Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Amalgam

2.1.1. Definisi amalgam.


Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa Yunani
"malagma," yang merujuk pada substansi atau massa.. Amalgam adalah campuran
dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam
dihasilkan dengan mencampur Merkuri(Hg) dengan partikel padat beberapa logam
seperti

Perak(Ag),

Timah(Sn),

Tembaga(Cu),

dan

kadangkala

Zink(Zn),

Palladium(Pd), Indium(In), dan Selenium. Menurut American Dental Association


(ADA) amalgam adalah logam campuran dari Merkuri, Perak, Timah dan Tembaga
serta logam lainnya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal. 2,3,9,10

2.1.2

Klasifikasi amalgam.

A. Berdasarkan bentuk partikel


1. Lathe-cut
Hingga tahun 1960, komposisi kimia dan mikrostruktur dari amalgam alloy
yang tersedia pada dasarnya sama dengan system yang sangat sukses yang diselidiki
oleh G.V Black (Black, 1895). Alloy konvensional digunakan oleh dokter gigi
sebagai tambalan, yang mana lathe cut dari bentukan batang logam. 8
Sebuah Alloy komersial berkembang menjadi campuran dari ukuran partikel
yang berbeda-beda daripada sistem unimodel untuk mengomptimalkan efisiensi

pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60 sampai 120 m,
ketebalan 10-70 m dan ketebalan 10-35 m. Alloy konvensional mengandung 66%
sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga. Zink mungkin dapat
ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%.4,5
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena ketahanan
alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya, sulit dikondensasi
ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju
pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan
polishing.11

2. Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 m atau
kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi tekanan
kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical adalah mudah dikondensasi ke area
yang sulit untuk di akses karena tidak memerlukan tekanan kondensasi yang besar,
dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan
polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak interproximal.4,8,11
B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)8
1. Low copper amalgam
Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya adalah
sebagai berikut : Ag ( Perak ) 69,4%; Sn ( Timah ) 26,2%; Cu ( Tembaga) 3,6%; Zn
( Zink ) 0,8%
.

2. High copper amalgam


Alloy ini mengandung 12% -30% tembaga. Komposisi dasarnya adalah
sebagai berikut :Ag ( Perak ) 60%; Sn ( Timah ) 27%; Cu (Tembaga) 13%; Zn
( Zink) 0%.

C. Berdasarkan kandungan Zink8


1. Amalgam yang mengandung zink (1%)
2. Amalgam yang tidak mengandung zink (0,2%-1%)

2.1.3

Fungsi unsur-unsur dalam amalgam.

Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut :4,8,12
1. Perak
a) Meningkatkan strength
b) Meningkatkan setting expansion
2. Timah
a) Mengurangi strength dan hardness
b) Mengurangi ekspansi
c) Meningkatkan setting time
3. Tembaga
a) Meningkatkan strength dan hardness
b) Menghambat pembentukan fase gamma 2
c) Mengurangi tarnish dan korosi
d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi

4. Zink
a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses
pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang
penting seperti perak, tembaga, maupun timah.
b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper
5. Palladium
a) Mengurangi korosi
6. Indium
a) Meningkatkan strength
b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

2.1.4. Manipulasi amalgam.


Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan alloy
amalgam dengan merkuri. Rasio bubuk alloy amalgam dengan merkuri yang biasa
digunakan adalah 1:1 dengan persentase merkuri bervariasi dari 43% sampai 54%.
Pada alloy spherical, rasio bubuk : cairan biasanya lebih kecil, dengan kandungan
merkuri sekitar 45%.4,5
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan cairan
yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel maupun secara
mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari proses triturasi adalah
didapatnya suatu massa plastis yang disebut amalgam. 4,5
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan
amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu memberikan tekanan yang

besar menggunakan amalgam stopper agar dapat berkontak rapat dengan dinding
kavitas. Kondensasi yang baik perlu dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri,
karena merkuri yang berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan
menyebabkan porositas pada amalgam. 4,5

Gambar 2.1: Hasil triturasi amalgam. I. Undermixed. II. Normal. III.


Overmixed. Sumber: Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th
ed. 2002. Mosby. p.306
2.1.5

Reaksi pengerasan amalgam.

1. Amalgam Konvensional (low copper)4,7


Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk berbagai
senyawa, terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa. Senyawa perak
merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu (y1), dan senyawa timahraksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase gamma dua (2). Prosesnya dapat
digambarkan seperti ini :
Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg

1
2
Fase Sn7Hg (2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki karena
dianggap meningkakan korosi dan melemahkan kekuatan. Persentase Ag2Hg3 (1)

yaitu sekitar 54% sampai 56%. Persentase Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27%
sampai 35% dan 11% sampai 13%.
2. Amalgam high copper4,7
Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak hanya
dalam hal persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi amalgam.
Tembaga ini disajikan baik sebagai bagian dari alloy Ag-Sn, maupun
ditambahkan (admixed) sebagai partikel terpisah dari Ag-Sn. Pada kedua
penyajian ini, jika alloy bereaksi dengan Hg maka akan terbentuk hasil reaksi
Cu-Sn ( fase eta ()) dan bukan gamma 2. Prosesnya dapat digambarkan
seperti ini :
Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5

2.2.

Strength pada amalgam

2.2.1

Pengertian strength pada amalgam.

Semua bahan restorasi memerlukan kekuatan yang cukup untuk menghindari


terjadinya fraktur. Jika desain amalgam cukup baik, kegagalan relatif dapat dihindari,
sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan.

2.2.2. Macam-macam strength pada amalgam.


1. Compressive strength
Compressive

strength

merupakan

sesuatu

yang

berguna

untuk

membandingkan material yang umumnya lemah terhadap regangan seperti amalgam,


semen, dan resin komposit. Ketahanan terhadap gaya kompresi adalah kekuatan yang

10

paling menguntungkan karakteristik amalgam. Karena amalgam terkuat di kompresi


dan jauh lebih lemah pada regangan dan pergeseran.5,6
Compressive strength dipertimbangkan sebagai indikator penting karena
compressive strength yang tinggi dibutuhkan untuk menahan tekanan pengunyahan,
karena tekanan yang diberikan selama proses pengunyahan lebih banyak berupa
tekanan kompresif. Bila suatu benda ditempatkan di bawah beban yang cenderung
menekan atau memendekkannya, ketahanan internal terhadap beban tersebut disebut
tekanan kompresi. Compressive strength setelah tujuh hari tertinggi untuk amalgam
high copper. Compressive strength amalgam setelah tujuh hari adalah 350MPa.2,4,13

Tabel 2.1. Sifat mekanik beberapa tipe amalgam

Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science
of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.157
2. Tensile strength
Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi kekuatan
yang saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama yang terjadi selama
pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan lain juga terjadi. Dan ketika
kekuatan tersebut mempengaruhi suatu tegangan tarik (tensile stress) , fraktur akan
mungkin terjadi. Amalgam mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari

11

compressive strength-nya. Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 ( 12,5 %) dari
compressive strength-nya.4,13

3. Flexural (transverse) strength


Nilai ini sering disamakan dengan modulus of rupture, karena amalgam
adalah bahan yang rapuh. Amalgam dapat menahan perubahan bentuk selama uji
transversal strength. Flexural (transverse) strength dapat diartikan sebagai kekuatan
untuk menahan beban transversal yang terjadi selama pengunyahan. Flexural
strength pada low copper amalgam adalah sekitar 120-130 MPa, sedangkan pada
high copper adalah sekitar 90-110MPa.4

Gambar 2.2 : Beberapa macam arah dari beban yang diberikan. A. uniaxial
loading dari silinder. B. uniaxial loading dari restorasi MO amalgam.
Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art & science
of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.141

12

2.2.3

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam.

1. Perbandingan Merkuri dan alloy


Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri
: alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan untuk suatu
teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy 4 :5, kadang-kadang dalam instruksi
pabrik telah dicantumkan persentasi berat air raksa yang harus digunakan di dalam
campuran. Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan
komposisi alloy, ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan.Terlepas
dari angka perbandingannya adalah hal yang sangat penting pada teknik air raksa
minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa kering
dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan massa.
Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan amalgam
dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan merkuri yang
terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga menurun.2,5

2. Triturasi
Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan alloy.
Waktu

triturasi

yang

pendek

(undertrituration)

ataupun

yang

panjang

(overtrituration) akan mengurangi compressive dan tensile strength karena ada


kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-partikel
amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi mempunyai
konsistensi yang kental dan kekuatan yang lemah karena pembantukan fase 1 yang
berlebihan.4,5

13

3. Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah
dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang
tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy
yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan
yang diberikan selama kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada
bentuk dan ukuran partikel alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan
untuk meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut
amalgam.5

4. Efek laju pengerasan amalgam


Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai
contoh, pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan
sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal
adalah 80 MPa pada 1 jam. compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi
tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam
umumnya sudah mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.4,5

2.3

Kegunaan semen base.


A. Luting agent
Istilah semen mangandung arti bahwa material digunakan sebagai luting.

Walaupun sering digunakan untuk fungsi lain. Semen dental melekatkan restorasi
pada tempatnya dengan retensi mikromekanikal dan makromekanikal. Beberapa
semen dental adhesif melalui ikatan kimia, tetapi kebanyakan tidak adhesif.14

14

B. Proteksi pulpa
Semen dental juga digunakan sebagai intermediet base atau liner ketika
ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2mm. Base dan liner diletakkan di atas
dentin di antara pulpa dan bahan restorasi. Karena kelarutan semen dental lebih besar
dari bahan restorasi, base dan liner tidak diaplikasikan pada tepi restorasi.14

1. Liner
Liner digunakan untuk memproteksi pulpa dari iritasi kimia. Liner dapat
menstimulasi pembentukan dentin sekunder atau membebaskan fluorida. Karena
fungsinya untuk melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat, sehingga bahan
pelapisnya sendiri jangan sampai merupakan bahan yang iritatif. Fungsi lainnya
adalah sebagai kelengkapan suatu tumpatan dan membantu pengobatan. Liner terlalu
tipis untuk mencegah thermal insulation dan terlalu lemah untuk mendukung bahan
restorasi dan menahan tekanan kondensasi amalgam. 14
Fungsi protektifnya terutama berupa pencegahan kuman atau toksinnya yang
umumnya terdapat disekitar tumpatan, memasuki tubulus dan mengiritasi pulpa.
Selapis tipis pelapik diaplikasikan di dasar kavitas, dinding aksial, dan dinding
gingival untuk menutupi dentin yang terbuka. Dinding gingival sangat penting untuk
dilapik karena setiap millimeter perseginya berisikan banyak sekali tubulus tetapi
dentin sklerotiknya sedikit sekali. Akan sangat bermanfaat jika bahan pelapis juga
merupakan bahan yang bersifat bakteriostatika. Di Amerika Utara, istilah yang
digunakan adalah basis, bukan pelapis, dan yang disebut pelapis kavitas (cavity liner)

15

adalah suatu pernis yang mengandung kalsium hidroksida atau Zn.O. Liner sering
dilindungi dengan bahan base seperti semen Zink Fosfat.7

2. Base
Base lebih kuat dan tebal dibanding liner. Base memberikan thermal
insulation. Beberapa dapat mendukung bahan restorasi dan melepaskan fluor.
Beberapa base juga dapat mengiritasi pulpa sebelum setting. Restorasi logam adalah
restorasi yang bisa menghantar panas dan telah sejak lama dianggap perlu
meletakkan base di bawahnya agar pulpa terlindung dari renjatan suhu. Akan tetapi
Braden pada tahun 1964 meragukan manfaat prosedur demikian. Braden berpendapat
bahwa dentin sendiri merupakan isolator yang lebih baik daripada bahan pelapik
yang dapat diperoleh saat itu yang hanya efektif jika diberikan dalam ketebalan
tertentu, sedangkan kebanyakan pelapik kalau dipotong melintang ternyata
merupakan lapisan tipis saja. Brannstrom (1982) menyokong pendapat ini yakni
bahwa pelapikan diatas kavitas yang dalam agar pulpa terlindung dari renjatan suhu,
yang berbeda dengan pendapat konvensional.7,14

2.4

Semen base polikarboksilat

2.4.1

Gambaran umum.
Semen polikarboksilat dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dennis Smith

dalam sebuah usaha untuk menghindari kemungkinan kerusakan pulpa yang


dihubungkan dengan pH rendah dari semen konvensional. (misalnya : semen Zink
Fosfat).8

16

Semen polikarboksilat merupakan dental material pertama yang adhesif yang


digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Semen polikarboksilat berikatan dengan
struktur gigi. Semen polikarboksilat tidak bersifat asam seperti semen Zink Fosfat,
biokompatibel. Semen polikarboksilat tidak terlalu kuat dan daya larut moderat.14

2.4.2

Komposisi dan Kimiawi.


Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah larutan

air dari asam poliakrilat. Konsentrasi asam dapat bervariasi di antara satu semen
dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%.. Bubuknya mengandung ZinkOksida dengan sejumlah Magnesium Oksida. 5,15

2.4.3

Sifat umum.
A. Sifat mekanis.
Compressive strength dari semen polikarboksilat adalah sekitar 55 MPa (40-

70 MPa), relatif lebih rendah daripada semen Zink Fosfat. Namun kekuatan tarik
sedikit lebih tinggi. Semen polikarboksilat tidak sekaku semen zink fosfat. 5,14,15

B. Daya larut.
Daya larut semen di dalam air memang rendah, tetapi jika terpajan asam
organic dengan pH 4,5 atau kurang, daya larutnya meningkat sangat besar. Selain itu
penurunan rasio bubuk-cairan akan meningkatkan daya larut dan kecepatan
disintegrasi secara nyata di dalam rongga mulut.5

17

2.4.4

Manipulasi semen base polikarboksilat.


Pengadukan cairan semen ini sangat kental. Kekentalan adalah sebuah fungsi

dari berat molekuler dan konsentrasi dari asam poliakrilat, jadi akan bervariasi
tergantung pada merek semennya. Dengan demikian, rasio bubuk : cairan yang
dibutuhkan untuk mendapat semen dengan kekentalan yang memadai akan bervariasi
dari suatu produk dengan produk lainnya.Pada umumnya, rasio ini adalah 1,5 bagian
bubuk dengan 1 bagian cairan menurut beratnya. Semen ini harus dicampur pada
permukaan yang tidak menyerap cairan.semen Zink polikarboksilat memiliki
working time 1-2 menit.5,15

Sifat Amalgam
A. Sifat Fisik Amalgam
1.

Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara
bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan
amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA
specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam dengan
kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah,
beberapa bahkan kurang dari 0,1%.

2.

Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan pada dimensinya dan
kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang.

1)

Perubahan dimensional
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, idealnya
perubahan dimensi kecil saja. Kontraksinya yang hebat dapat menyebabkan
terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder.

18

Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam


tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA no.1
menyebutkan bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20
m/cm, diukur pada 300C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi dengan
alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5 m.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah :
a.

Komposisi Alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih
besar pula expansi yang terjadi.

b.

Rasio mercury:alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat


expansinya.

c.

Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut,
maka total area permukaan alloy akan meningkat.

d.

Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama
waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.

e.

Tekanan kondensasi : Jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi,


akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke
alloy.
3.

Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan
koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang
mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies.

4.

Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan,
yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

B.
1.

Sifat Mekanik Amalgam


Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur
tersebut

19

tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur
yang
lainnya.
Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam
lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik
untuk
mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang
memperbesar
kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.
Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
a.

Rasio mercury:alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel
alloy
tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan
bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat
amalgam menjadi lebih rapuh.

b.

Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.


Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih
kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.

c.

Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel
yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

d.

Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.


Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah
teknik triturasi yang baik.
Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam
yang
tidak kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi

20

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya.


1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam
campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator.
2. Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontril kekuatan adalah
kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup haris
dicampur dengan logam camput untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan
memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel
logam campur harus dibasahi oleh merkuri. Bila tidak, akan terbentuk adonan yang
kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar
dan berlubang-lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri
yang tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam
jumlah yang cukup besar.
3. Efek Kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel campur, semuanya
mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam
campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan
kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam).Teknik kondensasi
yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase
matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk
mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut.
Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan rignan akan
mempunyai kekuatan yang baik.
4. Efek

Porositas.

Ruang kosong dan

porus

adalah

faktor-faktor

yang

mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.


5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresi minimal adalam 80 Mpa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari
amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.
C. Sifat Kimia Amalgam
1.

Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik


Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah saliva . Besarnya arus
galvanis

21

dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak


dan
daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi
secara in vivo . Untuk restorasi amalgamamalgam , perbedaan potensial korosi
sebelum
berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang
mana
paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya
semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus
galvanic
yang dihasilkan.
2.

Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur
dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical.
Korosi dapat
mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan
penggunaan.

3.

Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang
terlihat dapat
menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran
silver
dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
D.

1.

Sifat Biologi Amalgam


Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai
dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain.

22

Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek
samping
fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi
oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat.
2.

Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai
dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa keracunan air raksa dari
tambalan
gigi adalah penyebab dari penyakit-penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas
dan ada
bahaya bagi dokter gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama
pengadukan
penempatan dan pembuangan.
Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis
pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut
berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan
dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa
yang larut
dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol
bagi
asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya.
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau
pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses
pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang .
Komposisi Amalgam
Alloy

Presentase Berat (%)

Silver

65 (maksimum)

Tin

29 (maksimum)

Copper

6 (maksimum)

23

Zinc

2 (maksimum)

Mercury

3 (maksimum)

Palladium

0,5

Fungsi dari tiap unsur diatas yaitu :


1.

Silver.

a.

Memutihkan alloy.

b.

Menurunkan creep.

c.

Meningkatkan strength.

d.

Meningkatkan setting expansion.

e.

Meningkatkan resistensi terhadap tarnish.


2.

Tin

a.

Mengurangi strength dan hardness.

b.

Mengendalikan reaksi antara perak dan merkuri. Tanpa timah reaksi akan terlalu
cepat terjadi dan setting expansion tidak dapat ditoleransi.

c.

Menigkatkan kontraksi.

d.

Mengurangi resistensi terhadap tarnish dan korosi.


3.

Copper

a.

Meningkatkan ekspansi saat pengerasan.

b.

Meningkatkan strength dan hardness.


4.

a.

Zinc

Zinc dapat menyebabkan terjadinya suatu ekspansi yang tertunda bila campuran
amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses pemanipulasiannya.

b.

Dalam jumlah kecil, tidak dapat mempengaruhi reaksi pengerasan dan sifat-sifat
amalgam. Zinc berperan sebagai pembersih ataupun deoxidizer selama proses
pembuatannya, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsure-unsur penting seperti
silver, copper, ataupun tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh,
sedangkan amalgam yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi kurang
plastis.
5.

Mercury

24

Dalam beberapa merek, sejumlah kecil merkuri (sampai 3%) ditambahkan kedalam
alloy. Campuran yang terbentuk disebut dengan alloy pre-amalgamasi yang dapat
menghasilkan reaksi yang lebih cepat.
6.

Palladium

a.

Mengeraskan alloy.

b.

Memutihkan alloy

25

Anda mungkin juga menyukai