Anda di halaman 1dari 4

1.

Kesiapan Klien untuk Melakukan Perubahan


Kesiapan klien untuk mengadakan perubahan organisasi sebenarnya dapat dilihat sewaktu klien
mengumpulkan data. Waktu wawancara ataupun ketika mengisi daftar pertanyaan dalam
jawaban kuesioner kita dapat menangkap kesiapan ini. Selain itu dapat pula dilihat dari
kesadaran klien akan adanya perbedaan dan kesenjangan antara kedudukan organisasi pada
saat sekarang dengan yang diinginkan di waktu yang akan datang.
2. Kepastian bahwa Perubahan Tersebut Masih dalam Batas Kekuasaan dan Kewenangan
Organisasi
Sewaktu hendak melakukan perubahan organisasi keputusan melakukan perubahan tersebut
harus datang dari kekuasaan yang ada dalam organisasi Keterlibatan orang yang berkuasa
tersebut terhadap proses intervensi sangat menentukan keberhasilan intervensi.
3. Kesiapan Sumber-sumber Internal untuk Membantu Mengatur, Memonitor, dan Memelihara
Proses Perubahan
Sumber-sumber tersebut dapat berupa dana dan fasilitas-fasilitas lain yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan perubahan termasuk orang yang akan mengerjakan membantu pelaksanaan. Jika
terdapat konsultan dari luar maka konsultan dari (konsultan internal) dalam organisasi harus
disiapkan pula.

A. Intervensi Struktural
Organisasi yang melakukan perubahan dengan menggunakan bentuk intervensi struktural
bertujuan agar perubahan organisasi yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan berhasil
sesuai dengan yang diharapkan.
B. Intervensi Teknikal
Intervensi teknikal dilakukan dalam rangka melakukan perubahan pada tugas- tugas yang
dilakukan oleh pegawai, penggunaan sarana kerja serta teknologi yang digunakan untuk
mendukung kelancaran tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan mereka.
C. Intervensi Perilaku
Dalam pengembangan organisasi, berbagai bentuk intervensi yang memiliki fokus atau objek
manusia dilakukan dalam rangka mengubah sikap, motivasi maupun perilaku para anggota
organisasi. Pada umumnya kegiatan intervensi terhadap manusia dilakukan melalui proses
komunikasi, pemecahan masalah serta pengambilan keputusan.

1. PEMBINAAN TIM (TEAM BUILDING)


Pembinaan tim merupakan suatu proses, dengan para anggota kelompok kerja sebuah tim,
melaksanakan diagnosis tentang bagaimana mereka bekerja sama, dan bagaimana mereka
menyusun rencana guna memperbaiki efektivitas mereka.
Selain sebagai wadah maka organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan bersama-sama. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut maka kemampuan bekerja tim di kalangan anggota
organisasi sangatlah penting. Sasaran yang dilakukan dalam) rangka pembinaan tim ialah agar
dapat tercapai tingkat interaksi dan koordinasi yang tinggi di antara para anggota suatu
kelompok dalam organisasi untuk meningkatkan partisipasi serta memunculkan sikap saling
percaya dan mempercayai serta adanya keterbukaan di antara para anggota kelompok tersebut.
Selain terdiri dari individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri maka organisasi juga terdiri dari
satuan-satuan kerja atau disebut juga dengan kelompok kerja. Kelompok kerja tersebut tidak
akan dapat bekerja dengan efektif apabila tidak terjalin kerja sama dalam kelompok tersebut,
agar kelompok kerja-kelompok kerja dalam organisasi dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan baik maka seluruh anggota kelompok, harus mampu bekerja dalam suatu tim, tidak
bekerja secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu. dapat dikatakan bahwa tingkat efektivitas kerja
tim yang nantinya akan menentukan keberhasilan organisasi.
2. PENGEMBANGAN HUBUNGAN ANTARKELOMPOK (INTERGROUP TRAINING)
Setelah Anda membaca mengenai pembinaan tim, Anda perlu membaca uraian berikut sehingga
Anda dapat mempunyai gambaran, apakah ada perbedaan antara pembinaan tim dengan
pengembangan hubungan antarkelompok. Dalam suatu organisasi sering terjadi kecenderungan
adanya suatu kelompok kerja tertentu menganggap dirinya lebih penting dari kelompok kerja
yang lain Keadaan seperti itu, tidak dapat dibiarkan karena akan mengakibatkan kecemburuan
kelompok yang lain yang dapat mengakibatkan disintegrasi dalam organisasi sebagai suatu
kesatuan. Memang suatu kelompok organisasi diharapkan dapat bekerja dengan efektif dan
maksimal serta harus mampu berperan sebagai satuan kerja yang strategis pada saat tertentu
apabila pelaksanaan strategi organisasi dan kebijakan dasarnya menuntut peranan yang
demikian. Salah satu aspek yang penting dalam pengembangan organisasi adalah
pengembangan kerja sama antara kelompok. Fokus perhatian dalam upaya pengembangan kerja
sama antarkelompok ialah meningkatkan interaksi antara kelompok yang ada dalam suatu
organisasi sekaligus memperbaiki kualitas hubungan tersebut. Salah satu tujuan dari
pengembangan kerja sama antarkelompok adalah dimaksudkan untuk mengubah sikap dan
persepsi yang ada dalam suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain dalam organisasi.
Sebagai contoh dalam suatu instansi mungkin saja pegawai-pegawai yang bekerja dalam bidang
distribusi memandang pegawai di bidang keuangan sebagai orang-orang yang selalu terlibat
dalam praktik korupsi atau penggunaan uang yang bukan menjadi haknya. Pandangan, sikap
serta persepsi yang berkembang seperti ini dapat mengakibatkan dampak yang kurang baik
dalam rangka motivasi kerja maupun koordinasi antarunit yang ada. Koordinasi merupakan
aspek yang penting dalam suatu organisasi karena apabila suatu kelompok atau unit kerja yang
karena memandang atau mempersepsikan secara keliru mengenai kelompok lain akan dapat
menghambat kegiatan organisasi secara keseluruhan.
3. PERTEMUAN KONFRONTASI ORGANISASI (ORGANIZATIONAL CONFRONTATION MEETING)
Pertemuan konfrontast organisasi merupakan salah satu teknik dalam pengembangan
keorganisasian, yang menggabungkan dan menyatukan seluruh manajer dalam organisasi
dengan tujuan membahas masalah keefektifan tujuan organisasi yang telah direncanakan.
Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan konfrontası organisasi ini adalah sebagai berikut.
a. Pihak pucuk pimpinan organisasi dibantu oleh seorang konsultan perubahan organisasi
meminta kepada peserta pertemuan untuk mendiskusikan secara jujur dan terbuka
mengenai persoalan pekerjaan dalam organisasi yang mereka hadapi.
b. Langkah selanjutnya konsultan meminta kepada para manajer untuk membentuk tujuh
atau delapan kelompok serta memastikan kelompoknya masing-masing tidak homogen,
sebagai contoh tidak ada atasan dan staf dalam satu unit yang sama yang bergabung
dalam satu kelompok yang sama pula. Tujuan heterogenitas tersebut adalah agar
terjamin adanya pembahasan dan pembicaraan bebas tanpa adanya suasana tertekan.
c. Kelompok-kelompok kecil melaporkan hasil-hasil mereka kepada kelompok yang lebih
besar, kemudian dilakukan kategorisasi atau pemilahan masalah-masalah yang
ditemukan Manajemen pimpinan memanfaatkan pernyataan-pernyataan tentang
masalah-masalah yang dihadapi, untuk menetapkan kegiatan yang menjadi prioritas
organisasi serta selanjutnya merencanakan kegiatan kelompok.
d. Langkah selanjutnya adalah membentuk kelompok-kelompok tugas dari kelompok-
kelompok kecil tersebut di mana masing-masing kelompok melaporkan kepada
manajemen puncak hasil-hasil yang mereka peroleh. Hasil proses tersebut diharapkan
menimbulkan perubahan dalam struktur organisasi tersebut dan prosedur-prosedur
pengoperasian di dalam organisasi yang bersangkutan Tujuannya adalah untuk
memperbaiki kinerja organisasi dengan cara memusatkan perhatian pada fungsi atau
kegiatan bersama sebuah unit kerja dan hasil.
4. PENCERMINAN ORGANISASI (ORGANIZATIONAL MIRRORING)
Bentuk pelatihan antarkelompok yang dinamakan pencerminan organisasi ini didesain untuk
memperbaiki efektivitas kelompok-kelompok interdependent Sebagai contoh dalam kelompok-
kelompok perlu lebih banyak belajar lagi tentang situasi dan kondisi kelompok masing-masing
atau mungkin telah terjadi konflik antarkelompok Langkah-Langkah pelatihan yang dilakukan
adalah:
a. konsultan melakukan wawancara terhadap anggota kelompok kedua belah pihak untuk
mengetahui pandangan masing-masing kelompok terhadap kelompok lainnya, serta
untuk mengetahui masalah-masalah yang dapat dideteksi antara kelompok yang ada,
b. langkah berikutnya adalah kelompok-kelompok yang ada dipersatukan dalam sebuah
kegiatan pelatihan di mana konsultan menerangkan kepada anggota kelompok tersebut
bahwa tujuan kegiatan tersebut adalah untuk mengeksplorasi pandangan serta persepsi
mereka serta hubungan di antara mereka untuk memperbaiki kondisi yang ada
termasuk pemecahan masalahnya,
c. konsultan memfasilitasi pertemuan antarkelompok tersebut. Pada saat suatu kelompok
berbicara maka kelompok lain hanya duduk sambil mendengarkan. Konsultan lalu
membalikkan situasi dan kelompok yang mendengarkan berganti menjadi pembicara
serta membahas persepsi mereka serta masalah-masalah yang dihadapi, dan kelompok
lainnya mendengarkan. Dari diskusi-diskusi yang berlangsung antarkelompok tersebut
yang dipimpin oleh seorang konsultan maka masing-masing kelompok mulai
mengutarakan perspektif- perspektif sehingga tercapai tujuan organisasi secara
menyeluruh.

Di dalam Perubahan Organisasi tercakup pula aspek pengelolaan sumberdaya manusianya. Jelaskan
maksud pernyataan tersebut.
Dalam perspektif pengelolaan SDM, karyawan atau orang-orang yang bekerja dalam organisasi, baik
privat maupun publik merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif dan sebagai elemen
organisasi yang sangat penting dalam mengatasi persaingan antar organisasi serta mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia agar dapat
memenangkan persaingan pasar yang semakin ketat menjadi bagian penting dari praktik-praktik
manajemen organisasi. Melalui praktik-praktik manajemen SDM termasuk di dalamnya melalui
perencanaan yang sistematis, kebutuhan organisasi diharapkan dapat diprediksi dengan lebih baik lagi.

Sumber Referensi : BMP ADPU4441/MODUL 5

Anda mungkin juga menyukai