Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan Presentasi Diskusi dengan kuliah pencetus “Dental
Amalgam”.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dokter-dokter serta staff pengajar Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi yang selalu membimbing kami dalam melaksanakan kuliah Ilmu
Teknik Material Kedokteran Gigi 2 (ITMKG) serta dalam menyusun laporan ini. Serta kerjasama
teman-teman sekelompok yang mengerjakan laporan ini.

Adapun isi dari laporan ini adalah pembahasan keseluruhan mengenai Detal Amalgam
sesuai kuliah pencetus yang telah diberikan

Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan Laporan akhir ini. Sebagai manusia
biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan oleh karena itu kami mohon maaf sebesar-
besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan laporan Presentasi Diskusi ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kami.

Aamiin.
1. APLIKASI

1. Sebagai material filling permanen untuk:

- Kavitas kelas I dan kelas II

- Kavitas kelas V, dimana estetika tidak diutamakan

2. Dikombinasikan dengan retentive pins untuk restorasi mahkota.

3. Pembuatan die.

4. Sebagai filling untuk saluran akar retrograde.

5. Sebagai material core.

2. KLASIFIKASI ALLOY AMALGAM

1. Berdasarkan kadar tembaga:

 Alloy dengan kadar tembaga rendah; Mengandung kurang dari 6% tembaga (alloy biasa).
 Alloy dengan kadar tembaga tinggi; Mengandung lebih dari 6% tembaga.

2. Berdasarkan kadar seng:

 Alloy dengan kandungan seng; Mengandung lebih dari 0.01% seng.


 Alloy tanpa kandungan seng (zinc-free); Mengandung kurang dari 0.01% seng.

3. Berdasarkan bentuk partikel alloy:

 Irregular (lathe-cut)
 Spherical
 Spheroidal
4. Berdasarkan jumlah logam campuran:

 Binary alloys (co: Perak-timah)


 Ternary alloys (co: Perak-timah-tembaga)
 Quarternary alloys (co: Perak-timah-tembaga-indium)

5. Berdasarkan ukuran alloy:

 Microcut
 Macrocut

3. MANUFAKTUR BUBUK ALLOY

1. Serbuk alloy lathe-cut:

Batang alloy perak-timah yang sudah dianil (dipanaskan) ditempatkan di dalam mesin
penggiling atau mesin bubut (lathe) dan dimasukkan ke dalam alat pemotong. Menghasilkan
serbuk dengan bentuk yang menyerupai jarum. Beberapa produsen memperkecil ukuran serbuk
tersebut dengan bola penggiling (milling-ball).

2. Penyimpanan (aging):

Alloy yang baru dipotong dapat bereaksi sangat cepat dengan merkuri. Jika serbuk alloy
disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan, reaktivitasnya akan menurun sedikit demi
sedikit. Aging dapat dilakukan secara cepat dengan merebus serbuk alloy selama 30 menit di
dalam air, atau diberi zat asam. Aging dapat meningkatkan shelf-life produk.

3. Serbuk alloy spherical:

Alloy spherical terbentuk melalui proses atomisasi. Alloy cair disemprotkan dengan
tekanan tinggu dari aliran gas inert melalui celah kecil ke dalam suatu wadah besar. Jika tetesan
mengeras sebelum mengenai permukaan wadah, bentuk spherical akan terbentuk.

4. SEDIAAN

• Bubuk Massal atau dalam jumlah besar

• Alloy dan merkuri dalam kapsul sekali pakai

• Campuran logam(alloy) yang telah ditimbang sebagai tablet / pellet dan merkuri dalam
sachet.

