Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN KOTA BARU

KOTA DELTAMAS

ANGGOTA KELOMPOK:

ANDRY KRISNO MARAU 083001600005


HARRY AKBAR LUHULIMA 083001600043
AQMARINA HASANI

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kota baru publik pada 10 provinsi di Indonesia masuk dalam
kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019,
yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta
diarahkan sebagai pengendali urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan
metropolitan di luar Pulau Jawa-Bali. Pembangunan kota baru pada hakekatnya
merupakan suatu upaya pengembangan suatu bagian wilayah baru atau suatu kota
kecil menjadi suatu permukiman yang mempunyai kelengkapan perkotaan. Suatu
pembangunan kota baru merupakan pembangunan permukiman berskala besar.
Salah satu pembangunan kota baru yang berada di Pulau Jawa adalah Kota
Deltamas.
Indonesia menghadapi laju urbanisasi yang tinggi sehingga diprediksi pada tahun
2025, proporsi penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan akan mencapai 60%
dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain hampir setengah dari penduduk
Indonesia tinggal di kota dan kawasan perkotaan. Situasi ini apabila tidak
diantisipasi dengan baik, dapat menimbulkan berbagai persoalan. Pertumbuhan
penduduk yang tidak dapat dikelola dengan baik dapat melahirkan persoalan
tenaga kerja, kemiskinan, lingkungan, ketersediaan infrastruktur dan persoalan
sosial lainnya.
Dari waktu ke waktu setelah Indonesia merdeka, kota Jakarta sebagai ibu kota
negara tumbuh dengan cepatnya ke segala penjuru, tidak terkecuali daerah
disekitar Provinsi DKI Jakarta yaitu Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi,
khususnya wilayah Cikarang, terus tumbuh menjadi kawasan hunian, industri dan
komersial yang terintegrasi. Kota Deltamas salah satunya. PT Puradelta Lestari
Tbk, yang mengembangkan kawasan ini secara konsisten membangun sebuah kota
mandiri dan pusat aktivitas di timur Jakarta yang berkomitmen untuk
menghadirkan fasilitas serta sarana dan prasarana terbaik.
Kota Deltamas merupakan sebuah kawasan terpadu modern seluas lebih dari
3.100Ha yang terdiri dari kawasan industri, kawasan hunian, dan kawasan
komersial, yang terletakdi Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi. Kota Deltamas
terletak di lokasi yang sangat strategisserta merupakan kawasan industri di timur
Jakarta dengan memiliki akses tol langsung dari jalan tol Jakarta-Cikampek KM
37. Kota Deltamas dikembangkan oleh PT Puradelta LestariTbk., sebuah
joint venture
antara Sinar Mas Land dan Sojitz Corporation dari Jepang.Dengan teknik
perencanaan yang matang dan komprehensif, kawasan hunian dankomersial
modern terus dikembangkan untuk melengkapi fasilitas terpadu di Kota
Deltamas.Saat ini, Kota Deltamas telah membuka lebih dari 15 (lima belas)
cluster
perumahan di KotaDeltamas dan telah mengakomodasi kebutuhan hunian ribuan
perkerja di sekitar KabupatenBekasi. Sejalan dengan hal tersebut, Kota Deltamas
telah menghadirkan berbagai fasilitas didalamnya, seperti sekolah, universitas,
hotel dan apartemen sewa, kompleks olahraga, tempatibadah, dan fasilitas lainnya.
Dengan demikian, Kota Deltamas ke depannya akan menjadisebuah kota terpadu
yang memberikan layanan terbaik bagi semua pelanggan, sebuah pusat

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun laporan ini bertujuan untuk mengkaji seperti apa perencanaan dan
pengembangan kota baru Deltamas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Kota Baru


Menurut Osborn dan Whittick (1968), kota baru merupakan alternatif upaya untuk
memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan permukiman tersebar yang tidak
terkendali dan kemacetan kota-kota besar, karena semakin berkembangnya kegiatan
usaha dan penduduk kota besar akibat perkembangan industri secara besar-besaran
pada awal abad ke20.

