KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Ilahi atas kesempatan yang diberikan LPPM UK Petra
untuk berapresiasi dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029. Pekerjaan ini merupakan suatu
kegiatan yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan dan
pembangunan sektor pariwisata kota Bima. Laporan Akhir merupakan laporan
tahap penyusunan rencana yang berisikan:
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Kebijakan
3. Gambaran Umum Wilayah
4. Profil Kepariwisataan
5. Analisis
6. Rencana Pembangunan Pariwisata
Tersusunnya Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029 tidak lepas dari peran serta
instansi terkait dilingkugan pemerintah Kota Bima
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang _____________________________________________ I - 1
1.2 Maksud dan Tujuan _________________________________________ I - 3
1.3 Dasar Hukum ______________________________________________ I - 4
1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ____________________________________ I - 5
1.5.1 Lokasi _______________________________________________ I - 5
1.5.2 Substansi ____________________________________________ I - 5
1.6 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan _______________________________ I - 7
1.7 Keluaran/Output Produk_____________________________________ I - 10
1.8 Sistematika Laporan _______________________________________ I - 10
BAB V ANALISIS
5.1 Analisis Kebijakan _________________________________________ V 1
5.2 Analisis Obyek dan Daya Tarik Wisata _________________________ V 4
5.3 Analisis Pasar ____________________________________________ V - 10
5.4 Analisis Sumber Daya Manusia _______________________________ V - 12
5.5 Analisis SWOT Pariwisata ___________________________________ V - 14
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
Ingat Bima ingat kuda. Kuda Bima telah lama di kenal sebagai sarana
transportasi dalam kehidupan masyarakat lokal, yang kemudian dikembangkan
menjadi tradisi lomba pacuan kuda tradisional dengan ke-khasanya tersendiri dalam
event budaya lokal, yang di adakan 2 sd 3 kali dalam satu tahun dan merupakan
salah satu potensi wisata budaya.
Kerajian tenun ikat atau dalam bahasa Mbojo dikenal dengan MUNA RO
MEDI, telah banyak dikenal sebagai kain sarung (tembe), destar (sambolo) dan
sejenis ikat pinggang (wen), adalah potensi ekonomi industri kecil yang sudah
terkenal dengan corak dank has khusus daerah Bima sudah berkembang sejak
jaman kerajaan dan sekarang dapat dikembangkan pula sebagai wisata budaya.
Perkampungan Tenun ini bisa kita temukan di daerah Rabadompu, Oi Foo dan
Ntobo.
Kota Bima ternyata juga merupakan wilayah yang subur bagi tanaman lontar.
Air lontar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal sebagai Oi Tua, adalah sejenis
minuman alami yang banyak dan mudah di jumpai di sepanjang jalan lintas Bima-
Sape. Dari pohon lontar masyarakat setempat membuat topi dan payung, yang
kemudian dikenal dengan sebutan Paju Longge untuk keperluan upacara adat, yang
juga merupakan sebuah potensi wisata alam-budaya.
Kampung Pandai Besi PenanaE dan Nggaro Lo. Pada Kejayaan kerajaan dan
Kesultanan Bima merupakan pusat produksi senjata dan peralatan perang kerajaan
seperti ; Pedang, Tombak, Keris, Parang dan perelengkapan seperti Sepatu Kuda,
Kereta, serta Perlengkapan Keprajuritan lainnya. Yang seiring perkembangan waktu
kemudian berubah fungsi sebagai sentra produksi peralatan pertanian dan perkakas
rumah tangga, yang juga merupakan potensi wisata industri lokal.
Garoso adalah Sejenis buah Srikaya yang tumbuh subur pada tanah berbatu
yang kering seperti di wilayah kota Bima. Tumbuhan yang berasal dari Hindia Barat
yang berbuah setelah berumur 3-5 tahun sekarang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat di pekarangan, atau tumbuh liar dan bisa diketemukan sampai pada
ketinggian 880 mpl, adalah salah satu potensi wisata agro yang sudah terkenal pada
masyarakat luas khususnya NTB dan merupakan buah tangan dari Kota Bima
Makam Raja dan Sultan Bima beserta pembesar dan keluarganya terletak di
(Dana Taraha) yang terletak diatas sebuah bukit dengan panorama kota dan teluk
Bima. Selain itu dapat pula ditemukan di Makam Tolobali serta di Pelataran Mesjid
Sultan Salahudin. Museum Asi Mbojo yang adalah situs istana Sultan Bima yang
terletak di pusat kota Bima juga merupakan salah satu obyek wisata yang megah dan
kebanggaan masyarakat Bima dengan berbagai atraksi yang ada di dalamnya dan
merupakan sejarah dari Kerajaan dan kesultanan Bima. Hanta Ua Pua upacara adat
yang di gelar turun temurun,yang merupakan sejarah prosesi terbentuknya
Pemerintahan Kesultanan Bima dari Pemerintahan Kerajaan, adalah sebuah potensi
wisata cagar budaya. Disamping itu masih banyak potensi wisata lainnya termasuk
deposit dan tambang batu marmer khas Bima.
Dari gambaran potensi aneka wisata yang ada dan dimiliki, tidaklah berlebihan
jika kemudian kota Bima mengembangkan visi pembangunan pariwisata sebagai
guna mendorong pembangunan dan peningkatan kualitas Kepariwisataan yang
berwawasan Budaya, Ramah Lingkungan dan Melibatkan Peran Serta Masyarakat
Luas. Oleh karena kesemua tersebut dalam deskripsi diatas, guna mengakselerasi
serta mengimplementasi visi pembangunan pariwisata kota Bima secara bertahap,
terpadu dan berkelanjutan, maka perlu disusun Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Kota Bima, Nusa Tenggara Barat 2014-2029.
1.4.2 SUBSTANSI
1 Persiapan, meliputi
a. Menyiapkan peta garis terkoreksi berskala minimal 1 : 25000
b. Koordinasi dengan SKDP terkait kebutuhan data spasial dan sector
c. Penyiapan desain survey
d. Penggalian informasi dan aspirasi masyarakat secara langsung melalui
kuesioner
e. Studi literatur mencakup komparasi kebijakan di tingkat pusat hingga
daerah, studi pembanding/preseden, pendekatan eco wisata.
2 Identifikasi profil wilayah
a. Identifikasi simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya
b. Identifikasi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing simpul-simpul
wisata,termasuk kekuatan dan kelemahannya.
c. Identifikasi linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam
wilayah kota Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar
kota Bima beserta kendala yang menyertainya.
d. Analisis SWOT, evaluasi dan penetapan rangking simpul-simpul wisata.
