Anda di halaman 1dari 18

OLEH: KELOMPOK

8
KETUA : YULIA FARAH NABILA (190600224)
SEKRETARIS : JAYNE MARY (190600058)

• NOFRY MASTA (190600051) • GILBERT FEDERIC (190600202)


• ALIFIA SRG (190600052) • ANISSAYOLANDHA (190600203)
• JESSICA JEMY (190600053) • JESSICA KARINA (190600204)
• MAUDINAAULIA (190600054) • DATIN ZAHIRAAULINA
• ADE SYIFA (190600055) (190600205)
• M. FITRA FAZAR (190600056) • SHAFIRA KHAIRUNNISA
• ADE KHAIRUNNISA (190600057) (190600206)
• ELVANDAWONGSO (190600059) • YOLANDAWULANDARI
• SAKINAH (190600060) (190600207)
• A RACHMA ZATA (190600208)
Nama Pemicu : Aku Terkena Sakit Jantung
Penyusun : drg. Sayuti Hasibuan, Sp. PM; Irma Ervina,
drg., Sp.Perio (K); Pocut Astari, drg., M. Biomed
Hari/Tanggal : Selasa/6 April 2021
Jam : 13.30 – 15.30 WIB

Seorang pasien laki-laki usia 45 tahun dirujuk oleh dokter spesialis penyakit jantung ke dokter gigi untuk
dilakukan pencabutan gigi geraham atas kanan yang berlubang. Dari anamnesis diperoleh bahwa gigi tersebut
pernah sakit tetapi saat ini tidak sakit lagi. Selain itu pasien juga mengatakan mulutnya agak terasa kering.
Pasien mengatakan bahwa apabila naik tangga terkadang mengalami sakit di dadanya, rasa sakit tersebut tidak
lama, hanya sekitar 1 menit dan hilang kalau dia istirahat. Dari rekam medik diperoleh bahwa pasien menderita
penyakit jantung koroner sudah lebih kurang 2 tahun. Riwayat obat-obatan pasien rutin mengonsumsi obat
antihipertensi (norvasc) dan antiagregasi (plavix) sampai saat ini dibawah pengawasan dokter spesialis jantung
tersebut. Pemeriksaan tekanan darah adalah 140/90 mmHg. Pemeriksaan ekstra oral tidak dijumpai kelainan.
Pemeriksaan intra oral terlihat gigi 17 karies profunda dengan pulpa terbuka. Mulut terlihat kering, saliva kental
dan pada pemeriksaan dengan cara menempelkan kaca mulut ke mukosa pipi kaca mulut terasa lengket ketika
ditarik. Terlihat pembesaran gingiva hampir seluruh gigi dengan konsistensi fibrous, dengan warna gingiva
pucat.
1. Jelaskan tentang penyakit sistemik pasien ditinjau dari
pengertian dan etiologi!

ETIOLOGI
Pengertian:
• Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada
pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di
ATEROSKLEROSIS
jantung
• PJK juga adalah penyakit dengan keadaan plak yang
menumpuk di dalam arteri koroner
• Terjadi karena kerusakan aliran darah menuju
miokardium (Lemone, Burke, & Bauldoff, 2015) TROMBOSIS

Sianturi ET, Kurniawaty E. Pengaruh Pektin terhadap Penurunan Risiko Penyakit


Jantung Koroner. Jurnal Majority. 2019 Mar 30;8(1):163-7.
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat seseorang beresiko
terkena penyakit sistemik yang diderita pasien?
FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO
TIDAK FAKTOR LAIN
TERKONTROL
TERKONTROL
• Dislipidemia • Usia • Stres
• Hiperglikemia • Jenis kelamin • Alkohol
• Diabetes mellitus • Riwayat penyakit • Diet dan nutrisi
• Hipertensi keluarga

• Obesitas • Suku/ras

• Merokok
• Kurangnya Aktifitas
fisik

Iskandar. Faktor Risiko Terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Action Journal, Volume 2, Nomor 1, Mei 2017: 33.
Kemenkes RI. Cardiovasular Diseases Guideline. 2009. p. 8–15.
3. Jelaskan manifestasi klinis penyakit sistemik pasien tersebut dan
pasien termasuk ke dalam manifestasi yang mana?

