Anda di halaman 1dari 19

Ke l o

mpo
k4

Klasifikasi Kota, Tahap


Perkembangan Kota dan Pola
Penggunaan Lahan Kota
Geography
Nama Kelompok
01 Andi Rizky 05 Ferdianto

02 Azahara 06 Rahmat

03 Nur Mellyza 07 Danu

04 Disva 06 Daniel
01
Klasifikasi
Kota
Klasifikasi Kota
Kota diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain
berdasarkan jumlah penduduk, fungsi, dan luas kota. sistem
penggolongan kota yang dilakukan oleh sebuah negara tidak selalu
sama dengan negara lainnya. Hal ini sangat berhubungan dengan
tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai dan jumlah
penduduk negara yang bersangkutan. Selain itu, dikenal juga istilah-
istilah yang berhubungan dengan penggolongan kota, seperti
kota(city), kota kecil(town), dan wilayah perkotaan(urban). Oleh
karena itu, untuk dapat mengklasifikasikan kota diperlukan standar
yang cukup valid dan representatif.
Klasifikasi kota di Indonesia berdasarkan sejarah pertumbuhannya
dibagi menjadi 4, yaitu sebagai berikut:
A. Perkembangan Kota dari Pusat Perdagangan
Kota biasanya dijadikan sebagai pusat ekonomi dan pusat
perdagangan. Ada beberapa kota yang menjadi pusat
perdagangan, yaitu Jakarta, Pontianak, Bagansiapiapi,
Samarinda, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.
B. Perkembangan Kota dari Pusat Perkebunan
Perkebunan merupakan suatu usaha yang memerlukan areal luas
dan banyak tersedia tenaga kerja. Di Indonesia, kota yang
berkembang dari pusat perkebunan antara lain pematang Siantar,
Bengkulu, Lampung, Bogor, Sabang dan Bandung. Kota jenis ini akan
menjadi pusat kota setelah mengalami perkembangan yang pesat,
terutama jumlah penduduknya karena jenis kota perkebunan ini selalu
didatangi banyak tenaga kerja.
C. Perkembangan Kota dari Pusat Pertambangan
seperti halnya perkebunan, usaha pertambangan juga
memerlukan banyak tenaga kerja sehingga kota pertambangan
akan berkembang dengan pesat. Kota di Indonesia yang
berkembang dari pusat pertambangan antara lain Plaju, Dumai,
Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Ombilin, Sawahlunto, Tanjung
Enim, Bukit Asam, Wonokromo, dan Cepu
D. Perkembangan Kota dari Pusat Administrasi Pemerintahan

Jenis kota adalah satu kota yang perkembangannya lebih banyak sebab adanya
campur tangan dari pemerintah karena merupakan pusat kota administratif. Kota jenis
ini antara lain Jakarta dan Yogyakarta.
Klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduknya dapat dibedakan dalam empat
golongan, yaitu sebagai berikut.
a. Kota kecil, digolongkan kota kecil jika jumlah penduduk dalam satu kota antara
20.000–100.000 jiwa
b. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk dalam satu kota antara 100.000–1.000.000
jiwa
c. Kota metropolitan, yaitu kota yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa
d. Kota megalopolis dan ekumenopolis. Disebut kota megapolis jika penduduk
berjumlah lebih dari 25 juta jiwa untuk mencari kehidupan di perkotaan.
02
Tahap
Perkembangan
Kota
Dilihat dari kualitas perkembangannya, tahapan kota dapat dibedakan
menjadi enam tingkatannya, yaitu sebagai berikut.
A. Tahap Eopolis
Suatu tahap peralihan dari pola kehidupan desa yang tradisional menuju kehidupan kota
yang modern.
B. Tahap Polis
Tahapan kota yang kegiatan agrarisnya masih dominan. Jenis tahap inilah yang
masih banyak terdapat di Indonesia.
C. Tahap Metropolis
Suatu tahap yang sebagian besar mata pencaharian sudah bergantung pada sektor
industri. Di Indonesia sudah ada beberapa kota yang berada pada tahap ini, yaitu
Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung.
D. Tahap Megalopolis
Suatu wilayah kota yang terdiri dari beberapa kota metropolis.
Kebanyakan jenis kota ini ada di negara-negara maju, seperti Amerika
Serikat dan Eropa.
E. Tahap Tiranopolis
Tahap kota yang kehidupan penduduk sudah di kuasai dengan sifat hedonisme jadi
banyak berkembang kriminalitas dan kejahatan
F. Tahap Nekropolis
Tahap akhir perkembangan kota yang mengalami kemunduran akan menuju ke
arah kota mati
Dilihat dari bentuk bangunan dan persebaran, Griffith Taylor mengemukakan
tahapan perkembangan kota sebagai berikut.
a. Stadlum Infantile/Tahap Awal
Di dalam stadium infentile tidak terlihat batas yang jelas antara daerah pemukiman
dan daerah peradangaan. Demikian pulang antara daerah miskin dan kaya. Batas-
batasnya sulit untuk di gambarkan. Perusahaan pemilik toko dan toko yang masih
menjadi satu juga manjadi ciri-ciri stadium ini.

