Penyusun :
1. Elvina Hasna Widjayanti 021611133127
2. Muhammad Aulia 021611133128
3. Indira Rezka Nur A 021611133129
4. Rafi Ardhito 021611133130
5. T.G. Emir Amannulloh 021611133131
Bahan :
Alat :
(1) (2)
(8) (9)
(10) (11)
(12) (13)
(14) (15)
(16) (17)
(18)
Cara Kerja :
2.Manipulasi
2. Mengaduk material cetak alginat yang telah dituangkan kedalam bowl yang
telah terisi air bersamaan dengan stopwatch dinyalakan, lalu ratakan searah
terlebih dahulu dengan cepat lalu aduk dengan pola 8 motion sembari
menekankan spatula ke dinding bowl, atau dengan menekan spatula ke
dinding bowl dengan cepat dan memutar perlahan perlahan mangkuk karet
dengan arah berlawanan. Cara tersebut dilakukan hingga adonan menjadi
homogen yaitu selama 30 detik.
3. Adonan alginate yang telah homogeny dimasukkan kedalam ring yang
terletak di atas kaca sebanyak ¾ bagian lalu ratakan dan dipadatkan
menggunakan spatula dengan posisi sedikit dimiringkan.
3.Mengukur Setting Time Material Cetak Alginat dengan variasi suhu air
Rata-rata waktu setting = 130 detik + 145 detik = 137.5 detik (02:18)
2
b) Material cetak alginate dimanipulasi dengan air bersuhu standar
pabrik 20̊ C
Percobaan ke- W:P Setting Time
Rata-rata waktu setting = 210 detik + 175 detik = 192.5 detik (03:13)
2
Rata-rata waktu setting = 170 detik + 235 detik = 202.5 detik (03:23)
2
1. Material Cetak
Material cetak digunakan untuk mencetak bagian-bagian yang berbeda
pada rongga mulut. Semua material cetak haruslah bersifat plastis saat
dicetakkan untuk dijadikan replika, material cetak mengalami setting secara
fisika maupun kimia. (Muzaffar, D., et al. 2015. Hlm 515)
Elastis Non-Elastis
Elastomer
Impression plaster
Hidrokoloid
Impression waxes
Irreversible Reversible
Alginat Agar
Bubuk alginat dicampur dengan air untuk mendapatkan konsistensi pasta. Dua
reaksi utama terjadi saat bubuk alginat bereaksi dengan air. Pertama, sodium fosfat
bereaksi dengan kalsium fosfat untuk mencukupi waktu kerja karena pada reaksi
pertama, trisodium fosfat berperan sebagai penghambat atau retarder terhadap
reaksi kedua. Trisodium fofat yang bereaksi lama kelamaan akan habis bereaksi,
sedangkan kalsium sulfat masih tersisa.
Lalu, setelah sodium fosfat telah selesai bereaksi, sisa sisa dari kalsium fosfat
bereaksi dengan natrium alginat untuk membentuk suatu zat yang tidak larut dalam
air (insoluble) kalsium alginat, yang berwujud gel. Terjadi perubahan konsistensi
dari wujud sol ke gel.
Setting time material cetak alginat bervariasi, mulai dari satu sampai lima menit.
Waktu setting material cetak alginat dapat menjadi dua kali lipat lamanya saat
menurunkan suhu air sebesar 10 derajat celcius (10ºC), penggunaan air lebih dingin
dari suhu 18 derajat celcius atau lebih panas dari 24 derajat celcius tidak dianjurkan,
karena pada batas suhu ini dapat terjadi kehilangan sifat kerekatan antar molekul
pada bubuk alginat. (Sakaguci, RL & Powers, JM. 2012.)