Secara terminologis, pengertian kota baru telah berkembang diberbagai negara sesuai
dengan perwatakan serta tata lakunya yang tipikal. Di samping terminologi umum
sebagai New Town, misalnya dikenal juga newton; neustadt; niewestad; villeneuve;
novgorod; atau novigrad (Von Hertzen; Spreiregen, 1978).

Pengungkapan pengertian umum mengenai kota baru merupakan hal yang esensial
sebelum kita memahami pengertian kota baru yang tipikal serta yang dapat
dikembangkan di Indonesia.

Untuk memberikan defenisi yang tegas mengenai kota baru akan mempunyai kaitan
dengan suatu kurun waktu tertentu. Jadi, suatu kota dikatakan baru saat dibangun,
tetapi baru lagi setelah berkembang dan tumbuh dengan berbagai dampak dan
akibatnuya (Heikki von Hertzen; Paul D. Spreiregen, 1973)

Secara umum perencanaan kota baru adalah kota yang direncanakan, dibangun dan
dikembangankan pada saat suatu atau beberapa kota lainnya yang direncanakan dan
dibangun sebelumnya telah tumbuh dan berkembangan (Sujarto, Djoko. 1993)

2.2 Sifat kemampuan dan Jenis Kota Baru


Dari tinjauan secara deskriptif mengenai evolusi kota baru, maka dapat
diidentifikasikan bahwa sesuai dengan fungsi dan tujuannya, kota baru sangat
bervariasi dari segi lokasi, Jenis serta pola fisiknya. Namun secara fungsional, pada
dasarnnya, dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama.
a. Kategori Umum
a. Kota baru yang direncanakan dan dikembangkan dalam kaitan dengan kota
yang telah tumbuh dan berkembang. Umumnya jenis kota baru demikian
dimaksudkan sebagai salah satu upaya membantu memecahkan masalah di
kota yang telah ada. Kota baru demikian dimaksudkan, misalnya, untuk
memecahkan masalah kekurangan perumahan atau dalam rangka perluasan
kota. Kota baru demiktan dikatakan sebagai supporting new town atau kota
baru penunjang, karena berperan sebagai penunjang bagi eksistensi kota
yang telah ada serta berkembang. Kota baru penunjang secara ekonomis dan
sosial, fungsinya mempunyai ketergantungan pada kota induk. Pendirian dan
pengembangannya didasarkan pada kebutuhan untuk membangun
permukiman baru berskala besar yang akan membantu memecahkan masalah
kekurangan perumahan di kota besar yang berperan sebagai kota induk. Di
samping itu, kota baru penunjang dapat juga dikembangkan dari kota kecil
di sekitar kota besar yang berjarak tidak jauh. Secara geografis, kota baru
penunjang dibangun pada wilayah tertentu yang jaraknya berdekatan dengan
kota in- Dengan demikian, maka pada umumnya terdapat suatu pola
mobilitas commuting antara kota baru dengan kota induk. Secara fisik, kota
baru penunjang terpisah oleh wilayah tidak terbangun, seperti pertanian
hortikultur atau jalur hijau. Jarak fisik dari kota induk umumnya kurang dari
60 kilometer.
Dari beberapa studi literatur dapat dikemukakan suatu batasan, bahwa kota-
kota baru penunjang ini adalah:
1. Permukiman lengkap berskala besar dipinggiran/di fuar kota induk
(dormitory town) yang disebut sebagai kota satelit (satellite town),
2. Kota kecil di sekitar kota induk yang ditingkatkan dan dikembangkan,
Kedua jenis kota baru penunjang ini juga dapat merupakan kota baru
metropolitan, yaitu kotayang berada di wilayah metropolitan yang
menunjang fungsi sebagai kota utama wilayah metropolitan tersebut.

