Anda di halaman 1dari 49

Sejarah Tanaman Obat di Dunia

Sabtu, Oktober 15, 2011  Yoga Lesmana  No comments

Tanaman obat ialah jenis tanaman yang berkhasiat sebagai penyembuh, dapat
digunakan sebagai obat, dan secara empiris terbukti efektifitasnya. Secara
naluriah, manusia akan berusaha untuk memelihara kesehatan dan mengobati
penyakitnya. Usaha itu tentu menghasilkan temuan-temuan yang kemudian
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi menjadi suatu sistem
kesehatan dan pengobatan yang baku. Hal ini telah terjadi selama berabad-abad,
sejak masa prasejarah sampai masa sejarah.

Pada jaman mesir kuno, para budak diberi ransum bawang setiap hari untuk
membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum
terjadi pada masa itu. Sejak itu catatan pertama tentang penulisan tanaman obat
dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Dimana
saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan mempraktekkan
pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah tercatat berbagai tanaman obat,
termasuk jintan dan kayu manis.

Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan


tanaman obat yaitu Hyppocrates (Tahun 466 Sebelum Masehi), Theophrastus
(Tahun 372 Sebelum Masehi) dan Pedanios Dioscorides (Tahun 100 Sebelum
Masehi) membuat himpunan keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat
dalam De Materia Medica. Orang-orang Yunani kuno juga telah melakukan
pengobatan herbal. Mereka menemukan berbagai tanaman obat baru, seperti
rosemary dan lavender pada saat mengadakan perjalanan ke berbagai daratan lain.

Sementara itu, di China, penggunaan tanaman obat berlangsung sekitar 3.000


tahun yang lalu, ketika muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun Wu.
Pada waktu itu, penyakit ini diyakini disebabkan oleh kekuatan jahat, sehingga
menurut dukun Wu diperlukan obat dari tanaman untuk mengusir kekuatan jahat
itu. Bahkan, bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah ditemukan di China,
di mana makam seorang bangsawan Han ditemukan untuk menyimpan data medis
yang ditulis pada gulungan sutra. Gulungan sutra berisi daftar 247 tumbuh-
tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan dalam menyembuhkan penyakit.

Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan dengan


didirikannya biara-biara di seluruh negeri. Setiap biara memiliki tamanan obat
masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun para
penduduk setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan Skotlandia,
orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik menggunakan obat-obatan dalam
perayaan agama dan ritual mereka. Pengetahuan tanaman obat semakin
berkembang dengan terciptanya mesin cetak pada abad ke 15, sehingga penulisan
mengenai Tanaman-Tanaman Obat dapat dilakukan. Sekitar tahun 1630, John
Parkinson dari London menulis mengenai tanaman obat dari berbagai tanaman.
Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu
The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun
1649.[2] Pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan
berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Sejak saat itu banyak sekali
pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan
mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika, sehingga Potter
terdorong untuk menulis kembali bukunya Potter’s Encyclopaedia of Botanical
Drug and Preparatians, yang sampai saat inipun masih diterbitkan. Tahun 1864,
National Association of Medical Herbalists didirikan dengan tujuan
mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan secara tradisional, serta
mempertahankan standar-standar praktek pengobatan.

http://bukanbasoo.blogspot.com/2011/10/sejarah-tanaman-obat-di-indonesia.html

SEJARAH OBAT HERBAL DIDUNIA


November 10, 2012 //

sejarah herbal didunia

Di catatan sejarah, studi mengenai tumbuh-tumbuhan herbal dimulai pada 5.000


tahun yang lalu pada bangsa Sumerians, yang telah menggunakan tumbuh-
tumbuhan herbal untuk kepentingan pengobatan, seperti pohon salam, sejenis
tanaman pewangi.

Orang-orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk menggunakan bawang putih,
candu, minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila, dan tumbuh-
tumbuhan herbal lain untuk pengobatan.

Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti


habbatussaudah yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan
darah kadar gula dalam darah, memecah batu ginjal, dll.

Dalam dokumen Kuno juga menyebutkan penggunaan tanaman/jamu herbal,


termasuk tanaman mandrak (beracun), vetch, sejenis tanaman pewangi, gandum,
jewawut, dan gandum hitam.

Buku mengenai tumbuhan herbal dari Cina tercatat sekitar tahun 200 SM yang
memuat 365 tumbuhan obat dan penggunaan-penggunaan tumbuhan herbal
tersebut, diantaranya disebutkan termasuk ma-Huang, yang memperkenalkan
efedrina kepada pengobatan modern.

Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan tanaman herbal
untuk penyembuhan.

Sebagaimana tertulis dalam catatan Hipocrates, terutama Galen praktek bangsa


Yunani dan Roma dalam pengobatan herbal menjadi acuan dalam pelaksanaan
pengobatan di barat pada kemudian hari.

Yunani dan praktek-praktek Roma yang berhubung dengan obat, seperti yang
dipelihara di dalam tulisan Hippocrates dan – terutama -Kekasih, yang dengan
syarat polapola untuk pengobatan barat yang kemudiannya. Hippocrates
menganjurkan pemakaian herbal yang sederhana, seperti udara yang sehat, segar
dan bersih, istirahat dan diet yang wajar.

Sedangkan Galen menganjurkan penggunaan dosis-dosis yang besar dari


campuran-campuran obat termasuk tumbuhan, binatang, dan ramuan-ramuan
mineral.

Para ahli kedokteran bangsa Yunani merupakan orang Eropa yang pertama yang
membuat acuan penggunaan-penggunaan dari tumbuhan obat, De Materia
Medica.

Pada abad pertama sesudah masehi, Dioscorides menulis suatu ringkasan dari
lebih 500 tumbuhan yang menjadi bahan acuan selama abad ke 17. Sama
pentingnya bagi ahli pengobatan herbal dan ahli tumbuhan di temukan buku dari
bangsa Yunani, Historia Theophrastus Plantarum, yang ditulis pada abad ke 4.

Perkembangan pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat


telah dicapai seiring dengan perkembangan kedokteran barat yang telah diakui
dunia internasional. Penggunaan obat herbal atau tanaman obat sebagai obat
dikatakan sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri. Sejak jaman dahulu
makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan
dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan

Pada jaman mesir kuno,  dimana para budak diberi ransum bawang setiap hari
untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan infeksi yang umum
terjadi pada masa itu.  Sejak itu Catatan pertama tentang penulisan tanaman obat
dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan oleh orang-orang mesir kuno. Dimana
saat itu para pendeta Mesir kuno telah melakukan dan  mempraktekkan
pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah dicatat membuat berbagai tanaman
obat, termasuk jintan dan kayu manis.

Orang-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan pengobatan herbal.
Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai daratan yang baru para dokter
mereka menemukan berbagai tanaman obat baru seperti rosemary dan lavender.
Hal itupun langsung diperkenalkan pada berbagai daerah baru. Berbagai
kebudayaan yang lain yang memiliki sejarah penggunaan pengobatan dengan
menggunakan tanaman obat atau herbal adalah orang Cina dan India.

