Anda di halaman 1dari 15

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting time Bahan Cetak Alginat Berdasarkan Variasi Suhu


Air

Kelompok : C-2

Tanggal Praktikum : 21 Februari 2019

Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg.,M.Kes

Penyusun :

No Nama NIM

1. Richard Kevin Santoso 021811133120

2. Manuel Raynaldi Sihombing 021811133121

3. Marselina Sesaria Pratiknjo 021811133122

4. Rafdan Affan Ahmada 021811133123

5. Melani Erty Barung 021811133124


DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1. TUJUAN

Mahasiswa mampu memanipulasi dengan tepat material cetak alginat serta


membedakan pengaruh suhu air terhadap setting time.

2. BAHAN DAN ALAT

2.1 Bahan yang digunakan:

1. Bubuk alginat merek Aroma Fine Plus Normal Set


2. Air dengan suhu 18℃, 23℃, dan 29,3℃

2.2 Alat yang digunakan:

1. Mangkuk karet
2. Spatula
3. Gelas ukur
4. Gelas ukur Heraeus
5. Gelas plastik kecil
6. Stopwatch
7. Timbangan analitik/digital
8. Cetakan bentuk cincin dari paralon diameter dalam 3 cm, tinggi 16 mm
9. Alat uji setting time berupa batang akrilik diameter 6 mm, panjang 10
cm
10. Lempeng kaca
11. Termometer digital
12. Sendok takar Heraeus
13. Sendok plastik bebek
14. Sendok plastik kecil
15. Kertas tissue
16. Gelas ukur besar

1
Gambar 1.1 Bubuk Alginat dengan merk Aroma Fine Plus Normal Set

Gambar 1.3 Alat yang digunakan pada saat praktikum:(1)Timbangan


analitik/digital, (2) Stopwatch, (3) Spatula, (4) Mangkuk karet, (5) Gelas ukur
Heraeus, (6) Gelas ukur, (7) Sendok plastik kecil, (8) Sendok takar Heraeus,
(9) Sendok plastic bebek, (10) Cetakan bentuk cincin dari paralon & lempeng

2
kaca, (11) Batang akrilik, (12) Gelas plastic kecil, (13) Termometer digital,
(14) Kain putih

3. CARA KERJA
1. Bahan dan alat yang dibutuhkan disiapkan terlebih dahulu.
2. Cetakan bentuk cincin diletakkan di atas lempeng kaca.
3. Bubuk alginat ditimbang sebanyak 8,4 gram (satu sendok takar sesuai
petunjuk pabrik).
4. Air diukur sebanyak 20 ml dengan masing-masing variasi suhu. Air
suhu standar pada 23℃, air suhu dingin pada 18℃, dan air suhu panas
pada 29,3℃.
5. Air dengan suhu standar yang telah diukur, dituang ke dalam mangkuk
karet terlebih dahulu, selanjutnya ditambahkan bubuk alginat yang telah
ditimbang sebelumnya.
6. Campuran air dan bubuk alginat diaduk di dalam mangkuk karet.
Stopwatch dinyalakan secara bersamaan ketika bubuk mulai
dicampurkan dengan air.
7. Alginat dan air diaduk menggunakan spatula dengan gerakan angka 8,
membentuk putaran 180 ° intermitten. Pengadukan dilakukan
menggunakan spatula sambil menekan adonan alginat pada dinding
mangkuk karet sampai halus dan homogen selama 30 detik.
8. Setelah 30 detik, alginat yang sudah berbentuk cream dan homogen
dimasukkan ke dalam cetakan bentuk cincin hingga berlebih. Adonan
diratakan dengan menggunakan spatula.
9. Adonan alginat sisa pada mangkuk karet dikumpulkan. Alat uji setting
time disentuhkan pada adonan alginat sisa hingga bekasnya hampir
hilang.
10. Ujung alat uji setting time disentuhkan pada permukaan adonan alginat
pada cetakan cincin kemudian ditarik dengan cepat. Ujung alat uji
tersebut dikeringkan dengan kertas tissue. Tahap tersebut diulang
dengan interval 5 detik, hingga tidak ada bekas adonan yang menempel
pada batang akrilik (initial setting) dan dilanjutkan hingga tidak ada
bekas tekanan dari ujung alat uji (final setting).