b. Kota baru yang direncanakan dan dikembangkan tersendiri, meski


fungsinya berkaitan dengan kota-kota yang telah tumbuh dan berkembang,
tetapi kota-kota ini dikembangkan dengan fungsi khusus yang bekaitan
dengan potensi tertentu. Kota demikian dapat dibangun sama sekali baru di
atas wilayah perawan atau dari suatu permukiman atau kota kecil yang
kemudian dikembangkan, sehingga memiliki kelengkapan sebagai suatu
kota. Kota baru demikian dikatakan sebagai independent new town atau se/f
sufficient new town atau kota baru mandiri.
Kota baru mandiri secara ekonomis, sosta!
Dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, paling tidak sebagian besar
penduduknya. Dari segi geografis, kota baru mandiri berlokasi di wilayah
tersendiri yang berjarak cukup jauh dari kota yang ada, dan secara fisif
terpisah oleh wilayah bukan permukiman seperti pertanian, hutan, jalur hijau
atau wilayah non urban lainnya. Jarak fisik dari kota induk umumnya lebih
besar dari 80 kilometer. Termasuk kota baru mandiri ini adalah:
1. Kota pusat pemerintahan,
2. Kota industri,
3. Kota pertambangan,
4. Kota usaha kehutanan,
5. Kota instalasi ketenagaan,
6. Kota instalasi militer,
7. Kota pusat rekreas: (recreation resort),
8. Permukiman khusus berskala besar.
Pengertian dan kategorisasi kota baru tersebut secara singkat dapat disajikan
dalam tabel berikut:

2.3 Pembangunan Kota Baru di Indonesia


Beberapa studi mengungkapkan, bahwa permukiman yang tumbuh dan berkembang
sebelum masa tersebut dapat dikategorikan sebagai kota. Permukiman yang tumbuh
dan berkembang pada masa sebelum masuknya pengaruh kolonial tersebut pada
umumnya hanya merupakan suatu pemusatan kekuasaan dengan jangkauan sosial
ekonomi yang masih sangat terbatas.
Kota baru dalam pengertian suatu kota yang dikembangkan berdasarkan perencanaan
modern barulah muncul pada abad ke 20. Kota-kota baru modern yang
dikernbangkan di Indonesia menurut kurun waktu, dapat dikategorikan menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Kota Baru yang dikembangkan sebelum perang yang dapat pula dikatakan
sebagai Kota Baru Indonesia Generasi Pertama. Kota baru ini dikembangkan
untuk kepentingan pemerintahan kolonial atau sehubungan dengan
pemanfaatan sumber alam seperti pertambangan minyak dan batu bara.
2. Kota-kota Baru yang dikembangkan sejak dasawarsa 50-an sampai akhir
dasawarsa 60-an yang dapat dikatakan sebagai Kota Baru Generasi Kedua.
Kota baru ini dikembangkan sehubungan dengan perlunya tempat kedudukan
pusat pemerintahan provinsi dan mengatasi masalah kekurangan perumahan
di kota besar. Jadi dalam hal kota baru generasi kedua ini sudah mulal adanya
landasan pertimbangan kepentingan mengatasi masalah urbanisasi.
3. Kota-kota baru yang dikembangkan sejak awal dasawarsa 70-an khususnya
sejak pelaksanaan Repelita Pertama hingga kini. Kota-kota baru ini dapat
dikatakan sebagai Kota Baru Indonesia Generasi Ketiga. Kota Baru generasi
ketiga ini dikembangkan berdasarkan pertimbangan:
a. Pengembangan industri dalam lingkup wilayah yang cukup luas dan
memerlukan permukiman khusus untuk para pekerja, maka dikembangkan
permukiman pekerja dalam skala besar sehingga dapat dikategorikan
