Anda di halaman 1dari 4

e.

pemeriksaan crossbite

1. Pemeriksaan subyektif , dilakukan dengan anamnesa :

a. Keluhan utama

b. Keluhan sekunder

c. Riwayat gigi yang meliputi :

v Anamnesa sebelum lahir

v Anamnesa sesudah lahir

d. Riwayat penyakit yang diderita

E. Riwayat keluarga

2. Pemeriksaan obyektif terdiri atas beberapa jenis, seperti:

a. Pemeriksaan klinis, baik umum maupun lokal

b. Pemeriksaan laboratoris

c. Pemeriksaan percobaan

d. Pemeriksaan perhitungan

Keterangan :

a. Pemeriksaan Klinis General meliputi :

• Tinggi badan

• Berat badan

• Jasmani

• Rohani

b. Lokal meliputi :

• Extraoral
• Intraoral

(Heryumani Sulandjari. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO I. Fakultas Kedokteran


Gigi Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.)

f. perawatan crossbite

(1)Terapi tongue blade. Dental crossbite sederhana yang hanya melibatkan 1 gigi dapat
dikoreksi dgn cara ini. Prognosis dan keberhasilan prosedur ini sangat tergantung pada
kooperatif pasien dan pengawasan orang tua.Tidak ada control yang tepat terhadap jumlah
dan arah gaya yang diberikan.

(2) Lower incline plane. Perawatan anterior dental crossbite yang melibatkan 1 atau lebih gigi
dapat dilakukan dengan menggunakan akrilik inkline plane yang disemenkan.Teknik ini
memungkinkan pembukaan gigitan jika dipakai lebih dari 3 minggu.

(3) Mahkota komposit atau stainless steel. Metode dengan sementasi mahkota stainless steel
terbalik pada insisivus yang tertahan pada posisi lingual dengan sudut 45° terhadap oklusal
plane. Metode ini untuk mengatasi kelemahan pada metode inkline plane dan sulit untuk
diterapkan pada kasus gigi insisivus maksila yang sedang partial erupsi.

(4) Hawley retainer dengan auxiliary spring. Alat ini digunakan pada kasus dengan
pergerakan gigi yang ringan pada pediatric dentistry.Pada prosedur ini prognosis tegantung
pada kooperatif pasien dan pengawasan orang tua (Christiono, et al, 2018).

Teknik Begg merupakan salah satu teknik perawatan ortodontik dengan alat cekat yang
dapat digunakan untuk merawat kasus maloklusi yang disertai malrelasi crossbite posterior
unilateral. Karakteristik perawatan ortodontik dengan teknik Begg adalah penggunaan gaya
ringan dan kontinyu untuk menghasilkan gerakan tipping gigi-gigi. Perawatan teknik Begg
menggunakan kawat busur berpenampang bulat dengan slot vertikal sehingga perlekatan
keduanya menghasilkan titik kontak tunggal. Kawat busur dilengkapi dengan loop, circle
coil, anchorage bend, serta berbagai auxiliary yang digunakan pada tahap tertentu seperti
rotating spring; uprighting spring dan torquing arch (Christiono, et al, 2018). .

4. etiologi malokusi
Etiologi maloklusi dapat digolongkan dalam faktor umum dan faktor lokal. Faktor
umum adalah faktor yang tidak berpengaruh langsung pada gigi. Faktor lokal adalah faktor
yang berpengaruh langsung pada gigi. Kebiasaan buruk merupakan salah satu faktor umum
yang berperan dalam terjadinya maloklusi. Macam-macam kebiasaan buruk adalah
menghisap jari dan ibu jari, mendorong lidah, menggigit bibir dan kuku, kebiasaan menelan
yang salah, bernafas melalui mulut, dan bruxism. (Gupitasari A, Herniyati, Putri LSDA.
2018. Prevalensi Kebiasaan Buruk Sebagai Etiologi Maloklusi Klas I Angle Pada Pasien
Klinik Ortodonsia RSGM Universitas Jember Tahun 2015-2016 (The Prevalence of Bad
Habits as The Etiology of Angle’s Class I Malocclusion in Orthodontic Clinic Dental
Hospital Je. Pustaka Kesehatan, 6(2), 365-370.)

Pada faktor lokal, Bery membagi menjadi dua, yaitu gigi geligi dan maksila.

A. Faktor dari gigi sendiri

a. Kehilangan gigi sulung terlalu dini

b. Kehilangan gigi sulung terlambat

c. Erupsi gigi permanen yang lambat

d. Kehilangan gigi permanen terlalu dini

e. Gigi yang terlalu besar pada rahang yang kecil atau sebaliknya

f. Anomali jumlah gigi

g. Karies

B. Faktor dari maksila

a. Ukuran dasar apikal

b. Atrofi karena kurang digunakan yang mungkin berakhir menjadi turun-


temurun mengenai sistem mastikasi

c. Malformasi maksila dalam segala jenis pengukuran.


Sharaf RM, Jaha HS. 2017. Etiology and Treatment of Malocclusion : Overview.
International Journal of Scientific and Engineering Research. 8(2): 102-4

Pada anak yang memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut dimana terjadi aktivitas
yang tidak normal pada musculus orbicularis oris, musculus genioglossus, musculus
milohyoid, dan musculus masseter yang mengakibatkan pertumbuhan abnormal pada struktur
wajah. Peningkatan aktivitas musculus milohyoid dan musculus genioglossus menyebabkan
posisi lidah lebih rendah dari normal dan rahang bawah menjadi turun. Peningkatan aktivitas
musculus orbicularis oris menyebabkan bibir atas terangkat sehingga mulut tetap terbuka
sebagai jalan nafas. Aktivitas musculus masseter berkurang pada saat terjadi pernafasan
mulut dan akan kembali normal bila pernafasan dilakukan melalui hidung. Hal ini
mengakibatkan adaptasi pada proses growth spurt pada orang dengan kebiasaan bernafas
melalui mulut tidak dapat berjalan secara maksimal sehingga pada penelitian ini kelompok
dengan kebiasaan bernafas melalui mulut mempunyai tingkat keparahan maloklusi berat yang
lebih banyak terjadi pada umur 14 tahun. (Nur Avia Feroza, Fajar Kusuma D.K., Diana
Wibowo. HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI
MULUT DAN TINGKAT KEPARAHAN MALOKLUSI DI SMPN 4 BANJARBARU DAN
SMAN 4 BANJARBARU. DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret
2017)

Anda mungkin juga menyukai