3
11. Setting time diukur dari awal pencampuran bubuk alginat dengan air,
hingga adonan alginat tidak ada bekas tekanan dari ujung alat uji setting
time menggunakan stopwatch dalam satuan detik.
12. Tahap pekerjaan diulang dengan menggunakan air suhu lebih dingin,
yaitu 18℃.
13. Tahap pekerjaan diulang dengan menggunakan air suhu lebih panas,
yaitu 29,3℃.
4. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 1.1 Setting time material cetak alginat yang dimanipulasi dengan suhu
dingin (18℃).

No. Massa Bubuk Volume Suhu Waktu Setting time


Alginat Air Air Pengadukan

1. 8,4 gram 20 ml 18℃ 30 detik 3 menit 20 detik

2. 8,4 gram 20 ml 18℃ 30 detik 3 menit 30 detik

Rata-rata 3 menit 25 detik

Tabel 1.2 Setting time material cetak alginat yang dimanipulasi dengan suhu
sesuai standar pabrik (23℃).

No. Massa Bubuk Volume Suhu Waktu Setting time


Alginat Air Air Pengadukan

1. 8,4 gram 20 ml 23℃ 30 detik 3 menit 5 detik

2. 8,4 gram 20 ml 23℃ 30 detik 3 menit 5 detik

Rata-rata 3 menit 5 detik

Tabel 1.3 Setting time material cetak alginat yang dimanipulasi dengan suhu
panas (29,3℃)

4
No. Massa Bubuk Volume Suhu Waktu Setting time
Alginat Air Air Pengadukan

1. 8,4 gram 20 ml 29,3℃ 30 detik 2 menit 5 detik

2. 8,4 gram 20 ml 29,3℃ 30 detik 2 menit 0 detik

Rata-rata 2 menit 2,5 detik

Pada Tabel 1.1 menunjukan setting time material cetak alginat


dengan suhu dingin. Suhu air yang digunakan sebesar 18℃. Percobaan ini
dilakukan sebanyak 2 kali. Berdasarkan hasil kedua percobaan tersebut
didapatkan rata rata waktu setting material cetak alginat sebesar 3 menit 25
detik.

Pada Tabel 3.2 menunjukan setting time material cetak alginat


dengan suhu standar pabrik. Suhu air yang digunakan sebesar 23 ℃ .
Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali. Berdasarkan hasil kedua
percobaan tersebut didapatkan rata rata waktu setting material cetak alginat
sebesar 3 menit 5 detik.

Pada Tabel 3.3 menunjukan setting time material cetak alginat


dengan suhu panas. Suhu air yang digunakan sebesar 29,3℃. Percobaan ini
dilakukan sebanyak 2 kali. Berdasarkan hasil kedua percobaan tersebut
didapatkan rata rata waktu setting material cetak alginat sebesar 2 menit 2,5
detik.

5. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Material Cetak

5
Gambar 5.1. Pembagian material cetak menurut sifat elastis dan jenis
kimia

Material cetak dibagi menjadi 2 bagian sesuai dengan sifat elastis


dan jenis kimia, yaitu elastis dan non-elastis. Material elastis dibagi
menjadi elastomer dan hidrokoloid. Material non-elastis dibagi menjadi
Impresion plaster, Impresion Compound, Zink/oxide-eugenol, dan
Impresion waxes. Elastomer dibagi menjadi Polysulphides, Silicon, dan
polyether. Hidrokoloid dibagi menjadi reversible (Agar) dan irreversibel
(Alginat) (McCabe & Walls, 2008, hal : 137).