sebagai suatu kota.
b. Pemanfaatan sumber daya alam, yaitu dibukanya wilayah baru untuk
eksploitasi sumber mineral atau perkayuan yang butuh jumlah pekerja
banyak sehingga memeriukan permukiman berskala besar dilengkapi
dengan berbagai sarana dan prasarananya.
c. Usaha pemecahan masalah kekurangan perumahan di kota-kota besar.
Untuk menunjang kebutuhan ini, maka sejak Repelita Hl telah
dikembangkan pembanguanan perumahan berskala besar di dalam,
pinggiran atau luar kota besar.
Pembangunan kota baru di Indonesia dimulai pada tahun 1948 ketika Kebayoran
Baru dibangun sebagai pemukiman baru untuk memenuhi kebutuhan perumahan di
Jakarta. Kebayoran Baru dirancang menjadi kota satelit Jakarta dan direncanakan
untuk menampung ± 6000 hunian/tempat tinggal. Pelaksanaan pembangunan
Kebayoran Baru diprakarsai oleh pemerintah pusat, setelah dua tahun dilaksanakan,
kemudian dialihkan ke Departemen PU. Kebayoran Baru saat ini bertumbuh dan
berubah dengan sangat cepat, tetapi pengawasan pembangunannya lemah sehingga
ide satelit hanya tinggal konsep saja, sebab kenyataannya Kebayoran Baru sudah
menjadi bagian Kota Metropolitan Jakarta.
Kemudian pada tahun 1955 Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Tahun 1963
Pekanbaru (Riau) dan Tahun 1965 Banjarbaru (Kalimantan Selatan) merupakan
kota-kota yang dibangun dengan dilatarbelakangi adanya kebutuhan akan ibukota
provinsi yang lebih baik. Palangkaraya dan Pekanbaru memiliki fungsi ekonomi
yang didukung daerah belakangnya. Daerah belakang Pekanbaru berfungsi
memproduksi minyak, sementara Palangkaraya memiliki basis ekonomi kehutanan
dan Banjarbaru hanya berfungsi sebagai pusat administrasi.
Selain itu ada beberapa kabupaten juga yang memutuskan memindahkan lokasi pusat
administrasi dari kotamadya ke loksi lain diluar kotamadya. Dipilihnya lokasi baru
ibukota kabupaten menunjukkan beberapa hal :
1. Dirancang sebagai kota baru mandiri, seperti Cibinong, Tigaraksa;
2. Perluasan kota yang ada seperti Soreang, Slawi;
3. Dibangun sebagai kota satelit seperti Bale Endah, Sumber.
Adapun kota-kota yang dibangun berkaitan dengan pembangunan industri seperti
Kota Cilegon di Jawa Barat, Lhoksumawe di Aceh dan Bontang. Tipe kota baru ini
tumbuh secara alami sesuai dengan aktivitas produksi industri-industrinya.
Kota-kota besar dengan pesonanya selalu menarik penduduk pedesaan yang
menyebabkan banyak masalah urbanisasi. Metropolitan jakarta pun dihadapkan
dengan masalah urbanisasi yang sulit dipecahkan. Salah satu hal yang dimaksudkan
untuk mengurangi masalah penduduk di Jakarta adalah dibentuknya JABOTABEK
(Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi). Ide pokok konsep ini adalah membentuk
koordinasi antar daerah didalamnya untuk bersama-sama mengontrol dan
mengarahkan urbanisasi ke Jakarta.
Kemudia depok yang dibagun sebagai kota asrama untuk menampung 200.000
penduduk pada tahun 2000. Bekasi dan Serpong juga merupakan kota baru yang
dibangun dengan tujuan menampung limpahan penduduk dari jakarta. Ide ide yang
sama juga diputuskan untuk kota baru Driyorejo dalam hubungan dengan masalah
urbanisasi dari Surabaya.