Diperlukan pengadukan yang cepat untuk mendapatkan campuran alginat yang
rata dan tekstur yang creamy. (Mc Cabe2009, 158-159). Pengadukan dapat
dilakukan dengan cara memutar bowl dengan salah satu tangan, dan tangan yang
lain mengaduk. Terkadang pengadukan dilakukan dengan menggunakan mesin
untuk proses pencampuran yang lebih cepat. Campuran air dan bubuk alginat harus
ditekan kedinding bowl. Selain cara tersebut, alginat juga biasa diaduk dengan cara
Figure-8 motion, yang membuat adonan tertekan oleh spatula pada dinding bowl
dengan putaran seluas 180 derajat. Kedua cara ini sangat tepat
untuk menggabungkan bubuk dengan air serta mengeluarkan udara yang terjebak
didalam adonan. (Hatrick 2011, 181)(Anusavice 2003, 243)
Partikel dalam suatu reaksi hanya dapat bereaksi ketika mereka bertumbukan.
Jika material alginat dipanaskan, maka partikel-partikelnya akan bergerak lebih
cepat sehingga frekuensi tumbukan akan semakin besar. Hal ini mempercepat laju
dari reaksi sebab frekuensi dari tumbukan dua partikel gas berbanding lurus
dengan akar dari temperatur kelvin. Jika kita meningkatkan suhu dari 293ºK ke
303ºK atau dari 20 derajat celcius ke 30 derajat celcius.
Laju reaksi akan memperoleh 1.7 % peningkatan dari tiap kenaikan 10ºC. Hal
ini berarti laju reaksi akan meningkat kurang lebih dua kali pada tiap kenaikan suhu
dengan kata lain peningkatan sekitar 100%. Efek dari peningkatan frekuensi
tumbukan pada laju reaksi sangatlah kecil. Namun efek yang dihasilkannya sangat
berbeda.
Pada diagram berikut, dapat diketahui pengaruh peningkatan suhu pada laju reaksi. Grafik
yang berlabel T merupakan suhu awal. Grafik yang berlabelkan T+t adalah suhu yang lebih
tinggi
Posisi dari aktivasi energi, terlihat walaupun kurva tidak bergeser terlalu banyak,
ada peningkatan yang cukup berarti pada pertikel-partikel energik untuk
bertumbukkan dengan energi yang cukup untuk bereaksi.
Pada area luas dibawah kurva merupakan jumlah dari partikel-partikel. Diagram
diatas menggambarkan luas dibawah kurva pada sebelah kanan energi aktivasi
menjadi kurang lebih dua kali lipat lebih luas, oleh karena itu laju reaksi pun
berlipat ganda. Oleh karena itu, peningkatan suhu meningkatkan laju reaksi karena
bertambahnya jumlah energi tumbukan aktif.
Karena prose setting terjadi karena reaksi kimia, maka peningkatan temperatur
dapat mempercepat reaksi yang berakibat pula pada pemendekan setting time
(Powers 2009, 176). Air yang dingin dapat memperlambat setting time. Sedangkan
air yang lebih hangat dapat memperlambatnya. (Hatrick 2011,181) Sehingga setting
time dapat diatur dengan mengubah temperatur air.Semakin tinggi temperatur,
setting time menjadi lebih pendek, yaitu setiap kenaikan suhu 10 derajat celcius,
setting time akan berkurang 1 menit. (Anusavice 2003,242)
V. PEMBAHASAN
Analisis Hasil Praktikum Material Cetak Alginat
A. Manipulasi Material Cetak Alginat dengan Air Bersuhu Hangat (26ºC)
Pada percobaan pertama, manipulasi material cetak alginat dengan suhu
hangat 26ºC, didapatkan setting time dari alginat selama dua menit sepuluh
detik (02:10 atau 130 detik). Pada percobaan kedua, didapatkan setting time
alginat selama dua menit dua puluh lima detik ( 02:25 atau 145 detik).
Didapatkan rata rata dari final setting time dengan air bersuhu normal
sebesar dua menit delapan belas detik (138 detik). Hal ini sesuai dengan tipe
alginat reguler setting time yang memiliki setting time antara 2-4,5 menit.
