Anda di halaman 1dari 18

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II


Topik : Sineresis dan Imbibisi Bahan Cetak Alginat
Kelompok : B6
Tanggal Praktikum : Senin, 8 November 2021
Pembimbing : Prof. Dr. Rr. Asti Meizarini drg., M.S.

Penyusun:

No. Nama NIM

1. Alifia Halizah 022011133090

2. Nur Tri Wijaya 022011133091

3. Salma Najmi Dhaniswari 022011133092

4. Tsabitah Azzahra 022011133093

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021

1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu mengetahui sifat sineresis dan imbibisi material cetak
alginate melakukan uji sineresis dan imbibisi material cetak alginat dengan benar
2. ALAT DAN BAHAN
ALAT:

a. Mangkuk karet

b. Spatula

c. Gelas ukur

d. Stopwatch

e. Timbangan analitik digital

f. Cetakan bentuk silinder dari teflon diameter dalam 12 mm, tinggi 20 mm


g. Lempeng kaca

Gambar 2.1. Alat Praktikum. A: Mangkuk karet. B: Spatula. C:


Gelas Ukur. D Stopwatch. E: Timbangan analitik
digital. F: Cetakan bentuk silinder dari teflon diameter
dalam 12mm, tinggi 20 mm. G: Lempeng kaca.

BAHAN:

a. Bubuk alginat merk Kromopan sebanyak 2 x 9 gram


b. Air bersuhu kamar sebanyak 20mL

Gambar 2.2. Bahan praktikum. A: Bubuk alginat merek


Kromopan: normal set. B: Air dalam gelas ukur (20
mL)

3. CARA KERJA
1) Cetakan tabung teflon silinder diletakkan di atas lempeng kaca.
2) Air suhu kamar diukur sebanyak 20 ml (satu tanda batas gelas ukur sesuai
petunjuk pabrik). Bubuk alginat ditimbang sebanyak 9 gram (satu sendok takar
sesuai petunjuk pabrik).
3) Air dengan suhu kamar yang telah diukur, dituang ke dalam mangkuk karet,
selanjutnya ditambahkan bubuk alginat yang telah ditimbang.
4) Campuran air dan bubuk alginat diaduk dengan spatula gerakan menyerupai angka
8, membentuk putaran 180⁰ intermittent. Pengadukan dilakukan sambil menekan
adonan pada dinding mangkuk karet sampai halus dan homogen selama 45 detik
(aturan pabrik). Pengadukan alginat juga dapat dilakukan dengan cara lain yaitu
menekan spatula pada dinding mangkuk karet secara cepat dan memutar perlahan
mangkuk karet dengan arah berlawanan hingga adonan menjadi halus.
5) Adonan alginat yang telah homogen dimasukkan ke dalam cetakan sampel bentuk
silinder hingga berlebih. Adonan alginat dipadatkan dan diratakan menggunakan
spatula dan lempeng kaca kecil, ditunggu sampai setting.

Gambar 3.1 Cara manipulasi alginat. A. Penuangan air ke dalam mangkuk karet. B. Penuangan
bubuk alginat ke dalam mangkuk karet dan pengaktifan stopwatch. C. Pengadukan bubuk alginat
dan air dengan spatula. D. Adonan alginat menjadi creamy dan halus.

6) Sampel alginat yang telah setting dilepas dari cetakan sampel kemudian ditimbang
dan dicatat beratnya. Sampel alginat dibiarkan di ruang terbuka selama 1 jam,
kemudian ditimbang lagi dan dicatat beratnya (sifat sineresis). Dihitung selisih
berat sampel alginat awal dan setelah dibiarkan di ruang terbuka.
Gambar 3.2 Cara pengujian sineresis dan imbibisi. A. Adonan alginat dalam tabung teflon. B.
Adonan alginat dalam tabung teflon ditunggu setting. C. Sampel alginat dikeluarkan dari tabung
teflon siap ditimbang.

7) Tahap pekerjaan a sampai f diulang. Sampel alginat yang telah setting dilepas dari
cetakan sampel kemudian ditimbang dan dicatat beratnya. Sampel alginat
dimasukkan ke dalam air selama 1 jam. Sampel alginat dikeluarkan dari dalam air
kemudian ditimbang lagi dan dicatat beratnya (sifat imbibisi). Berat sampel alginat
awal dan setelah dimasukkan ke dalam air dihitung selisih beratnya.
8) Hasil kalkulasi yang didapat dibedakan antara sineresis dan imbibisi.

4. HASIL PRAKTIKUM

Tabel Hasil Pengukuran Berat Praktikum Sineresis dan Imbibisi


No Perlakuan Berat Awal Berat Akhir Selisih Berat Persentase
Cetakan Cetakan Cetakan Selisih Berat Cetakan
Alginat Alginat Alginat Alginat

1 Sineresis 10,14 gram 9,74 gram 0,4 gram 3,94%

2 Imbibisi 10,26 gram 10,47 gram 0.21 gram 2,04%

Pada praktikum kali dilakukan dua percobaan. Pada percobaan pertama, hasil cetakan alginat
yang telah mengalami setting diletakkan di udara terbuka selama 1 jam, sedangkan pada
percobaan kedua hasil cetakan alginat yang telah mengalami setting ditenggelamkan dalam air
selama 1 jam. Setelah diberi perlakuan berbeda, keduanya mengalami perubahan dimensi serta
berat. Pada percobaan pertama, berat alginat berkurang sebesar 0,4 gram dari 10,14 gram menjadi
9,74 gram. Pada percobaan kedua, berat alginat bertambah sebesar 0,21 gram dari 10,26 gram
menjadi 10,47 gram.

