Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SKILL LAB BIOMATERIAL I UJI

SINERESIS DAN IMBIBISI MATERIAL CETAK


HIDROKOLOID

Disusun Oleh :

FELIEX FINKEL EFFENA HARYAJI

10622022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KOTA KEDIRI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama
beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,
nyaman pada pasien, harga yang lebih ekonomis dan tidak membutuhkan banyak peralatan saat
dilakukan pencetakan (Anusavice, 2004).
Bahan cetak alginat juga memiliki kekurangan berupa perubahan dimensi. Perubahan
dimensi adalah berubahnya ukuran cetak alginat dari keadaan semula. Perubahan dimensi bahan
cetak alginat meliputi proses sineresis dan imbibisi. Cetakan alginat bisa mengalami ekspansi
atau mengembang apabila berkontak dengan air dalam waktu tertentu, hal ini disebabkan oleh
sifat cetakan alginat yang bersifat imbibisi atau menyerap air. Alginat juga dapat mengalami
sineresis yaitu pengerutan karena penguapan kandungan air sehingga alginat tampak menyusut.
Imbibisi dan sineresis tersebut bisa menyebabkan ketidakakuratan dimensi bahan cetak (Imbery
dkk., 2010).
Proses sineresis terjadi akibat dari tekanan yang terjadi terhadap air yang berada diantara
rantai polisakarida yang berakibat keluarnya tetes-tetes kecil air pada permukaan bahan cetak.
Imbibisi merupakan kebalikan dari sineresis dimana air disekitar alginat diserap melalui rantai
polisakarida (Mccabe, 2008). Perubahan dimensi bahan cetakan alginat yang melibatkan sineresis
dan imbibisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu proses desinfeksi, waktu, perubahan suhu
(Anusavice, 2004).
Cara pencegahan terjadinya sineresis ialah dengan melapisi cetakan menggunakan handuk
atau kapas basah. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penguapan butir-butir air ke permukaan
cetakan alginat. Lakukan pengisian segera dengan menggunakan gips stone, tidak boleh melebihi
waktu 15 menit. Bahan cetakan yang terpaksa disimpan dan tidak segera diisi dengan
menggunakan gips stone maka harus disimpan dalam wadah hampa udara dan bahan cetakan
diberi kapas basah, tapi penyimpanan tidak boleh melebihi waktu satu jam (Craig, 2006 ;
Annusavice, 2004).
Cara pencegahan terjadinya imbibisi ialah menghindarkan bahan cetakan alginat dari
lingkungan yang terdapat banyak air dan apabila dilakukan desinfeksi pada bahan cetakan maka
waktu desinfeksi tidak boleh melebihi 10 menit. Bahan cetakan juga harus segera diisi dengan
menggunakan gips stone (Mccabe, 2008 ; Anusavice, 2004).
B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui uji sineresis dan imbibisi material cetak hidrokoloid
2. Mahasiswa dapat memahami uji sineresis dan imbibisi material cetak hidrokoloid
C. Manfaat

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui uji sineresis dan imbibisi material cetak hidrokoloid
2. Agar mahasiswa dapat memahami uji sineresis dan imbibisi material cetak hidrokoloid
BAB II
HASIL PENGAMATAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat

a. Spatula dan bowl


b. sendok cetak sebagian
c. Model cast (model studi gigi)
d. Timbangan digital
e. Stopwatch
f. Gelas Ukur
g. Alas meja warna biru muda

2. Bahan
a. Alginat
b. Aquades

B. Tabel Hasil Pengamatan Berat Alginat saat Uji Sineresis dan Imbibisi Material
Cetak Hidrokoloid (mg)
Waktu Penimbangan Berat Alginat ( mg ) di Uji Sineresis Berat Alginat ( mg ) di Uji Imbibisi
( menit )
0 15.000 mg 26.000 mg

5 16.000 mg 27.000 mg

10 15.000 mg 28.000 mg

15 15.000 mg 27.000 mg
1. Uji Sineresis

 Menyiapkan alat dan bahan

• Merendam model cast yang mau dicetak selama 1 menit

• Mencampur air dan bubuk alginat sesuai petunjuk

• Melakukan pencetakan model cast dengan bahan cetak alginat


• Menimbang berat hasil cetakan sebagai berat awal (M0)

M0 ( 15.000 mg )