2.4 Aspek Kebijakan


2.4.1 Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi yang berpengaruh dan menentukan dalam pengembangan dan
perkembangan kota baru (P.B Desai, Ashish Bose, 1965; T.C. Peng, N.S.
Versa, 1972) mencakup dua hal pokok, yaitu :
a. Kegiatan Usaha
Kehidupan masyarakat, khususnya di kota-kota, akan sangat ditentukan
pula oleh kegiatan usahanya. Sebagaimana dapat diungkapkan dari fakta
historis, bahwa terjadinya arus perpindahan penduduk semasa
industrialisasi besar-besaran dikarenakan semakin luasnya lapangan kerja
dan usaha di kota-kota besar. Terbukanya kesempatan kegiatan usaha pada
pusat-pusat atau kota-kota yang baru, memungkinkan untuk membelokan
perhatian aliran penduduk ke arah tersebut (P.B. Desai; Ashish Bose,
1965). Pemikiran mutakhir menyimpulkan, bahwa upaya
mendemonstrasikan kegiatan usaha dapat membantu mengurangi beban
yang harus ditanggung kota-kota besar yang umumnya merupakan
pemusatan berbagai lapangan kegiatan usaha.
b. Politik Ekonomi
Berdasarkan sistem politik perekonomian, T.C. Peng dan N.S. Verma
mengemukakan 3 jenis pembangunan kota baru, yaitu :
1. Kota baru yang dikembangkan di negara-negara dengan sistem politik
perekonomian campuran atau mixed economy system. Dalam sistem
ini sebagai sistem perekonomian ditangani oleh sektor swasta, tetapi
sesuai dengan pengawasan, pengendalian dan perencanaan yang
disusun oleh sektor pemerintahan. Inggris merupakan salah satu
contoh jelas negara yang menyelenggarakan pola pembangunan kota
baru yang dilandasi sistem perekonomian campuran. Pembangunan
kota baru di Inggris sudah merupakan bagian dari pola kebijaksanaan
pembangunan Nasional yang mengikutsertakan swasta yang
dikendalikan dan berdasar rencana pemerintah.
2. Kota baru yang dikembangkan di negara-negara dengan sistem
perencanaan perekonomian terpusat atau centrally planned economic
system. Sistem perekonomian demikian terdapat pada negara-negara
sosialis. Kegiatan perekonomian sepenuhnya tergantung pada
investasi sektor pemerintah yang berazaskan konsep sosialik. Atas
dasar sistem ini, maka perencanaan dan pembangunan kota-kota baru
di beberapa negara sosialis, khususnya di Sovyet Rusia sepenuhnya
menjadi wewenang dan kebijaksanaan pemerintah.
3. Kota baru yang dikembangkan di negara yang mempunyai sistem
perekonomian bebas atau free or private enterprise economic system.
Dalam sistem ini, sistem perekonomian tergantung sepenuhnya pada
mekanisme pasar. Amerika Serikat merupakan contoh yang menganut
sistem ini. Dibawah sistem perekonomian bebas ini perencanaan dan
pembangunan kota baru berada dalam wewenang sektor swasta.
Dengan demikian, maka motivasi keuntungan merupakan landasan
utama. Investasi yang besar termasuk berbagai bentuk resiko finansial
menjadi tanggung jawab swasta. Pembangunan kota baru menarik
bagi swasta (real estate) apabila mekanisme pasar sedang berada
dalam keadaan baik.

2.4.2 Faktor Sosial


Dua faktor sosial utama yang sangat berpengaruh dan menentukan
pengembangan dan perkembangan kota baru umumnya adalah :
a. Faktor Kependudukan
Revolusi industri yang terjadi pada akhir abad ke-19 dan disusul dengan
dampaknya pada awal abad ke-20 telah menyebabkan arus urbanisasi dari
pedesaan ke kota-kota. Kesempatan kerja yang makin meningkat
sehubungan dengan industrialisasi besar-besaran telah menyebabkan
semakin meningkatnya penduduk kota-kota industri (Lesley E.White,
1965). Perkembangan penduduk kota besar yang semula telah menarik
mereka karena terbukanya kesempatan kerja telah mengalami berbagai
degradasi. Keadaan inilah yang memacu timbulnya berbagai reaksi dan
arah pemikiran baru untuk mencari pemecahannya. Kalau kita amati
keadaan kependudukan tersebut, maka sampai kini tampaknya masih
merupakan faktor berpengaruh dan menentukan dalam permasalahan
perkotaan, khususnya masalah pembangunan kota baru.
b. Kualitas kehidupan bermasyarakat
Makin padat penduduk kota industri , makin menurun pola
kemasyarakatan karena lingkungan kehidupan yang mengutamakan
efisiensi ekonomis, telah menimbulkan berbagai degradasi sosia. Keadaan
di kota industri pada masa pasca revolusi industri mengalami penurunan
dalam pelayanan pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan
hubungan antar penduduk. Keadaan demikian dikemukakan para reformis
kemasyarakatan, antara lain Ebenezer Howard sebagai keadaan
lingkungan yang ‘tidak manusiawi’. Situasi sosial ini kemudian menjadi
salah satu pertimbangan sangat penting dalam pengembangan konsep-
konsep dasar kota baru.