5.2 Alginat

5.2.1 Komposisi :

Tabel 5.2.1. Komposisi Alginat (Manappallil, 2010, hal : 183)

Ingredients % wt. Function

1. Sodium or potassium or 15% Dissolves in


triethanolamine alginate water and reacts
with calcium
ions

2. Calcium sulphate (reactor) 16% Reacts with


potassium
alginate and
forms

6
insolulable
calcium alginate

3. Zinc oxide 4% Acts as a filler

4. Potassium titanium fluoride 3% Gypsum


hardener

5. Diatomaceous earth 60% Acts as a filler

6. Sodium phosphate (retarder 2% Reacts


preferentially
with calcium
sulphate

7. Coloring and flavoring agent Traces e.g.,wintergreen,


peppermint,
anice,
orange,etc.

5.2.2 Reaksi Kimia :

Bahan cetak alginat adalah garam dari asam alginat yang dapat
larut seperti Na, K atau ammonium alginat. Bahan bahan tersebut dapat
dijumpai pada lumut laut atau alga laut. Garam alginat bereaksi dengan
ion Ca dari CaSO4 sehingga terbentuk Ca alginat yang tidak larut.
Sebagai bahan penghambat reaksi digunakan garam biasa ( Na3PO4 ).

Pada pencampuran bubuk dan air terbentuklah sol dan alginat,


garam kalsium serta fosfat mulai larut. Hal tersebut sebenarnya tidak
dikehendaki karena bahan seharusnya berubah menjadi plastis dan
bukan elastis sewaktu dimasukkan ke dalam mulut.

7
Pembentukan gel dihalangi oleh trisodium fosfat yang bereaksi
dengan kalsium sulfat menghasilkan endapan kalsium fosfat sebagai
berikut

2Na3PO4 + 3CaSO4 > Ca3(PO4) + 3Na2SO4

Setelah semua trisodium sulfat habis, maka ion kalsium akan


bereaksi dengan potassium alginat menghasilkan potassium sulfat dan
kalsium alginat yang bersifat elastis.

KnAlg +½CaSO4 > ½K2SO4 + Ca½Algn

Pembentukan gel pada bahan cetak alginat sangat berhubungan


dengan proporsi rantai C - Guluronat. Reaksi kimia yang terjadi pada
saat pembentukan garam natrium sama dengan reaksi pembentukan
garam potassium. Dalam bahan cetak alginat, kalsium sulfur dihidrat
soluble alginat dan sodium fosfat terdapat dalam bubuk alginat. Saat air
ditambahkan pada bubuk alginat, ion kalsium dari kalsium sulfat
bereaksi dengan ion fosfat dari sodium fosfat dan pirofosfat dari
kalsium fosfat yang tidak larut.

Selanjurnya kalsium fosfat akan terbentuk lebih dahulu


dibandingkan kalsium alginat, hal ini disebabkan tingkat kelarutan
kalsium fosfat yang lebih rendah dibandingkan kalsium alginat. Sodium
foafat yang ada pada bahan cetak alginat disebut sebagai retarder dan
akan mempengaruhi proses working time saat pencampuran air dengan
bahan alginat.

Setelah ion fosfat habis, ion kalsium akan bereaksi dengan soluble
alginat untuk membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang
selanjutnya akan bersama-sama dengan air pembentuk kalsium alginat
gel yang irreversible, dan kalsium alginat tidak dapat berubah menjadi
bentuk sol setelag terjadi pembentukan gel.

5.2.3 Manipulasi :

8
Jumlah air yang disarankan, untuk kesan khusus, harus diukur ke
dalam mangkuk karet menggunakan botol pengeluaran cairan pabrikan.
Suhu air haruslah suhu standar (22° hingga 23 °C). Serbuk alginat yang
disediakan dalam jumlah besar harus diangin-anginkan (digembungkan)
dengan menjatuhkan wadah beberapa kali sebelum dibuka. Sendok
takar pabrikan harus dimasukkan dengan ringan ke dalam bubuk dan
kemudian diketuk ringan dengan spatula untuk memastikan ukuran
penuh bebas dari rongga besar. Bubuk yang berlebih dihilangkan
dengan spatula. Serbuk dimasukkan ke dalam mangkuk karet yang
berisi air. Dengan spatula, berbilah lebar, bubuk alginat diaduk dengan
air. Campuran ini ditekan dengan kuat pada sisi mangkuk karet sampai
campuran lembut dan kental yang bebas dari rongga (Powers, J.M. &
John C. Wataha, 2013, hal : 98-99).