5. PEMBAHASAN

5.1 Alginat

Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang paling banyak digunakan. Bahan
cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi, nyaman pada pasien,
harga yang lebih ekonomis dan tidak membutuhkan banyak peralatan saat dilakukan
pencetakan (Anusavice, K. J., Shen, C., & Rawls, H. R. 2013). Komponen aktif utama
bahan cetak hidrokoloid irreversibel adalah alginat yang larut air, seperti natrium, kalium,
atau alginat trietanolamin. Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut akan
membentuk sol. Bubuk alginat yang diproduksi pabrik mengandung sejumlah komponen.
Komposisi alginat bervariasi tergantung pada produsen. (McCabe, J. F. & Walls, A.W.G.
2008).

Bahan cetak alginat juga memiliki kekurangan berupa perubahan dimensi. Perubahan
dimensi adalah berubahnya ukuran cetak alginat dari keadaan semula. Perubahan dimensi
bahan cetak alginat meliputi sineresis dan imbibisi. Cetakan alginat bisa mengalami
ekspansi atau mengembang apabila berkontak dengan air dalam waktu tertentu, hal ini
disebabkan oleh sifat cetakan alginat yang bersifat imbibisi atau menyerap air. Selain itu
alginat juga dapat mengalami sineresis atau pengerutan karena penguapan kandungan air
sehingga alginat tampak berkurang. Baik imbibisi dan sineresis dapat menyebabkan
distorsi model.

5.2 Komposisi dan Reaksi Setting Alginat (Gelation)


Garam kalium dan natrium dari asam alginat memiliki sifat yang membuatnya cocok
untuk digunakan sebagai senyawa material cetak di kedokteran gigi. Asam alginat yang
dibuat dari tanaman laut adalah kopolimer blok dengan berat molekul tinggi dari asam
anhydro-d-mannuronic dan asam anhydro-β-d-guluronic. Sifat material alginat sangat
tergantung pada derajat polimerisasi dan perbandingan blok guluronan dan mannuronan
dalam molekul polimer. Daerah mannuronan lebih fleksibel, sedangkan daerah guluronan
kurang fleksibel. Sifat yang membuat mereka cocok untuk senyawa bahan cetak gigi.
Asam alginat, yang dibuat dari tumbuhan laut, adalah kopolimer blok berbobot molekul
tinggi dari asam anhydro -d-mannuronic dan anhydro-β-d-guluronic asam, seperti yang
ditunjukkan di bagian atas rumus alginat di bawah ini. Sifat bahan baku alginat sangat
tergantung pada derajat polimerisasi dan rasio blok guluronan dan mannuronan dalam
molekul polimer. Daerah mannuronan terbentang dan datar, sedangkan daerah guluronan
kurang memberikan kelenturan. Selain itu, sebagian besar blok guluronan berikatan
dengan Ca2+. Oleh karena itu alginat yang kaya akan guluronan membentuk gel yang
kuat dan rapuh, sedangkan yang kaya akan mannuronan membentuk gel yang lebih lemah
dan fleksibel. (Sakaguchi, R. L. and Powers, J. M. 2012).
Selain kandungan kopolimer linear dari β-d-mannuronic acid dan α-L-guluronic acid,
kandungan lain yang dimiliki alginat dapat dilihat pada tabel dibawah

Tabel 5.1 Komposisi Bubuk Alginat beserta fungsinya


Sumber: Sakaguchi and Powers [hal. 234]
Reaksi setting alginat digambarkan dengan reaksi antara alginat terlarut dengan
ion-ion kalsium dari kalsium sulfat membentuk kalsium alginat tak terlarut. Proses
terbentuknya kalsium alginat sangat cepat sehingga untuk mendapatkan working time
yang cukup perlu ditambahkan retarder garam phosphate, misalnya trisodium phosphate,
ke dalam komposisi bubuk alginat. Pada prosesnya ion-ion kalsium ini akan bereaksi
secara khusus dengan ion-ion phosphate dalam larutan. Hal ini menunda reaksi ion
kalsium dengan sodium alginat terlarut sampai seluruh ion fosfat habis bereaksi
(Anusavice, K. J., Shen, C., & Rawls, H. R. 2013). Sodium alginate terlarut lalu bereaksi
dengan sisa ion kalsium dan terbentuklah endapan kalsium alginate. Kalsium alginate
selanjutnya membentuk serat-serat jaringan dengan air menempati ruang di sela-selanya.
Terakhir, terbentuklah gel (Powers, J.M. and Wataha, J.C. 2013).
5.3 Sineresis