B. Manipulasi Material Cetak Alginat dengan Air Bersuhu Standar Pabrik
(20ºC)
Pada percobaan pertama manipulasi material cetak alginat dengan suhu
standar pabrik, didapatkan setting time selama tiga menit tiga puluh detik
(03:30 atau 210 detik) dan pada percobaan kedua didapatkan setting time
selama dua menit lima puluh lima detik (02:55 atau 175 detik). Didapatkan
rata rata sebesar tiga menit tiga belas detik (03:13 atau 193 detik). Setting
time pada percobaan dengan suhu standar pabrik yang lebih dingin dari
percobaan pertama membuktikan bahwa penurunan suhu dapat
memperlambat laju reaksi, sesuai dengan teori tumbukan partikel Maxwell-
Boltzman, saat suhu dinaikan sebesar 10 derajat celcius akan terjadi
peningkatan laju reaksi sebesar 1,7 persen, begitu juga sebaliknya saat suhu
diturunkan maka laju reaksi akan berjalan lebih lambat. Hal ini dapat terjadi
karena saat suhu diturunkan maka energi aktivasi menjadi lebih sulit untuk
turun karena tumbukan partikel yang tidak lebih besar daripada suhu yang
lebih hangat.
Jika dilihat dari rata rata masing-masing percobaan manipulasi material cetak
alginat, alginat dengan rata-rata setting time paling lambat adalah material cetak
alginat yang dimanipulasi dengan air dingin (203 detik), kemudian setting time
yang paling cepat adalah alginat yang dimanipulasi dengan air hangat (138 detik)
Hal ini sesuai dengan teori Maxwell-Boltzman, dimana saat suatu reaksi kimia
terjadi dengan suhu yang lebih tinggi maka akan terjadi penurunan energi aktivasi
yang akan mempercepat reaksi tersebut berlangsung atau dengan kata lain
mempercepat laju reaksi, atau dalam material cetak alginat berarti kenaikan suhu
air akan memperpendek setting time. Karena peningkatan suhu akan menyebabkan
terjadinya peningkatan pada laju reaksi.(Cairns 2004, 202)
VI. KESIMPULAN
Material cetak alginat yang dimanipulasi dengan suhu hangat yaitu 26̊ C
memiliki setting time yang lebih cepat dibandingkan dengan material cetak alginat
yang dimanipulasi dengan suhu standar pabrik yang tertera pada kemasan material
cetak alginat bermerk Tulip yaitu 20̊ C. Sedangkan, material cetak alginat yang
dimanipulasi dengan suhu dingin yaitu 15̊ C memiliki setting time yang lebih
lambat dibandingkan dengan material cetak alginat yang dimanipulasi dengan suhu
standar pabrik yang tertera pada kemasan material cetak alginat bermerk Tulip yaitu
20̊ C.
Dapat ditarik kesimpulan, bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan pada
manipulasi material cetak alginate semakin cepat pula setting time dari material
cetak alginat tersebut, sebaliknya, semakin rendah suhu yang digunakan dalam
memanipulasi material cetak alginat, semakin lambat pula setting time dari material
cetak alginat.
.
DAFTAR PUSTAKA
Muzaffar, D., Choudhary, S., Jameel, R., Afaq, A., Tanwir, F., Hashmi, S. 2015.
A Practical Guide to Use and Methods of Disinfection of Alginate Impression
Materials. Canada : Faculty of Dentistry, University of Toronto. EC Dental
Science : halaman 515-526.
Nallamuthu, N., Braden, M. and Patel, M. 2012. Some aspects of the formulation of
alginate dental impression materials—Setting characteristics and mechanical
properties. Dental Materials, 28(7), pp.756-762.
O’Brien, WJ. 2002. Dental Materials and Their Selection – 3rd edition. Chicago:
Quintessence Publishing Co, Inc. p.174
Sakaguci, RL & Powers, JM. 2012. Craig’s Restorative Dental Materials. Thirteen
Edition. Philadelphia : Mosby Elsevier. p.284