Anda di halaman 1dari 4

PEMBAGIAN DAN FUNGSI MASING-MASING SISTEM SARAF

___________________________________________________________________________

Yulia Farah Nabila binti Yuliafarta

190600224

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

E-mail: yuliafarahnabilayuliafarta@gmail.com

___________________________________________________________________________

SS Simpatik

SistemSSsaraf
Parasimpatik
otonom
Divisi eferen SS Enterik
Sistem saraf
somatik
Otak dan medula Neuron motorik
spinalis
Rangsangan
sensorik
Divisi aferen
Ransangan viseral

Sistem saraf tersusun menjadi sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan
medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST) yang terdiri dari serabut-serabut saraf yang
membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). SST dibagi lagi menjadi
divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP, memberi tahu tentang
lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang sedang diatur oleh susunan saraf. Instruksi
dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor seperti otot atau kelenjar yang
melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang sesuai.

Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik, yang terdiri dari serabut-
serabut neuron motorik yang mempersarafi otot rangka; dan sistem saraf otonom, yang terdiri
dari serabut-serabut yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem yang
terakhir ini dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, keduanya
mempersarafi sebagian besar organ yang disarafi oleh sistem saraf otonom. Selain SSP dan
SST, sistem saraf enterik merupakan anyaman saraf luas di dinding saluran cerna. Aktivitas
digestif dikontrol oleh sistem saraf autonom, sistem saraf enterik, dan hormon. Sistem saraf
enterik dapat bekerja independen tanpa sistem saraf lainnya, tetapi juga dipengaruhi oleh
serabut otonom yang berakhir di neuron enterik. Sistem saraf enterik kadang-kadang
dianggap sebagai komponen ketiga sistem saraf otonom, sistem yang hanya mempersarafi
organ digestif.

Semua “sistem saraf” ini sebenarnya adalah subdivisi dari satu sistem saraf terpadu.
Subdivisi ini berdasarkan pada perbedaan dalam struktur, lokasi dan fungsi berbagai bagian
sistem saraf keseluruhan.

Divisi eferen sistem saraf tepi adalah jalur komunikasi yang digunakan oleh sistem
saraf pusat untuk mengontrol aktivitas otot dan kelenjar, yaitu organ-organ efektor yang
melaksanakan efek atau tindakan yang diinginkan. SSP mengatur efektor-efektor ini dengan
memicu potensial aksi di badan sel neuron eferen yang aksonnya berakhir di organ-organ
tersebut. Otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin, sebagian kelenjar
endokrin, dan jaringan adiposa (lemak) dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yaitu cabang
involunter divisi eferen perifer. Otot rangka dipersarafi oleh sistem saraf somatik, yaitu
cabang divisi eferen yang berada di bawah kontrol kesadaran. Banyak keluaran eferen
diarahkan untuk mempertahankan homeostasis. Keluaran eferen menuju otot rangka juga
diarahkan pada aktivitas-aktivitas non-homeostatik yang terkontrol secara volunter, seperti
mengendarai sepeda atau mengirim pesan.

Hampir semua respons organ efektor dikontrol oleh saraf diperantarai langsung oleh
satu dari dua neurotransmitter: asetilkolin atau norepinefrin. Kedua neurotransmitter ini,
dengan bekerja secara independen, menimbulkan efek yang beragam seperti sekresi liur,
kontraksi kandung kemih, dan gerakan motorik volunter. Efek-efek ini adalah contoh utama
bagaimana messsenger kimiawi yang sama dapat menyebabkan beragam respons di berbagai
organ, bergantung pada spesialisasi organ efektor yang bersangkutan.

Sistem saraf somatik mempunyai neuron motorik, yang akson-aksonnya membentuk


sistem saraf somatik, mempersarafi otot rangka dan menyebabkan terjadinya gerakan.
Hampir semua badan sel neuron motorik berada di dalam kornu ventral medula spinalis.
Satu-satunya pengecualian adalah bahwa badan sel neuron motorik yang mempersarafi otot
di kepala berada di batang otak. Tidak seperti rantai dua-neuron pada serat saraf otonom,
akson neuron motorik berlanjut dari asalnya di SSP hingga ujungnya di otot rangka. Ujung
akson neuron motorik melepaskan asetilkolin yang menimbulkan eksitasi dan kontraksi sel-
sel otot yang dipersarafinya. Neuron motorik hanya dapat merangsang otot rangka, berbeda
dengan serat otonom yang dapat merangsang atau menghambat organ efektor. Inhibisi
aktivitas otot rangka hanya dapat dicapai di dalam SSP melalui masukan sinaptik inhibitorik
ke dendrit dan badan sel neuron motorik yang mempersarafi otot yang bersangkutan.

Sistem saraf tepi tersusun atas serabut-serabut saraf yang membawa informasi antara
SSP dan bagian tubuh lain. Divisi aferen SST mengirim informasi mengenai lingkungan
eksternal dan internal ke SSP.

Stimulus adalah perubahan yang bisa terdeteksi oleh tubuh. Stimulus terdapat dalam
berbagai bentuk energi, atau modalitas, seperti panas, sinar, suara, tekanan, dan perubahan
kimiawi. Neuron-neuron aferen memiliki reseptor sensorik (disebut reseptor) di ujung perifer
yang merespons terhadap stimulus eksternal dan internal. Karena satu-satunya jalan bagi
neuron aferen untuk menyalurkan informasi tentang stimulus ke SSP adalah melalui
perambatan potensial aksi, reseptor harus mengubah bentuk-bentuk energi lain menjadi sinyal
listrik. Stimulus menyebabkan potensial berjenjang yang disebut potensial reseptor pada
reseptor. Proses perubahan energi stimulus menjadi potensial reseptor dikenal sebagai
transduksi sensorik. Potensial reseptor kemudian memicu potensial aksi pada serabut aferen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, L. 2018. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 9. Jakarta: EGC,
157-287.

Anda mungkin juga menyukai