Di Susun Oleh:
1.Icha Vireza 5220211058
2.Fia Yunida 5220211068
3.Intan Rahmawati 5220211096
Hubungan Internal merupakan hubungan yang berlangsung di dalam suatu organisasi. Proses
komunikasi ini bisa dikatakan lebih penting ketimbang komunikasi ke luar atau eksternal, karena
organisasi harus berfungsi efektif dalam mencapai tujuannya guna menjaga kelangsungan hidupnya.
Hubungan internal sendiri pada hakekatnya membangun dan menjaga hubungan dengan semua publik
yang ada di dalam organisasi. Hubungan internal yang harmonis dapat menciptakan hubungan baik di
antara atasan dan bawahan serta efektivitas kegiatan dalam keseharian yang bisa menjadi bahan
evaluasi dan monitoring suatu organisasi dapat berporses jika komunikasi dalam organisasi itu
berjalan dengan baik.
Sumber daya manusia yang terbesar dari sebuah organisasi adalah bagaimana pekerja
menjalin hubungan internal karyawan pada atasan. Dalam prakteknya, terdapat dua jenis hubungan
internal, yakni, 1) Hubungan Internal-Vertikal, dan 2) Hubungan Internal-Horizontal (Effendy, 2009).
Keduanya sangat berperan penting dalam kerja sama sebuah tim. Seorang pimpinan harus dapat
menyampaikan informasi kepada bawahannya dengan baik, sehingga bawahan dapat menerima apa
yang disampaikannya. Sebaliknya jika seorang bawahan ingin menyampaikan pesan kepada
pimpinan, ia harus dapat menyampaikan dengan baik. Hubungan antar sesama karyawan pun juga
penting dilakukan. Jika terjadi ketidakharmonisan antara satu dengan yang lainnya bisa mengganggu
iklim organisasi.
Sementara itu, menurut Onong Uchjana Effendy (2009:122), sebagaimana diulas di atas,
komunikasi internal terbagi atas,
1) Komunikasi Vertikal
Merupakan proses komunikasi yang bersifat hierarki, yakni komunikasi yang terjadi dari
atas ke bawah (downward communication) atau dari bawah ke atas (upward
communication) secara timbal balik (two-way traffic communication). Dalam komunikasi
downward, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-
informasi, dan lainnya kepada bawahannya. Sedangkan dalam bentuk komunikasi
upward, karyawan atau bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,
pengaduanpengaduan, dan lainnya kepada pimpinannya. Komunikasi dua arah secara
timbal balik ini dalam organisasi penting sekali suatu keputusan atau kebijaksanaan dapat
diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Komunikasi Horizontal.
Merupakan proses komunikasi internal dalam organisasi yang dilakukan oleh antar
karyawan atau memiliki hierarki yang sama, misalnya karyawan dengan karyawan, atau
manajer dengan manajer. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal,
komunikasi horizontal seringkali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu
sama lain bukan pada waktu sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang
rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. Dalam pola komunikasi ini desasdesus dan gosip
biasanya cepat menyebar, biasanya menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang
merugikan mereka. Goldhaber (dalam Tubbs, 1996:186) mengemukakan ada 4 (empat)
fungsi dari komunikasi horizontal dalam satu organisasi, yakni, 1) Ajang kordinasi, 2)
Penyelesaian masalah, 3) Berbagi informasi, dan 4) Penyelesaian konflik.
B. TUJUAN DAN FUNGSI HUBUNGAN INTERNAL
Tujuan dari hubungan internal yakni untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang
sama-sama bermanfaat antara karyawan dengan organisasi atau atasan. Posisi karyawan dapat
menentukan kesuksesan dalam roda organisasi yang berjalan sesuai harapan dengan mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Komunikasi yang berjalan secara dua arah dan berjalan secara efektif dapat
menjadi potensi sumber daya manusia yang besar bagi organisasi. Dengan komunikasi yang efektif
menjadi suatu landasan hubungan untuk antara karyawan dan atasan serta kinerja pekerjaan
keseluruhan akan menciptakan iklim yang positif seperti berikut ini :
• Informasi yang jujur dan transparan bebas mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping di dalam
organisasi
• Keberhasilan usaha
Sedangkan fungsi dari hubungan internal ini menurut Alvie Smith (1990) antara lain, sebagai
berikut :
• Menjelaskan perubahan kebijaksanaan atasan pada managemen agar karyawan memahami dasar
pengambilan keputusan
• Membantu proses restrukturisasi mulai dari sosialisasi kebijakan hingga pelatihan untuk mengurangi
dampak buruk restrukturisasi di masa datang
Manusia di ciptakan berbeda baik sifat dan pemikirannya, oleh karenanya konflik pasti akan
terjadi. Bisa jadi konflik terjadi antara atasan dan bawahan. Jika dibiarkan berlarut bisa jadi konflik di
tempat kerja yang berakibat buruk. Seperti penurunan kinerja karyawan, memecah fokus kerja,
membuat kerja menjadi tidak nyaman . Agar masalah tidak menjadi berlarut berikut ada beberapa cara
untuk mengatasi konflik antar atasan dan bawahan di tempat kerja.
