Organisasi dapat dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, oleh karna itu
organisasi dapat dikatakan wadah kegiatan dari pada orang-orang yang bekerjasama dalam
usahanya untuk mencapai tujuan. Di kegiatan itu orang-orang harus jelas tugas, wewenang
dan tanggung jawabnya, hubungan dan tata kerjanya. Pengertian yang demikian disebut
organisasi yang “statis”, karena sekedar hanya melihat dari strukturnya. Di samping itu
terdapat pengertian organisasi yang bersifat “Dinamis". Pengertian ini organisasi dilihat dari
pada sudut dinamikanya, aktivitas atau tindakan dari pada tata hubungan yang terjadi di
dalam organisasi itu, baik yang bersifat formal maupun informal.
Dari definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Organisasi adalah kesatuan
dari seluruh kegiatan yang erat saling berkaitan antara setiap anggota yang ada di dalamnya
secara terkoordinir dan memiliki tujuan tertentu. Selain itu beberapa ahli juga telah
mendefinisikan prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi dan masing-masing ahli memberikan
perumusan yang berbeda, baik dalam jumlah maupun istilah yang digunakan. Warren dan
Joseph, misalnya, menyatakan bahwa empat prinsip organisasi adalah prinsip kesatuan
perintah (unity of command), prinsip rentang kendali atau rentang pengawasan (span of
control), prinsip pengecualian (the exeption princeple), dan prinsip hirarki (the scala
principle).
a. Proses pengambilan keputusan agak lamban karena harus dibicarakan terlebih dahulu
dengan anggota or¬ganisasi.
b. Kalau terjadi kemacetan kerja, tidak seorang pun yang mau bertanggung jawab melebihi
yang lain.
c. Para pelaksana sering bingung, karena perintah datangnya tidak dari satu orang saja
d. Kreativitas nampaknya sukar dikembangkan, karena perintah pelaksanaan didasarkan
pada kolektivitas.
Pada suatu organisasi kepanitiaan biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan
beberapa seksi bidang.
Di dalam berorganisasi tentu saja memerlukan banyak nya pemikiran dan sumber
untuk terciptanya suatu kesepakatan yang baik bagi sesama anggota maupun lingkungan
sekitar organisasi itu sendiri. Proses terbentuknya konflik dapat dipicu oleh perbedaan dari
pola berpikir maupun perbedaan lainya dalam suatu individu tertentu, dan tentu saja konflik
tidak dapat dipicu tanpa adanya proses dan sebab. Sehingga proses terjadinya konflik terdiri
dari tiga tahapan, pertama, dengan adanya peristiwa sehari – hari, kedua, munculnya
tantangan, ketiga, munculnya pertentangan (Hendricks, W. dalam Wahyudi dan Akdon,
2006).
Spiegel (1994) menjelaskan ada 5 tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani
konflik yaitu :
1. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri diatas
kepentingan yang lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu
membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan
pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang-kalah akan terjadi
disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang
berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan bawahan,
dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas
kepentingan bawahan.
2. Menghindari konflik
Tindakkan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situasi tersebut secara
fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi.
Situasi menang-kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika
masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik
untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat
konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena
merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
3. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak
lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini dilakukan jika kita merasa
bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan
baik dengan pihak tersebut.
4. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika kedua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut
sama-sama penting dan hubungab baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak
akan mengorbankan sebagina kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-
menang.
5. Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan
ada pada diri sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi
konflik pada serikat pekerja maka kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi
hal yang harus dipertimbangkan.
Dalam sebuah organisasi atau kepanitiaan sudah pasti kita berkecimpung dengan
orang banyak yang setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda – beda. Oleh karena itu
pasti banyak faktor – faktor yang memnyebabkan konflik pada saat melaksanakan rapat atau
saat kegiatan itu berlangsung seperti yang telah kami jelaskan. Dari faktor – faktor tersebut
tentunya harus ada solusi agar bisa mendinginkan suasana dan mengambil keputusan.
Adapun solusi dari faktor – faktor diatas adalah :
Perbedaan individu yang sangat sering terjadi di lingkungan organisasi. Untuk
menangani ini kita hanya perlu mengintropeksi diri kita dan menerapkan rasa saling
menghargai. Berpendapat tentu saja dibolehkan dalam suatu organisasi. Namun, dari
banyaknya pendapat yang ada kita tetap tidak diperbolehkan untuk mengambil keputusan
sendiri. Alangkah baiknya untuk mencari jalan keluar dari pemasalahan tersebut diselesaikan
dengan keputusan bersama. Selain itu apabila ada anggota yang kontra dengan keputusan
yang telah disepakati oleh inti atau anggota lain sebaiknya sampaikan apa yang menjadi
masalah dari keputusan yang sudah di bulatkan tersebut. Kadang kala ada saja anggota yang
kontra dan menyampaikan aspirasinya dengan nada tinggi, sehingga anggota lain merasa
tidak nyaman mengikuti rapat. Sebenarnya itu tidak baik di terapkan saat rapat atau bahkan
saat kegiatan berlangsung, karena jutru akan membuat situasi semakin panas. Perlu kita
ketahui bahwa tidak semua orang memiliki rasa sabar yang begitu besar, bisa saja anggota
lain ikut terpancing emosinya karena ada anggota yang menyampaikan aspirasi dengan nada
tinggi sehingga suasana semakin runyam.
Pada intinya dalam suato organisasi, kepanitiaan, atau apapun yang melibatkan orang
banyak, tetap kita harus saling mengahargai antar sesama. Jadi apapun masalah yang ada di
setiap organisasi atau kepanitiaan, harus diselesaikan dengan kepala dingin dan mencari jalan
keluar bersama – sama sampai keputusan dibulatkan dan disahkan.
Lampiran 2