Logam campuran amalgam dan produk merkuri yang tersedia


secara komersial

Dua jenis amalgamators bersama dengan kapsul alloy dan


merkuri yang telah diseimbangkan
5. KOMPOSISI

Low Copper High Copper

Admixed uncomposition

Bentuk Lathe-cut or Lathe-cut Bulat Bulat


partikel bulat (spherical)
2/3 (spherical )
(spherical)
1/3

Silver / perak 63-70% 40-70% 40-65% 40-60%

Tin/timah 26-29% 26-30% 0-30% 22-30%

Copper/ 2-5% 2-30% 20-40% 13-30%


tembaga

Zinc/ seng 0-2% 0-2% 0 0-40%

6. FUNGSI SETIAP KOMPOSISI

Silver (perak)
a. Elemen terbesar yang penting dalam reaksi
b. Memutihkan alloy
c. Mengurangi creep
d. Menambah strength
e. Menambah ekspansi pada setting
f. Menambah resistensi tarnish (perubahan warna pada logam) untuk menghasilkan
amalgam
Tin (Timah)

a. Tin megontrol reaksi antara silver dan mercury. Tanpa tin reaksi dapat terlalu cepat dan
setting ekspansion tidak dapat terjadi.
b. Mengurangi strength dan hardness
c. Mengurangi resistensi tarnish dan korosi, oleh sebab itu tin dapat dikontrol.

Copper (Tembaga)

a. Menambah hardness dan strength


b. Menambah setting expansion

Zinc (Seng)

a. Dalam jumlah kecil, zinc tidak berpengaruh terhadap reaksi atau properties dari
amalgam. Zinc berfungsi sebagai scavenger atau deoxidizer, selama proses manufaktur,
menghambat oksidasi elemen penting seperti silver, copper, tin. Oksidasi dari elemen ini
akan mengakibatkan efek serius dari alloy dan amalgam. Alloy tanpa zic akan lebih
britte/rapuh, dan amalgam yang terbentuk dari bahan-bahan tersebut tidak terlalu plastis.
b. Menyebabkan penundaan ekspansi jika campuran amalgam terkontaminasi dengan
moisture selama manipulasi.

Mercury

 Sebagai pre-amalgamated alloys

Platinum

 Mengeraskan alloy dan meningkatkan resistensi terhadap korosi

Palladium

 Mengeraskan dan memutihkan alloy


7. LOW COPPER ALLOYS

 Tersedia sebagai
o Lathe-cut alloys, 2 tipe:
Kasar
Butiran halus (butiran halus lebih disukai karena mudah untuk diukir).
o Spherical alloys.
o Blend of lathe-cut & spherical particles.
 Setting Reaction
Ketika bubuk alloy dan mercury diproses menjadi serbuk, perak dan timah yang
ada di luar bagian dari partikel larut kedalam mercury. Pada saat yang sama, mercury
berdifusi kedalam partikel alloy & mulai bereaksi dengan perak & timah yang ada di
dalamnya, membentuk perak-mercury &timah-mercury. Senyawa perak-timah dikenal
sebagai fase gamma (γ), Senyawa perak-mercury dikenal sebagai fase gamma satu (γ1),
mercury timah sebagai fase gamma dua (γ2).

Partikel-partikel alloy tidak sepenuhnya bereaksi dengan mercury. Sekitar 27%


Ag3Sn yang asli, merupakan partikel yang tidak bereaksi dikenal sebagai fase gamma (γ).

 Mikrostruktur
Set amalgam terdiri atas partikel yang tidak bereaksi (γ) & dikelilingi oleh matriks
reaksi produk (γ1 dan γ2). Properti dari amalgam mengeras tergantung pada proporsi fase
reaksi. Jika semakin banyak Ag3Sn yang tidak bereaksi (fase γ), maka semakin kuat
amalgam tersebut. Fase γ2 adalah komponen yang paling lemah dan paling stabil untuk
proses korosi.
8. HIGH COPPER ALLOYS

High copper alloys mengandung lebih dari 6% wt. tembaga. Mereka disukai karena: sifat
mekaniknya ditingkatkan, tahan terhadap korosi, dan marginal integrity yang lebih baik (karena
fase γ2 terlemah dihilangkan dalam high copper amalgam). Jenis:

o Admixed alloy powder


o Single-composition alloy powder.
 Admixed alloy powder

Dikembang kan tahun 1963. Dibuat dengan mencampur 1 bagian tembaga perak eutektik
alloy (partikel high copper berbentuk bola) dengan 2 bagian perak-timah alloy (partikel low-
copper lathe-cut). Eutectic alloy adalah komponen yang menunjukkan kelarutan cair yang
lengkap namun terbatas pada kelarutan padat. Fase perak-tembaga menunjukkan struktur
eutektik (perak 71,9% tembaga 28,1%).