2.4.3 Faktor Fisik


Dua hal yang mempengaruhi keadaan fisik yang berpengaruh dan
menentukan dalam perencanaan dan pembangunan kota baru, yaitu :
a. Pola Guna Lahan (Robin H. Best, 1981) ;
Kota baru merupakan proyek pembangunan permukiman berskala besar
yang memerlukan lahan luas. Salah satu yang menjadi permasalahan,
adalah pembangunan permukiman berskala besar yang memerlukan luas.
Salah satu yang menjadi permasalahan, adalah pembangunan kota baru
yang menyebabkan perubahan pola penggunaan lahan pertanian atau
konservasi menjadi lahan terbangun. Lebih jauh lagi, bahwa perubahan
penggunaan lahan ini juga mempunyai dampak terhadap perubahan pola
sosial ekonomi diwilayah pertanian. Para petani yang semula menggarap
lahan usaha terdesak dan harus mencari lapangan pekerjaan lain. Dengan
demikian, maka pertimbangan pola penggunaan lahan merupakan faktor
penting dalam perencanaan kota baru.
b. Harga Lahan (P.A. Stones, 1970) ;
Kenaikan nilai dan harga lahan umumnya merupakan konsekuensi dari
perubahan penggunaan lahan dan pemanfaatan lahan. Lahan yang semula
penggunaannya tidak pasti, dijadikan kawasan yang produktif akan
menaikkan nilai dan harga lahan. Pembangunan kota baru yang
memerlukan lahan luas akan membutuhkan investasi pengadaan lahan
yang sangat besar. Pada pembangunan kota baru yang secara lengkap
terdapat komponen-komponen kegiatan fungsional yang bersifat
produktif, memerlukan suatu yang sangat peka terhadap kemungkinan
kenaikan harga lahan. Dalam hubungan ini, spekulasi lahan merupakan
salah satu dampak yang umum. Peranan pemerintah yang memungkinkan
untuk melakukan pengendalian atas harga lahan sesuai dengan peraturan
yang ada, akan sangat penting peranannya dalam perencanaan dan
pembangunan kota baru. Atas dasar ini, maka dalam perencanaan dan
pembangunan kota baru di inggris, peranan pemerintah dalam
pengendalian lahan sangat besar (Peng, Verma, 1972).

2.5 Kota Baru Mandiri


Kota baru mandiri, suatu kota baru yang dikembangkan dengan tujuan
membentuk kota yang dapat mandiri dalam memenuhi kehidupan dan kegiatan
usaha penduduknya. Kota baru mandiri ini dapat terbentuk dari kota perusahaan
(Company town), ibu kota pemerintahan, kota pertambangan, dan kota baru yang
dikembangkan dari kota kecil atau kota yang berkembang dari permukiman
transmigrasi.
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA DELTAMAS

3.1 Orientasi Wilayah


Kota Deltamas berlokasi di Kabupaten Cikarang, kecamatan Cikarang Pusat.