Di Inggris, penggunaan tanaman obat di kembangkan bersamaan dengan


didirikannya biara-biara di seluruh negeri, dan memiliki tamanan obat masing-
masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun para penduduk
setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan Skotlandia, orang-orang
Druid dan para penyembuh Celtik memiliki tradisi lain tentang herbalisme,
dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama dan ritual.  Semakin
berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan terciptanya mesin cetak
pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang pertama tentang penulisan ”
tanaman-tanaman Obat

Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari
berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan
karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English
Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. pada tahun 1812, Henry Potter
telah memulai bisinsnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang
lintah.  Disaat  itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat
tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah,
Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ”
Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat
inipun masih diterbitkan.

Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan, untuk


mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta mempertahankan
standart-standar praktek pengobatan. Hingga awal abad ini banyak institute telah
berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal. Berkembangnya penampilan obat-
obatan herbal yang lebih alami telah menyebabkan tumbuhnya dukungan dan
popularitasnya. Obat-obatan herbal dapat dipandang sebagai pendahuluan
farmakologi modern, tetapi sekarang obat-obatan herbal ini terus sebagai metode
yang efektif dan lebih alami untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit.

Sejarah Tanaman Herbal di Indonesia

Hallo Sahabat Natural disini saya akan membagi sedikit Info sejarah, bukan
sejarah umum ya.
Tapi sejarah tentang tanaman herbal di negara kita Indonesia.

Kalau kita bicara pengobatan herbal maka pikiran kita pasti melayang ke obat
tradisional, jamu gendong, warung yang menyediakan jamu kemasan untuk obat
sakit kepala atau masuk angin. Tidak salah memang sebab herbal memang masuk
kategori obat tradisional.

Di negara Asia lainnya terutama Cina, Korea dan India untuk penduduk pedesaan,
obat herbal masuk dalam pilihan pertama untuk pengobatan, dinegara maju pun
saat ini kecenderungan beralih kepengobatan tradisional terutama herbal
menunjukan gejala peningkatan yang sangat signifikan.

Dari hasil Susenas tahun 2007 menunjukan di Indonesia sendiri keluhan sakit
yang diderita penduduk Indonesia sebesar 28.15% dan dari jumlah tersebut
ternyata 65.01% nya memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan 38.30%
lainnya memilih menggunakan obat tradisional, jadi kalau penduduk Indonesia
diasumsikan sebanyak 220 juta jiwa maka yang memilih menggunakan obat
tradisional sebanyak kurang lebih 23,7 juta jiwa, suatu jumlah yang sangat besar.

Pengobatan tradisional sendiri menurut Undang-undang No 36/2009 tentang


Kesehatan melingkupi bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian [galenik] atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan. Sesuai dengan
pasal 100 ayat (1) dan (2), sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat
dan aman digunakan akan tetap dijaga kelestariannya dan dijamin Pemerintah
untuk pengembangan serta pemeliharaan bahan bakunya.

Indonesia sendiri yang terletak didaerah tropis memiliki keunikan dan kekayaan
hayati yang sangat luar biasa, tercatat tidak kurang dari 30.000 jenis tanaman obat
yang tumbuh di Indonesia walaupun yang sudah tercatat sebagai produk
Fitofarmaka [bisa diresepkan] baru ada 5 produk dan produk obat herbal
terstandar baru ada 28 produk. Terlihat potensi yang masih belum digali masih
sangat besar dalam pengembangan obat herbal terutama yang merupakan produk
herbal asli Indonesia.

Tahun 2007 telah dicanangkan oleh pemerintah bahwa Jamu adalah Brand
Indonesia, walau pada kenyataannya masih dianggap strata paling bawah dalam
pengobatan karena belum teruji secara ilmiah.

Dunia Kedokteran Indonesia sendiri secara perlahan mulai membuka diri


menerima herbal sabagai pilihan untuk pengobatan, bukan sekedar sebagai
pengobatan alternatif saja, ini terbukti dengan berdirinya beberapa organisasi
seperti Badan Kajian Kedokteran Tradisional dan Komplementer Ikatan Dokter
Indonesia pada Muktamar IDI XXVII tahun 2009, Persatuan Dokter Herbal
Medik Indonesia [PDHMI], Persatuan Dokter Pengembangan Kesehatan Timur
[PDPKT] dan beberapa organisasi sejenis lainnya.

Ini semua menggambarkan dunia kedokteran walau masih belum terbuka lebar
tetapi para pelakunya, yaitu para dokter mulai melihat potensi yang besar dan
ternyata bisa dikembangkan dalam pengobatan berbasis obat herbal, tidak hanya
untuk menangani penyakit yang ringan saja tetapi juga untuk mengatasi penyakit
yang berat.

Ketergantungan masyarakat terhadap obat konvensional kedokteran diharapkan


bisa secara pasti diganti dengan masuknya obat herbal, saat ini ternyata 95%
bahan baku obat konvensional masih di import, berapa banyak devisa yang bisa
dihemat bila peralihan ini berjalan mulus.

Memasuki tahun 2010, Badan Litbang Depkes mempelopori suatu usaha yang
sangat terpuji dan patut didukung penuh yaitu dengan membuat model “Rumah
Sehat” atau “Klinik Jamu”, model ini akan menerapkan penggunaan jamu sebagai
obat yang diberikan dokter untuk pasiennya, suatu terobosan yang didukung oleh
kebijakan pemerintah dan akan diuji coba didaerah Jawa Tengah pada awal tahun
2010. Dipilihnya Jawa Tengah mungkin juga dengan pertimbangan saat ini
banyak perusahaan Jamu dalam skala kecil sampai besar yang berlokasi di Jawa
Tengah serta kebiasaan orang jawa meminum jamu sejak dulu.

Bekerjasama dengan GP Jamu [Gabungan Pengusaha Jamu] sebagai penyedia


kebutuhan obat herbal, Rumah Sehat ini akan dipimpin oleh Dokter sebagai
penanggung jawab dan yang menggembirakan ternyata sudah cukup banyak para
dokter yang berminat dan terdaftar untuk mempelajari serta mendalami
pengobatan herbal.

Memang masih memerlukan banyak persiapan, baik secara mental dari para
dokter yang memberikan obat serta merubah persepsi pasien bahwa pengobatan
herbal atau “minum jamu” itu ketinggalan jaman, kita harus bisa menerima
kenyataan bahwa jaman sudah berubah, mencontoh Cina yang dengan berani
memberikan pilihan kepada pasien untuk menggunakan pengobatan dengan obat
konvensional atau tradisional.

Saatnya juga bagi perusahaan jamu yang peduli dengan khasiat serta mutu untuk
mulai menerapka standar yang berlaku seperti GMP, SNI, CPOTB  sampai
HACCP agar keyakinan masyarakat atas mutu produk yang dihasilkan bisa
diperoleh.

Dukungan dari semua pihak, baik para pelaku petani yang diharapkan
memberikan hasil olahan tanaman herbal dengan kualitas tinggi, keterlibatan
dunia perguruan tingga dan swasta untuk melakukan uji coba khasiat obat herbal,
kemudahan peraturan dan dukungan penuh pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan dan BPOM akan menjadikan Indonesia menjadi salah satu Negara
terkemuka yang menghasilkan Obat Herbal bermutu tinggi dan menjadikan
Pengobatan Tradisional terutama Herbal bukanlah sekedar Pengobatan Alternative
belaka.

Sejarah Obat Tradisional

Perkembangan pengobatan dengan memanfaatkan tumbuhan


berkhasiat obat telah dicapai seiring dengan perkembangan kedokteran
barat yang telah diakui dunia internasional. Penggunaan herbal atau
tanaman obat sebagai obat dikatakan sama tuanya dengan umur manusia itu
sendiri. Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat
dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang
menyehatkan.

Pada jaman mesir kuno,  dimana para budak diberi ransum bawang
setiap hari untuk membantu menghilangkan banyak penyakit demam dan
infeksi yang umum terjadi pada masa itu.  Sejak itu Catatan pertama
tentang penulisan tanaman obat dan berbagai khasiatnya telah dikumpulkan
oleh orang-orang mesir kuni. Dimana saat itu para pendeta Mesir kuno telah
melakukan dan  mempraktekkan pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM
telah dicatat membuat berbagai tanaman obat, termasuk jintan dan kayu
manis.

Oran-orang Yunani dan Romawi kuno juga telah melakukan


pengobatan herbal. Disaat mereka mengadakan perjaalanan ke berbagai
daratan yang baru para dokter mereka menemukan berbagai tanaman obat
baru seperti rosemary dan lavender. Hal itupun langsung diperkenalkan
pada berbagai daerah baru. Berbagai kebudayaan yang lain yang memiliki
sejarah penggunaan pengobatan dengan menggunakan tanaman obat atau
herbal adalah orang Cina dan India.

Di Inggris, penggunaan tanaman obat di kembangkan bersamaan


dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri, dan memiliki tamanan
obat masing-masing yang digunakan untuk merawat para pendeta maupun
para penduduk setempat. Pada beberapa daerah, khususnya Wales dan
Skotlandia, orang-orang Druid dan para penyembuh Celtik memiliki tradisi
lain tentang herbalisme, dimana obat-obat dicampur adukkan dengan agama
dan ritual.  Semakin berkembangnya pengetahuan herbal dan seiring dengan
terciptanya mesin cetak pada abad ke 15 telah ada pendistribusian yang
pertama tentang penulisan ” tanaman-tanaman Obat”.

Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman


obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper
( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete
Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. pada
tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisinsnya menyediakan berbagai
tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali
pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat
ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika.
Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ” Potter’s
Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat
inipun masih diterbitkan.

Tahun 1864 National Association of Medical Herbalists didirikan,


untuk mengorganisir pelatihan para praktisi pengobatan herbal serta
mempertahankan standart-standar praktek pengobatan. Hingga awal abad
ini banyak institute telah berdiri untuk mempelajari pengobatan herbal.
Berkembangnya penampilan obat-obatan herbal yang lebih alami telah
menyebabkan tumbuhnya dukungan dan popularitasnya. Obat-obatan
herbal dapat dipandang sebagai pendahuluan farmakologi modern, tetapi
sekarang obat-obatan herbal ini terus sebagai metode yang efektif dan lebih
alami untuk menyembuhkan dan mencegah penyakit.

Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktekkan daripada


obat-obatan konvensional. Di berbagai daerah pedesaan pengobatan herbal
terus tumbuh subur dalam berbagai cerita rakyat, tradisi, dan praktek local.
Kemajuan yang sangat pesat sampai saat ini dimana banyak sekali para
herbalis mengandalkan pengetahuan mereka tentang obat-obatan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk merawat dan mengobati penyakit.

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta


sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di
wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat
merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk
pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah
nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan Mataram mencapai beberapa
puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia,
adalah produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan
kesehatannya dari tanaman obat.

Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal maupun ramuan


terbukti sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan tanaman obat
yang ada di wilayah Nusantara bersumber dari pewarisan pengetahuan
secara turun-temurun, dan terus-menerus diperkaya dengan pengetahuan
dari luar Nusantara, khususnya dari China dan India. Tetapi dengan
masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah
dokter jawa di Jakarta pada tahun 1904, maka secara bertahap dan
sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat telah ditinggalkan. Dan
telah menggantungkan diri pada obat kimia modern, penggunaan tanaman
obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang.

Sebagai akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal


tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat. Namun masih ada
sebenarnya upaya yang melestarikan dan memanfaatkan tanaman obat
dalam dokumentasinya seperti K. Heyne, menulis buku ” Tanaman Berguna
Indonesia “,. Dr. Seno Sastroamidjojo, dengan bukunya ” Obat Asli
Indonesia “. Dan beberapa upaya mengembangankan pengetahuan tanaman
obat Indonesia dan aplikasinya dalam pengobatan. Saat ini obat herbal
digunakan di klinik pengobatan Tradisional RS.Dr.,Sutomo Surabaya dan
beberapa rumah sakit besar di Jakarta juga sudah menyediakan obat herbal.

Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk


kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to
nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negara-
negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan pelatihan herbalpun kini telah
banyak diminati masyarakat. Pentingnya Kepedulian kita akan tanaman
obat atau  herbal yang telah sejak jaman dulu kala perlu di lestarikan dan di
terapkan seperti negara-negara lain yang  telah menggunakan herbal sebagai
obat leluhur
http://delvinafar.blogspot.com/2011/08/sejarah-obat-tradisional.html

makalah tanaman obat tradisional


Posted by Asvira dealova

Manfaat Tanaman 
Obat Tradisional

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar didunia, Negara yang memiliki

begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan fauna yang

dimilikinya. Keanekaragaman ini pula membuat Indonesia memiliki banyak

keanekaragaman hayati termasuk juga keanekaragaman tanaman obat tradisional

atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal.

Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang manfaat

apa saja yang dapat kita peroleh dari tanaman herbal untuk kesehatan, itu

dikarenakan masyarakat lebih mengenal obat – obatan dari bahan kimia, baik

karena anjuran dari resep dokter yang lebih sering memberikan resep untuk

membeli obat – obatan kimia di apotek atau pun karena mudah didapatkan di toko

atau warung terdekat, sehingga membuat masyarakat kurang mengetahui

kelebihan tersendiri yang dimiliki tanaman herbal ketimbang obat - obatan kimia

yang biasa mereka konsumsi, bahkan terkadang masyarakat saat membeli obat

tidak begitu tahu kandungan obat yang diresepkan oleh dokter.

1.2  Identifikasi Masalah

Obat obatan tradisional sangatlah berguna terutama bagi masyarakat kecil

yang kurang mampu untuk membeli obat obatan modern. Namun banyak dari
masyarakat yang meracik obat obatan tradisional tersebut hanya dari perkataan

orang lain atau pengalaman sendiri. Inilah yang menyebabkan kurangnya

pengaruh obat dalam menyembuhkan karena salahnya penggunaan dan dosis yang

tepat.

Pengetahuan masyarakat mengenai pemanfaatan tanaman obat tradisional

masih sangat rendah. Contoh kecil akibat dari pengetahuan tentang pemanfaatan

tanaman obat tradisional yang masih sangat randah adalah seringnya masyarakat

salah dalam menentukan bahan baku dalam pembuatan obat tradisional dan tidak

tahu bagaimana cara mengolah bahan tersebut, sehingga yang didapat bukanlah

manfaat melainkan efek samping yang berlebih.

Selain itu, kurangnya pengetahuan pengguna obat obatan tradisional dalam

penentuan dosis bisa menjadi hal yang berbahaya. Bukannya manfaat yang

didapat, melainkan efek samping yang berlebih, seperti halnya penggunaan

tanaman dringo (Acorus calamus), yang biasa digunakan untuk mengobati stres.

Tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron. Senyawa ini punya

struktur kimia mirip golongan amfetamin dan ekstasi.

Dalam dosis rendah, dringo memang dapat memberikan efek relaksasi pada

otot dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap system saraf pusat

(Manikandan S, dan Devi RS., 2005), (Sukandar E Y, 2006)).Namun, jika

digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya, yakni

meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif) (Fang Y, et al., 2003)

1.3 Pembahasan Masalah


Tanaman obat tradisional atau lebih dikenal dengan tanaman herbal adalah

bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan mineral, sediaan

sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun

telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Dalam karya tulis ini saya akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail

mungkin dari tanaman obat tradisional (herbal) itu sendiri. Dikarenakan luasnya

cakupan mengenai pemanfaatan tanaman obat tradisional. Maka dirasa perlu

dibuatnya pembahasan masalah. Secara garis besar pembahasan yang saya uraikan

sebagai berikut:

1.   Jenis tanaman dan bagian tanaman yang paling sering digunakan dalam

pembuatan obat

     obatan tradisional.

2. Manfaat dan cara pengolahan obat obatan tradisional

3. Nama ilmiah tanaman

4. Fungsi fungsi tanaman obat tradisional ( herbal)

5. kelebihan kelebihan yang dimiliki tanaman obat tradisional ( herbal).

1.4  Rumusan Masalah


Tanaman obat tradisional, seperti halnya obat buatan pabrik yang memang tak

bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya

resep dokter. Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek

samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit

sudah hilang adalah keliru. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan

tetapi bila sudah melampaui batas, justru membahayakan.

Sebelum membahas lebih lanjut, pembahasan makalah ini akan dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud tanaman obat tradisional ( herbal ) ?

2. Apa saja jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat tradisional serta

apa nama  ilmiahnya ?

3. Bagaimana pengaruh tanaman obat tradisional ( herbal ) bagi kesehatan ?

4. Bagaimana cara pengolahan tanaman obat tradisional yang tepat?

5. Apa saja bagian dari tanaman obat tradisional yang paling sering digunakan

dalam pembuatan obat tradisional?

6. Apa kelebihan kelebihan yang dimiliki tanaman obat tradisional(herbal)

ketimbang obat obatan dari bahan kimia ?

1.5  Tujuan Pembahasan


Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, tujuan akhir yang ingin di capai

dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui definisi tentang tanaman obat tradisional.

2. Mengetahui berbagai jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat

tradisional beserta nama ilmiahnya.

3. Mengetahui manfaat tumbuhan obat tradisional.

4. Mengetahui cara pengolahan tanaman obat tradisional.

5. Mengetahui bagian tumbuhan obat tradisional yang paling sering digunakan

dalam pembuatan obat tradisional.

6. Menjelaskan kelebihan kelebihan tanaman obat tradisional (herbal) daripada

obat obatan kimia.

1.6  Kegunaan Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, kegunaan pembahasan ini adalah:

a. Pembahasan ini bagi kami berguna sebagai wahana latihan dalam pembuatan

karya tulis ilmiah.

b. Dengan adanya pembahasan ini tentunya akan semakin memperkaya ilmu

    pengetahuankita, khususnya tentang pemanfaatan tanaman obat tradisional.


c. Pembahasan ini digunakan untuk memberikan informasi bahwa banyak sekali

tanaman yang bisa dijadikan sebagai obat  obatan

1.7  Metode Penelitian

Metode penelitian  yang saya gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di

maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-

data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut saya menghubungkan data-data

yang saya dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu saya juga

menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang saya gunakan.

Sehingga diharapkan penelitian saya bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Bab II

Pembahasan

2.1 Landasan Teori

ddddda
Bab III

Pengolahan Data

3.1 Tanaman herbal bagi kesehatan

Ada masyarakat yang berpendapat kalau reaksi obat kimia lebih cepat

dibanding obat dari tanaman herbal, padahal reaksi yang lama dalam pengobatan

hal tersebut sangatlah wajar karena obat bukanlah cabai yang saat dimakan makan

rasa pedasnya akan dirasakan saat itu juga sehingga ada beberapa orang yang

bertanya adakah Pengaruh tanaman herbal bagi kesehatan.

Berikut ini adalah kasus yang terjadi sekitar tahun 1985, terdapat banyak

pasien di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah yang sebelumnya mengkonsumsi

daun keji beling. Pada pemeriksaan laboratorium dalam urine-nya ditemukan

adanya sel-sel darah merah (dalam jumlah) melebihi normal. Hal ini sangat

dimungkinkan karena daun keji beling merupakan diuretik kuat sehingga dapat

menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika

menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon stamineus) yang efek diuretiknya

lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang

tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal
berkalsium.

Pada periode sebelum tahun 1970-an banyak terjangkit penyakit infeksi yang

memerlukan penanggulangan secara cepat dengan mengunakan antibiotika (obat

modern). Pada saat itu jika hanya mengunakan Obat herbal atau Jamu yang

efeknya lambat, tentu kurang bermakna dan pengobatannya tidak efektif.

Sebaliknya pada periode berikutnya hinga sekarang sudah cukup banyak

ditemukan turunan antibiotika baru yang potensinnya lebih tinggi sehingga

mampu membasmi berbagai penyebab penyakit infeksi.

Dari dua kasus yang terjadi diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman herbal

berpengaruh terhadap kesehatan manusia, meskipun telah ditemukan antibiotik

terbaru yang efektif untuk meyembuhkan penyakit. Namun peran tanaman herbal

yang sedikit memiliki efek samping bagi tubuh sulit digantikan.

3.2 Kelebihan Obat Herbal dalam Penyembuhan Penyakit

1. Tidak Menimbulkan Efek Samping

Obat herbal benar-benar merupakan produk alami yang telah tersedia di alam.

Pengolahan obat ini pun dilakukan secara alami, bahkan tradisional, tanpa

pencampuran bahan kimia atau sintetis. Oleh sebab itulah, dapat dipastikan bahwa

obat-obatan herbal sama sekali tidak memiliki efek samping sehingga sangat

aman digunakan.
2. Bebas Racun

Obat-obatan kimia atau obat farmasi merupakan racun sehingga tidak boleh

dikonsumsi secara sembarang. Namun, ada yang berbeda dari obat herbal. Yaitu,

bebas racun. Dengan demikian, obat herbal sangat aman dikonsumsi oleh siapa

pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun di dalam tubuh

atau detoksifikasi.

3. Menghilangkan Akar Penyakit

Umumnya, obat-obatan kimia hanya bekerja untuk menyembuhkan gejala

penyakit. Namun, tidak demikian dengan obat-obatan herbal. Selain

menyembuhkan gejala penyakitnya, obat-obatan herbal bekerja hingga

menghilangkan akar penyakitnya.

Cara kerja yang berbeda ini disebabkan efek obat herbal yang bersifat menyeluruh

(holistik). Akhirnya, pengobatan tidak hanya terfokus pada penghilangan

penyakit, tetapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk

melawan penyakit.

4. Mengandung Banyak Khasiat

Misalnya, jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan habbatussauda

yang dapat menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis, bahkan kanker.
Contoh lain, bawang putih yang bersifat antivirus serta mampu menguatkan

jantung dan menurunkan kolesterol.

3.3 Jenis tanaman herbal, Kandungan dan Manfaatnya

Berikut ini kandungan dalam beberapa tanaman herbal yang sering di manfaatkan

didalam tanaman herbal :

N Nama Nama Ilmiah Bagian Cara pengelolahan Manfaat

o Tumbuh Tumbuhan yang

an digunaka

1 Jahe Zingiber Umbi Direbus dan Menghangatkan

officinale Rosc atau ditumbuk Badan

Rimpang

2. Kencur  Kaempferia Umbi Direbus Obat Batuk, sakit

galanga L. atau kepala,

Rimpang melancarkan dahak

3. Kunyit  Curcuma Umbi Ditumbuk atau Mengobati diare

domestica Val atau direbus dan masuk angin

Rimpang

4. Lengkua Languas Umbi Ditumbuk Menghilangkan

s  galangal L. atau panu dan bersifat


Stunzt Rimpang anti bakteri.

5. Temula Curcuma Umbi Direbus Mengatasi sembelit

wak  xanthorrhiza atau dan memperkuat

Roxb Rimpang sekresi empedu

6. Alang- Imperata Umbi Ditumbuk dan Melancarkan air

alang  Cylindrica atau direbus seni

Beav Rimpang

7. Mengku Morinda Buah Dijus Mengobati

du  Citrifolia penyakitradang

usus , susah buang

air kecil,

batuk,amandel ,

 lever , .

8. Jeruk Citrus Buah Dijus Mengobati

nipis  aurantifolia penyakitdemam ,

 batuk

kronis ,kurang

darah ,

menghilangkan bau

badan.

9 Jintan  Trachyspermu Daun Direbus Mengobati batuk,

m mules, dan

roxburghianu sariawan

msyn
1 Pacar Aglaiae Daun Direbus Mengobati penyakit

0. cina  ordorota Lour gonorhoe 

1 Saga  Abrus Daun Direbus Mengobati batuk

1 precatorius dan sariawan

1 Sirih  Chavica betle Daun Direbus atau digosok Mengobati

2 L batuk,antiseptika ,

dan obat kumur

N Nama Bagian yang Cara Zat yang terkandung Manfaat

o Tumbuh digunakan pengolah

an an

1 Daun Daun Direbus butilftalida dan Mengobati tekanan

3 seledri butilidftalida darah tinggi

1 Daun Daun Direbus flavonoid seperti Mengobati diare

4 jambu tanin

biji

1 Daun Daun Direbus Saponin, minyak Bersifat

5 kumis atsiri, zat samak, memperlancar air

kucing lemak  dan glucosit seni

orthosiphonin

1 Daun Daun Direbus asiaticoside, Mengobati

6 pegagan thankuniside, sariawan dan

isothankunisie, bersifat astringensia

madecassoside, (mampu membasmi

brahmoside, brahmic bakteri)

acid,tanin serta
garam mineral

1 Daun Daun Direbus saponin, flavonoida, Mengobati rematik

7 landap tanin, garam kalium,

dan silikat 

1 Batang Batang Direbus  zat-zat anti inflamasi Mengobati

8 kayu (radang sendi) penyakit batuk dan 

manis sesak napas,

nyeri lambung ,

diare

1 Buah Buah Dijus lalu asam petroselinat, Obat antikembung

9 Ketumba ditempel
 asam
r kan
oktadasenat, dan fela

ndren

2 Rimpang Akar Direbus arundoin, fernenol, Obat untuk

0 alang - isoarborinol, memperlancar air

alang silindrin, dan seni

simiarenol
Bab IV

Penutup

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan dapat saya tarik kesimpulan :

a. Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan

sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.


b. Bagian dari tumbuh tumbuhan yang paling sering dijadikan obat adalah daun.

Namun akar juga terkadang digunakan dalam pembuatan obat tradisional.

c. Cara pengolahan obat tradisional masih sederhana, yaitu sengan cara ditumbuk

dan direbus

d. Dalam penggunaan tanaman obat tradisional tetap membutuhkan dosis yang

tepat.

e. Penggunaan tanaman obat tradisional harus mempunyai ketepatan waktu

penggunaan. Artinya ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan

tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.

f. Dalam segi penyembuhan meskipun tanaman herbal umumnya lebih lambat

dalam pengobatan penyakit dibanding penyembuhan menggunakan Obat – obatan

kimia, namun pengobatan secara tradisional menggunakan tanaman herbal jauh

lebih aman bagi tubuh dengan sangat sedikit efek samping yang ditimbulkannya,

bebas racun, mudah di produksi, menghilangkan akar penyakit, mudah diperoleh,

murah dan mempunyai banyak khasiat.

4.2 Saran

saran saya adalah:

a. Seharusnya kita dapat lebih bijak untuk memanfaatkan tanaman herbal yang

ada di sekitar kita dengan sebaik mungkin. Serta tetap menjaga kelestarian
lingkungan hidup disekitar kita agar tercipta lingkungan hidup yang sehat.

b. Saran yang terbaik untuk kesehatan, yaitu mengikuti anjuran dari pepatah yang

berbunyi “Lebih baik mencegah daripada mengobati”, dari pada kita berjuang

mati – matian untuk mengobati penyakit kita, lebih baik kita berjuang mati –

matian untuk menjaga kesehatan kita sebelum terserang penyakit.

c. Bagi pemerintah diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada

masyarakat untuk lebih mengetahui tentang manfaat tanaman obat tradisional.

d. Bagi pemerintah juga diharapkan mampu mengembangkan usaha pembuatan

obat obatan tradisional agar menjadi komoditi unggulan

Daftar Pustaka

1. Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari Peredaran,

http://kompas.co.id/kompas- cetak/0305/11/Fokus/ 306422.htm - 42k , edisi 31

Mei 2003, diakses 29Februari 2012.

2. Isa. 2009. Gaya Hidup Sehat Alami. Jakarta: Tiens

3. Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan

Tradisional. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


4. Waluyo Srikandi. 2009. 100 Questions & Answer Diabetes. Jakarta: Elex

Media Komputindo

5. Hariana, H. Arief. (2006). Tumbuhan Obat & Khasiatnya 3. Jakarta:Swadaya.

6. Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics)

2000.Jakarta: 46-73

7.  http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_obat_keluarga

8.  http://www.anneahira.com

9.  http://emprorerfaisal.blogspot.com/2012/03/karya-ilmiah-tentang-pengaruh-

tanaman.html#ixzz1q2i1YLRB 

10. http://www.depkes.go.id 

11. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3700/1/fkm-zulkifli5.pdf

http://bukupengetahuankita.blogspot.com/2012/11/makalah-tanaman-obat-
tradisional.html
makalah tanaman obat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Pengetahuan tentang pengobatan tradisional dengan jamu, sudah

dikenal sejak periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan

adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut

adanya tukang meramu jamu yang disebut Acaraki. Pada relief candi

Borobudur sekitar tahun 800 – 900 masehi, juga menggambarkan

adanya kegiatan membuat jamu.

Konon, pada zaman dahulu kala para selir raja yang jumlahnya bisa

mencapai 40 orang. Saling berlomba mempelajari ilmu meracik jamu.

Semakin bervariasi dan tinggi ilmu yang dimilikinya terutama untuk

urusan area ’V’. Maka kemungkinan untuk ‘didatangi’ sang raja akan

semakin sering. Hingga semakin berkembanglah metode dan racikan

jamu untuk menyenangkan kaum lelaki, bahkan akhir-akhir ini tampak

semakin menjamur salon V spa untuk ratus vagina yang memakai bahan

dasar ramuan tradisional jamu Indonesia.

Berikut adalah beberapa resep tradisional jamu Indonesia yang

mungkin bisa menjadi alternatif perawatan murah yang patut untuk

dicoba, sebagai salah satu penghargaan dan pelestarian kekayaan

leluhur bangsa Indonesia.


1.2   Rumusan masalah

a.    Bagaimana pengertian lingkungan?

b.    Apa saja unsur-unsur dari lingkungan?

c.    Bagaimanakah tentang kerusakan lingkungan?

d.    Bagaiman usaha kita dalam pelestarian lingkungan?

1.3     Tujuan Penulisan


a.       Mengetahui pengertian lingkungan
b.      Mengetahui unur-unsur lingkungan hidup
c.       Mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
d.      Mengetahui bagaimanakah cara nya kita melestarikan lingkungan
e.       Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

BAB II

KAJIAN TEORI

Indonesia dan Obat Tradisional

Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai
meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran,
dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk
menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk
mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek
moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya,
hingga ke zaman kita sekarang.

Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata
cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan
kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai
jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan
bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang
buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi
Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati
dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang
tabib sedang meracik obat.

Demikian pula dalam tradisi Melayu, ditemukan naskah-naskah yang menyajikan


resep obat-obatan. Naskah-naskah itu, antara lain memuat berbagai jamusawan,
jamu sorong, jamu untuk ibu hamil dan melahirkan, obat sakit mata,obat sakit
pinggang, hingga obat penambah nafsu makan. Peralihan dari zaman Hindu-
Budha ke zaman Islam, telah memperkaya khazanah tradisi pengobatan dalam
masyarakat kita. Berbagai buku kedokteran Islam yang ditulis dalam bahasa Arab
dan Persia, telah diterjemahkan baik ke dalam bahasa Jawa maupun bahasa
Melayu.Semua ini berlangsung tanpa terputus, sampai bangsa kita mengenal ilmu
kedokteran dari Eropa pada zaman penjajahan.

Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap


menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di
pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan
tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita menjumpai para
penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan
menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di seluruh penjuru
tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita.

Keragaman obat-obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu


pengetahuan, dan kesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat
tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh
pelosok negeri. Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan
khasiatnya. Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis
tumbuhan itu, pastilah tidak sia-sia. Semua itu pasti ada manfaatnya. Olehkarena
itu, perlu dilakukan konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman
yang punah. Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi
juga menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global.
Jamu dan obat tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal.
Produksi jamu dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh
homeindustry. Hanya sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang
diproduksi secara masal melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-
pabrik. Untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan
yang dihasilkan oleh masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang
terkait.Kerjasama itu dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan
dapat bersaing, baik di pasar regional maupun global.

Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan


Obatdan Makanan, akan merugikan konsumen. Di samping itu, secara ekonomi,
beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan merusak citra obat tradisional. Citra
yang rusak akhirnya akan memukul produksi dan pemasaran obat-obatan
tradisional, di dalam maupun di luar negeri. Pemerintah, terus berupaya
melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu, dan manfaat obat
tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional
yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu dan obat-
obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam
pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan
apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai obat yang
dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran
produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern.

Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat untuk
menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan obat-
obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan.
Jamudan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi komoditi
unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang
kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.
Penggolongan Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik) atau campuran dari bahan
tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.

Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu
jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

1. Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Logo Jamu Tradisional


Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas
cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-
temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur .
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris turun temurun.

2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Logo Obat Herbal terstandar


Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam
yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan
proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengant enaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun
ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju,
jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian
pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikutis tandar kandungan bahan
berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat
tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Logo Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat disetarakan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria
memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang
kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan
obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara
ilimiah.

BAB III

PEMBAHASAN

A.      Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Pengertian TOGA

Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga pada
hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang
digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam
rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau
bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat , khususnya obat
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.

Pemanfaatan Tanaman Obat

Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam


sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam
sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk
keperluan obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan
menunjukkan bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut,
masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal
ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya
tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.

Pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan kesehatan


keluarga menurut gejala umum adalah:

1. Demam panas
2. Batuk
3. Sakit perut
4. Gatal-gatal

Jenis-jenis Tanaman Untuk TOGA


Jenis tanaman yang harus dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah
jenis-jenis tanaman yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.


2. Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
3. Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah
pemukiman.
4. Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya:
buah-buahan dan bumbu masak
5. Jenis tanaman yang hampir punah
6. Jenis tanaman yang masih liar
7. Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman
adalah tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau
tumbuh di daerah pemukiman.

Fungsi Toga
Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman obat
kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:

1. Upaya preventif (pencegahan)


2. Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)
3. Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)

Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:

1. Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman


obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-
sayuran misalnya lobak, saledri, pepaya dan lain-lain.
2. Sarana untuk pelestarian alam.
3. Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya
pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu terutama
tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.
4. Sarana penyebaran gerakan penghijauan.
5. Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan,
dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk
pohon-pahon misalnya pohon asam, pohon kedaung, pohon trengguli dan
lain-lain.
6. Sarana untuk pemertaan pendapatan.
7. Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat
bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi
keluarga tersebut.
8. Sarana keindahan.

Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan
keindahan bagi orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menghasilkan
keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman yang di tanam terutama yang
ditanam di pekarangan rumah.
Petunjuk Penggunaan Tanaman Obat

Dalam menggunakan tumbuhan obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sehingga hasil pengobatan yang maksima. Bacalah dengan seksama semua
petunjuk seputar timbuhan obat di bawah ini.

A.    WAKTU PENGUMPULAN


Guna mendapatkan bahan yang terbaik dari tumbuhan obat, perlu diperhatikan
saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat
Berikut ini pedoman waktu pengumpulan bahan obat secara umum.

o Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah


menjadi masak.
o Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
o Buah dipetik dalam keadaan masak.
o Biji dikumpulkan dari buah yan g masak sempurna.
o Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus)
dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan berhenti.

B.     PENCUCIAN DAN PENGERINGAN


Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air
yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan
pemakaian yang bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan
digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mengcegah pembusukan


oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat disimpan lebih lama
dalam stoples atau wadah yang tertutup rapat. Bahan kering juga mudah
dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

Berikut ini cara mengeringkan bahan obat :


o Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat
dipotong-potong seperlunya terlebih dahulu.
o Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai
pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang
tidak terlalu cepat.
o Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan
bahan ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang
aliran udaranya baik.

