairan desinfektan terlalu banyak dapat menyebabkan imbibisi pada bahan cetak.
Imbibisi adalah proses penyerapan air saat bahan cetak alginat ditambah dengan air. Hal ini
dapat menyebabkan perubahan bentuk atau dimensi hasil cetakan. Penelitian mengenai
perubahan dimensi alginat mengatakan penyimpanan hasil cetakan alginat harus dilakukan
sesingkat mungkin dan juga pembuatan die stone harus diproses sesegera mungkin setelah
cetakan dibuat. Proses imbibisi pada skill’s lab kali ini adalah dengan cara memasukkan
cetakan alginat ke dalam air biasa sampai terendam semua.
Cara pencegahan terjadinya imbibisi ialah menghindarkan bahan cetakan alginat dari
lingkungan yang terdapat banyak air dan apabila dilakukan desinfeksi pada bahan cetakan
maka waktu desinfeksi tidak boleh melebihi 10 menit. Bahan cetakan juga harus segera diisi
dengan menggunakan gips stone.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sineresis dan imbibisi merupakan fenomena yang sering terjadi pada bahan cetak
alginat setelah dikeluarkan dari mulut dan rahang, sineresis terjadi karena adannya penguapan
(evaporasi) sehingga mengakibatkan bahan cetak mengalami pengerutan (shrinkage).
Berbanding terbalik dengan imbibisi, dimana bahan cetak mengalami kenaikan berat saat
berada/direndam pada air/disinfektan, kenaikan bisa bervariasi, naik turun massa alginat
karena pada saat akan menimbang pada neraca alginat terlalu lama di udara bebas dan
sehingga alginat mengalami sineresis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nasar, dkk. 2010. Buku Ajar Patologi II (khusus). Edisi 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.
2. McCabe JF. Walls A. Applied Dental Materials. 9th ed. Singapore: Blackwell
Publishing. 2008; 1,101-123.
3. Nandini V, Vankatesh K,nair K, 2008, ‘Alginate impressions: a practical
perspective’.JConserve Dent:11 (1): 37 – 41.
4. Powers JM. Sakaguci RL. 2009,Restorative dental materials 12 ed Elsevier..270-59
5. Van Noort R. Introduction to dental material. 3rd Ed. Toronto: Mosby Elsevier.,
2007: 127-40.
6. Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental
Materials.ed ke-12: Elsevier.
7. Craig, R. G., Powers J. M., Wataha J. C., 2006. Dental Materials Properties And
Manipulation, Ed 12, Missouri : Mosby , pp. 145-146.
8. Santoso EDL, Widodo TT, Baehaqi M. Pengaruh Lama Perendaman Cetakan Alginat
Dalam Larutan Glutaraldehid 2% Terhadap Stabilitas Dimensi. Odonto Dental
Journal. 2014; 1(2): 35-39.

Anda mungkin juga menyukai