Asimtomatik (Silent Angina Pektoris Stabil


Myocardial Ischemia) (Stable Angina)

Angina Pektoris Tidak


Manifestasi Klinis Angina Pektoris Stabil (Unstable
Angina)

Variant Angina
Infark Miokard (Prinzmental’s
Angina)

Berdasarkan kasus, pasien termasuk ke manifestasi klinis angina pectoris stabil. Hal ini sangat sesuai dengan keluhan pasien pada
kasus dimana pasien mengatakan bahwa apabila naik tangga terkadang mengalami sakit di dadanya, rasa sakit tersebut tidak lama,
hanya sekitar 1 menit dan hilang kalau istirahat.

Joewono BS, Prabowo P. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press, 2003: 121-34.
4. Jelaskan tentang klasifikasi tekanan darah dan pasien termasuk
ke dalam klasifikasi yang mana?

A) ETIOLOGI

HIPERTENSI Berdasarkan etiologi, pasien pada kasus ini termasuk


hipertensi sekunder. Alasannya karena hipertensi pada
PRIMER pasien ini ada kaitannya dengan penyakit vascular yaitu
penyakit jantung coroner yang dideritanya.

HIPERTENSI
SEKUNDER
1. 1997 Sixth Joint National Committee (JNC-6)

Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Berdasarkan klasifikasi
Optimal <120 <80
hipertensi JNC-6 1997,
B) DERAJAT Normal < 130 < 85 hipertensi pada pasien ini
HIPERTENSI tergolong hypertension
Prehypertension 130 – 139 85 – 89
Stage 1 140 – 159 90 – 99
stage I karena tekanan
darah sistol pasien 140
1997 Sixth Joint National Hypertension
Committee (JNC-6) mmHg dan tekanan darah
Stage 2 160-179 100-109 diastol pasien 90 mmHg.
Hypertension

2003 Seventh Joint National Stage 3 ≥ 180 ≥ 110


Committee (JNC-7) Hypertension
2. 2003 Seventh Joint National Committee (JNC-7)
2014 Eighth Joint National Berdasarkan klasifikasi
Committee (JNC-8) Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg) hipertensi JNC-7 2003,
Normal < 120 < 80 hipertensi pada pasien ini
Prehypertension 120 – 139 80 – 89 tergolong hypertension
European Society of Hypertension – European stage I karena tekanan
Stage 1 140 – 159 90 – 99
Society of Cardiology (ESHESC) 2018 darah sistol pasien 140
Hypertension mmHg dan tekanan darah
Stage 2 > 160 > 100 diastol pasien 90 mmHg.
Hypertension
3. 2014 Eighth Joint National Committee (JNC-8)
Klasifikasi TDS   TDD
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Berdasarkan klasifikasi hipertensi JNC-8 2014,
Prehypertension 120 – 139 Atau 80 – 89 hipertensi pada pasien ini tergolong hypertension
Stage 1 140 – 159 Atau 90 – 99 stage I karena tekanan darah sistol pasien 140
Hypertension mmHg dan tekanan darah diastol pasien 90 mmHg.
Stage 2 ≥ 160 Atau ≥ 100
Hypertension