• Menimbang berat hasil cetakan alginat dengan timbangan digital setiap 5 menit, 10

menit, 15 menit

5 Menit ( 16.000 mg )

10 Menit ( 15.000 mg )

15 Menit ( 15.000 mg )
2. Uji Imbibisi

• Melakukan pencetakan model cast dengan bahan cetak alginat

• Cetakan alginat direndam di gelas ukur yang berisi aquades 200 ml sampai sendok cetak

terendam penuh

• Menimbang berat hasil cetakan sebagai berat awal (M0)

• Menimbang berat hasil cetakan alginat dengan timbangan digital setiap 5 menit, 10 menit,

15 menit

5 Menit ( 27.000 mg )
10 Menit ( 28.000 mg )

15 Menit ( 27.000 mg )

Keterangan :

Hasil awal merupakan satuan gram ( g ) dan data yang berada di tabel sudah di ubah ke

sautant miligram ( mg ) dengan cara dializan 1.000


BAB III
PEMBAHASAN

Dalam pemanipulasiannya bahan cetak alginat yang berupa bubuk dicampur

dengan air membentuk gel. Komponen yang reaktif dari bahan cetak alginat

adalah garam natrium atau kalium dari asam alginat dan kalsium sulfat yang

ketika dicampur dengan air membentuk sebuah sol. Kalsium mengganti

monovalen kation natrium dan kalium, memungkinkan rantai silang dari garam

alginat dan menghasilkan pembentukan gel. Seperti hidrokoloid lainnya, alginat

mengandung air sekitar 85 % dan rentan terhadap distorsi yang disebabkan oleh

pengembangan yang terkait dengan imbibisi (penyerapan air) atau pengkerutan

yang terkait dengan sineresis (penguapan air) (Imbery dkk., 2010).

Alginat bila dibiarkan di udara terbuka, air dalam alginat akan menguap

yang dikenal sebagai sineresis. Keadaan ini dapat menyebabkan hasil cetakan

mengkerut. Sebaliknya, untuk menghindari terjadinya pengkerutan, hasil cetakan

direndam dalam air, sehingga terjadi penyerapan air hal ini dikenal sebagai

peristiwa imbibisi (Powers and wataha, 2008).

Craig (2006) dalam bukunya mengatakan bahwa perubahan air pada

hidrokoloid dikaitkan dengan media penyimpanannya serta suatu proses yang

menyebabkan terbentuknya eksudat (cairan) pada permukaan gel alginat (Craig,

2006).

Menurut McCabe (2008), proses sineresis merupakan akibat dari tekanan

yang terjadi terhadap air yang berada diantara rantai polisakarida yang berakibat
keluarnya tetes-tetes kecil air pada permukaan bahan cetak. Air dapat keluar dari alginat

oleh karena penguapan (McCabe, 2008).

Menurut Phillips (2004), cairan yang muncul di permukaan gel selama dan

sesudah proses sineresis tidak murni air, tetapi kemungkinan alkali atau asam

tergantung pada komposisi gel (Phillips, 2004).

Pembentukan pengerutan (shrinkage), dimulai dengan terjadinya reaksi

kondensasi antara dua kelompok Ca-OH (reaksi kondensasi adalah reaksi

penggabungan antara dua senyawa yang memiliki gugus fungsi dengan menghasilkan

molekul yang lebih besar, dalam hal ini biasanya dibebaskan air. Molekul lebih besar

yang terbentuk dari hasil reaksi kondensasi adalah Ca-O-Ca. Selain itu hasil reaksi

kondensasi tersebut menyebabkan dibebaskannya H2O (air). Proses dikeluarkannya air

tersebut disebut sebagai sineresis, dan akibatnya gel mengkerut (Anusavice, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J.2003. Phillips’ Science of Dental Materials. Edisi 11,


Elsevier, St. Louis.
Anusavice KJ. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi philips. Edisi 10. Alih
bahasa:drg Johan Arif Budiman dan drg susi purwoko. Jakarta:EGC:
2004; Hal. 103-114.

Craig, R.G., Powers, J.M., dan Sakaguchi, R.L. 2006. Resin Compounds
Restorative Materials, in Craig’s Restorative Dental Material. Edisi
12. Mosby, St. Louis. h. 190-193.
Imbery TA, Nehring J, Janus C, Moon PC. Accuracy and dimensional
stability of extended-pour and conventional alginate impression
material. Journal of the American Dental Association. 2010.

McCabe JF. Walls A. Applied Dental Materials. 9th ed. Singapore:


Blackwell Publishing. 2008.

Powers, JM and Wataha, JC. 2008. Dental Material Properties And


Manipulation. 9th ed, Mosby. USA.

Anda mungkin juga menyukai