Anda di halaman 1dari 1

Latar Belakang

Perdagangan rempah-rempah di subbenua India dimulai setidaknya pada tahun 2000


Sebelum Masehi (SM) dengan memperdagangkan kayu manis dan lada hitam, sementara bangsa
Asia Timur memperdagangkan herba dan lada. Praktik mumifikasi dan kebutuhan lain
Bangsa Mesir Kuno mendorong terjadinya perdagangan antarnegara. Hingga 1000 SM,
pengobatan medis berbasis herba mulai digunakan di Tiongkok, Korea, dan India. Selain itu,
rempah-rempah awalnya juga digunakan untuk kepentingan ritual, agama, dan tradisi.
Cengkih sudah digunakan oleh Bangsa Mesopotamia pada 1700 SM. Bangsa Romawi
Kuno menggunakan cengkih pada abad pertama Masehi, dibuktikan dengan tulisan Pilinius
Tua tentang rempah-rempah tersebut. Papirus Ebers bertanggal 1550 SM. dari Mesir Kuno
menjelaskan delapan ratus prosedur pengobatan medis menggunakan herba.
Pedagang dari Indonesia memperdagangkan rempah-rempah, termasuk pala, ke Tiongkok,
India, Timur Tengah, hingga pantai timur Afrika, sementara pedagang Arab membawa rempah-
rempah dari timur ke Eropa untuk diperdagangkan. Hal ini menyebabkan
Kota Iskandariyah (Alexandria) di Mesir menjadi kota pelabuhan yang penting dalam
perdagangan rempah-rempah dunia saat itu. Ditemukannya angin muson menyebabkan rute
perdagangan beralih dari yang semula melalui jalur darat menjadi jalur laut.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi
rempah - rempah yang melimpah sebagai sumber antioksidan. Akan tetapi, minimnya
pengetahuan masyarakat sehingga hanya sebagian kecil saja yang mengetahui adanya potensi
pangan lokal tersebut. Maka dari itu, dilakukan Kepenulisan ini untuk mengetahui
potensi berbagai rempa - rempah dalam segi khasiat atau manfaatnya terhadap fungsi
fisiologis pada tubuh sebagai sumber antioksidan dalam mencegah berbagai pathogen
berbahaya bagi tubuh manusia.
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan atau obat berdasarkan penampakan
dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Bila fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif, maka
pangan fungsional lebih bersifat pencegahan terhadap penyakit. Tanaman rempah dan obat
(TRO) sudah lama dikenal mengandung komponen fitokimia yang berperan penting untuk
pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Kebutuhan akan tanaman rempah dan obat terus
meningkat sejalan dengan munculnya kecenderungan untuk kembali ke alam ” back to nature ”
serta adanya anggapan bahwa efek samping yang ditimbulan tidaklah sebesar obat-obat sintesis.

Anda mungkin juga menyukai