3.2 Historis
Catatan Sejarah Merunut dari penelusuran Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa
Sansekerta dan bahasa Jawa Kuno), menyatakan jika kata ''Bekasi'' secara fisiologis
berasal dari kata ''Candrabhaga''. Candra berarti bulan/sasi dalam bahasa Jawa Kuno,
Bhaga berari bagian. Jadi arti selengkapnya Candrabhaga adalah bagian dari
bulan. Lalu pelafalan ini akhirnya mengalami banyak perubahan. Terkadang
dilafalkan Candrabhaga, kadang menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi. Seiring
berjalannya waktu, bahasa Belanda juga ikut memengaruhi, yakni sering ditulisnya
Bacassie, kemudian berubah menjadi Bekasi seperti sekarang.
Kota Deltamas merupakan sebuah kawasan terpadu modern seluas dari 3.200 hektar
yang terletak di Cikarang Pusat, Salah satu kawasan pemukiman terkemuka di
Cikarang, berada di Deltamas Cikarang Pusat. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu
pemukiman ideal yang letaknya tidak jauh dari kawasan perindustrian terbesar di
Asia Tenggara, yaitu Kawasan Jababeka. Kawasan pemukiman Deltamas sendiri
sudah berdiri tidak lama setelah Jababeka mulai berkembang. Deltamas Cikarang
pusat ini mulai berdiri sejak tahun 1993, dan menjadi salah satu perusahaan
Penanaman Modal Dalam Negeri. Setelah berdiri tahun 1993, setahun berikutnya
mulai mengembangkan usahanya degnan membeli lahan seluas 3.000 hektare yang
berada di kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Sekitar 20 orang akademisi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, melakukan
kunjungan ke Kota Deltamas untuk mempelajari pengembangan Kota Deltamas yang
sudah dimulai sejak tahun 1993. Direktur Independen dan Corporate Secretary PT
Puradelta Lestari Tbk., Tondy Suwanto, menyatakan bahwa Kota Deltamas sangat
tepat menjadi sebuah contoh nyata untuk studi perencanaan dan tata kota, sebab Kota
Deltamas akan dibangun sebagai sebuah kawasan terpadu modern yang
mengkombinasikan kawasan industri, hunian, dan komersial. “Tentunya menjadi
sebuah kebanggaan bagi kami dimana pengembangan Kota Deltamas menjadi contoh
nyata bagi studi akademik perencanaan dan tata kota”, kata Tondy. “Kami berharap
bahwa melalui kunjungan ini, kami dapat membagikan wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman nyata akan pembangunan dan pengembangan sebuah lahan yang sangat
luas menjadi sebuah kawasan perkotaan yang menghadirkan lapangan kerja dan gaya
hidup modern dengan mengintegrasikan kawasan industri, hunian, dan komersial”,
imbuhnya.
Kota Deltamas merupakan sebuah kawasan terpadu modern berbasis industri dengan
luas sekitar 3.200 hektar di wilayah Cikarang, Kabupaten Bekasi, yang
dikembangkan oleh PT Puradelta Lestari Tbk. Dalam dua dekade terakhir, PT
Puradelta Lestari Tbk telah mengembangkan Kota Deltamas untuk menjadi sebuah
kota mandiri dan pusat aktivitas di timur Jakarta. Berbagai pelanggan industri
otomotif ternama seperti Suzuki, Mitsubishi, dan SAIC GM Wuling telah beroperasi
di kawasan industri di Kota Deltamas. Di samping itu, untuk mengembangkan
kawasan huniannya, PT Puradelta Lestari Tbk juga telah bekerjasama dengan
Panahome Asia Pacific Pte Ltd yang merupakan bagian dari grup Panasonic Jepang
di bidang real estate, untuk mengembangkan sebuah kawasan hunian berkonsep
sustainable smart town. Area komersial pun terus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja maupun penghuni sehingga menjadikan Kota Deltamas
sebagai sebuah kota mandiri yang modern.
Di samping itu, pada kunjungan ini, dibahas juga bagaimana pengelola Kota
Deltamas mengembangkan dan mengelola fasilitas dan utilitas seperti jalan raya,
selokan dan pipa, pasokan listrik, pasokan air bersih, pengolahan air kotor, pasokan
gas, serta telekomunikasi. PT Puradelta Lestari Tbk sendiri telah menyediakan
fasilitas dan utilitas tersebut secara komprehensif, baik dengan membangun dan
mengelola fasilitas sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lainnya, untuk
memastikan kebutuhan pelanggan industri, pelanggan komersial, maupun penghuni,
terpenuhi dengan baik. Saat ini, Kota Deltamas masih memiliki cadangan lahan
sekitar 1.564 hektar dan masih akan terus dikembangkan hingga beberapa dekade ke
depan.
Masifnya perkembangan ke wilayah timur Jakarta, khususnya di Cikarang membuat
tensi persaingan antar pengembang pun kian meningkat. Awal bulan ini, Lippo
Group telah mengumumkan rencana pengembangan kota baru
berlabel Meikarta yang bakal berdiri di tengah jantung kawasan industri, Cikarang.

Proyek ini juga merupakan investasi terbesar perusahaan dalam sejarah berdirinya,
sejak 67 tahun silam. Tidak mau ketinggalan, Sinar Mas Land pun terus berekspansi
mengembangkan Kota Deltamas, kawasan seluas 3.000 ha di Cikarang. Terbaru,
pengembang meluncurkan Cluster Woodchester.