4. European Society of Hypertension – European Society of Cardiology (ESHESC) 2018


Kategori TD Sistolik (mmHg)   TD Diastolik (mmHg) Berdasarkan klasifikasi hipertensi ESH-ESC
2018, hipertensi pada pasien ini tergolong
Optimal < 120 Dan < 80
hypertension grade I stage I. Disebut grade I
Normal 120 – 129 Dan / Atau 80 -84 karena tekanan darah sistol pasien 140 mmHg
Normal Tinggi 130 – 139 Dan / Atau 85 – 89 dan tekanan darah diastol pasien 90 mmHg, serta
disebut stage I karena pasien hanya memiliki satu
Hipertensi Grade 1 140 – 159 Dan / Atau 90 – 99
factor risiko (penyakit jantung coroner) dan
Hipertensi Grade 2 160 – 179 Dan / Atau 100 – 109 belum adanya penyakit ginjal kornis (CKD),
Hipertensi Grade 3 ≥ 180 Dan / Atau ≥ 110
diabetes mellitus, kerusakan organ akibat
hipertensi (HMOD)
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 Dan < 90
5. Jelaskan perawatan apa saja yang dapat dilakukan terhadap
penyakit sistemik pasien tersebut!

Penanganan hipertensi FARMAKOLOGI NON-FARMAKOLOGI


menurut JNC VII
o Mengurangi angka • Obat-obatan penurun kolesterol • Berhenti merokok
morbiditas dan mortalitas • Aspirin atau obat pengencer darah • Olahraga
penyakit kardiovakuler
• Beta blockers • Diet

o Fokus utama: pencapaian • Antagonis kalsium • Erapi diet


tekanan sistolik target • Nitrat
<140/90 mmHg
• Analgetik
• Rombolitik terapi,

Parikh R, Kadowitz PJ. Angina Pectoris: Current Therapy and Future Treatment Options. Expert
Rev Cardiovasc Ther. 2014; 12 (2): 175-86.
6. Jelaskan hubungan antara penyakit sistemik yang diderita
pasien dengan bidang kedokteran gigi.
Golongan antiplatelet
Lokasi penjalaran nyeri (Clopidogrel)
angina

Golongan nitrat (nitrogliserin)


Manifestasi obat PJK di
rongga mulut
Golongan beta blocker

Manifestasi Antiagregasi dan


Klinis antikoagulan Golongan Angiontensin Converting
Enzyme (ACE-Inhibitors)

Periodontitis memicu
pembentukan aterosklerosis Golongan Antagonis Kalsium (Calsium
channel blocker)

Tindakan dental dapat memicu


serangan angina Golongan Statin.

Birhasani, Lisyani, Ria. D-Dimer Penderita Sindrom Koroner Akut dan Stenosis. Indonesian
Journal of Clinical Pathology And Medical Laboratory 2011; 17(3): 134-138.
7. Jelaskan diagnosis kelainan jaringan lunak pada kasus tersebut!

• Temuan gingiva yang membesar + berkonsistensi fibrous + berwarna pucat  adanya gingiva
DRUG INDUCED enlargement berupa hyperplasia
GINGIVAL
ENLARGEMENT • Hyperplasia yang dialami pasien mengarah kepada gingival enlargement karena induksi obat (drug
induced gingival enlargement).

• Keringnya mukosa dan bibir akibat kurang asupan cairan + kurangnya produksi saliva
XEROSTOMIA • Pasien diresepkan norvasc (obat antihipertensi)
• Norvasc  obat golongan calcium channel blocker (CCB)  menyebabkan xerostomia.

Sharma Shivani, Sharma Anamika. Amlodipine-Induced Gingival Enlargement:A Clinical Report. Review
article Aegis Communication. 2012.
8. Jelaskan patogenesis terjadinya pembesaran gingiva dan mulut
kering pada pasien tersebut!

• Karena induksi obat (drug induced gingival enlargement)


• Gingiva menjadi lebih besar + ukurannya bertambah dari normal pada tepi
gingiva, papilla interdental, ataupun pada gingiva cekat di bagian sisi
vestibular dan sisi oral.
• Mekanisme gingival enlargement akibat noninflamasi  peningkatan
matriks jaringan ikat (didominasi serat kolagen)
Pembesaran Gingiva • MMP dan inhibitor MMP  sintesis kolagen.
(Gingiva
Enlargement) • Serat kolagen terdegradasi  jalur ekstraseluler
• Sekresi kolagenase dan intraseluler  fagositosis fibroblas
• Gingival enlargement akibat inflamasi  efek toksis secara langsung dari
bakteri pada plak