e. Rekomendasi Pembangunan Fisik, Kelembagaan dan Peran Serta,
Kebijakan daerah dalam pembangunan Pariwisata, Kebijakan daerah dalam
pembangunan sektor ekonomi, Karakteristik daerah (fisik lingkungan alam,
sosial ekonomi dan budaya), Produk wisata, Koordinasi lintas sektor serta
Karakteristik pasar dan pemasaran pariwisata
f. Perumusan kebijakan program dan Sasaran pembangunan pariwisata
g. Draft Peraturan Daerah/Peraturan Walikota Tentang RIPDA
3 Skenario Pembangunan
a. Perwilayahan Pembangunan destinasi pariwisata daerah
b. Pembangunan Daya Tarik Wisata
c. Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
Hal lain yang perlu dicermati dalam arahan pola ruang provinsi NTB adalah
penetapan kawasan andalan dan kawasan strategis. Kawasan andalan di yang
ditetapkan di provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Tabel
2.2
3. Kawasan Strategis
Kawasan Strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung
kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah
sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang Lainnya,
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1. Kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi di provinsi Nusa
Tenggara Barat meliputi
a. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan Batulayar, Kecamatan
Gunungsari, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Narmada, Kecamatan Labuapi
dan Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan perdagangan-jasa, industri
dan pariwisata
b. Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, dan Trawangan) dan sekitarnya di Kabupaten
Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan sektor unggulan
pariwisata, industri dan perikanan
c. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan sector unggulan
pertanian, industri, dan pariwisata
d. Kute dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian wilayah
Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur
dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan
e. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan sektor
unggulan pertanian dan industri
f. Agropolitan Alas Utan berada di Kabupaten Sumbawa dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata
g. Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo Rinti berada di Kabupaten Sumbawa
Barat dan Kabupaten Sumbawa dengan sektor unggulan pertambangan,
pertanian dan pariwisata
h. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten
Dompu masing-masing beserta wilayah perairannya dengan sektor unggulan
perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri
i. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan dan industri
j. Huu dan sekitarnya berada di Kabupaten Dompu dengan sector unggulan
pariwisata, industri, pertanian, dan perikanan
k. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima
dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri
l. Waworada-Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dengan sektor
unggulan perikanan, pariwisata dan industry
2. Kawasan strategis dari kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
meliputi:
a. Kawasan Ekosistem Puncak Ngengas Selalu Legini berada di Kabupaten
Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa
b. Kawasan Ekosistem Gunung Tambora berada di Kabupaten Dompu dan
Kabupaten Bima
c. Kawasan Ekosistem Hutan Parado berada di Kabupaten Dompu dan Bima
d. Kawasan Ekosistem Pulau Sangiang berada di Kabupaten Bima.
Rencana struktur ruang wilayah Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada
Gambar 2.7
2. POLA RUANG
Penetapan pola ruang wilayah kota Bima diwujudkan melalui :
a. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung; Kawasan hutan lindung sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a di wilayah kota berada pada
Kelompok Hutan Maria (RTK.25) di kecamatan Rasanae Timur seluas
323,80 Ha.
Rencana Pola Ruang Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar
2.9 berikut ini
Menciptakan ruang publik baru baik yang berupa square maupun linier
space dalam bentuk pedesterian environment tema perdagangan dan
jasa dalam taman lebih dapat dinikmati oleh pejalan kaki.
Menciptakan kawasan perdagangan dan jasa sebagai festifal market
place. Selain retail space sepanjang urban coridoor dapat dinikmati
eksebisi seni, makanan tradisional.
Mengembangkan daerah pinggiran pantai untuk kepentingan umum
seperti rekreasi, restoran dsb.
Meningkatkan dan merealisasikan pengembangan fungsi kegiatan
perdagangan dan jasa bernilai strategis agar dapat mendatangkan
tumbuhnya fungsi kegiatan ekonomi kawasan.
Merealisasikan pembangunan pusat pusat kegiatan yang akan menjadi
pusat orientasi pengembangan fisik kawasan perencanaan khususnya di
lingkungan permukiman.
Merealisasikan pembangunan jaringan jalan baru yang mendorong
terbentuknya struktur tata ruang kawasan yang sesuai dengan karakter
lingkungan, dan membentuk suatu lingkage antara kawasan
perencanaan dengan wilayah sekitarnya
Dari peta zonasi yang ditetapkan, wilayah yang terkait langsung dengan
kegiatan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima adalah Zona
KB1 yang memiliki fungsi dan visi pengembangan yaitu Kawasan Rekreasi dan
Wisata Air meliputi Pantai Niu hingga Amahami di Kelurahan Dara. Prioritas
penanganan pada Zona KB1 secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.16
Indikasi program yang ditetapkan di wilayah zona KB1 secara spesifik dapat
dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3 Indikasi Program Penanganan Permukiman Prioritas Pada Zona KB1
Program Sumber
Program Kegiatan Pelaku
Penanganan Pendanaan
1. Pengembangan Jalan Lingkungan Pembangunan Jalan Pemkot APBD II
Permukiman Lingkungan/Gang Baru Bima
Aspal/Hotmix Jalan Kem. PU APBN/APBD
Lingkungan DJCK
Rehab Jembatan Pemkot APBD II
Bima
Drainase Perbaikan Drainase Kem. PU APBN/APBD
Lingkungan Lingkungan DJCK
Pengembangan Pembangunan MCK Pemkot APBD II
MCK Bima
Pembangunan Gapura Batas Pemkot APBD II
sarana dan Lingkungan Bima
prasarana
pendukung
permukiman
Pengelolaan Pembuatan TPS / Bak Pemkot APBD II
Sampah Sampah Bima
2. Pengelolaan Air Pelayanan Air Pengeboran Kem. PU APBN /
Minum Minum (Penyediaan Air DJCK APBD
Minum)
Rehab Sumur Pemkot APBD II
Bima
Sumber: Dokumen RPKPP Tahun 2012
Tabel 2. 4 Penetapan Lokasi DPN dan KPPN Di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Destinasi Kawasan Pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata Pariwisata Nasional Pariwisata Nasional
Nasional
1 DPN Lombok KPPN Rinjani dan sekitarnya
Gili Trimena dan KPPN Gili Trimena dan
sekitarnya sekitarnya
KPPN Mataram kota dan
sekitarnya
KPPN Pantai Selatan dan
sekitar Lombok
KPPN Praya Sade dan
sekitarnya
KPPN Sumbawa Barat dan
sekitarnya
2 DPN Moyo KPPN Moyo dan sekitarnya KSPN Moyo dan sekitarnya
Tambora dan KPPN Tambora dan sekitarnya KSPN Tambora dan
sekitarnya sekitarnya
KPPN Bima dan sekitarnya
Sumber: RIPNAS 2011
Penetapan lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara Barat secara
spesifik dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2. 17 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN Di Seluruh Wilayah NKRI
Gambar 2. 18 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara
Barat
Tradisional Segenter sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga
berbasis bahari, budaya, religi dan kuliner;
3. pengembangan KSPD Kuta Mandalika dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Gili
Gede, Gili Nanggu, Bangko- Bangko, Selong Blanak, Sade, Kute, Gili Indah
sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, dan
budaya;
4. pengembangan KSPD Rasimas-Sembalundan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Benang Stokel, Gili Sulat, Sembalun, Gunung Rinjani, Otak Kokoq sebagai
kawasan wisata agro, pegunungan dan kuliner;
5. pengembangan KSPD Alasutan dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Agrotamasa, Pulau Bedil, Pulau Bungin, sebagai kawasan wisata pantai, agro,
budaya, dan kuliner;
6. pengembangan KSPD Pototano-Malukdan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Pototano dan Maluk sebagai kawasan wisata pantai, olah raga berbasis bahari,
budaya, dan kuliner;
7. pengembangan KSPD Batu Hijau- Dodorinti dan sekitarnya meliputi kawasan
wisata Batu hijau dan Dodorinti sebagai kawasan wisata pegunungan, tambang,
budaya, dan kuliner;
8. pengembangan KSPD SAMOTA (Teluk Saleh-Moyo-Tambora) dan sekitarnya
meliputi kawasan wisata Aibari, Moyo, Batubulan, Tambora dan Teluk Saleh
sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, budaya,
kuliner dan wisata pegunungan;
9. pengembangan KSPD Huu dan sekitarnya sebagai kawasan wisata pantai, bawah
laut, olah raga berbasis bahari, dan kuliner;
10. pengembangan KSPD Teluk Bima dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Lawata, Amahami, Kota Bima sebagai kawasan wisata pantai, olah raga
berbasis bahari, budaya, dan kuliner;
11. pengembangan KSPD Waworada-Sape dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Waworada, Sapedan Wanesebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga
berbasis bahari, dan kuliner;
bidang Pariwisata.
3 Tahap III a. terwujudnya tujuan Wisata yang inovatif, aman, nyaman, menarik,
(Tahun 2024-2028) mudah dicapai, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu
meningkatkan pendapatan Daerah dan kesejahteraan masyarakat;
b. terwujudnya pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan Wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara;
c. terwujudnya industry Pariwisata yang berdaya saing, kredibel,
mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab
atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan sosial
budaya;
d. terwujudnya organisasi Pemerintah Daerah, Pemerintah
Kabupaten/Kota, swasta, dan masyarakat, berkembangnya
Sumber Daya Manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang
efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya
Kepariwisataan yang berkelanjutan;
e. terwujudnya masyarakat sadar Wisata untuk mendukung
tercapainya Sapta Pesona;dan
f. terwujudnya Daerah sebagai daerah tujuan Wisata berbasis
budaya terkemuka di Asia Tenggara yang mempunyai ciri khas dan
kekhususan daerah dengan keanekaragaman Daya Tarik Wisata
dan budaya.
Sumber : RIPPDA Provinsi NTB 2013-2028
Secara geografis Kota Bima terletak di Pulau Sumbawa Bagian Timur yang
terletak antara 118o41 - 118o48 Bujur Timur dan 08o30 - 08o20 Lintang Selatan.
Secara administratif Kota Bima memiliki luas wilayah 222,25 km2 terdiri dari 5
kecamatan dan 38 kelurahan (Tabel 2.1), dengan batasbatas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi
Sebelah Timur : Kecamatan Wawo
Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo
Sebelah Barat : Teluk Bima
Keterangan selengkapnya mengenai batas administratif Kota Bima terlihat pada
Gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Batas Administrasi Wilayah Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat
b. Kelerengan
Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni
sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran terbesar di Kecamatan Rasanae Timur,
Asakota dan Raba. Sedangka kedalaman efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16
Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar
di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, Rasanae Barat 84,80 Ha, Mpunda
296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan Rasanae
Timur dengan luas 811,00 Ha. Kondisi kedalaman efektif tanah di wilayah Kota
Bima secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.4
d. Geologi
Kota Bima memili kondisi dan struktur geologi terdiri dari jenis tanah
alluviual seluas 3.179,16 Ha, batu gamping 3.154,96 Ha, batuan gunung api tua
154,97 Ha, dan batuan hasil gunung api tua seluas 14.400,90 Ha.
Dengan kondisi geologi yang demikian, Kota Bima memiliki tingkat
kestabilan lereng dan pondasi yang tinggi, tingkat erosi rendah, dan resapan air
tanah dangkal relatif besar sehingga memiliki daya dukung lahan yang baik
terhadap beban kegiatan yang ada diatasnya. Kondisi geologi Kota Bima secara
spesifik dapat dilihat pada Gambar 3.3
e. Geomorpologi
Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya termasuk dalam Busur
Gunungapi Nusa Tenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah
Timur dan Busur Banda sebelah Barat. Busur tersebut terbentang mulai dari
Pulau Jawa ke Nusa Tenggara yang selanjutnya melengkung mengitari Samudra
Indonesia (Sembiring, dkk, 1993). Wilayah Bima dan sekitarnya secara
geomorfologi berdasarkan morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan
menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu:
a. Satuan geomorfologi dataran fluvial
Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan disekitarnya dan Teluk
Bima yang terletak di tengah-tengah daerah Kota Bima memanjang dari Barat
ke Timur melalui celah antara Dora Pokah dengan Doro Kolo. Satuan
geomorfologi ini menempati 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar
luas pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan
geomorfologi dataran fluvial, meliputi: daerah Jatibaru, Sadia, Sambinae,
Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga, Raba Ngodu, Raba
Satuan geomorfologi ini menempati 10% dari daerah Kota Bima, yang
terhampar luas pada bagian barat Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran
endapan pantai, meliputi: daerah Tanjung, Melayu dan sekitarnya. Satuan
geomorfologi dataran endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata rata 2
meter dan kemiringan lereng rata rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari
satuan geomorfologi ini adalah pasir. Tata guna lahan umumnya
dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman.
c. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional
Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi, lava, tuf dan batuan
beku terobosan. Satuan geomorfologi ini menempati 40% dari daerah Kota
Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah dan bagian selatan lokasi
Kota Bima. satuan geomorfologi bergelombang lemahkuat vulkanik, meliputi:
daerah Doro Kolo, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan sekitarnya.
Memiliki nilai beda tinggi rata rata 75 meter dan kemiringan lereng rata
rata sebesar 13 %. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah
andesit dan tuf. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan
perkebunan.
Kondisi geomorfologi Kota Bima secara spesifik dapat di lihat pada Gambar
3.4
f. Hidrologi
Kota Bima dilalui oleh 3 Sungai besar yaitu: Sungai Padolo, Sungai Romo,
Sungai Jatiwangi/Melayu sehingga memiliki potensi air permukaan yang cukup
baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Adapun sungai yang
mengairi daerah irigasi sebagai ditunjukan dalam tabel 3.5
g. Klimatologi
Wilayah Kota Bima beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2012
sebesar 92,1 mm/th, di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari
yaitu 187,7 mm dan terendah pada bulan Agustus dan September, yaitu 0,0 mm.
Jumlah hari hujan selama tahun 2012 tercatat 139 hari dengan jumlah hari hujan
terbanyak pada bulan Maret yaitu 26 hari dan terendah pada bulan Agustus dan
September dimana tidak terdapat hari hujan.
Kelembaban udara rata-rata pada tahun 2012 sebesar 80%, tertinggi 87% pada
bulan Januari dan terendah 72% pada bulan September dan Oktober.
Temperatur berkisar pada interval antara suhu minimal 20,8oC pada bulan
Agustus dan suhu maksimum 35,1oC pada bulan Nopember, dengan rata-rata
suhu 26,40C
2. Kondisi Perekonomian
tahun 2012 adalah sebesar 5,82 persen. Angka pertumbuhan tersebut mengalami
peningkatan dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2011 sebesar 5,33 persen.
Dari data BPS Kota Bima tahun 2012, Kondisi ekonomi makro kota Bima yang
diamati dari nilai pertumbuhan 9 sektor dan subsector secara spesifik dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 3. 9 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB)
Tabel 3. 10 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK)
3. Kondisi Demografi
Aspek kependudukan merupakan faktor penting yang digunakan untuk
mengetahui gambaran demografi yang akan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan utama dalam memprediksi kebutuhan ruang dan kecenderungan
pengembangan kawasan. Kondisi kependudukan yang akan diuraikan pada
subbab ini meliputi jumlah penduduk, dan komposisi penduduk.
a. JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk di Kota Bima pada tahun 2012 mencapai 146.308 Jiwa,
distribusi penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan secara spesifik
dapat dilihat pada Tabel 3.11
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa wilayah dengan jumlah penduduk
tertinggi di kota Bima terdapat diwilayah Kecamatan Raba dengan jumlah
penduduk mencapai 35.755 jiwa.
b. KOMPOSISI PENDUDUK
KELOMPOK UMUR
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Bima yang berada
pada usia produktif (15-64 tahun) berjumlah 97.033 jiwa atau 66,32 %. Dari
jumlah tersebut, proporsi perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu 50.061
jiwa (51,59%) berbanding 46.972 jiwa (48,41%). Kelompok usia muda (0-
14 tahun) berjumlah 42.563 jiwa atau 29,09 % dan kelompok usia non
produktif (65 tahun ke atas) berjumlah 6.711 jiwa atau 4,59 %. Komposisi
penduduk menurut kelompok umur secara spesifik dapat dilihat pada Tabel
KELOMPOK AGAMA
Menurut data Kantor Kementerian Agama Kota Bima, dilihat dari
jumlah pemeluknya, penduduk di Kota Bima pada tahun 2012 didominasi
oleh pemeluk Agama Islam yang mencapai 98,32% dari jumlah penduduk,
4. Kondisi Drainase
Secara umum sistem drainase kota Bima mengikuti pola alamiah, dimana
pembuang utama berupa anak sungai dan bekas sungai yang dialihkan atau
dibendung di hulunya. Saluran sekunder pengumpul dari pemukiman dan jalan
dibangun mengikuti kontur (topografi) secara alamiah melewati pemukiman warga.
Jaringan drainase utama (primer/sekunder) di wilayah adminsitrasi Kota Bima
terbagi dalam 5 (lima) zona arah aliran drainase sebagai berikut :
1. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Rabangodu Barat kelurahan
Lewirato.
2. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Rabadompu Timur kelurahan
Penaraga.
3. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Penatoi kelurahan Nae
(Salama).
4. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Sadia kelurahan Nae (Salama).
5. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Nae kelurahan Melayu
(Tanjung).
Kondisi sistem jaringan drainase di Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada
Gambar
Dari banyaknya wisata alam di atas, ada beberapa obyek daya tarik wisata
yang cukup dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam Kota
Bima diantaranya sebagai berikut:
A. Pantai Lawata
Nama Lawata tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Bima maupun NTB.
Nama Pantai yang indah di pintu masuk Kota Bima ini memang sudah sejak lama
menjadi obyek wisata andalan bagi Kota Bima. Lawata yang berarti pintu gerbang
bagi siapapun yang masuk dan menginjakkan kaki di Kota Bima. Pantai Lawata
ibarat sebuah gerbang selamat datang, memberi isyarat bahwa perjalanan akan
segera memasuki Kota Bima. Panjang pantai kira-kira setengah kilometer yang
dikelilingi perbukitan yang indah. Di bawah bukit berbatu terdapat sebuah goa
peninggalan Jepang. Dahulu tempat ini merupakan tempat peristrahatan bagi para
bangsawan Bima dan kemudian menjadi tempat rekreasi andalan masyarakat yang
selalu ramai dikunjungi.
Pemerintah Kota Bima terus membenahi Pantai Lawata untuk menjadi salah
satu obyek wisata pantai andalan di kota Bima dengan membangun berbagai
B. Pantai Amahami
Pantai Amahami juga merupakan tempat tujuan bagi masyarakat Kota Bima
untuk berwisata. Kawasan pantai ini ramai terutama pada sore dan malam hari,
dengan berbagai aktifitas yang ada seperti pedagang kaki lima. Pantai ini
berdekatan dengan Pantai Lawata atau berada sebelum Pantai Lawata dari arah
Terminal Dara. Selain pantai-pantai tersebut, di kawasan pesisir Teluk Bima masih
terdapat obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Ule dan
Pantai So Ati.
C. Pantai Niu
Pantai Niu berada di sisi timur Teluk Bima, di jalan lintas Bima-Sumbawa
sekitar 3,5 km dari terminal Dara Kota Bima. Lokasinya yang berada di tepi jalan
nasional ini menjadikan pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan. Di kawasan ini
terdapat gazebo-gazebo yang dibangun Pemerintah Kota Bima dan dapat
dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati panorama pantai kawasan ini.
Pantai ini menyajikan panorama pantai yang masih alami dengan udara khas
pantai yang sejuk. Sepanjang pantai ditumbuhi pohon kelapa sehingga sejak dulu
masyarakat Bima yang ingin menikmati kesegaran kelapa muda selalu bertandang
ke tempat ini. Di Kejauhan terlihat puluhan bagan (rumah tempat menangkap ikan di
tengah laut) tancap permanen dan perahu nelayan hilir mudik mencari ikan.
Pada siang hari udara pantai terasa panas karena air lautnya surut,
sehingga pengunjung jika melakukan kegiatan di air harus berjalan ke tengah laut.
Kegiatan yang bisa dilakukan di pantai pada saat air laut surut adalah berenang dan
mencari binatang laut. Pada pagi dan sore hari masyarakat sekitar menjadikan
pantai ini sebagai tempat untuk mencari kerang. Ini merupakan pemandangan yang
unik. Apabila air tidak terlalu surut pengunjung bisa naik perahu menikmati
gelombang pantai yang indah dan memancing dengan menggunakan peralatan
tradisional.
Pantai ini memiliki air yang tenang dan tidak memiliki areal pantai yang luas.
Di pinggir pantai banyak pedagang yang menjajakan kelapa, jagung bakar, dan
groso (serikaya) jika sedang musim. Biasanya pada hari libur, pantai ini sangat
ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal yang membawa keluarganya.
D. Pantai Kolo
1. Nama ODTW : Pantai Kolo
2. Lokasi : Kolo, Asakota 30-40 menit ke arah utara
Pusat Pelayanan
Pantai Kolo
Ke Timur Lanco Gajah
Laut
Pantai Ule
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
E. Pantai So Ati
12. Nama ODTW : Pantai So ati
13. Lokasi : Kolo, Asakota 40-50 menit dari pusat kota
ke arah utara
14. Daya tarik : Pantai Berpasir Putih, blue coral, menyelam,
naik perahu, pemandangan pantai, berenang, memancing
Pantai So Ati
Pantai Kolo
Ke Utara
Pusat Kota
F. Pantai Ule
1. Nama ODTW : Pantai Ule
2. Lokasi : Melayu, Asakota 10-15 menit ke arah utara
Pusat Pelayanan
Lanco Gajah
Ke Timur
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
Waktu Tempuh Dari Kota : 10-15 menit ke arah utara pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : -
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Langgar Melayu kuno, jalur ke arah Kolo dan So Ati
di Utara
11. Potensi/Prospek Pengembangan : tidak ada lahan untuk pengembangan
sarana karena berbatasan langsung dengan jalan raya, lahan di sebelah timur
jalan cukup luas namun harus dilakukan cutting lahan. Tidak ada papan
informasi yang jelas dimana tepatnya batas2 pantai Ule
Pantai Ule berada di Teluk Bima sebelah barat dengan bibir pantai yang
memanjang berpasir putih. Dikelilingi perbukitan yang indah permai, tempat ini
sangat cocok untuk beristrahat dan wisata bahari. Di sini banyak tumbuh buah
groso yang menjadi buah khas Bima. Di atas gunung dapat dinikmati keindahan
seluruh Kota Bima, Pulau Kambing, dan Pelabuhan Bima di seberang, serta pohon
dan nyiur melambai sepanjang Pantai Ule hingga menuju ke Kolo. Bukit Danataraha
tempat pemakaman para Raja Bima juga nampak dari kejauhan.
G. Pulau Kambing
1. Nama ODTW : Pulau Kambing
2. Lokasi : Perbatasan Kota dan Kabupaten Bima, 5
menit ke pelabuhan, menyeberang menggunakan perahu motor, berada di
tengah2 jalur transportasi air yang menghubungkan kota bima dengan
kabupaten Bima
Pantai So Ati
Pantai Kolo
Ke Utara
Pulau
Kambing Langgar Melayu Kuno
Ke barat
Pusat Kota
menyeberang Pelabuhan
menggunakan
h
Pulau Kambing terletak di tengah laut Teluk Bima. Untuk mencapai Pulau
Kambing dapat melalui Pelabuhan Bima dengan kendaran perahu motor atau boat
umum yang menuju Desa Bajo Donggo. Perjalanan ditempuh selama 15 menit.