Sumber : http://kota-deltamas.com/tentang-kami/sejarah-singkat/

3.3 Konsep
Kota Deltamas merupakan salah satu pengembangan konsep “Global City” dari Sinar
Mas Land dan Soijtz, yaitu sebagai kota mandiri baru yang berkontribusi besar
terhadap kawasan regional khususnya dan indonesia pada umumnya.
Secara garis besar, Kota Deltamas ini terdiri dari beberapa kawasan utama yang
terdiri dari kawasan komersial, industrial, hunian hingga pusat Pemerintahan
Kabupaten Bekasi yang masing-masing kawasan mempunyai fungsi dan tujuannya
masing-masing sebagai berikut:

3.3.1 Kawasan Komersial


Kawasan komersial merupakan sebuah kawasan yang disesain khusus
untuk memenuhi berbagai keperluan akan barang ataupun jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat di Kota Deltamas ataupun di sekitarnya.
Sebagai kawasan modern, Kota Deltamas ini dibangun dengan
memadukan konsep bisnis (Business) dengan gaya hidup (Lifestyle)
kekinian.
3.3.2 Kawasan Industri
Dikawasan seluas lebih dari 3000 hektar ini oleh PT Puradelta Lestari Tbk
dibagi dalam 3 (tiga) Konsep yakni kawasan untuk tempat usaha
(Commercial), Industri (Industrial), dan Hunian (Residential) dengan
infrastruktur dan fasilitas kelas internasional.

3.3.3 Kawasan Hunian


Kota Deltamas adalah kota modern, terpadu dan mandiri, Dikawasan Kota
Deltamas sendiri dibagi dalam 3 Konsep yakni kawasan untuk tempat
usaha (Commercial), Industri (Industrial) dan Hunian (Resedential).

3.4 Kaitan dengan Rencana Tata Ruang


RTRW Propinsi Jawa Barat, Kota Cikarang, Tambun Selatan, Setu dan Tarumajaya
ditetapkan sebagai PKN yakni kota yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang
ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah
sekitarnya serta berfungsi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transpotasi
dengan skala pelayanan nasional atau beberapa propinsi. Kriteria penentuan PKN
adalah kota yang mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya, pusat jasa-
jasa pelayanan keuangan/bank yang cakupan pelayanannya berskala
nasional/beberapa propinsi, pusat pengolahan/pengumpul barang secara
nasional/beberapa propinsi, jasa pemerintahan untuk nasional/bebarapa propinsi, jasa
publik yang lain untuk nasional/beberapa propinsi.
Di Kota Cikarang telah dikembangkan kawasan hunian dan perdagangan baru yakni
Kota Delta Mas. Dalam rangka mewujudkan kebijakan tersebut, wilayah
pengembangan utama yang berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
berada di WP lV. Kegiatan ekonomi yang sudah berkembang di WP lV meliputi
kegiatan ekonomi yang berbasis : industri, perdagangan dan jasa serta permukiman.
Di Kota Cikarang saat ini telah dikembangkan kawasan hunian dan perdagangan baru
yakni Kota Delta Mas. Dalam rangka mewujudkan kebijakan tersebut, wilayah
pengembangan utama yang berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi
berada di WP lV. Kegiatan ekonomi yang sudah berkembang di WP lV meliputi
kegiatan ekonomi yang berbasis : industri, perdagangan dan jasa serta permukiman.
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Tipologi


Berdasarkan definisi menurut Sujarto (1993), dan dilihat dari segi geografis dan
orientasi wilayah serta perkembangannya secara historis bahwasanya Kota Deltamas
dulu merupakan lahan kosong dan kemudian lahan tersebut dikembangkan menjadi
berbagai fungsi lahan, maka dapat dikategorikan bahwa Kawasan Bandar
Kemayoran berjenis Kota Baru Mandiri.

4.2 Analisis Konsep

4.3 Analisis Komponen Kota


4.3.1 Wisma
Dari Peta diatas dapat diketahui bahwa Perumahan yang terbagi atas rumah tapak
dan rumah susun tersebar di sisi tengah kawasan kota Deltamas
4.3.2 Karya
Dari Peta diatas dapat diketahui bahwa kawasan karya atau tempat bekerja yang
terbagi di sisi selatan kawasan Deltamas

4.3.3 Marga
Dari Peta diatas dapat diketahui bahwa kawasan Marga yang merupakan daerah
terbuka biru Danau dan Sungai terbagi di sisi utara kawasan Deltamas

4.3.4 Suka
Dari Peta diatas dapat diketahui bahwa kawasan Suka (Fasilitas Sosial dan Fasilitas
Umum) tersebar di sisi utara kawasan Deltamas
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai