Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Penemuan Obat

Penggunaan obat obatan, walaupun dalam bentuk yang sederhana, tidak


diragukan lagi, sudah berlangsung sejak jauh sebelum adanya sejarah yamg
ditulis, karena naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada
luka dengan merendamnya dengan air dingin atau menempelkan dau segar pada
luka tersebut atau menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepada
kepercayaan. Orang-orang primitif belajar dari pengalaman dalam mengobati
luka.
Sebelum zamannya para pendeta, orang yang dianggap bijak dari suatu suku, yang
mempunyai ilmu menyembuhkan dengan tumbuh-tumbuhan, yang mereka
dapatkan dari pengalaman atau diperoleh secara turun-temurun, biasanya
dipanggil untuk megobati orang sakit atau yang luka dan melakukan
pengobatannya. Dari penyediaan bahan obat inilah ilmu dari perapotekan dimulai.
Ilmu perapotekan selalu dihubungkan dengan hal gaib diartikan bahwa bekerjanya
suatu obat untuk kebaikan atau kejahatan, tidak berdasarkan pada sifat alamiahnya
saja. Sepanjang sejarah, pengetahuan obat-obatan dan penggunaannya untuk
penyakit selalu diartikan sebagai sesuatu kekuatan. Dengan berlakunya waktu,
ilmu dari perapotekan menjadi satu dengan fungsi dari pendeta, dan diantara
kehidupan terdahulu ahli ilmu gaib, pendeta atau dokter pendeta menjadi
penyembuh lahir dan batin.
Banyak tablet kuno, tulis-tulisan dari batu dengan tulisan yang ditulis 3000 tahun
sebelum masehi telah ditemukan dan diartikan oleh ahli arkeologi. Mungkin yang
paling terkenal dari catatan-catatan yang ada adalah papyrus ebers dari abad ke-16
sebelum masehi yang ditemukan di kuburan mummy. Ebers Papirus ditemukan
oleh Georg Ebers dan dokumen tersebut saat ini disimpan di University of leipzig.
Isi dari Ebers Papirus, terutama formula-formula obat dengan menguraikan lebih
dari 800 formula atau resep dan disamping itu berasal dari tumbuhan walaupun
tercatat pula obat-obatan yang berasal dari mineral dan hewan. Obat-obatan dari
tumbuhan yang sampai sekarang masih dipakai antara lain, akasia, biji jarak
(castor) dan anisi. Dari mineral antara lain, besi oksidasi, natrium bikarbonat,
natrium kloida dan sulfur. Hasil ekskresi dari binatang juga dipakai sebagai obat
dalam terapi. Pada saat itu bahan pembawa yang dipakai untuk sediaan adalah bir,
anggur, susu dan madu. Sedian farmasi yang mengandung dua lusin atau lebih zat
yang berbeda disebut sebagai bentuk sediaan polypharmacal. Lumpang,
penggiling tangan, ayakan, dan timbangan biasa digunakan oleh orang mesir
dalam membuat supositoria, obat kumur, pil, obat hisap, trokisi, lotio, salep mata,
plester dan enema.

Sepanjang sejarah banyak yang memberikan sumbangan pemikiran untuk


kemajuan ilmu kesehatan. Mereka yang genius dan kreativitasnya mempunyai
pengaruh revolusioner terhadap perkembangan farmasi dan kedokteran adalah
hippocrates {ca. 460-370 sebelum masehi), Dioscorides (ca. Abad ke-1 sebelum
masehi), galen (ca. 130-200 setelah masehi) dan paracelsus (1493-1541 setelah
masehi). Hippocrates seorang dokter Yunani yang dihargai karena
memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Hasil pekerjaannya
termasuk uraian dari beratus-ratus obat-obatan dan pada maa itu timbul istilah
farmakon, diartikan sebagai obat yang dimurnikan hanya untuk tujuan kebaikan
melebihi dari arti terdahulu yaitu sebagai guna-guna tau obat untuk kebaikan atau
kejahatan. Dioscorides dokter Yunani yang juga ahli botani, merupakan orang
pertama yang menggunakan ilmu tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan.
Hasil karyanya De Materia Medica, dianggap sebagai awal dari pengembangan
botani farmasi. Ilmu dalam bidang ini sekarang dikenal sebagai farmakognisi.
Banyak dari obat-obatan dibuat oleh Dioscorides, misalnya aspidium, opium,
ergot, hyoscyamus dan cinnamon, yang digunakan juga sebagai obat sampai
sekarang. Galen sorang dokter an ahli farmasi bangsa Yunani yang memperoleh
kewarganegaraan Romawi. Dialah yang memulai pembuatan begitu banyak obatobatan dari tumbuh-tumbuhan dengan mencampur atau meleburkan masingmasing bahan, sehingga sekarang ini bidang penyediaan farmasi sering dikaitkan
sebagai farmasi Galenik. Yang paling terkenal dari fomulanya adalah untuk
krim pendingin yang disebut Galens Cerats, yang sangat mirip sekali dengan
sediaan yang masih dipakai sampai sekarang. Karl Wilhelm Schelee (1742-1786),
seorang ahli farmasi Swedia. Diantara penemuannya adalah zat kimia seperti asam
laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam tartat, dan asam arsenat. Dia
mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru pembuatan calomel dan asam
benzoat serta menemukan oksigen setahun sebelum Priestley. Isolasi morfin dari
opium dilakukan oleh ahli farmasi Jerman Friedrich Serturner (1783-1841), pada
tahun 1805 menganjurkan suatu seri isolasi zat aktif lain dari tumbuhan obat, oleh
sekelompok ahli farmasi Perancis. Josep Caventou (1795-1877) dan Josep
Pelletier (1788-1842) yang menggabungkan keahlian mereka dan mengisolasi
kinin dan sinkonin dari sinkona, serta striknin dan brucin dari nuks vomica.
Pelletier bersama-sama Pierre Robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein dan
Robiquet sendiri memisahkan kodeina dari opium. Pelletier dan Serturner
menerapkan pekerjaan dan ilmu farmasi pada pembuatan produk-produk obat
yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman dan khasiat yang tinggi
daripada yang telah dikenal sebelumnya.
Pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai tampak kemajuannya,
dengan ditemukannya obat-obat termasyhur, yaitu Salvarsan dan Aspirin sebagai
pelopor, yang kemudian disusul oleh sejumlah obat lain. Pendobrakan sejati baru

tercapai dengan penemuan dan penggunaan kemoterapeutik sulfanilamid (1935)


dan penisilin (1940). Sebetulnya sudah lebih dari dua ribu tahun diketahui bahwa
borok bernanah dapat disembuhkan dengan menutupi luka mengguanakan
kapang-kapang tertentu, tetapi baru pada tahun 1928 khasiat ini diselidiki secara
ilmiah oleh penemu penisilin Dr. Alexander Fleming.
Sejak tahun 1945 ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang pesat (mis.
sintesa kimia, fermentasi, teknologi rekombinan DNA) dan hal ini
menguntungkan sekali bagi penelitian sistematis obat-obat baru. Beribu-ribu zat
sintetik telah ditemukan, rata-rata 500 zat setiap tahunnya, yang mengakibatkan
perkembangan revolusioner di bidang farmakoterapi. Kebanyakan obat kuno
ditinggalkan dan diganti dengan obat-obat mutakhir. Akan tetapi, begitu banyak
diantaranya tidak lama masa hidupnya, karena segera terdesak oleh obat yang
lebih baru dan lebih baik khasiatnya. Namun menurut taksiran lebih kurang 80%
dari semua obat yang kini digunakan secara klinis merupakan penemuan dari tiga
dasawarsa terakhir.
Langkah-langkah Penemuan obat

Memilih penyakit.
Memilih target obat.
Identifikasi bioassay (untuk menemukan aktivitas biologi).
Menemukan senyawa utama ( struktur yang memiliki beberapa aktivitas
terhadap target yang dipilih ).
Jika tidak diketahui, tentukan struktur senyawa utama.
Sintesis analog pada senyawa utama.
Identifikasi struktur, aktivitas, hubungan (SARs).
Bagaimana perubahan aktivitas struktur diubah secara sistematis.
Identifikasi pharmacophore (fitur stuktural yang bertanggung jawab untuk
aktivitas).
Mengoptimalkan struktur untuk meningkatkan interaksi dengan target.
Memastikan tingkat toksisitas dan kemanjuran atau keberhasilan dengan
menggunakan binatang.
Menentetukan farmakodinamik dan farmakokinetik pada obat.
Farmakodinamik menyelidiki apa yang obat lakukan terhadap tubuh kita,
farmako kinetik menyelidiki apa yang tubuh kita lakukan terhadap obat.

Daftar Pustaka
1. Tjay, T.H. dan Rahardja, K. Obat-Obat Penting: khasiat, penggunaan dan
efek sampingnya. Farmakologi Umum. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta, 2007. hal: 3 4

Anda mungkin juga menyukai