Amalgam yang terbuat dari bubuk campur lebih kuat dari amalgam yang terbuat dari
bubuk lathe-cut low-copper, Karena partikel tembaga perak bertindak sebagai fillers (pengisi)
dalam matriks amalgam, sehingga memperkuat amalgam tersebut.

 Setting Reaction
Perak memasuki mercury dari partikel perak tembaga eutektik alloy dan keduanya
(perak dan timah) memasuki mercury dari partikel perak alloy. Mercury yang dilarutkan
dalam partikel perak timah akan bereaksi seperti low copper alloy & akan membentuk
fase γ1 dan γ2, meninggalkan beberapa partikel perak-timah yang tidak bereaksi. Dalam
waktu relative singkat, terbentuk fase γ2 yang baru (Sn8Hg), akan bereaksi dengan
partikel perak-tembaga membentuk Cu6Sn5 (n atau eta) fase. Beberapa fase γ1 (Ag2Hg3)
juga akan terbentuk di sekitar partikel perak-tembaga.

Dalam reaksi ini, γ2 telah dieliminasi dan diganti dengan n fase. Untuk mencapai
hal ini, perlu untuk memiliki kadar tembaga bersih minimal 12 % dalam bubuk alloy.

 Microstructure of Set Amalgam


Cu6Sn5 hadir sebagai “lingkaran (halo)” disekitar partikel Ag-Cu. Final set material
terdiri dari:
o Core (inti)
Ag3Sn tidak bereaksi, (fase γ) & Ag-Cu tidak bereaksi yang dikelilingi oleh
lingkaran (halo) Cu6Sn5 (n)
o Matriks
γ1 (Ag2Hg3).

9. FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEKUATAN (STRENGTH)

 Efek dari Triturasi (Effect of Trituration)

Proses triturasi yang kurang maupun yang berlebihan akan mengurangi kekuatan dari low-
copper atau high-copper dari amalgam
 Efek dari Kandungan Merkuri (Effect of Mercury Content)

Jumlah merkuri yang cukup harus dicampur dengan alloy untuk membasahi setiap partikel
dari alloy. Bila tidak campuran akan menjadi kering, bergranul, yang memiliki permukaan yang
kasar dan berlubang-lubang yang dapat menyebabkan korosi

Kelebihan merkuri dalam campuran dapat mengurangi kekuatan. Alasannya karena amalgam
dengan kandungan merkuri tinggi memiliki kandungan ɤ2 (fase yang paling lemah)

 Efek dari Kondensasi (Effect of Condensation)

Tekanan kondensasi yang lebih tinggi menghasilkan compressive strength yang lebih tinggi
(hanya untuk lathecut alloy). Alasannya, teknik kondensasi yang baik akan meminimalisir
porositas dan membuang kelebihan merkuri dari lathecut amalgam.

Apabila tekanan yang tinggi digunakan pada spherical amalgam maka kondensor akan
menembus keluar. Akan tetapi, spherical amalgam yang terkondensasi dengan tekanan yang
lebih ringan akan menghasilkan kekuatan (strength) yang cukup

• Efek dari Porositas (Effect of Porosity)

Kekosongan (void) dan porositas mengurangi kekuatan

Porositas disebabkan oleh :

- Penurunan plastisitas dari campuran disebabkan dari rasio amalgam alloy yang terlalu
rendah, kurangnya triturasi dan kelebihan triturasi

- Kurangnya tekanan kondensasi

- Bentuk partikel yang irregular dari bubuk alloy

- Pemberian takaran yang berlebihan

Peningkatan tekanan kondensasi memperbaiki adaptasi pada margin dan mengurangi jumlah
void. Untungnya void bukan merupakan masalah bagi spherical alloy

• Efek dari Tingkat Pengerasan (Effect of Rate of Hardening)


Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang diinginkan

ADA menetapkan batas minimum 80 MPa dalam 1 jam

Karena initial strength dari amalgam cukup rendah, pasien harus berhati-hati agar tidak
menggigit terlalu keras untuk setidaknya 8 jam setelah penempatan, pada saat dimana setidaknya
70% kekuatan didapatkan. Compressive strength setelah 1 jam dari high-copper komposisi
tunggal amalgam cukup tinggi (262 MPa), jadi kemungkinan kecelakaan fraktur lebih rendah.
Bahkan setelah 6 bulan, beberapa amalgam mungkin masih bertambah kekuatannya, dikarenakan
reaksi antara fase matrix dan partikel alloy mungkin berlangsung secara tidak pasti.