C.     SIFAT DAN CITA RASA


Didalam Traditional Chinese Pharmacology dikenal 4 macam sifat dan 5 macam
cira rasa tumbuhan obat, yang merupakan bagian dari cara pengobatan tradisional
timur. Adapun keempat macam sifat tumbuhan obat itu ialah dingin, panas,
hangat, dan sejuk. Tumbuhan obat yang sifatnya panas dan hangat dipakai untuk
pengobatan sindroma dingin, seperti pasien yang takut dingin, tangan dan kaki
dingin, lidah pucat atau nadi lambat. Tumbuhan obat yang bersifat dingin dan
sejuk digunakan untuk pengobatan sindroma panas, seperti demam, rasa haus,
warna kencing kuning tua, lidah merah atau denyut nadi cepat.

Lima macam cita rasa dari tumbuhan obat ialah pedas, manis, asam, pahit, dan
asin. Cita rasa ini digunakan untuk tujuan tertentu karena selain berhubungan
dengan organ tubuh, juga mempunyai khasiat dan kegunaan tersendiri. Misalnya
rasa pedas mempunyai sifat menyebar dan merangsang. Rasa manis berkhasiat
tonik dan menyejukan. Rasa asam berkhasiat mengawetkan dan pengelat. Rasa
pahit dapat mengilangkan panas dan lembab. Sementara rasa asin melunakkan dan
sebagai pencahar. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan cita rasa yang
keenam, yaitu netral atau tawar yang berkhasiat sebagai peluruh kencing.

D. CARA MEREBUS RAMUAN OBAT

Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panic email,.
Pot keramik dapat dibeli di took obat tradisional Tionghoa. Panic dari besi,
alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus. Hal ini
diingatkan karena bahan tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan
obat yang rendah, terbentuknya racun atau menimbulkan efek samping akibat
terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.

Gunakan air yang bersih untuk merebus. Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali
ditentukan lain. Cara merebus bahan sebagai berikut. Bahan dimasukkan ke dalam
pot tanah. Masukkan air sampai bahan terendam seluruhnya dan permukaan air
sekitar 30 mm diatasnya. Perebusan dimulai bila air telah meresap kedalam bahan
ramuan obat.
Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api
tidak ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya
mendidih. Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau
terlalu cepat kering. Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil
digunakan sendiri-sendiri sewaktu merebus baha obat. Sebagai contoh, obat yang
berkhasiat tonik umumnya direbus dengan api kecil sehingga zat berkhasiatnya
dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan. Demikian pula tumbuhan
obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil dalam waktu
yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api
yang besar digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan agar pendidihan
menjadi cepat dan penguapan berlebih dari zat yang merupakan komponen aktif
tumbuhan dapat dicegah.

E. WAKTU MINUM OBAT

Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian, biasanya obat diminum sebelum makan
kecuali obat tersebut merangsang lambung maka diminum setelah makan. Obat
berkhasiat tonik diminum sewaktu perut kosong, dan obat berkhasiat sedative
diminum sewaktu ingin tidur. Pada penyakit kronis diminum sesuai jadwal secara
teratur. Rebusan obat bisa diminum sesering mungkin sesuai kebutuhan atau
diminum sebagai pengganti teh.

F. CARA MINUM OBAT

Obat biasanya diminum satu dosis sehari yang dibagi untuk 2-3 kali minum.
Umumnya diminum selagi hangat, terutama untuk pengobatan sindroma luar.
Setelah minum obat, pakailah baju tebal atau tidur berselimut supaya tubuh tetap
hangat dan mudah mengeluarkan keringat.

Untuk pengobatan sindroma panas, obat diminum dalam keadaan dingin.


Sebaliknya untuk pengobatan sindroma dingin obat diminum dalam keadaan
hangat. Obat yang sedikit toksik, diminum sedikit demi sedikit tetapi sering.
Tambahkan dosisnya secara bertahap sehingga efek pengobatan tercapai.

G. LAMA PENGOBATAN

Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak


lambat, namun sifatnya konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan obat
kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat namun destruktif. Oleh karena
itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk
penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk
memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi antara obat
kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat.

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1.    lingkungan hidup tersusun dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu
sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan sosial budaya.
2.    Makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.
3.    Usaha-usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab kita
sebagai manusia. Karena dengan lingkungan yang tercemar maka kehidupan kita
di muka bumi ini tidalk akan nyaman.

3.2    Saran
-          Setelah kita mengetahui tentang masalah lingkungan maka diharapkan pembaca
dapat menerngakan apa yang dimaksud dengan lingkungan serta selukl beluknya.
-          Kami sangat senang dengan adanya tugas-tugas seperti ini karena dapat lebih
memperluas atau memperdalam pengetahuan tentang pelajaran yang diperoleh
disekolah. Sebaiknya referensi nya diperbanyak agar pembahasannya lebih luas.
-          Kami berharap tugas-tugas seperti ini akan terus dipertahankan kedepannya

DAFTAR PUSTAKA

http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/melestarikan-lingkungan-suatu-
upaya.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelestarian_lingkungan_hidup

yuli.blog.uns.ac.id/files/2010/04/toga.pdf
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30188/5/Chapter%20I.pdf

digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-23904-308322060%20...

1.1 Latar Belakang

Tanaman obat sudah banyak sekali digunakan oleh manusia sejak zaman dahulu.
Bahkan dipercaya mempunyai khasiat yang lebih ampuh daripada obat-obat
dokter. Namun, karena perkembangan jaman dan semakin meningkatnya
pengetahuan manusia tentang farmakologi dan ilmu kedokteran, banyak
masyarakat yang beralih ke obat-obatan dokter karena lebih mempercayai obat-
obatan kimia yang telah teruji khasiatnya secara laboratorium, dibandingkan
dengan obat tradisional yang banyak belum bisa dibuktikan secara laboratorium.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan berubah. Dengan adanya krisis moneter,
masyarakat terdorong kembali menggunakan obat-obat tradisional yang boleh
dikatakan bebas dari komponen impor, terutama bebas dari bahan-bahan kimia
yang kemungkinan dapat berakibat fatal bagi kesehatan tubuh.
Karena dengan perkembangan teknologi pula, semakin banyak tanaman obat
tradisional yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara laboratorium dan dijamin
aman untuk dikonsumsi dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan
efek samping.
Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, diantaranya adalah
bagian buah, batang, daun, dan akar atau umbi. Oleh karena pentingnya tanaman-
tanaman obat tersebut maka perlu kita mempelajarinya dengan baik sehingga
dapat berdaya guna bagi kita.

Sejarah Tumbuhan Obat Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya tanaman obat
yang melimpah dan salah satu negara yang memilki tanaman obat terbesar di
dunia. Hampir 80% tanaman dari seluruh total yang ada di dunia dimiliki oleh
Indonesia. Dari sekitar 35.000 jenis tanaman tingkat tinggi yang tumbuh di
Indonesia, 3.500 diantaranya telah dilaporkan sebagai tanaman obat.

Dari zaman nenek moyang sebenarnya tanaman obat ini telah dimanfaatkan secara
bijaksana dan turun temurun. Dimana, mereka mendalami ilmu pengobatan
dengan bahan alam sehingga lahirlah para ahli pengobatan yang disebut dengan
tabib. Pengetahuan yang mereka miliki ini diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi. Selanjutnya para tabib ini meramu berbagai tanaman
obat/herbal yang biasa kita sebut dengan jamu. Ilmu pengetahuan yang mereka
turunkanpun hanya secara lisan.