Satrio R EE. Laporan Kasus: • Proses inflamasi  mempengaruhi regulasi sitokin seperti IL-6.
Drug-Induced Gingival
• IL-6  mempengaruhi peningkatan sintesis kolagen.
Enlargement Akibat Konsumsi
Amlodipin. Stomatognatic (JKG • Proliferasi dan produksi kolagen meningkat.
Unej). 2020;17(1):1–3.)
• Pusat saliva  mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf
otonom.
• Adanya pengurangan laju aliran saliva akibat mengonsumsi obat
kardiovaskular (obat tersebut dapat menyebabkan depresi saraf otonom +
dapat memblokade sistem parasimpatis)
• Depresi tersebut dapat terjadinya dengan cara meniru aksi neurotransmitter
Xerostomia dari saraf otonom yang biasanya memberikan perintah kelenjar saliva
mengeluarkan saliva, sehingga keadaan yang terjadi adalah terhambatnya
aliran saliva.
• Apabila obat tersebut bereaksi secara langsung  obat PJK tersebut
berdifusi ke pembuluh darah untuk meringankan penyakitnya

Wotulo, F. G., Wowor, P. M., & Supit, • Obat tersebut langsung memberikan sinyal ke otak  menghambat kerja
A. S. (2018). Perbedaan laju aliran saraf otonom  mengakibatkan penurunan laju aliran saliva.
saliva pada pengguna obat
antihipertensi Amlodipin dan
Kaptopril di Kelurahan Tumobui Kota
Kotamobagu. eGiGi, 6(1
9. Jelaskan rencana perawatan pada kasus rongga mulut pasien
tersebut!
FASE IV (FASE
FASE I FASE II
PEMELIHARAAN)

• Mengubah/menghilangkan • Membahas tindakan bedah • Terapi periodontal suportif


Perawatan Hiperplasia Gingiva

etiologi mikroba dan faktor periodontal. • Mencegah infeksi ulang dan


penyebab penyakit gingiva. • Gingivektomi kekambuhan penyakit
• Sesi pertama; penjelasan • Gingivoplastik  membentuk • Kunjungan berkala, kontrol
• kepada pasien kembali kontur gingiva dengan plak/kalkulus, kondisi gingiva
• Sesi kedua; penskeleran alasan estetik (pemeriksaan poket dan
kemudian seluruh permukaan • Daerah bekas luka operasi  inflamasi), atau perubahan
gigi dipoles. ditutup dengan periodontal patologis lainnya.

• Sesi ketiga; dievaluasi kondisi pack.


gingiva dan kontrol plak

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza's Clinical Periodontology. 11th ed. St. Louis: Elsevier, 2012: 387
STIMULASI TERAPI UNTUK
PERAWATAN
TERAPI PREVENTIF SALIVASI SECARA GANGGUAN
SIMTOMATIK
LOKAL SISTEMIK

• Pasien diinstruksikan • Penggunaan air dan • Mengunyah permen • Mengatur pola hidup
untuk melakukan obat kumur karet xylitol • Pemberian obat-obatan
kunjungan rutin ke • Mengkonsumsi air yang • Gula non fermentasi  • Penggunaan saliva
Perawatan Xerostomia

dokter gigi cukup  menjaga tidak dapat dikonversi buatan


kelembaban rongga menjadi asam +
mulut + membasahi mengembalikan
mukosa + keseimbangan
membersihkan debris asam/basa +
• Obat kumur chlorine menghambat
dioxide lemon mint  pembentukan plak +
meningkatkan oral meningkatkan
hygiene mineralisasi email

Sung E, Hernawan I. Tatalaksana Xerostomia Akibat Penggunaan Metformin: Laporan Kasus. Makassar Dent J 2018; 7(1): 14-20.
10. Jelaskan pertimbangan dental ketika akan melakukan
pencabutan gigi 17.

Pertimbangan
Dental

Waktu
Persiapan Pemberian Keadaan
Melakukan
Sebelum Anastesi Lokal Darurat
Pencabutan
THANKS!

ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai