Tanaman obat ialah jenis tanaman yang berkhasiat sebagai penyembuh, dapat
digunakan sebagai obat, dan secara empiris terbukti efektifitasnya. Secara
naluriah, manusia akan berusaha untuk memelihara kesehatan dan mengobati
penyakitnya. Usaha itu tentu menghasilkan temuan-temuan yang kemudian
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi menjadi suatu sistem
kesehatan dan pengobatan yang baku. Hal ini telah terjadi selama berabad-abad,
sejak masa prasejarah sampai masa sejarah.
Pada jaman mesir kuno, para budak diberi ransum bawang setiap hari untuk
membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum
terjadi pada masa itu. Sejak itu catatan pertama tentang penulisan tanaman obat
dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Dimana
saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan
pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah tercatat berbagai tanaman obat,
termasuk jintan dan kayu manis.
http://bukanbasoo.blogspot.com/2011/10/sejarah-tanaman-obat-di-indonesia.html
Orang-orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk menggunakan bawang putih,
candu, minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila, dan tumbuh-
tumbuhan herbal lain untuk pengobatan.
Buku mengenai tumbuhan herbal dari Cina tercatat sekitar tahun 200 SM yang
memuat 365 tumbuhan obat dan penggunaan-penggunaan tumbuhan herbal
tersebut, diantaranya disebutkan termasuk ma-Huang, yang memperkenalkan
efedrina kepada pengobatan modern.
Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan tanaman herbal
untuk penyembuhan.
Yunani dan praktek-praktek Roma yang berhubung dengan obat, seperti yang
dipelihara di dalam tulisan Hippocrates dan – terutama -Kekasih, yang dengan
syarat polapola untuk pengobatan barat yang kemudiannya. Hippocrates
menganjurkan pemakaian herbal yang sederhana, seperti udara yang sehat, segar
dan bersih, istirahat dan diet yang wajar.
Para ahli kedokteran bangsa Yunani merupakan orang Eropa yang pertama yang
membuat acuan penggunaan-penggunaan dari tumbuhan obat, De Materia
Medica.
Pada abad pertama sesudah masehi, Dioscorides menulis suatu ringkasan dari
lebih 500 tumbuhan yang menjadi bahan acuan selama abad ke 17. Sama
pentingnya bagi ahli pengobatan herbal dan ahli tumbuhan di temukan buku dari
bangsa Yunani, Historia Theophrastus Plantarum, yang ditulis pada abad ke 4.
Pada jaman mesir kuno, dimana para budak diberi ransum bawang setiap hari
untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum
terjadi pada masa itu. Sejak itu Catatan pertama tentang penulisan tanaman obat
dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Dimana
saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan
pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat membuat berbagai tanaman
obat, termasuk jintan dan kayu manis.
Orang-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan pengobatan herbal.
Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai daratan yang baru para dokter
mereka menemukan berbagai tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender.
Hal itupun langsung diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Berbagai
kebudayaan yang lain yang memiliki sejarah penggunaan pengobatan dengan
menggunakan tanaman obat atau herbal adalah orang Cina dan India.
Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari
berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan
karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English
Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter
telah memulai bisinsnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang
lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat
tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah,
Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ”
Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat
inipun masih diterbitkan.
Hallo Sahabat Natural disini saya akan membagi sedikit Info sejarah, bukan
sejarah umum ya.
Tapi sejarah tentang tanaman herbal di negara kita Indonesia.
Kalau kita bicara pengobatan herbal maka pikiran kita pasti melayang ke obat
tradisional, jamu gendong, warung yang menyediakan jamu kemasan untuk obat
sakit kepala atau masuk angin. Tidak salah memang sebab herbal memang masuk
kategori obat tradisional.
Di negara Asia lainnya terutama Cina, Korea dan India untuk penduduk pedesaan,
obat herbal masuk dalam pilihan pertama untuk pengobatan, dinegara maju pun
saat ini kecenderungan beralih kepengobatan tradisional terutama herbal
menunjukan gejala peningkatan yang sangat signifikan.
Dari hasil Susenas tahun 2007 menunjukan di Indonesia sendiri keluhan sakit
yang diderita penduduk Indonesia sebesar 28.15% dan dari jumlah tersebut
ternyata 65.01% nya memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan 38.30%
lainnya memilih menggunakan obat tradisional, jadi kalau penduduk Indonesia
diasumsikan sebanyak 220 juta jiwa maka yang memilih menggunakan obat
tradisional sebanyak kurang lebih 23,7 juta jiwa, suatu jumlah yang sangat besar.
Indonesia sendiri yang terletak didaerah tropis memiliki keunikan dan kekayaan
hayati yang sangat luar biasa, tercatat tidak kurang dari 30.000 jenis tanaman obat
yang tumbuh di Indonesia walaupun yang sudah tercatat sebagai produk
Fitofarmaka [bisa diresepkan] baru ada 5 produk dan produk obat herbal
terstandar baru ada 28 produk. Terlihat potensi yang masih belum digali masih
sangat besar dalam pengembangan obat herbal terutama yang merupakan produk
herbal asli Indonesia.
Tahun 2007 telah dicanangkan oleh pemerintah bahwa Jamu adalah Brand
Indonesia, walau pada kenyataannya masih dianggap strata paling bawah dalam
pengobatan karena belum teruji secara ilmiah.
Ini semua menggambarkan dunia kedokteran walau masih belum terbuka lebar
tetapi para pelakunya, yaitu para dokter mulai melihat potensi yang besar dan
ternyata bisa dikembangkan dalam pengobatan berbasis obat herbal, tidak hanya
untuk menangani penyakit yang ringan saja tetapi juga untuk mengatasi penyakit
yang berat.
Memasuki tahun 2010, Badan Litbang Depkes mempelopori suatu usaha yang
sangat terpuji dan patut didukung penuh yaitu dengan membuat model “Rumah
Sehat” atau “Klinik Jamu”, model ini akan menerapkan penggunaan jamu sebagai
obat yang diberikan dokter untuk pasiennya, suatu terobosan yang didukung oleh
kebijakan pemerintah dan akan diuji coba didaerah Jawa Tengah pada awal tahun
2010. Dipilihnya Jawa Tengah mungkin juga dengan pertimbangan saat ini
banyak perusahaan Jamu dalam skala kecil sampai besar yang berlokasi di Jawa
Tengah serta kebiasaan orang jawa meminum jamu sejak dulu.
Memang masih memerlukan banyak persiapan, baik secara mental dari para
dokter yang memberikan obat serta merubah persepsi pasien bahwa pengobatan
herbal atau “minum jamu” itu ketinggalan jaman, kita harus bisa menerima
kenyataan bahwa jaman sudah berubah, mencontoh Cina yang dengan berani
memberikan pilihan kepada pasien untuk menggunakan pengobatan dengan obat
konvensional atau tradisional.
Saatnya juga bagi perusahaan jamu yang peduli dengan khasiat serta mutu untuk
mulai menerapka standar yang berlaku seperti GMP, SNI, CPOTB sampai
HACCP agar keyakinan masyarakat atas mutu produk yang dihasilkan bisa
diperoleh.
Dukungan dari semua pihak, baik para pelaku petani yang diharapkan
memberikan hasil olahan tanaman herbal dengan kualitas tinggi, keterlibatan
dunia perguruan tingga dan swasta untuk melakukan uji coba khasiat obat herbal,
kemudahan peraturan dan dukungan penuh pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan dan BPOM akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu Negara
terkemuka yang menghasilkan Obat Herbal bermutu tinggi dan menjadikan
Pengobatan Tradisional terutama Herbal bukanlah sekedar Pengobatan Alternative
belaka.
Pada jaman mesir kuno, dimana para budak diberi ransum bawang
setiap hari untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan
infeksi yang umum terjadi pada masa itu. Sejak itu Catatan pertama
tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan
oleh orang-orang mesir kuni. Dimana saat itu para pendeta Mesir kuno telah
melakukan dan mempraktekkan pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM
telah dicatat membuat berbagai tanaman obat, termasuk jintan dan kayu
manis.
Manfaat Tanaman
Obat Tradisional
Bab I
Pendahuluan
begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan fauna yang
Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang manfaat
apa saja yang dapat kita peroleh dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu
dikarenakan masyarakat lebih mengenal obat – obatan dari bahan kimia, baik
karena anjuran dari resep dokter yang lebih sering memberikan resep untuk
membeli obat – obatan kimia di apotek atau pun karena mudah didapatkan di toko
kelebihan tersendiri yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat - obatan kimia
yang biasa mereka konsumsi, bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat
yang kurang mampu untuk membeli obat obatan modern. Namun banyak dari
masyarakat yang meracik obat obatan tradisional tersebut hanya dari perkataan
pengaruh obat dalam menyembuhkan karena salahnya penggunaan dan dosis yang
tepat.
masih sangat rendah. Contoh kecil akibat dari pengetahuan tentang pemanfaatan
tanaman obat tradisional yang masih sangat randah adalah seringnya masyarakat
salah dalam menentukan bahan baku dalam pembuatan obat tradisional dan tidak
tahu bagaimana cara mengolah bahan tersebut, sehingga yang didapat bukanlah
penentuan dosis bisa menjadi hal yang berbahaya. Bukannya manfaat yang
tanaman dringo (Acorus calamus), yang biasa digunakan untuk mengobati stres.
Tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron. Senyawa ini punya
Dalam dosis rendah, dringo memang dapat memberikan efek relaksasi pada
otot dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap system saraf pusat
bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun
Dalam karya tulis ini saya akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail
mungkin dari tanaman obat tradisional (herbal) itu sendiri. Dikarenakan luasnya
dibuatnya pembahasan masalah. Secara garis besar pembahasan yang saya uraikan
sebagai berikut:
1. Jenis tanaman dan bagian tanaman yang paling sering digunakan dalam
pembuatan obat
bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya
resep dokter. Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek
samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit
sudah hilang adalah keliru. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan
sebagai berikut:
2. Apa saja jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat tradisional serta
5. Apa saja bagian dari tanaman obat tradisional yang paling sering digunakan
a. Pembahasan ini bagi kami berguna sebagai wahana latihan dalam pembuatan
data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut saya menghubungkan data-data
yang saya dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu saya juga
menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang saya gunakan.
Sehingga diharapkan penelitian saya bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.
Bab II
Pembahasan
ddddda
Bab III
Pengolahan Data
Ada masyarakat yang berpendapat kalau reaksi obat kimia lebih cepat
dibanding obat dari tanaman herbal, padahal reaksi yang lama dalam pengobatan
hal tersebut sangatlah wajar karena obat bukanlah cabai yang saat dimakan makan
rasa pedasnya akan dirasakan saat itu juga sehingga ada beberapa orang yang
Berikut ini adalah kasus yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak
pasien di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi
adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi normal. Hal ini sangat
dimungkinkan karena daun keji beling merupakan diuretik kuat sehingga dapat
menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika
lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang
tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal
berkalsium.
Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang
modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan Obat herbal atau Jamu yang
Dari dua kasus yang terjadi diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman herbal
terbaru yang efektif untuk meyembuhkan penyakit. Namun peran tanaman herbal
Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam.
Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa
pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan bahwa
obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga sangat
aman digunakan.
2. Bebas Racun
Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh
dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal. Yaitu,
bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi oleh siapa
pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di dalam tubuh
atau detoksifikasi.
Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat menyeluruh
penyakit, tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk
melawan penyakit.
Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan habbatussauda
yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis, bahkan kanker.
Contoh lain, bawang putih yang bersifat antivirus serta mampu menguatkan
Berikut ini kandungan dalam beberapa tanaman herbal yang sering di manfaatkan
an digunaka
Rimpang
Rimpang
Beav Rimpang
air kecil,
batuk,amandel ,
lever , .
batuk
kronis ,kurang
darah ,
menghilangkan bau
badan.
m mules, dan
roxburghianu sariawan
msyn
1 Pacar Aglaiae Daun Direbus Mengobati penyakit
2 L batuk,antiseptika ,
an an
4 jambu tanin
biji
orthosiphonin
acid,tanin serta
garam mineral
dan silikat
nyeri lambung ,
diare
9 Ketumba ditempel
asam
r kan
oktadasenat, dan fela
ndren
simiarenol
Bab IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan dapat saya tarik kesimpulan :
a. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan
c. Cara pengolahan obat tradisional masih sederhana, yaitu sengan cara ditumbuk
dan direbus
tepat.
lebih aman bagi tubuh dengan sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya,
4.2 Saran
a. Seharusnya kita dapat lebih bijak untuk memanfaatkan tanaman herbal yang
ada di sekitar kita dengan sebaik mungkin. Serta tetap menjaga kelestarian
lingkungan hidup disekitar kita agar tercipta lingkungan hidup yang sehat.
b. Saran yang terbaik untuk kesehatan, yaitu mengikuti anjuran dari pepatah yang
berbunyi “Lebih baik mencegah daripada mengobati”, dari pada kita berjuang
mati – matian untuk mengobati penyakit kita, lebih baik kita berjuang mati –
Daftar Pustaka
1. Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari Peredaran,
Media Komputindo
2000.Jakarta: 46-73
7. http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_obat_keluarga
8. http://www.anneahira.com
9. http://emprorerfaisal.blogspot.com/2012/03/karya-ilmiah-tentang-pengaruh-
tanaman.html#ixzz1q2i1YLRB
10. http://www.depkes.go.id
11. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf
http://bukupengetahuankita.blogspot.com/2012/11/makalah-tanaman-obat-
tradisional.html
makalah tanaman obat
BAB I
PENDAHULUAN
adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief candi
Konon, pada zaman dahulu kala para selir raja yang jumlahnya bisa
urusan area ’V’. Maka kemungkinan untuk ‘didatangi’ sang raja akan
semakin menjamur salon V spa untuk ratus vagina yang memakai bahan
BAB II
KAJIAN TEORI
Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai
meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran,
dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk
menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk
mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek
moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya,
hingga ke zaman kita sekarang.
Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata
cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan
kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai
jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan
bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang
buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi
Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati
dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang
tabib sedang meracik obat.
Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu dan obat-
obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam
pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan
apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai obat yang
dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran
produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern.
Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat untuk
menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan obat-
obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan.
Jamudan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi komoditi
unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang
kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.
Penggolongan Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu
jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
Logo Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria
memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang
kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan
obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara
ilimiah.
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian TOGA
Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada
hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang
digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam
rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau
bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
1. Demam panas
2. Batuk
3. Sakit perut
4. Gatal-gatal
Fungsi Toga
Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat
kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:
Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan
keindahan bagi orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menghasilkan
keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman yang di tanam terutama yang
ditanam di pekarangan rumah.
Petunjuk Penggunaan Tanaman Obat
Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehingga hasil pengobatan yang maksima. Bacalah dengan seksama semua
petunjuk seputar timbuhan obat di bawah ini.
Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan
asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan
dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. Misalnya
rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat
tonik dan menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa
pahit dapat mengilangkan panas dan lembab. Sementara rasa asin melunakkan dan
sebagai pencahar. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang
keenam, yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.
Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic email,.
Pot keramik dapat dibeli di took obat tradisional Tionghoa. Panic dari besi,
alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini
diingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan
obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat
terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.
Gunakan air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali
ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan dimasukkan ke dalam
pot tanah. Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air
sekitar 30 mm diatasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan
ramuan obat.
Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api
tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya
mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau
terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil
digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus baha obat. Sebagai contoh, obat yang
berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya
dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan
obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu
yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api
yang besar digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan agar pendidihan
menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang merupakan komponen aktif
tumbuhan dapat dicegah.
Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan
kecuali obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat
berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative
diminum sewaktu ingin tidur. Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara
teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau
diminum sebagai pengganti teh.
Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum.
Umumnya diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar.
Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap
hangat dan mudah mengeluarkan keringat.
G. LAMA PENGOBATAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. lingkungan hidup tersusun dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu
sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan sosial budaya.
2. Makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.
3. Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita
sebagai manusia. Karena dengan lingkungan yang tercemar maka kehidupan kita
di muka bumi ini tidalk akan nyaman.
3.2 Saran
- Setelah kita mengetahui tentang masalah lingkungan maka diharapkan pembaca
dapat menerngakan apa yang dimaksud dengan lingkungan serta selukl beluknya.
- Kami sangat senang dengan adanya tugas-tugas seperti ini karena dapat lebih
memperluas atau memperdalam pengetahuan tentang pelajaran yang diperoleh
disekolah. Sebaiknya referensi nya diperbanyak agar pembahasannya lebih luas.
- Kami berharap tugas-tugas seperti ini akan terus dipertahankan kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/melestarikan-lingkungan-suatu-
upaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelestarian_lingkungan_hidup
yuli.blog.uns.ac.id/files/2010/04/toga.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30188/5/Chapter%20I.pdf
digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-23904-308322060%20...
Tanaman obat sudah banyak sekali digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu.
Bahkan dipercaya mempunyai khasiat yang lebih ampuh daripada obat-obat
dokter. Namun, karena perkembangan jaman dan semakin meningkatnya
pengetahuan manusia tentang farmakologi dan ilmu kedokteran, banyak
masyarakat yang beralih ke obat-obatan dokter karena lebih mempercayai obat-
obatan kimia yang telah teruji khasiatnya secara laboratorium, dibandingkan
dengan obat tradisional yang banyak belum bisa dibuktikan secara laboratorium.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan berubah. Dengan adanya krisis moneter,
masyarakat terdorong kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh
dikatakan bebas dari komponen impor, terutama bebas dari bahan-bahan kimia
yang kemungkinan dapat berakibat fatal bagi kesehatan tubuh.
Karena dengan perkembangan teknologi pula, semakin banyak tanaman obat
tradisional yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara laboratorium dan dijamin
aman untuk dikonsumsi dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan
efek samping.
Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, diantaranya adalah
bagian buah, batang, daun, dan akar atau umbi. Oleh karena pentingnya tanaman-
tanaman obat tersebut maka perlu kita mempelajarinya dengan baik sehingga
dapat berdaya guna bagi kita.
Dari zaman nenek moyang sebenarnya tanaman obat ini telah dimanfaatkan secara
bijaksana dan turun temurun. Dimana, mereka mendalami ilmu pengobatan
dengan bahan alam sehingga lahirlah para ahli pengobatan yang disebut dengan
tabib. Pengetahuan yang mereka miliki ini diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Selanjutnya para tabib ini meramu berbagai tanaman
obat/herbal yang biasa kita sebut dengan jamu. Ilmu pengetahuan yang mereka
turunkanpun hanya secara lisan.
Pada saat masuknya agama Hindu dan Budha menyebabkan dampak yang sangat
besar dalam dunia tulis menulis. Pada saat inilah resep-resep mulai ditulis,
pencatatan nama dan khasiatnyapun mulai dilakukan. Pada awalnya
pencatatanpun dilakukan pada batu, lempeng tanah liat maupun lempeng logam.
Cara penulisannya dilakukan dengan cara ditorehkan dengan benda-benda tajam
yang saat ini kita kenal dengan Prasasti.
1. Kitab Lontar
Kitab ini banyak ditemukan di Pulau Bali yang berisikan tata cara pengobatan
dasar para leluhur. Setiap helaian daun lontar memiliki panjang 30 cm yang
disatukan dengan tali yang membentuk sebuah rangkaian. Penulisan daun lontar
menggunakan aksara Bali (meskipun ada yang ditulis dengan aksara Lontara
bahasa Bugis kuno). Kitab lontar ini bersifat sangat sakral dan membutuhkan
penanganan khusus dalam penyimpanannya. Kitab lontar tersebut disimpan pada
kotak/peti kayu yang dihiasi dengan ukiran Bali.
Kitab lontar ditulis khusus oleh para Balian atau ahli pengobatan tradisional Bali.
Para Balian ini selayaknya tabib memliki ilmu khusus yang disebut Taksu atau
kesaktian yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Mereka sangat
dihormati karena selain memiliki kemampuan khusus, mereka juga harus
memahami Kitab Tutur Buda Kecapi yang berisi tentang etika seorang Balian.
Mereka juga diwajibkan menjalani Brata atau puasa dan juga melakukan upacara
pembersihan diri. Para Balian juga harus mendapatkan ijin atau restu dari dewi
ilmu pengetahuan " Hyang Aji Saraswati" dengan cara bersembahyang di pura
suci.
2. Naskah Kitab
Selain dari Kitab Lontar, bukti sejarah tentang pengobatan asli Indonesia juga
tersimpan rapi dalam kitab yang ditulis oleh para Mpu dan naskah publikasi yang
ditulis oleh para ilmuan. Kitab yang ditulis para Mpu lebih banyak menceritakan
kehidupan pada masanya. Akan tetapi, terselip juga beberapa cerita tentang
prosesi pengobatan yang dilakukan oleh para ahli botani yang melakukan
penelitian dan eksplorasi terhadap manfaat tanaman obat asli Indonesia.
Beberapa Naskah Peninggalanya antara lain :
Serat Primbon Jampi Jawi (oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II, tahun
1792-1828 M berisi 3000 resep jamu)
Serat Centhini (tentang cara pengobatan alami di Jawa, tahun 1418 M)
Serat Primbon Jmapi (rangkain doa, mantra juga obat-obatan dari alam)
Serat Primbon Sarat ("isyarat warna-warni" ditulis oleh Raden
Atmasupana, tentang persyaratan agar hidup sehat)
Serat Kwaruh (dibuat tahun 1858, berisi 1734 jenis ramuan jamu Jawa)
4. Peninggalan Relief-Prasasti
http://warnainformasi.blogspot.com/2013/05/sejarah-tumbuhan-obat-
indonesia.html