1. Biarkan emosi mereda
Konflik akan masih ada dan tidak dapat di selesaikan jika kedua atau salah satu pihak masih
emosi, sehingga mengedepankan emosi daripada nalar. Bisa memakan waktu yang lama tergantung
pribadi masing masing. Yang pasti jangan mencoba berbicara jika masih beremosi tinggi.
2. Bicaralah secara personal
Setelah kondisi mereda lakukan pembicaraan dengan atasan secara emoat mata, lakukan
pembicaraan dengan nada yang baik jika di ucapkan dengan baik dan sopan pasti atasan akan
mendengarnya, lakukan komunikasi yang baik siapa tahu akar masalah terjadi karena kesalahpahaman
saja
Identifikasi akar masalahnya, coba telaah apa yang menyebabkan konflik tersebut apakah
masalah pekerjaan atau masalah pribadi. Yang pasti saat melakukan identifikasi jangan libatkan
emosi, bila perlu tanyakan pada pihak ketiga dan tanyakan pendapatnya.
Semua pihak harus mau mendengarkan pendapat, kritik maupun saran orang lain. Hindari
pandangan salah benar dalam proses berbagi pendapat ini karena hanya akan mengakibatkan konflik
berikutnya.
Jangan sampai keluar dari masalah jika saat melakukan argumentasi, fokus pada masalah
yang sedang diselesaikan. Karena sering kali orang malah menyerang pribadi daripada menyelesaikan
inti masalahnya.
Setiap orang baik atasan dan bawahan harus menampung semua anspirasi dan pendapat yang
ada, setelah itu sama sama berpikir untuk mencari solusi bersama
Jika masing masing masih kukuh dengan pendapatnya ada baiknya melibatkan pihak ketiga
yang netral dan dapat dipercaya untuk membantu dan memberi solusi yang netral
8. Buat aturan
Setelah ada solusi buat aturan supaya kejadian yang sama bisa dihindari.
Tata tertib perusahaan adalah seperangkat peraturan dan pedoman yang mengatur perilaku,
tanggung jawab, dan etika dalam beraktivitas di lingkungan kerja. Biasanya, owner atau HRD
perusahaan merinci peraturan di tempat kerja dalam sebuah buku tata tertib karyawan yang diberikan
saat onboarding karyawan baru. Dengan adanya tata tertib Perusahaan juga dapat meminimalisir
konflik yang terjadi di dalam Perusahaan maka perlu adanya tata tertib pada Perusahaan.
Sebagai bagian dari upaya membangun profesionalisme dan mengelola hubungan kerja dengan
baik, tata tertib karyawan kantor memiliki peran penting dalam menjaga integritas perusahaan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa perusahaan perlu memiliki tata tertib yang ketat:
Tata tertib karyawan membantu menciptakan lingkungan kerja yang disiplin, di mana setiap
karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan mematuhi aturan-aturan tersebut. Disiplin
yang konsisten dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi kemungkinan konflik di tempat kerja.
Dengan memiliki tata tertib yang jelas, karyawan akan lebih cenderung mematuhi peraturan
dan kebijakan perusahaan. Hal ini dapat mengurangi risiko pelanggaran hukum dan aturan internal
yang dapat merugikan perusahaan.
Ketika setiap karyawan mematuhi tata tertib, lingkungan kerja menjadi lebih teratur dan
efisien. Ini dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja keseluruhan perusahaan karena karyawan
fokus pada tugas mereka tanpa teralihkan oleh masalah internal.
Perilaku karyawan mencerminkan citra dan reputasi perusahaan. Dengan menerapkan tata
tertib, perusahaan dapat memastikan bahwa semua anggota tim bertindak secara profesional dan
sesuai dengan nilai-nilai perusahaan.
E. BUDAYA ORGANISASI
Budaya memiliki sejumlah fungsi di dalam sebuah organisasi, yaitu meliputi (Rivai, 2003):
a. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan
yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.
b. Budaya memberikan identitas bagi anggota organisasi. Artinya setiap anggota organisasi
mempunyai sikap dan kepribadian serta watak tersendiri sesuai dengan ruang lingkup organisasinya
masing-masing.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dan pada kepentingan individu.
Artinya dengan budaya organisasi para individu mempunyai kesempatan dalam mengoptimalkan
kapasitas dan pemikirannya demi tujuan organisasi.
d. Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial. Artinya suatu sistem sosial akan sangat
dipengaruhi oleh budaya yang berlaku.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan. Artinya perilaku karyawan sangat dipengaruhi oleh budaya organisasi di
mana ia berada.