Pada saat masuknya agama Hindu dan Budha menyebabkan dampak yang sangat
besar dalam dunia tulis menulis. Pada saat inilah resep-resep mulai ditulis,
pencatatan nama dan khasiatnyapun mulai dilakukan. Pada awalnya
pencatatanpun dilakukan pada batu, lempeng tanah liat maupun lempeng logam.
Cara penulisannya dilakukan dengan cara ditorehkan dengan benda-benda tajam
yang saat ini kita kenal dengan Prasasti.

Budaya tulis menulis ini kemudian berkembang sehingga pencatatan mulai


menggunakan helaian daun lontar (Borrassus Flabilifer) yang ditulis dengan tinta
yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Bahasa yang digunakan pada saat itu adalah
Bahasa Sansekerta, Bahasa Jawa kuno, Bahasa Bali dan Bahasa Bugis kuno.

Beberapa naskah peninggalan yang berisikan tuntunan pengobatan :

1. Kitab Lontar
Kitab ini banyak ditemukan di Pulau Bali yang berisikan tata cara pengobatan
dasar para leluhur. Setiap helaian daun lontar memiliki panjang 30 cm yang
disatukan dengan tali yang membentuk sebuah rangkaian. Penulisan daun lontar
menggunakan aksara Bali (meskipun ada yang ditulis dengan aksara Lontara
bahasa Bugis kuno). Kitab lontar ini bersifat sangat sakral dan membutuhkan
penanganan khusus dalam penyimpanannya. Kitab lontar tersebut disimpan pada
kotak/peti kayu yang dihiasi dengan ukiran Bali.

Kitab lontar ditulis khusus oleh para Balian atau ahli pengobatan tradisional Bali.
Para Balian ini selayaknya tabib memliki ilmu khusus yang disebut Taksu atau
kesaktian yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Mereka sangat
dihormati karena selain memiliki kemampuan khusus, mereka juga harus
memahami Kitab Tutur Buda Kecapi yang berisi tentang etika seorang Balian.
Mereka juga diwajibkan menjalani Brata atau puasa dan juga melakukan upacara
pembersihan diri. Para Balian juga harus mendapatkan ijin atau restu dari dewi
ilmu pengetahuan " Hyang Aji Saraswati" dengan cara bersembahyang di pura
suci.

Beberapa Peninggalan Kitab Lontar naskah Bali, diantaranya :

 Kitab Lontar Usada Ila ( tentang pengobatan penyakit lepra)


 Kitab Lontar Usada Carekan Tingkeb (tentang kumpulan jenis-jenis
tanaman obat dan kegunaanya)
 Kitab Lontar Usada Tua (tentang petunjuk dan resep pengobatan yang
menyerang generasi tua)
 Kitab Lontar Usada Dalem (tentang ramuan dan tata cara pengobatan
penyakit dalam)
 Kitab Lontar Taru Pramana (tentang khasiat dari tanaman obat)

2. Naskah Kitab
Selain dari Kitab Lontar, bukti sejarah tentang pengobatan asli Indonesia juga
tersimpan rapi dalam kitab yang ditulis oleh para Mpu dan naskah publikasi yang
ditulis oleh para ilmuan. Kitab yang ditulis para Mpu lebih banyak menceritakan
kehidupan pada masanya. Akan tetapi, terselip juga beberapa cerita tentang
prosesi pengobatan yang dilakukan oleh para ahli botani yang melakukan
penelitian dan eksplorasi terhadap manfaat tanaman obat asli Indonesia.
Beberapa Naskah Peninggalanya antara lain :

 Naskah Kakawin Bhomaukaya (oleh Mpu Dharmaja, tahun 1115-1130 M)


 Naskah Gatotkaca Sraya (oleh Mpu Panuluh, tahun 1130-1157 M)
 Naskah Sumanasantaka (oleh Mpu Monaguna, tahun 1104-an M)
 Kitab Lubdhaka (oleh Mpu Tanakung, tahun 1466-1478 M)
 Kidung Harsawijaya (kumpulan syair lagu pada era kerajaan Singosari,
tahun 1222-1292 M)
 Kidung Sunda (kumpulan syair lagu yang menceritakan tentang Hayam
Wuruk, tahun 1540 M)

3. Naskah Peninggalan Keraton


Naskah ini berasal dari daerah Jawa dan Yogyakarta. Naskahnya antara lain :

 Serat Primbon Jampi Jawi (oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II, tahun
1792-1828 M berisi 3000 resep jamu)
 Serat Centhini (tentang cara pengobatan alami di Jawa, tahun 1418 M)
 Serat Primbon Jmapi (rangkain doa, mantra juga obat-obatan dari alam)
 Serat Primbon Sarat ("isyarat warna-warni" ditulis oleh Raden
Atmasupana, tentang persyaratan agar hidup sehat)
 Serat Kwaruh (dibuat tahun 1858, berisi 1734 jenis ramuan jamu Jawa)

Selain peninggalan di atas tersebut, masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga


membawa pengaruh besar dalam perkembangan pengobatan asli Indonesia,
publikasi mengenai tanaman obat, khasiat dan penggunaanya mulai bermunculan
dengan menggunakan kertas dan bahasa latin.

Berikut adalah bukti buku-buku peninggalan yang ditulis pertamakali mengenai


obat asli Indonesia :

 Historia Naturalist Medica Indiae (oleh Yacobus Bontius di Maluku, tahun


1627 M berisi 60 jenis tumbuhan beserta pemanfaatannya)
 Herbarium Amboinense (oleh Gregorius Rumphius di Maluku, tahun
1741-1755 M, tentang pemanfaatan tumbuhan dalam pemeliharaan
kesehatan dan fungsinya dalam mengobati penyakit)
 Monograf Tumbuhan Obat di Jawa (oleh M. Horsfield, tahun 1816 M
terbit di Jakarta)
 Indische Palnten en haar Geneeskracht (oleh Kloppenburg Versteegh di
Semarang, tahun 1907 M tentang informasi penggunaan tumbuhan obat
yang dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pengobatan penyakit)
 Het Javaanese Reseptenboek (oleh Van Hein, tahun 1871 M tentang resep
pengobatan Jawa Kuno menggunakan tanaman obat)
 De Nuttige Palnten Van N.I (oleh M. Heyne, tahun 1927 M tentang
informasi berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang di
Indonesia)

4. Peninggalan Relief-Prasasti 

 Relief Candi Borobudur (tahun 772 M di Magelang-Jawa Tengah). Pada


salah satu reliefnya terpahat berbagai jenis tanaman obat yang bisa
dimanfaatkan masayarakat diantaranya adalah kecubung (Datura metel),
Mojo (Aegle marmelos), Lontar (Borassus flabillifer) dan relief lainnya
adalah lukisan proses percikan jamu dan aktivitas minum jamu. Selain itu
juga terdapat relief yang menggambarkan pemakain lulur dalam proses
pemijatan.
 Prasasti Madhawapura. Yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu
Majapahit. Dalam prasasti ini teradapat tulisan yang mengisahkan tentang
tukang meracik jamu yang disebut "acaraki".

http://warnainformasi.blogspot.com/2013/05/sejarah-tumbuhan-obat-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai