Anda di halaman 1dari 17

pH METER dan KONDUKTOMETER

Disusun oleh :

Nama : Veranisa Ediningtyas

Bunga Amani Zuliana

Harry Alamsyah

Kompetensi Keahlian : Kimia Analisis

Kelas : XIII.1

1
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

CARAKA NUSANTARA

2013
BAB I

PENDAHULUAN

A. pH Meter

Sejarah pH meter

Sejarah pengukuran pH suatu larutan dengan menggunakan pH meter


sistem elektrik dimulai pada tahun 1906 ketika Max Cremer dalam sebuah
penelitiannya menemukan adanya interaksi dari aktivitas ion hidrogen yang
dihubungkan dengan suatu sel akan menghasilkan tegangan listrik. Dia
menggunakan gelembung kaca yang tipis yang diisi dengan suatu larutan dan
dimasukan kedalam larutan yang lain dan ternyata menghasilkan tegangan
listrik. Gagasan ini kemudian dikembangkan oleh Firtz Haber dan Zygmunt
Klemsiewcz yang menemukan bahwa tegangan yang dihasilkan oleh
gelembung kaca tersebut merupakan suatu fungsi logaritmis.
pH meter untuk penggunaan komersial pertama kali diproduksi oleh
Radiometer pada tahun 1936 di Denmark dan Arnold Orville Beckman dari
Amerika Serikat. Penemuan tersebut dilakukan ketika Beckman menjadi
asisten professor kimia di California Institute of Technology, dia mengatakan
untuk mendapatkan metoda yang cepat dan akurat untuk pengukuran asam dari
jus lemon yang diproduksi oleh California Fruit Growers Exchange (Sunkist).
Hasil penemuannya tersebut membawa dia untuk mendirikan Beckman
Instruments Company (sekarang Beckman Coulter).

Teori Dasar pH meter

2
pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar
keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0
sampai 14. Istilah pH berasal dari “p” lambing matematika dari negative
logaritma, dan “H” lambing kimia untuk unsure Hidrogen. Definisi yang
formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen.
pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat
keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika
konsentrasi [H+] lebih besar dari pada [OH-], maka material tersebut bersifat
asam, yaitu nilai pH kurang dari 7. Jika konsentrasi [OH-] lebih besar dari pada
[H+], maka material tersebut bersifat basa, yaitu dengan nilai pH lebih dari 7.

B. Konduktometer

Sejarah Konduktometer

Georg Friedrich Wilhelm Kohlrausch (14 Oktober 1840 - 17 Januari


1910) adalah seorang Jerman fisikawan yang menyelidiki konduktif sifat
elektrolit dan memberikan kontribusi pada pengetahuan tentang perilaku
mereka. Dia juga menyelidiki elastisitas , thermoelasticity, dan konduksi termal
serta magnet pengukuran presisi dan listrik.
Saat ini, Friedrich Kohlrausch digolongkan sebagai salah satu fisikawan
eksperimen yang paling penting. Karya awal-Nya membantu untuk
memperpanjang sistem absolut dari Carl Friedrich Gauss dan Wilhelm Weber
untuk menyertakan unit pengukuran listrik dan magnetik.
Pada 1874 ia menunjukkan bahwa elektrolit memiliki jumlah yang pasti
dan konstan hambatan listrik. Dengan mengamati ketergantungan
konduktivitas pada pengenceran , ia dapat menentukan kecepatan transfer dari
ion (atom bermuatan atau molekul) dalam larutan. Dia menggunakan arus
bolak-balik untuk mencegah deposisi produk elektrolisis, hal ini
memungkinkan dia untuk mendapatkan hasil yang sangat tepat.
Dari 1875-1879, ia memeriksa banyak garam solusi, asam dan solusi dari
bahan lain. Usahanya menghasilkan hukum migrasi independen ion, yaitu,

3
setiap jenis ion bermigrasi memiliki spesifik hambatan listrik tidak peduli apa
kombinasi asli molekul mungkin telah, dan karena itu hambatan listrik solusi
itu hanya disebabkan migrasi ion dari zat tertentu. Kohlrausch menunjukkan
untuk yang lemah (tidak lengkap terdisosiasi) elektrolit bahwa lebih encer
solusi, semakin besar yang konduktivitas molar karena ionik meningkat
disosiasi.
Konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan
berdasarkan kemampuanion dalam mengantarkan muatan listrik di antara dua
elektroda. Ini berarti konduktometriadalah salah satu metode analisa
elektrokimia di samping potenmtiometri, amperometri dansebagainya. Teori
tentang konduktometri merupakan kebalikan dari teori hokum ohm
tentanghambatan listrik.Berdasarkan dan berangkat dari hokum ohm tersebut,
maka disusunlah teoritentang konduktovitas yang merupakan kebalikan dari
resistivitas

Teori Dasar Konduktometer

Teori tentang konduktometri merupakan kebalikan dari teori hokum ohm


tentang hambatan listrik. Berdasarkan dan berangkat dari hokum ohm tersebut,
maka disusunlah teori tentang konduktivitas yang merupakan kebalikan dari
resistivitas:
1 A
G k
R l
Dengan :
G: Konduktivitansi(mho) atau (S)
I : Panjang material(meter)
K: Konduktivitas(S.m-1)
ρ: Hambatan jenis atau resistivitas(ohm meter)
Konduktivitas larutan elektrolit pada temperatur konstan, tergantung pada
jenis ion dan konsentrasinya. Jika larutan semakin encer, maka
konduktivitasnya akan menurun. Ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas
semakin sedikit. Akan tetapi, kemampuan tiap ion dalam meneruskan muatan

4
akan semakin besar karena tidak ada nya hambatan antar ion pada larutan
encer.
Karena konsentrasi larutan pada umumnya dinyatakan dalam satuan molar
(mol/liter), maka pada konduktometri terdapat istilah konduktivitas molar (Λ),
yang mempunyai hubungan dengan konsentrasi secara:
Λ=1000K/C
Dimana: Λ=konduktivitas molar(Scm2 mol-1)
C=konsentrasi (mol.dm-3)
K=Konduktivitas(Scm-1)
Konduktivitas di tentukan oleh jenis ion. Sehingga untuk mengetahui
kemampuan tiap jenis ion, maka perlu dilakukan percobaan dengan larutan
yang sangat encer, sehingga tidak di pengaruhi oleh ion lain. Pada kondisi
seperti ini, maka konduktivitas larutan merupakan jumlah konduktivitas ion
positif (kation) dan ion negatif (anion).
Λo= ΛoKation+ Λoanion
Λo adalah konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer (konsentrasi
mendekati nol).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP KERJA pH METER

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial


elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas
(membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar
elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif
kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari
ion hidrogen atau diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi
sirkuit elektrik dibutuhkan suatu elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat
tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.
pH meter akan mengukur potensial listrik (alirannya searah jarum jam) antara
merkuri Cloride (HgCl) pada elektroda pembanding dan potassium chloride (KCl)
yang merupakan larutan didalam gelas electrode serta potensial antara larutan dan
elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang tidak diketahui dengan
elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya, oleh karena itu perlu
dilakukan kalibrasi dengan menggunkan larutan yang equivalen yang lainya untuk
menetapkan nilai dari pH.
Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium
kloride (KCl) yang merupakan elektrolit yang mana terjadi kontak dengan mercuri
chloride (HgCl) diujung larutan KCl. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga
untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau bahan sejenisnya.
Elektroda semacam ini tidak muah terkontaminasi oleh logam dan unsur natrium.
Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh yang tersambung dengan
gelembung kaca tipis yang. Didalamnya terdapat larutan KCl sebagai buffer pH 7.
Elektroda perak yang ujungnya merupakan perak kloride (AgCl2) dihubungkan

6
kedalam larutan tersebut. Untuk meminimalisir pengaruh electric yang gak
diinginkan, alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas pelindung yang
biasanya terdapat dibagian dalam elektroda gelas.
Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor
temperature yaitu suatu alat untuk mengkoreksi pengaruh temperature. Antara
elektroda pembanding dengan elektroda gelas sudah disusun dalam satu kesatuan.

PRINSIP KERJA KONDUKTOMETRI

Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan


dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh
permukaan konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya
yakni berupa angka . Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari
larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka
semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada
lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak
lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik
yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat).
Sehingga semakin sering suatu konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan.

JENIS – JENIS pH METER

1. pH meter digital

7
2. pH meter analog

JENIS – JENIS KONDUKTOMETER

1. Konduktometer Portable 2. Konduktometer Analog

3. Konduktometer Digital

8
APLIKASI KONDUKTOMETRI

Berikut adalah aplikasi dari penggunaan titrasi konduktometri


a. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat (1-2) dan Asam Kuat dengan Basa
Lemah (1-3)

b. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

c. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah

9
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN TITRASI KONDUKTOMETRI
a. Kelebihan titrasi konduktometer
1) Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah
dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
2) Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
3) Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
4) Lebih praktis
5) Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
6) Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi
volumetri

b. Kekurangan titrasi konduktometer


1) Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
2) Sangat dipengaruhi temperatur
3) Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
4) Peralatan cukup mahal
5) Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
6) Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena
akan meleleh.

10
BAB III

CARA KERJA

A. Cara Penggunaan pH meter

Instrumen yang digunakan dalam pH meter dapat bersifat


analog maupun digital. Sebagaimana alat yang lain, untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang baik, maka diperlukan perawatan
dan kalibrasi pH meter. Pada penggunaan pHmeter, kalibrasi alat
harus diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran. Seperti diketahui
prinsip utama pHmeter adalah pengukuran arus listrik yangntercatat
pada sensor pH akibat suasana ionik di larutan. Stabilitas sensor harus
selalu dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi alat. Kalibrasi
terhadap pH meter dilakukan dengan:
Larutan buffer standar : pH = 4,01 ; 7,00 ; 10,01
Penentuan kalibrasinya dapat dilakukan dengan cara:
a. Teknik satu titik, yaitu pada sekitar pH yang akan diukur, yakni
kalibrasi dengan buffer standar pH 4,01 untuk sistem asam, buffer
standar pH 7,00 untuk sistem netral, dan buffer standar pH 10,01
untuk sistem basa
b. Teknik dua titik (diutamakan). Apabila sistem bersifat asam,
maka digunakan 2 buffer standar berupa pH 4,01 dan 7,00. Apabila

11
sistem bersifat basa, digunakan 2 buffer standar berupa pH 7,00
dan 10,01.
c. Teknik multi titik. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan 3
buffer standar. Untuk sistem dengan pH < 2,00 atau > 12,00, sering
terjadi ketidaknormalan elektroda, kelemahan ini dipengaruhi oleh
jenis alat yang digunakan. Untuk pengukuran yang dilakukan
dalam waktu yang lama, maka diperlukan proses kalibrasi secara
periodik selang 1,5 – 2 jam. Hal ini untuk menjaga kestabilan dari
alat pHmeter yang digunakan, sehingga tetap dapat diperoleh hasil
pengukuran yang bagus.
Kemudian setelah di kalibrasi, lakukan pengukuran pH pada
sampel yang akan diuji pH nya dengan cara mencelupkan elektroda ke
dalam sampel yang akan diuji.
1) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan pH Meter
a. Pemeliharaan pH Meter
pH meter harus dilakukan perawatan berkala untuk menjaga umur pakai
dari alat tersebut. Pemeliharaannya meliputi:
7) Batere, penggantian batere dilakukan jika pada layar muncul
tulisan low batere.
8) Elektroda, pembersihan elektroda bisa dilakukan berkala setiap
minimal satu minggu satu kali. Pembersihannya menggunakan
larutan HCL 0.1N (encer) dengan cara direndam selama 30 menit,
kemudian dibersihkan dengan aquades.
9) Penyimpanan, ketika tidak dipakai, elektroda terutama bagian
gelembung gelasnya harus selalu berada pada keadaan lembab.
Oleh karena itu penyimpanan elektroda disarankan selalu direndam
dengan menggunkan aquades. Penyimpanan pada posisi kering
akan menyebabkan membran gelas yang terdapat pada gelembung
elektroda akan mudah rusak dan pembacaannya tidak akurat.

12
10) Suhu penyimpan. Ketika disimpan, pH meter tidak boleh berada
pada suhu ruangan yang panas karena akan menyebabkan sensor
suhu pada alat cepat rusak.
b. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan elektroda-elektroda pada
pH meter adalah cairan dalam elektroda harus selalau dijaga lebih tinggi
dari larutan yang diukur.

2) Kesalahan-kesalahan dalam Penggunaan pH Meter


Secara umum, faktor yang menjadi sumber kesalahan dalam pengukuran
sehingga menimbulkan variasi hasil, antara lain adalah:
a. Perbedaan yang terdapat pada objek yang diukur. Hal ini dapat diatasi
dengan:
 Objek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh ukuran kualitas yang homogen.
 Menggunakan teknik sampling yang benar
b. Perbedaan situasi pada saat pengukuran. Perbedaan ini dapat diatasi
dengan cara mengenali persamaan dan perbedaan suatu obyek yang
terdapat pada situasi yang sama. Dengan demikian sifat-sifat dari obyek
dapat diprediksikan.
c. Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan. Cara yang
digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur
yang terkontrol dan telah terkalibrasi.
d. Perbedaan penyelenggaraan/administrasi. Kendala ini diatasi dengan
menyelesaikan permasalahan non-teknis dengan baik sehingga keadaan
peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.
e. Perbedaan pembacaan hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diatasi
dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang akan
digunakan terlebih dahulu.

13
B. Cara Penggunaan Konduktometer

1. Kalibrasi.
Sebelum pH meter digunakan, pH meter harus dikalibrasi
terlebih dahulu dengan menggunkan standar pH atau sering disebut
buffer pH. Standard pH adalah larutan yang nilai pH-nya telah
diketahui pada setiap perubahan suhu. Standar pH merupakan larutan
buffer pH (penyangga pH) dimana nilainya relative konstan dan tidak
mudah berubah.
Urutan kerja kalibrasi konduktometer adalah :
a. Siapkan larutan elektrolit sesuai dengan kebutuhan
b. Bilas elektroda dengan air DI (De Ionisasi/ air bebas ion) dan
keringkan dengan menggunakan kertas tisu.
c. Nyalakan konduktometer dengan menekan tombol ON/OFF.
d. Masukan elektroda kedalam larutan elektrolit.
e. Tekan tombol CAL, putar elektroda agar larutan elektrolit homogen.
f. Biarkan beberapa saat sampai nilai yang tertera di layar tidak
berubah.
g. Angkat elektroda dari larutan elektrolit, kemudian bilas dengan air
DI beberapa kali dan keringkan dengan kertas tisu.
h. Konduktometer telah siap digunakan.

14
2. Pengukuran Konduktivitas.
Setelah konduktometer dikalibrasi maka konduktometer tersebut
sudah siap digunakan. Biasanya kalibrasi disarankan dilakukan setiap 1
kali sehari sebelum digunakan.
Cara pengukurannya adalah sebagai berikut :
a. Siapkan sampel larutan yang akan di check konduktivitasnya-nya.
b. Jika larutan panas, biarkan larutan mendingin sampai dengan
suhunya sama dengan suhu ketika kalibrasi. Contohnya jika
kalibrasi dilakukan pada suhu 20°C maka pengukuran pun
dilakukan pada suhu 20°C.
c. Bilas elektroda dengan air DI dan keringkan dengan menggunakan
kertas tisu.
d. Nyalakan konduktometer dengan menekan tombol ON/OFF.
e. Masukan elektroda kedalam sampel, kumudian putar agar larutan
homogen.
f. Tekan tombol READ untuk memulai pengukuran, pada layar akan
muncul tulisan HOLD yang berkedip.
g. Biarkan sampai tulisan HOLD pada layar berhenti berkedip.
h. Nilai koncuktivitas yang ditunjukan pada layar adalah nilai
konduktivitas larutan yang diukur.
i. Matikan konduktometer dengan menekan kembali tombol ON/OFF.

1) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Konduktometer


Pada dasarnya yang harus diperhatikan dalam penggunaan pH meter
maupun konduktometer itu sama, yaitu batere, elektroda, penyimpanan, dan suhu
penyimpanan. Namun pada penggunaan elektroda konduktometer yang perlu
diperhatikan adalah pada saat membilas elektroda harus dikeringkandengan
benar, jangan sampai tersisa air menempel di elektroda. Jika hal itu sering
terjadi, akan mengakibatkan membran gelas yang terdapat padagelembung
elektroda akan mudah rusak dan pembacaannya tidak akurat.Sedangkan pada

15
penyimpanan elektroda konduktometer tidak samadengan pH meter. Jika elektroda
pH meter disimpan dalam keadaan basah (selalu direndam dengan menggunkan air
DI) lain halnya dengan elektrodakonduktometer yang harus disimpan dalam keadaan
kering sempurna.

2) Kesalahan-kesalahan dalam penggunaan konduktometer:


1) Perbedaan yang terdapat pada objek yang diukur. Hal ini dapat diatasi
dengan:
a) Objek yang akan dianalisis diperlakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh ukuran kualitas yang homogen.
b) Menggunakan teknik sampling yang benar. Perbedaan situasi pada
saat pengukuran
2) Perbedaan ini dapat diatasi dengan cara mengenali persamaan dan
perbedaan suatu obyek yang terdapat pada situasi yang sama. Dengan
demikian sifat-sifat dari obyek dapat diprediksikan.
3) Perbedaan alat dan instrumentasi yang digunakan. Cara yang digunakan
untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan alat pengatur yang
terkontrol dan telah terkalibrasi.
4) Perbedaan penyelenggaraan/administrasi. Kendala ini diatasi dengan
menyelesaikan permasalahan non-teknis dengan baik sehingga keadaan
peneliti selalu siap untuk sehingga melakukan kerja.
5) Perbedaan pembacaan hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diatasi
dengan selalu berupaya untuk mengenali alat atau instrumentasi yang akan
digunakan terlebih dahulu.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Mengenai pH Meter
A . Semakin kuat suatu asam , maka smakin besar kosentrasi ion H+
dalam larutan itu berartisemakin kecil harga pH nya . Jadi semakin kuat suatu
asam , maka semakin kecil pH nya .
B . Makin besar suatu kosentrasi , akan makin besar pula laju reaksinya yang
mengakibatkansemakin besar pula temperaturnya .
C . Semakin lemah suatu basa , maka akan semakin kecil harga pH nya .
D . Semakin lemah suatu asam , maka semakin besar harga pH nya .

Mengenai Konduktometer
Semakin banyak konsentrasi dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor
dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya,
hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin
bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan
energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu
konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan.

17

Anda mungkin juga menyukai