Berdasarkan hasil praktikum, setelah dibiarkan pada udara terbuka selama 1 jam
dapat dilihat berat alginat mengalami penurunan dari 10,14 gram menjadi 9,74 gram
akibat hilangnya kandungan air dalam alginat karena terjadi sineresis. Sineresis adalah
ekspresi dari cairan yang bergerak ke atas permukaan struktur gel. (Anusavice, K. J.,
Shen, C., & Rawls, H. R. 2013). Air yang berada di antara rantai polisakarida terdesak
keluar dari antara rantai polisakarida akibat dari reaksi sisa setting alginat yang
membentuk crosslinking rantai polisakarida. Pada prosesnya, tampak droplet air di
permukaan material cetak. (McCabe, J. F. & Walls, A.W.G. 2008)Perubahan dimensi
bahan cetakan alginat yang melibatkan sineresis dan imbibisi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu proses desinfeksi, waktu, perubahan suhu.(Anusavice, K. J., Shen, C., &
Rawls, H. R. 2013) Sineresis menyebabkan hasil cetakan alginat menjadi tidak akurat
karena terjadi pengurangan berat.
5.4 Imbibisi
Imbibisi merupakan merupakan proses terjadinya swelling pada bahan cetak yang
disebabkan penyerapan air secara berlebihan melalui rantai polisakarida. Imbibisi
merupakan kebalikan dari sineresis dimana air di sekitar alginat diserap melalui rantai
polisakarida Kandungan kalsium alginat yang ada pada bahan cetak hydrocolloid
irreversible ini menyebabkan swelling apabila alginat berkontak dengan air terlalu lama
atau direndam di dalam air. Oleh karena itu, untuk menghindari imbibisi, konsentrasi
kalsium yang lebih tinggi dibutuhkan karena ion kalsium akan bereaksi dengan lebih
banyak alginat sehingga air dari luar tidak mudah larut karena alginat sudah bereaksi
dengan ion kalsium. (Anusavice, K. J., Shen, C., & Rawls, H. R. 2013. Hal. 174-175)
Selain itu, adanya tekanan osmotik antara gel dan air juga menjadi sebab dari
alginat berekspansi. Sehingga, perubahan dimensi pun akan terjadi dan massa alginat akan
bertambah. Proses desinfeksi, waktu, perubahan suhu, atau kesalahan-kesalahan lainnya
saat manipulasi bahan cetak juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan dimensi
tersebut. (McCabe, J. F. & Walls, A.W.G. 2008. Hal. 157) (Anusavice, K. J., Shen, C., &
Rawls, H. R. 2013. Hal. 174-175)

5. 6 Penyebab pengurangan dan pertambahan dimensi alginat


Pada percobaan pertama, material cetak alginat mengalami pengurangan dimensi
karena proses sineresis serta evaporasi. Air dalam alginat akan terdesak ke permukaan,
akibat perlakuan alginat yang dibiarkan di udara terbuka, air tersebut selanjutnya
mengalami evaporasi dan alginat pun berkurang secara dimensi dan beratnya.
Pada percobaan kedua, material cetak alginat mengalami pertambahan dimensi
karena proses imbibisi. Air memiliki daya kapilaritas sehingga Ia dapat naik dan
menempati ruang sempit diantara rantai polisakarida akibatnya terjadi pemisahan rantai
polisakarida dan swelling (pembengkakan) material cetak alginat. Berat dan dimensi dari
material cetak pun bertambah.(McCabe, J. F. & Walls, A.W.G. 2008)(Anusavice, K. J.,
Shen, C., & Rawls, H. R. 2013.)
6. KESIMPULAN

Pada material cetak alginat memiliki dua sifat diantaranya sineresis dan imbibisi.
pada percobaan ini mengalami penurunan atau shrinkage berat saat dibiarkan dalam
tempat terbuka dengan suhu kamar yang disebut sineresis.
7. DAFTAR PUSTAKA

McCabe, J. F. & Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. Victoria:
Blackwell Publishing Ltd.
Anusavice, K. J., Shen, C., & Rawls, H. R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials. 12th
ed. Missouri: Elsevier Saunders.
Sakaguchi, R. L. and Powers, J. M. 2012. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th Ed.
Philadelphia: Elsevier Mosby.
Powers, J.M. and Wataha, J.C. 2013. Dental Materials: Properties and Manipulation. 10th
ed. Missouri: Elsevier Mosby.
8. LAMPIRAN

(Phillips Science of Dental Material 12th Ed, hal. 152)


(Phillips Science of Dental Material 12th Ed, hal. 174)
(Applied Dental Materials. 9th ed., hal 157)
(Craig's Restorative Dental Materials 13th edition, hal. 231)
(Craig's Restorative Dental Materials 13th edition, hal. 233)
(Craig's Restorative Dental Materials 13th edition, hal. 234)
(Phillips Science of Dental Material 12th Ed, hal. 172)
(Dental Materials: Properties and Manipulation. 10th ed, hal.85)

Anda mungkin juga menyukai