b. Stadium Juvenile/Tahapan Muda


Di dalam stadium juvenile ini mulai terlihat bahwa kelompok perumahan tua
sudah mulai tersedak perumahan perumahan baru. Selain itu, terjadi pula pemisah
antara pertokoan dan daerah perumahan
c. Stadium Mature/Tahap Dewasa
Di dalam stadium mature banyak ditemui daerah -daerah baru yang telah
megikuti rencana tertentu
d. Stadium Senile/Tahap Ketuaan
Stadium senile disebut juga stadium kemunduran kota. Hal ini terjadi karena
distadium ini tampak bahwa setiap zona terjadi kemunduran dan penurunan
karena kurang adanya pemeliharaan yang dapat disebabkan oleh faktor
ekonomi dan politik
03
Pola
Penggunaan
Lahan di Kota
Lahan kota memiliki ciri-ciri tata ruang antara lain sebagai berikut:
a. Kurang luasnya tempat kepentingan umum, seperti lahan terbuka hijau
b. Pola kehidupan kota tidak dipengaruhi tingkat kesuburan tanah, karena lebih
bergantung dengan industri
c. Jumlah penduduknya lebih banyak dibanding desa
d. Wilayahnya lebih sedikit tanaman dan cenderung banyak bangunan
e. Lokasinya lebih strategis, artinya akses transportasi, kantor-kantor pemerintah, dan
pelayanan umum lebih mudah
f. Daerah kota yang merupakan pusat kegiatan industri yang memicu polusi udara. Selain
itu, banyak nya kendaraan motor menambah sulitnya mendapat udara yang bersih dan
segar di perkotaan
g. Banyaknya urabanisasi membuat Penduduk kota lebih padat dan beragam di banding
penduduk desa
h. Tata ruang di daerah perkotaan sudah diolah dengan lebih profesional sehingga jalan-
jalan, perkantoran, perumahan dan pusat perdagangan di tata dengan rapi
Berdasarkan lokasi pusat kegiatan, kota dikelompokkan menjadi sebagai berikut

A. Pusat Inti Kota


Ini kota di sebut juga pusat kota. Inti kota merupakan pusat kegiatan ekonomi,
politik dan kebudayaan. Dengan kata lain, inti kota merupakan pusat daerah
kegiatan

B. Selaput Inti Kota


Selaput inti kota merupakan wilayah di luar pusat inti kota. Selaput inti
kota, Terbentuk karena inti kota tidak mampu menampung jumlah penduduk
beserta kegiatan-kegiatannya sehingga mengalami perkembangan ke arah
luar. Perkembangan inti kota bisa memunculkan pusat daerah kegiatan baru,
serta kelompok perumahan yang berbeda strata sosial, ekonomi dan
budayanya
C. Kota Satelit
Kota satelit merupakan kota penyangga yang berada di luar selaput inti kota.
Meskipun berdiri sendiri, kota satelit masih bergantung dengan pusat inti kota. Kota
satelit terbentuk karena pemekaran kota akibat pembagunan yang sudah tidak dapat
ditampung di wilayah pusat kota. Kota satelit mempunyai tingkat kebebasan yang
lebih tinggi sebagai pusat produksi dan Pusat perkerjaan. Ciri ciri kota satelit yaitu
sebagai berikut:
1) Berupa pusat-pusat kecil di bidang industri sehingga dapat dikatkan bahwa kota
satelit berfungi sebagai kota produksi.
2) kota satelit berkecenderungan mempunyai jumlah penduduk yang lebih besar
daripada suburban.
3) kota satelit diperkiraan terbentuk lebih dahulu daripada suburban.
4) kota satelit terletak di luar batas-batas pusat daerah urban yang berpenduduk
padat.
D. Suburan
Suburban merupakan daerah yang berada di sekitar pusat kota yang
berfungsi sebagai pusat permukiman dan industri manufaktur. Penduduk di
daerah suburban juga mempunyai kegiatan di wiliyah inti kota. Mereka setiap
hari pulang pergi dari lokasi permukiman ke tempat kerja yang sering di sebut
sebagai pelaju atau komuter.
Terimakasih!

Anda mungkin juga menyukai