(Konser)
2. Jelaskan etiologi mengapa sering terjadi menyelip makanan pada gigi 36 tersebut?
(PERIO KONSER)
Berdasarkan letak gigi karies sekunder lebih banyak terjadi pada gigi posterior dan
kebanyakan terjadi pada gigi molar. Dalam penelitian Mukuan, dkk (2013) kebanyakan yang
mengalami kebocoran tumpatan yaitu gigi molar kemudian premolar kemudian gigi insisivus
yang paling sedikit. Hal ini disebabkan karena pada gigi posterior sering digunakan untuk
mengunyah makanan sehingga rentan terjadinya penumpukan plak di sekitar tumpatan gigi
posterior kemudian menghasilkan karies sekunder. Dilihat dari segi anatomisnya pada gigi
molar satu terdapat pit dan fissure yang dalam, sehingga plak dan sisa makanan mudah
melekat pada gigi yang menyebabkan terjadinya karies sekunder. Pit dan fisur pada gigi
posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah
tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
3. Jelaskan analisa faktor risiko apa saja yang berperan terhadap proses terjadinya
karies pada pasien tersebut. (Konser)
Hubungan sebab akibat dalam menyebabkan terjadinya karies gigi sering disebut
sebagai faktor resiko. Individu dengan resiko karies yang tinggi adalah seseorang yang
mempunyai faktor resiko karies yang lebih banyak. Faktor resiko karies terdiri atas karies,
fluor, oral hygiene, bakteri, saliva, dan pola makan. Perkembangan karies juga dipengaruhi
adanya faktor modifikasi. Faktor-faktor ini memang tidak langsung menyebabkan karies,
namun pengaruhnya berkaitan dengan perkembangan karies. Faktor-faktor tersebut adalah
umur, jenis kelamin, perilaku, faktor sosial, genetik, pekerjaan, dan kesehatan umum. Karies
dapat terjadi bila ada faktor penyebab yang saling berhubungan dan mendukung, yaitu host
(saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat dan waktu. Menurut kasus, pasien mengaku tidak
pernah mendapatkan aplikasi fluor dan hanya mendapatkan fluor dari pasta giginya,
menggosok giginya dua kali sehari (mandi pagi sebelum sarapan dan malam sebelum tidur).
Penggunaan fluor, pemberian fluor yang teratur berperan dalam remineralisasi pada gigi
sehingga dapat menekan terjadinya karies. Pemberian fluor baik sistemik maupun lokal perlu
diperhatikan karena kelebihan fluor dapat menyebabkan fluorosis.
Menurut kasus, Saliva pada pasien yaitu flow ratenya 3.5/5menit inin termasuk
kedalam resiko karies sedang, buffer saliva 6.6 ini termasuk ke dalam risiko karies rendah.
Jadi menurut gambaran klinis dan data yang di dapat risiko karies pasien termasuk kedalam
risiko karies sedang/moderate. Saliva, memiliki efek buffer dan memiliki sifat self cleansing
berguna sebagai untuk membersihkan sisa – sisa makanan di dalam mulut. Berkurangnya
aliran saliva dapat meningkatkan terjadinya karies. Adanya aktifitas makan dan minum yang
mengandung karbohidrat akan menyebabkan bakteri penyebab karies mulai memproduksi
asam sehingga terjadi demineralisasi yang akan berlangsung selama 20-30 menit setelah
makan. Saat pH turun menjadi dibawah pH kritis (< 5,5) saliva akan bekerja mentralisir asam
dan membantu proses remineralisasi, jika konsumsi karbohidrat terus berlangsung maka
enamel gigi tidak memiliki kesempatan untuk melakukan remineralisasi sehingga terjadi
karies.
Saliva memiliki kemampuan untuk mendeposit kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies. Hal ini menandakan bahwa proses karies terdiri atas periode
perusakan dan perbaikan yang silih berganti. proses terjadinya karies ini sebenarnya dapat
dicegah apabila saliva ada di dalam lingkungan gigi. Dekalsifikasi awal karies terjadi di
permukaan gigi selama 1-2 tahun sebelum terbentuknya kavitas. Terpaparnya plak terhadap
nutrien (terutama sukrosa), metabolisme dalam plak menghasilkan asam sehingga
menyebabkan demineralisasi struktur gigi. Jika plak atau nutrien dihilangkan maka ion-ion
dari saliva (natrium, kalium atau kalsium) akan meremineralisasi struktur gigi.
DAFTAR PUSTAKA