Jelaskan diagnosis kasus tersebut beserta alasannya (sesuai AAP 1999 dan AAP
2017)!
Jawaban:
Klasifikasi Periodontitis Menurut AAP 1999. Periodontitis kronis terjadi pada orang
dewasa, namun dapat juga terjadi pada anak-anak. Jumlah kerusakan tulang sebanding
dengan factor local. Berhubungan dengan beberapa pola mikroba biasanya ditemukan
kalkulus subgingiva. Proses perkembangan penyakit yang lambat-sedang dengan
kemungkinan adanya masa periode cepat dapat dimodifikasi atau berhubungan dengan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan HIV. Factor local yang mempengaruhi
terjadinya periodontitis termasuk Factor lingkungan seperti merokok dan stress emosional
dapat disubklasifikasikan menjadi:
Lokalisata: melibatkan 30% gigi yang terlibat.
Generalized: > 30% daerah yang terlibat
4. Jelaskan etiologi yang mungkin untuk masing-masing keluhan yang dirasakan pasien!
Jawaban:
Periodontitis kronis didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksius yang
menyebabkan inflamasi pada jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan yang
progresif dan kehilangan tulang. Merokok dibuktikan dapat meningkatkan keparahan
penyakit periodontal. Merokok meningkatkan prevalensi dan keparahan periodontitis,
meningkatkan kedalaman poket, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang.
Sebuah penelitian meta analisis dari enam penelitian yang melibatkan 2361 subyek
menujukkan bahwa perokok aktif memiliki resiko untuk menderita periodontitis
parah 3 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang bukan perokok. (Carranza et
al., 2002). Penelitian baru-baru ini, menduga bahwa nikotin dalam rokok merusak
sistem respon imun dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah di dalam jaringan sekitar gigi. Hal ini menyebabkan suatu penurunan
oksigen di dalam jaringan dan merusak sistem respon imun, dengan demikian
membentuk suatu lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri
penyebab penyakit periodontal (Kasim.,2001).
Etiologi utama penyakit periodontal adalah bakteri anaerob fakultatif gram negatif
yang terdapat di dalam lapisan biofilm subgingiva. Bakteri ini mempunyai
kemampuan untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan pejamu dalam memperbaiki
jaringan yang rusak pada waktu yang bersamaan, bakteri ini akan memproduksi
toksin yang akan menghancurkan epitel dan struktur periodontal. Bila organisme
terpapar dengan serangan bakteri, hal tersebut akan memicu respon imun antara
patogen bakteri dan pejamu. Bakteri tersebut akan menyebabkan pelepasan sitokin
seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor-αlpha (TNF-α), sehingga
meningkatkan jumlah produksi polimorfonuklear leukosit. Pasien dengan penyakit
periodontal mempunyai kadar PMN yang tinggi dan ROS yang berlebihan yang akan
menyebabkan destruksi jaringan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar
melalui berbagai cara termasuk merusak DNA dan merangsang pembentukan sitokin
proinflamasi. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa keterlibatan ROS yang berlebihan
berkaitan dengan kerusakan jaringan periodontal.
Sumber:
- http://repository.usu.ac.id/
- https://simdos.unud.ac.id/