• Efek dari Desain Kavitas (Effect of Cavity Design)

Kavitas harus di desain untuk mengurangi tensile stress. Amalgam memiliki kekuatan dalam
bongkahan (bulk), karena itu, kavitas harus memiliki kedalaman yang cukup.

• Creep

Merupakan deformasi plastik yang tergantung waktu

Creep dari dental amalgam adalah progress lambat deformasi permanen dari set amalgam
yang terjadi di bawah stress yang konstan (static creep) atau stress intermittent (dynamic creep)

• Kepentingan Creep terhadap Performa Amalgam

Creep berhubungan dengan marginal breakdown dari low-copper amalgam. Semakin tinggi
creep, semakin semakin besar derajat kemunduran marginal (ditching)

Menurut ADA Sp. No. 1 creep harus dibawah 3%

• Creep Values

Low-copper Amalgam - 0.8 sampai 8.0%

High-copper Amalgam - 0.4 sampai 0.1%

• Faktor yang Mempengaruhi Creep


Mikrostruktur (fasa Ag-Hg) Y1 memiliki efek besar dalam low-copper amalgam creep rates.
Peningkatan creep rate terlihat dengan tingginya volume fraksi dari fasa Ag-Hg. Penurunan
creep rate terlihat dengan tingginya ukuran partikel Y1 (fasa Ag-Hg). Fasa Y2 berhubungan
dengan creep rates yang tinggi.

Komposisi tunggal dari high-copper amalgams memiliki creep rates yang sangat rendah,
karena kurangnya fasa Y2 dan adanya ikatan Cu6Sn5 yang berperan sebagai pembatas deformasi
fasa Y1. Peningkatan Zinc membuat creep menjadi berkurang.

Efek variabel manipulative untuk peningkatan strength dan jumlah low creep:

o Mercury: rasio alloy harus minimum


o Tekanan kondensasi harus maksimal untuk lathe-cut atau admixed alloys
o Perhatian khusus diperuntukkan bagi pemilihan waktu untuk triturasi dan kondensasi.
Jika salah satunya mengalami over-trituration atau kondensasi tertunda, mengakibatkan
penigkatan creep rate

• Retensi Amalgam

Amalgam tidak melekat pada struktur gigi. Perlekatan amalgam filling didapatkan dari
mechanical locking. Hal ini dapat dicapai dengan desain kavitas yang tepat. Retensi tambahan
jika diperlukan bisa didapatkan dengan menaruh pin dalam kavitas

• Tarnish (noda/bercak) dan Korosi

Retensi amalgam sering mengalami tarnish dan korosi dalam mulut

Faktor yang berhubungan dengan timbulnya tarnish dan korosi :

- Residual merkuri yang tinggi

- Tekstur permukaan à goresan kecil dan void yang terlihat

- Kontak metal yang tidak serupa (ex. Emas dan amalgam)

- Pasien yang sedang diet tinggi sulfur

- Kontaminasi uap lembab saat kondensasi


- Tipe alloy à Amalgam low-copper lebih rentan terhadap korosi (karena kandungan ɤ2
yang lebih besar) dibanding high-copper. Selain itu juga, fase n (Cu6Sn5) dari high-copper
lebih tidak rentan terhadap korosi

- High-copper amalgam lebih katodik dibanding low-copper amalgam. Karena itu,


pencampuran restorasi high-copper dan low-copper harus dihindari

Korosi amalgam dapat dikurangi dengan :

- Smoothing dan polishing restorasi

- Hg/alloy yang benar dan manipulasi yang tepat

- Hindari logam yang tidak serupa, termasuk pencampuran amalgam high-copper dan low-
copper

10. TOKSISITAS MERCURY

Mercury merupakan racun. Merkuri bebas tidak boleh disemprotkan atau terkena atmosfer.
Bahaya ini dapat timbul selama triturasi, kondensasi dan finishing restorasi, dan juga selama
penghapusan restorasi yang telah lama dengan kecepatan tinggi.