5.2.4 Sifat :
Alginat adalah bahan viskoelastik, alginat tidak menunjukkan
deformasi permanen ketika dimuat dengan cepat tetapi menunjukkan
banyak deformasi permanen ketika dimuat dengan lambat(Mahalaxmi,
S., 2013, hal : 25).
“Meskipun tidak disarankan untuk mengubah rasio air / bubuk (W
/ P) karena dapat mempengaruhi sifat-sifat gel seperti elastisitas dan
kekuatan sobek, suhu air dapat diubah untuk memperlambat reaksi .”
(Mahalaxmi, S., 2013, hal : 436)

5.2.5 Gerak Brown

Jika dispersi koloid diamati di bawah mikroskop dengan


pembesaran yang tinggi, akan tampak adanya partikel yang bergerak
dengan arah acak (tak beraturan). Gerakan tersebut ada yang
mempunyai lintasan lurus dan ada yang mempunyai lintasan acak yang
disebut dengan Gerak Brown. Terjadinya gerakan Brown terjadi karena
adanya tumbukan antar partikel terdispersi sehingga partikel terdispersi
akan terlontar. Kejadian tersebut akan terus berulang ulang secara terus
menerus. Hal ini terjadi karena partikel terdispersi yang cukup besar

9
dibandingkan dengan medium terdispersinya. Gerak Brown
mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun
ukurannya relatif besar, karena dengan adanya partikel yang bergerak
secara terus-menerus, pengaruh gaya gravitasi menjadi kurang berarti
(Sudarmo, 2017, hal : 321-322).

5.2.6 Teori Tumbukan dan Suhu

Pada suhu Tinggi, partikel-partikel yang terdapat dalam suatu zat


akan bergerak (bergetar) lebih cepat daripada suhu rendah. Oleh karena
itu, apabila terjadi kenaikan suhu, partikel-partikel akan bergerak lebih
cepat, sehingga energi kinetik partikel meningkat. Semakin tinggi
energi kinetik partikel yang bergerak jika saling bertabrakan akan
menghasilkan energi yang tinggi pula, sehingga semakin ebsar peluang
terjadinya tumbukan yang dapat menghasilkan reaksi atau tumbukan
efektif (Sudarmo, 2017, hal : 116).

6. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap setting time material
cetak alginat maka dilakukan 6 kali percobaan manipulasi. Percobaan tersebut
terdiri dari 2 kali percobaan menggunakan air dingin dengan suhu 18°C, 2
kali percobaan dengan menggunakan air suhu normal 23°C, dan 2 kali
percobaan menggunakan air panas dengan suhu 29,3°C.
Percobaan-percobaan yang telah dilakukan menghasilkan perbedaan
setting time material cetak alginat. Pada percobaan dengan menggunakan air
dingin dengan suhu 18°C didapatkan hasil percobaan pertama yang memiliki
setting time 3 menit 20 detik dan 3 menit 30 detik, sehingga akan didapatkan
rata-rata setting time 3 menit 25 detik.
Pada percobaan yang menggunakan air pada suhu normal 23°C memiliki
setting time 3 menit 5 detik dan 3 menit 5 detik. Rata-rata setting time yang
didapatkan dengan menggunakan air suhu normal adalah 3 menit 5 detik.
Pada percobaan dengan menggunakan air panas bersuhu 29,3°C
didapatkan setting time sebesar 2 menit 5 detik dan 2 menit 5 detik.

10
Berdasarkan kedua percobaan tersebut akan didapatkan rata-rata waktu
setting sebesar 2 menit 2,5 detik.
Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa perbedaan suhu air yang
digunakan akan berpengaruh terhadap setting time material cetak alginat.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
setting time dengan menggunakan air panas memerlukan waktu lebih sedikit
atau dengan kata lain memiliki kemampuan untuk lebih cepat setting
dibandingkan dengan percobaan menggunakan air bersuhu normal 23°C. Hal
ini disebabkan karena peningkatan suhu akan meningkatkan reaksi kimia
sehingga akan mengalami peningkatan laju reaksi. Reaksi kimia jika diberi air
bersuhu panas 29,3°C menyebabkan molekul-molekul pada komposisi
alginat, seperti trinatrium fosfat sebagai retarder membesar lebih cepat dan
akan bertumbukan secara cepat dengan molekul lainnya. Kalsium sulfat
dihidrat sebagai reaktor juga akan bereaksi lebih cepat dengan natrium atau
kalium alginat. Oleh sebab itu, setting time material cetak alginat bersuhu
panas 29,3°C akan lebih cepat jika dibandingkan dengan setting time pada
material cetak dengan suhu normal (Petrucci & Summinar 2005, hal : 626)
Hasil percobaan ini juga menunjukkan bahwa setting time material cetak
alginat dengan menggunakan air yang bersuhu dingin lebih lama
dibandingkan setting time material cetak alginat yang menggunakan air pada
suhu normal 23°C.
Pada percobaan menggunakan air dengan suhu dingin 18°C, di dapatkan
hasil bahwa waktu setting time yang terjadi berbeda dengan waktu setting
time yaitu 3 menit 20 detik dan 3 menit 30 detik. Hal tersebut terjadi karena
adanya kesalahan yaitu human eror. Human eror yang terjadi pada praktikum
ini disebabkan karena penilaian secara subjektif seorang pengamat ketika
mengamati bekas batang akrilik pada permukaan alginat yang telah dicetak di
cetakan ring. Antar pengamat satu dengan pengamat lainnya dapat memiliki
persepsi yang berbeda mengenai bekas batang akrilik yang ada pada
permukan alginat yang telah di cetak, sehingga hal tersebut mempengaruhi
pencatatan waktu setting time alginat yang diamati. Berdasarkan teori laju
reaksi pada air bersuhu panas 29,3°C yang telah dijelaskan sebelumnya, laju

11
reaksi pada air yang bersuhu dingin berlaku sebaliknya, reaksi yang terjadi
akan menurun sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mereaksikan semua molekul pada material cetak alginat bersuhu dingin 18°C.
Reaksi kimia ketika diberi air bersuhu dingin 18°C menyebabkan molekul-
molekul pada komposisi alginat, seperti trinatrium fosfat sebagai retarder
membsar dengan lambat dan menyebabkan tumbukan terjadi dengan lambat
pula. Kalsium sulfat dihidrat sebagai reaktor juga akan bereaksi lebih lambat
dengan natrium atau kalium alginat bila terkena air besuhu dingin 18°C. Hal
ini menyebabkan setting time yang diperlukan oleh material cetak alginat
yang dimanipulasi dengan air bersuhu dingin akan lebih lama dibandingkan
dengan setting time material cetak alginat pada suhu normal. (Anusavice
2013, hal : 173).
7. KESIMPULAN

Material cetak alginat yang dimanipulasikan dengan air bersuhu hangat


(29,3℃) lebih cepat setting timenya dibandingkan dengan air bersuhu standar
pabrik (23℃).

Material cetak alginat yang dimanipulasikan dengan air bersuhu dingin


(23℃) lebih lama setting timenya dibandingkan dengan air bersuhu standar
pabrik (23℃).

8. DAFTAR PUSTAKA

12
Manappallil, J. J., 2010. Basic Dental Material. 3 ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

Powers, J.M. & John C. Wataha, 2013. DENTAL MATERIALS:


PROPERTIES AND MANIPULATION. 10th ed. St. Louis, Missouri:
Elsevier.

Sudarmo, U., 2017. KIMIA 2 : UNTUK SMA/MA KELAS XI. Revisi 2016 ed.
Jakarta: ERLANGGA.

McCabe, J.F. & Angus W.G., 2008. Applied Dental Materials. 9th ed.
Cxford: Blackwell.

13

Anda mungkin juga menyukai