Uap merkuri bisa terhirup. Kontak kulit dengan merkuri harus dihindari karena dapat
menyerap. Sisa merkuri tidak boleh masuk kedalam saluran sink Karena dapat bereaksi dengan
campuran logam yang merupakan bahan saluran tersebut.

Hal ini juga bereaksi dengan ornament emas. Merkuri efek toksik kumulatif. Dokter gigi dan
asisten gigi, beresiko tinggi. Meskipun dapat diserap oleh kulit atau melalui pencernaan, risiko
utama adalah dari inhalasi.

11. PRECAUTIONS

 Sebuah klinik harus memiliki ventilasi yg baik.

 Semua sisa merkuri dan limbah amalgam harus disimpan dalam wadah tertutup yg baik.
 Harus mengikuti sistem pembuangan yang tepat untuk menghindari pencemaran
lingkungan.

 Bahan dan scarp amalgam tidak boleh terkontaminasi dengan merkuri, amalgam tidak
boleh mengalami sterilisasi dengan pemanasan.

 Tumpahan merkuri harus dibersihkan sesegera mungkin karena sulit dibersihkan dari
bahan karpet, vacum cleaner tidak dapat digunakan karena dapat menyebarkan merkuri
lebih lanjur. Bubuk mercury suppresant dapat membantu tetapi hanya untuk sementara.

 Jika terjadi kontak kulit dengan merkuri seaiknya langsung dicuci menggunakan sabun.

 Alloy mercury capsule harus memiliki cap yang pas untuk menghindari kebocoran.

 Saat mengeluarkan tambalan lama, water spray, masker, dan suction harus digunakan.

 Penggunaan ultrasonik amalgam kondensasi, tidak dianjurkan sebagai semprotan tetesan


merkuri kecil.

 Setiap tahun, program untuk penanganan bahan – bahan beracun dipantau untuk tingkat
eksposur yang sebenarnya.

12. COMPARISON

Lathe – cut alloys Spherical alloys

Partikel tidak beraturan Partikel bulat

Dihasilkan oleh penggilingan batang logam Dihasilkan oleh atomisasi dari molten alloy
alloy
Bahan plastiknya sedikit sehingga melawan Bahan plastik lebih banyak, sehingga matriks
tekanan kondensasi berkontur dan sangat penting untuk membuat
kontur proksimal

Merkuri yang diperlukan sedikit sehingga Merkuri yang diperlukan lebih banyak
sifatnya kurang sehingga sifatnya lebih baik
Admixed high-copper amalgam Spherical high-copper amalgam

Keuntungan Keuntungan
1. Waktu kerja yang lebih lama 1. Set cepat
2. Kurang perubahan dimensi 2. Residu merkuri rendah
3. Perpindahan dari matriks 3. Merayap lebih rendah selama kondensasi
Kerugian 4. Lebih cepat
1. Set lambat 5. Kekuatan awal yang lebih tinggi
2. Residu merkuri tinggi 6. Tekanan kondensasi Rendah
3. Kekuatan merayap lebih tinggi Kerugian
4. Kurang awal 1. Waktu kerja berkurang
5. Sulit untuk menyelesaikan 2 perubahan dimensi yang lebih besar
3. Kegagalan untuk menggantikan matriks
selama kondensasi (selagi memulihkan rongga
proksimal)

13. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN RESTORASI DENTAL AMALGAM

Keuntungan

1. Cukup mudah untuk ditumpatkan

2. Tidak terlalu sensitif

3. Menjaga bentuk anatomi baik

4. Memiliki ketahanan yang memadai untuk fraktur

5. Mencegah kebocoran marginal

6. Tahan lama

7. Lebih murah
Kekurangan

1. Warna tidak sesuai struktur gigi/kurang estetik

2. Mereka lebih rapuh dan bisa patah jika salah ditempatkan

3. Dapat mengalami korosi dan tindakan galvanik

4. Dapat menunjukkan kerusakan marginal

5. Tidak memiliki ikatan struktur gigi

6. Resiko toksisitas merkuri

Anda mungkin juga menyukai