Secara geografis pulau ini eksotis dikelilingi air laut yang jernih dan strategis di
antara Pantai Ule, Pantai Lawata, Situs Wadu Pa,a, dan diapit oleh pemandangan
gunung yang indah.
Tentara kerajaan Kesultanan Bima menjadikan pulau ini sebagai tempat
untuk mengintai musuh yang masuk lewat Asakota karena dari pulau ini terlihat
jelas kapal yang sedang memasuki mulut kota lewat laut. Pada zaman penjajahan
Belanda dijadikan sebagai gudang atau stasiun bahan bakar dan telah dibombardir
oleh Jepang. Tangki-tangki bahan bakar tersebut masih ada.
Pulau Kambing dengan luas kira-kira 10 Ha memiliki daya tarik berupa
banker raksasa peninggalan Jepang yang menjadi berlindung para tentara Jepang,
kuburan tua yaitu mubaliq penyebar Agama Islam di Bima aneka tumbuh-tumbuhan,
monyet ekor panjang dan beragam bebatuan yang menarik.
H. Taman Ria
12. Nama ODTW : Taman Ria
13. Lokasi : Rasanae Barat di pusat kota
14. Daya tarik : Taman Kota, Ruang bersosialisasi, rekreasi
warga di sore hari, kuliner Pedagang Kaki Lima
15. Skala Pemasaran : lokal
16. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Ramai di sore hari
17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
I. Lanco Gajah
1. Nama ODTW : Lanco Gajah
2. Lokasi : Jatibaru, Asakota 20-30 menit ke Arah
Timur Laut Pusat Kota, dilanjutkan 30 menit jalan kaki
Lanco Gajah
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
J. Diwu Monca
1. Nama ODTW : Diwu Monca
2. Lokasi : Lampe, Rasanae Timur, 20-30 Menit
Berkendara dari pusat kota, lanjut 0,5 km/10-20 menit jalan kaki menyusuri
sungai
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Dari banyaknya wisata budaya di atas, ada beberapa obyek daya tarik
wisata yang cukup dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam
Kota Bima diantaranya sebagai berikut:
A. Museum Asi Mbojo dan Istana Kayu Asi Mbou
Museum Asi Mbojo dulunya merupakan Istana bagi Raja dan Sultan Bima.
Museum ini dikonstruksi dengan campuran gaya Eropa dan Bima pada tahun 1927
oleh Mr. Obzicshteer Rehata, arsitek kelahiran Ambon yang diundang pemerintah
Kolonial Belanda ke Bima. Ia dibantu oleh Bumi Jero Istana dan dilakukan secara
bagi anggota sara hukum dan ulama. Pintu masuk bagi anggota keluarga berada di
belakang istana bernama Lawa Weki.
Di depan istana bagian barat terdapat meriam kuno dan tiang bendera
setinggi 50 m terbuat dari kayu jati Kasi Pahu dari Tololai. Tiang bendera tersebut
dibangun oleh Sultan Abdullah untuk memperingati hari pembubaran angkatan laut
Kesultanan Bima karena tidak mau memenuhi keinginan penjajah Belanda yang
memaksa angkatan laut Kesultanan Bima untuk menyerang pejuang Gowa-
Makassar dan Bugis. Tiang Kasi Pahu sempat roboh karena lapuk dan pada tahun
2003 dibangun kembali.
Di bagian timur istana terdapat Asi Bou yang berarti istana baru. Dalam
bahasa Bima asi berarti istana dan bou berarti baru. Istana ini hanya tempat tinggal
keluarga kerajaan dan tidak digunakan sebagai pusat penyelengaraan
pemerintahan.
Istana Kayu Asi Mbou terletak di samping timur Istana Bima (sekarang
Museum Asi Mbojo). Dinamakan Asi Bou karena didirikan setelah pendirian Istana
Bima pada tahun 1927, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1881-
1936). Asi Bou dibangun oleh untuk Putera Mahkota Muhammad Salahuddin.
Sebagian besar bangunan Asi Bou terbuat dari kayu. Itu sebabnya disebut
Istana Kayu. Konstruksinya seperti lazimnya rumah panggung di Bima. Sesuai
namanya, Asi Bou dibangun belakangan, di masa pemerintahan Sultan Ibrahim
(1881-1916). Sebelumnya telah ada istana lama yang dibangun abad ke-19. Sultan
Ibrahim membangun Asi Bou untuk anaknya yang menjadi putra mahkota atau raja
muda yakni M. Salahuddin. Kelak, setelah M. Salahuddin menjadi raja, dia memilih
tinggal di istana lama dan Asi Bou ditempati oleh adik dan keluarganya. Asi Bou kini
termasuk bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Depertemen Pendidikan
dan Kebudayaan pernah merehabnya tahun 1998.
Gambar 4. 21 Lare-Lare
Masjid ini dibangun oleh Sultan Abdul Kadim Muhammad Syah dengan Wajir
Ismail pada tahun 1737. Masjid ini terletak di Kampung Sigi atau di sebelah selatan
lapangan Sera Suba (Jalan Soekarno Hatta) merupakan satu kesatuan dengan
alun-alun dan Istana Bima. Masjid ini dirintis pembangunannya oleh sultan kedua
yaitu Sultan Abdul Khair Sirajuddin pada tanggal 25 Juli 1649. Pekerjaan
pembangunan masjid ini dipimpin oleh Qadi/Lebe Sape Abdurrahim serta Sara
Hukum. Karena ini merupakan masjid kesultanan pertama maka pembangunannya
dilakukan oleh seluruh rakyat Bima.
Menurut catatan Bo, masjid ini semula letaknya di Kampung Temba Dumpu.
Untuk tidak mengurangi nilai historis masjid, maka Sultan Bima ke-8 yaitu Sultan
Abdul Qadim dengan bijaksana memindahkan masjid lama ke dekat istana. Tapi
ada juga versi lain dari para sejarahwan bahwa Sultan Abdul Qadim tidak
memindahkan masjid lama tetapi membangun masjid yang baru.
Lontara No. 152 dan dan Bo Bumi Luma Rasanae M. Djafar yang kini ada di
koleksi Arsip Negara Benteng Ujung Pandang memperkuat adanya aktivitas
pemindahan dan perbaikan masjid ini yang dilakukan selama 5 bulan.
Pembongkaran berlangsung dari tanggal 10 Desember 1778 dan dilakukan
pembangunan kembali setahun kemudian pada tanggal 5 Januari 1779. Lontara
dengan jelas menggambarkan tahap-tahap pembangunan kembali masjid ini seperti
pemasangan atap dari genteng. Untuk menaikkan atap masjid secara khusus
dilakukan oleh orang- orang Surabaya pada tanggal 25 April 1779.
Masjid telah beberapa kali dilakukan renovasi antara lain dilakukan oleh
Sultan Abdul Hamid Muhammadsyah, anak Sultan Abdul Qadim. Tragedi
pemboman Sekutu pada Perang Dunia II mengakhiri riwayat masjid ini. Masjidpun
hancur dan yang tersisa cuma mihrabnya.
Menurut lukisan A.J Bik pada tahun 1858 mengenai Teluk Bima tampak
bahwa masjid kesultanan tersebut memiliki atap bersusun tiga. Ahli waris
kesultanan Bima Hj. St. Maryam R. Salahuddin dengan segala upaya berusaha
mengumpulkan dana untuk menegakkan kembali bukti kejayaan Islam di Bima
waktu itu. Masjid yang pada masa kesultanan bukan hanya sekedar sebagai tempat
kegiatan ibadah melainkan juga memiliki fungsi yang luas sebagai wahana sultan
untuk berhubungan dengan rakyat, bukan hanya direhab oleh Puteri Maryam tetapi
juga dibangun sesuai aslinya. Di halaman masjid terdapat makam Sultan Ibrahim,
sebagian keluarga raja, dan tokoh masyarakat yang dekat dengan keluarga istana.
Makam Danatraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit
Danatraha. Lokasi makam berada di wilayah Kampung Dara, Kelurahan Paruga,
Kecamatan Rasanae Barat. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan
laut, berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk
Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2.
Letaknya 4 km dari bangunan Museum Asi Mbojo. Juga dekat dengan Terminal Bus
Dara kira-kira 1 km. Semua jenis kendaraan dapat menjangkau sampai di atas
bukit. Dari lokasi makam dapat disaksikan keindahan panorama alam Kota Bima
dengan latar belakang Teluk Bima dan pegunungan yang mengelilingi Kota Bima.
Para raja yang dimakamkan di Danataraha adalah Sultan I Abdul Kahir yang
merupakan raja pertama yang menerima Islam di awal abad 17 dan menjadikan
Kerajaan Bima sebagai kerajaan yang berazaskan Islam dan sebutan raja berubah
menjadi sultan (wafat pada tanggal 22 Desember 1640), Wazir Abdul Somad Ompu
La Muni (wafat tahun 1701), Datu Sagiri yaitu putri Sultan Sumbawa yang menjadi
istri Sultan Abdul Hamid, Sultan Ibrahim, Sultan Abdul Aziz, Karaeng Popo
pahlawan Makassar (wafat tahun1602) dan Sultan Abdul Kahir II. Sultan Abdul
Kahir II yang wafat pada tahun 2002 ini merupakan sultan terakhir yang menjabat
Kepala Daerah Swapraja Bima ketika daerah kesultanan dirubah menjadi daerah
swapraja periode tahun 1951-1956.
Makam Sultan Abdul Kahir terletak pada deretan paling utara, terdiri atas
enam undakan dan satu teras. Setiap undakan terdiri atas empat balok batu padas.
Pada undakan keenam terdapat tulisan huruf Arab yang keadaannya sudah rusak
karena faktor alam sehingga tidak terbaca dengan jelas. Dari goresan-goresan yang
masih tersisa, kemungkinan bunyi tulisan itu adalah Laa Ilaha Illallah Muhammada
Rasulullah. Nisannya ada dua buah, berbentuk gada, bagian dasar segi empat, dan
bagian tengah segi delapan bergerigi makin ke atas makin besar. Pada bagian
dasarnya terdapat ragam hias bunga.
Makam Wazir Abdul Somad Ompu La Muni, terletak di sebelah timur makam
Abdul Kahir. Makam ini bercungkup, bentuk cungkupnya seperti iglo atau rumah
tinggal orang Eskimo di Kutub Utara. Bagian dasar cungkup segi empat berukuran
panjang 538 cm, lebar 368 cm, dan tinggi 57 cm. Atap cungkup yang bentuknya
melengkung berukuran tinggi 267 cm. Pada bagian puncak terdapat dua nisan dari
batu padas yang bentuknya seperti gada. Nisan ini adalah nisan semu karena nisan
yang sebenarnya ada pada makam di dalam cungkup. Pintu cungkup menghadap
selatan, berbentuk melengkung dengan tinggi 133 cm. Adapun makam Datu Sagiri
terletak pada deretan bagian selatan. Pada sisi dalam nisan kepala dan kaki
terdapat tulisan dengan huruf Arab, bahasa Melayu, menyebutkan nama tokoh yang
dimakamkan.
Secara umum sampai dengan dasawarsa tahun 1970-an kondisi Makam
Danataraha dan Makam Tolobali keterawatannya kurang sehingga tingkat
kerusakan yang dialaminya relatif tinggi. Kedua makam tersebut kini telah dilakukan
pemugaran. Pada tahun 1983/1984 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan studi kelayakan untuk pemugarannya. Pemugaran akhirnya
dilaksanakan pada tahun 1996 dan menjadi benda cagar budaya yang dilindungi
oleh undang-undang.
D. Museum Samparaja
1. Nama ODTW : Museum Samparaja
2. Lokasi : Manggemaci, Mpunda di Pusat Kota, 1 km
dari Museum Asi Mbojo
3. Daya tarik : Sejarah, Benda Peninggalan Kerajaan/Kesultanan,
Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain
Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan
Moggonao Kota Bima. Museum ini berisi benda-benda peninggalan sejarah
dan kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi
Mbojo. Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad
ke-19. Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Di sini disimpan
koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti aneka pakaian adat yang
dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula koleksi pakaian
pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan dari
perak.
aneka pakaian adat yang dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula
koleksi pakaian pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan
dari perak.
Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad ke-19.
Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Salah satu koleksinya adalah
naskah kuno yang ditulis oleh sultan pertama yaitu Sultan Abdul Kahir. Naskah kuno
tersebut ditulis sebagai rasa terima kasih pada orang Wera yang pernah
menyelamatkannya untuk meloloskan diri ke Gowa-Makassar ketika dikejar
pamannya yang memberontak. Sultan menulis pesan khusus yang ditulis pada hari
Sabtu, tanggal 17 Syawal tahun 1060 H atau tanggal 17 Oktober 1650 M di atas
kertas perak. Sultan berpesan kepada Jeneli Sape untuk diperhatikan oleh Sultan
Bima menyangkut hak khusus orang Wera.
Sentra Pandai
Besi
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
Sentra Pandai
Besi
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
Pandai Besi
Kampung pandai besi di Kota Bima terletak di Dusun Nggaro Lo, Desa
Penanae Kecamatan Rasanae Timur kira-kira 2 km utara Kecamatan Raba. Kesan
terpencil akan sirna begitu memasuki dusun ini. Memasuki ujung barat dusun,
sudah terdengar dentingan besi yang ditempa silih berganti. Suara ini tidak ada
henti-hentinya dari pagi hingga sore. Di bengkel-bengkel kerja, beberapa orang
sibuk menempa, memukul dengan palu, memompa, menggosok, mengamplas,
hingga mengukur alat-alatnya agar lurus.
Keahlian masyarakat Nggaro Lo mengolah besi diperoleh secara turun
temurun. Dalam masa penuh pergolakan di Bima terutama abad ke-17 hingga akhir
abad ke-20, Ngaro Lo menjadi tempat produksi senjata perang kerajaan. Senjata-
senjata yang dibuat terdiri atas tombak, keris, pedang, dan parang. Masyarakat juga
membuat perkakas pendukung perang seperti sepatu kuda, kereta, baut, mur, serta
perlengkapan prajurit. Pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat memproduksi
senjata laras panjang untuk kebutuhan perang menghadapi penjajah. Kemudian
berlanjut pada masa-masa penjajahan Jepang yang juga memproduksi samurai.
Saat ini, tempat-tempat penempaan besi atau rubu telah berubah fungsi
seiring perkembangan zaman. Masyarakat tidak lagi memproduksi senjata karena
dilarang undang-undang, tetapi hanya membuat perkakas rumah tangga dan alat-
alat pertanian seperti cangkul, tembilang, dan parang. Satu rubu dikerjakan secara
berkelompok yang terdiri atas tujuh hingga sepuluh orang. Satu orang memompa
udara untuk meniup api, dua hingga empat orang yang menempa, memotong,
membentuk besi, dan yang lainnya menggosok, mengikir, dan mengamplas.
G. Benteng Asakota
1. Nama ODTW : Benteng Asakota
2. Lokasi : Perbatasan Kota dan Kabupaten Bima,
terdapat jalur darat di kabupaten Bima, sedangkan dari kota bima harus
melalui jalur laut dengan perahu, jarak terdekat adalah menyeberang dari Ule
20-30 menit dari pusat Kota
Pantai So Ati
Ke Utara
Ke barat
Pantai Kolo
menyeberang
menggunakan
Benteng
Ke Timur Lanco Gajah
h
Asakota
Laut
Pantai Ule
Pulau
Langgar Melayu Kuno
Kambing
Waktu Tempuh Dari Kota : 5 menit ke arah timur dari pusat kota ke
pelabuhan, di lanjutkan naik perahu atau 20-30 menit ke Ule dilanjutkan naik
perahu
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat :-
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Pulau Kambing, ke timur ada Pantai
Ule dan Kolo
11. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan cukup luas untuk
pengembangan sarana wisata pulau
Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sentra Tenun
Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence
Diwu Monca
Sebaran Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima secara keseluruhan dapat
dilihat pada Gambar 4.30
Jl. RE
Martadinata
Rasanae Barat
1 Hotel Asakota Jumlah Kamar Seluruhnya 5
Homestay Fan, Bathroom with cold water
2 Bimantika 1. Type 1 shower 2 Rp130.000
Fan, Bathroom with Hot/Cold
2. Type 2 water 1 Rp220.000
Jl.H.M. Noor
Satellite TV Latif
AC, Bathroom with Hot/Cold RT. 04/RW 01
3. Type 3 water 3 Rp380.000 kel.
Mande Kec.
Satellite TV, large balcony Mpuda
AC, Bathroom with Hot/Cold Kota Bima
4. Type 4 water 1 Rp320.000
4 Hotel Favorit 1. VIP Room 3 Bed TV,AC,Spingbed,K. Mandi 4 Rp240.000 Jl. Pahlawan 21
2. VIP Room 2 Bed TV,AC,Spingbed,K. Mandi 1 Rp165.000 Tlp. 45285
Dedi Kusnanto
3. VIP Room 1 Bed TV,AC,Spingbed,K. Mandi 4 Rp140.000 Kota Bima
Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari
Fasilitas Tambahan
1. Air Conditioner
2. Water Heater
3. TV Chanel
5. Restaurant
6. Telephone/Fax
7. Meeting Room
8. Parkin Area
9. Breakfast
AC
Freezer,TV,Aip Phone,Shower
3. Junior Triple Screen/bathub, 6 Rp350.000 Jl. Sumbawa 04
Tlp.
AC, Living Room 42222,43333,
Freezer,TV,Aip Phone,Shower 42304
4. Deluxe Screen/bathub, 2 Rp240.000 Chandra
Susanto
AC, Living Room Kota Bima
Freezer,TV,Shower Hot and
5. VIP Cool water,AC 6 Rp200.000
TV,Shower Hot and Cool
6. Superoir water,AC 14 Rp175.000
Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari
R. Tamu,TV,AC,Kulkas,Shower Rabadompu
VIP Double Bed Hot & Cool 6 Rp200.000 Ny. Hj. Ramlah
Kota Bima
2. Standart Single Bed TV,Kipas,T. Tidur,Kamar Mandi 9 Rp75.000
Fasilitas Tambahan
1. Restaurant
2. Meeting Room
3. Art Shop
5. Laundry Service
6. Car Rental
7. Bima Tradisional hand
Weaving
Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari
N
NAMA ALAMAT / NO. HP NAMA PEMILIK
O
1 Mulia - -
8 PT. Kristal KW - -
N
NAMA ALAMAT / NO. HP NAMA PEMILIK
O
9 2 Avira Travel - -
Lafran Abdul
10 Travel Bintang Timur Jl. Gatot Subroto Kel. Sadia
Kahar
PT. Iskandaria Biro Umro dan Muh. Mutawali,
11 Jl. Mawar No 24 Kel. Sarae
Haji MA.
Jl. Gajah Mada No 21 Kel.
12 Travel Agent Zafira Fikri Rino Adi
Monggonao
Jl. Soekarno Hatta Kel. Rabangodu
13 Travel Agent Sahra M. Saleh A. Gani
Utara
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014
D. Informasi Pariwisata
Informasi pariwisata umumnya disediakan oleh pemerintah daerah, hotel
maupun agen perjalanan. Lokasi dari pusat informasi dan kandungan informasi
yang dimiliki perlu disurvey dan dievaluasi untuk melihat kesesuaian lokasi,
aksesibilitas, kompetensi informasi, bahasa dan informasi pendukung lainnya.
Selain itu buku-buku petunjuk wisata yang membahas daerah studi perlu dikaji
untuk melihat kesesuaian antara informasi yang diberikan dengan kondisi di
lapangan.
Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata telah
menyediakan informasi pariwisata Kota Bima melalui brosur, spanduk maupun
papan informasi yang diletakkan di fasilitas akomodasi maupun fasilitas umum
terutama di fasilitas transportasi. Beberapa contoh informasi pariwisata dapat dilihat
pada gambar berikut ini
E. Fasilitas Belanja
Fasilitas belanja baik sebagai daya tarik utama maupun pendukung perlu
untuk disurvey dan dikaji secara mendalam. Umumnya wisatawan yang berkunjung
ke suatu daerah mencari cenderamata untuk dibawa pulang ke tempat asalnya.
Cenderamata ini bisa berbentuk kerajinan, hasil seni, pakaian, dan perhiasan. Di
lain pihak di beberapa tempat wisatawan juga mencari barang-barang umum
terutama barang-barang yang memiliki harga murah, barang yang mereka beli
antara lain tembakau, minyak wangi, elektronik dan barang-barang lainnya. Selain
lokasi, jenis dan kualitas pelayanannya. Umumnya fasilitas seperti ini berada pada
daerah- daerah umum seperti bandara, setasiun kereta api, terminal, dan
pertokoan. Kemampuan fasilitas ini untuk dapat menerima berbagai mata uang dan
kartu kredit juga harus dikaji dan dievaluasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung
enggan membawa uang dalam bentuk cash, mereka lebih menyenangi membawa
kartu kredit yang lebih aman. Tuntutan seperti perlu disediakan oleh Daerah dengan
melihat kesesuaiannya dengan pasar wisatawan yang ada. Fasilitas perbankan juga
fasilitas penting untuk keperluan mereka melakukan transfer uang maupun cek
perjalanan mereka, sehingga faktor ini juga patut untuk dipertimbangkan.
Data Fasilitas Bank yang tercatat pada www.bimakota.go.id sebagai
pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel
berikut ini
2 Bank Negara Indonesia Jl. Sultan Hasanuddin No. 4 Kota Bima. Tlp (0374) 42356,
(BNI) Cabang Bima 43021 (Hunting) fax (0374)44220, Website
:http://www.bni.co.id
BNI Raba Jl. Gatot Subroto Kota Bima. Tlp (0374)646990, Fax
(0374)646990
3 Bank Pembangunan Jl. Sukarno Hatta Kota Bima, Tlp (0374)42250, 42421,
Daerah (BPD NTB) 646566. Website :http://bankntb.co.id
Cabang Bima
4 Bank BPR LKP Jl. Sultan Kaharuddin No. 7 Kota Bima-NTB, Tlp
(0374)44813.
5 Bank Mandiri Cabang Jl. Sumbawa No.2 Rasanae Barat, Kota Bima-NTB, 84111.
Bima
6 Bank Syariah Mandiri Jl. Sultan Kaharuddin, Kompleks Sultan Square A4-A5, Tlp
Cabang Bima (0374)44222, Website : http://www.Syariahmandiri.co.id.
7 Bank Danamon Jl. Sukarno Hatta Kota Bima.
8 Bank BIAS Kompleks Pasar Bima, Kota Bima
Sumber : www.bimakota.go.id
G. Fasilitas Kesehatan
Sebagian wisatawan dalam waktu perjalanannya mengalami gangguan
kesehatan, kecelakaan atau permasalahan kesehatan mendadak yang perlu
ditangani dengan cepat. Dalam pengembangan pariwisata, hal tersebut tidak dapat
diabaikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap maupun dokter-dokter
yang handal akan sangat membantu pengembangan pariwisata daerah, sehingga
perlu untuk dikaji dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Bila fasilitas
yang diperlukan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada atau akan ada, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengembangan. Hal ini tentu saja bukan
hanya untuk keperluan pariwisata itu sendiri, Namun juga bagi masyarakat di
daerah tersebut.
Dokter
Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi Bidan
Spesialis
1. Rasanae Barat 4 2 2 2
2. Mpunda 16 1 3 3
3. Raba 5 6 1 2
4. Rasanae Timur - - - -
5. Asakota 3 - 1 2
Jumlah 28 9 7 10
Sumber : www.bimakota.go.id
H. Keamanan Umum
Keamanan umum merupakan syarat mutlak pengembangan pariwisata di
suatu daerah. Daerah yang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi cenderung tidak
dikunjungi oleh wisatawan. Oleh karena itu kondisi dan fasilitas keamanan di
Daerah merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk perencanaan pariwisata.
Kehandalan dan efektivitas pelayanan dari polisi, pemadam kebakaran, penyelamat
pantal, dan SAR, memberikan dukungan yang signifikan terhadap pariwisata di
suatu daerah. Informasi mengenai penyelamatan diri terhadap wisatawan selama
kunjungan pun perlu diinformasikan dengan baik. Informasi ini akan sangat
membantu wisatawan dalam melakukan kunjungan mereka di daerah, sehingga
mereka dapat mengantisipasi terhadap perubahan kondisi yang terjadi. Selain itu
kondisi politik di daerah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhl
pengembangan pariwisata, sehingga hal ini juga merupakan faktor yang perlu dikaji
dan dievaluasi untuk dicarikan solusi penanggulangannya.
I. Fasilitas Pos
Selama melakukan kunjungan wisatawan umumnya tidak mau putus
hubungan dengan kerabatnya di tempat tinggat asalnya. Mereka umumnya ingin
memberi kabar tentang kondisi mereka selama perjalanan. Fasilitas umum yang
banyak dimanfaatkan adalah fasilitas pos dengan mengirim berbagai jenis surat
atau kartu pos, sehingga pelayanannya perlu dievaluasi dengan melihat faktor-
faktor lokasi, kehandalan, jaminan kehilangan, efisiensi dan keramah tamahan dari
pegawai.
Sumber : http://kantorpos.posindonesia.co.id/
J. Jasa Internet
Umumnya sebagian besar wisatawan, memanfaatkan fasilitas ini untuk
memberi informasi kepada kerabatnya dengan cepat dan akurat, sehingga fasilitas
ini menjadi pendukung dari pengembangan pariwisata yang ada. Evaluasi fasilitas
ini meliputi faktor : lokasi, harga, kecepatan akses dan kenyamanan pelayanan.
daerah maupun yang terdapat di luar daerah. Wawancara ini dilakukan terutama
pada operator yang memiliki program atau paket wisata di daerah studi baik yang
sekarang telah memiliki atau mereka yang tertarik ingin mengembangkan paket
wisata ke daerah studi. Umumnya mereka paham terhadap berbagai permasalahan
pasar dan permasalahan di lapangan dalam memasarkan paket-paket wisatanya.
Struktur harga dan kompetisi daerah tujuan wisata merupakan informasi yang dapat
diperoleh dan mereka. Operator perjalanan ini memberikan informasi berdasarkan
pandangan perdagangan intemasional maupun perdagangan secara umum.
Wawancara secara khusus, merupakan langkah efektif yang dapat dilakukan untuk
menggali informasi yang diinginkan.
rencana pengembangan prasarana dan sarana yang sudah ada perlu dikaji untuk
menghindarkan terjadinya tumpang tindih pembangunan yang akan dilaksanakan.
Diharapkan dengan evaluasi dan kajian yang dilakukan kebutuhan untuk
pengembangan pariwisata dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat
terpenuhi.
A. Transportasi
Transportasi berperan untuk memberikan akses kepada wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata maupun melakukan perjalanan di dalam
daerah. Kajian dilakukan terhadap seluruh jenis moda transportasi yang ada di
suatu kabupaten/kota, baik moda transportasi udara, laut, jalan raya maupun kereta
api.
Pada daerah yang telah memiliki perkembangan pariwisata yang baik,
biasanya diperlukan angkutan khusus untuk pariwisata. Angkutan khusus tersebut
dapat berupa mobil. bus, pesawat terbang, bahkan kapat laut. Komponen ini perlu
dikaji dan disurvey untuk melengkapi bahan analisis dan sintesis yang akan
dilakukan pada tahap berikutnya.
Integrasi jaringan transportasi di dalam dan di luar daerah perlu dipetakan
untuk melihat karakteristik pelayanan transport yang dimiliki oleh daerah. Informasi
ini disertakan pada peta lokasi objek dan daya tarik, sehingga dapat diketahui
sejauh mana kesesuaian antara pengembangan pariwisata yang akan dilakukan
dengan dukungan jaringan transportasi yang ada.
Terminal yang ada di Kota Bima ada 3 (tiga) buah, yaitu
1. Terminal Dara,
2. Terminal Kumbe dan
3. Terminal Jatibaru.
Terminal Dara merupakan terminal Tipe B dengan fungsi sebagai terminal
antar kota antar propinsi. Terminal Kumbe sebagai simpul transportasi untuk Kota
Bima ke bagian timur, dengan tujuan utama Sape dan sekitarnya dan Terminal
Jatibaru sebagai simpul transportasi untuk Kota Bima bagian utara, dengan tujuan
utama Wera dan sekitarnya.
Transportasi darat masih memegang peranan penting dalam mobilitas
barang dan manusia di Kota Bima, tidak hanya di dalam wilayah Kota Bima sendiri,
tetapi juga antar kota baik dalam propinsi maupun antar propinsi bahkan antar
pulau. Moda transportasi darat yang ada tidak hanya melayani angkutan antar kota
dalam wilayah Pulau Sumbawa dan dalam propinsi Nusa Tenggara Barat saja,
tetapi juga ke kota-kota besar di Pulau Jawa.
Transportasi laut memegang peranan yang sangat penting pada
perekonomian Kota Bima. Hal ini dapat dilihat dari masih besarnya mobilitas orang
dan barang baik yang keluar maupun masuk Kota Bima yang menggunakan
transportasi laut, yaitu melalui Pelabuhan Bima.
Pelabuhan Bima saat ini masih memegang peranan yang penting sebagai
pintu gerbang perekonomian, tidak hanya bagi Kota Bima tapi juga wilayah sekitar.
Sebagai pelabuhan penumpang, pelabuhan ini menjadi penghubung bagi kawasan
timur Indonesia dengan rute yang dilayani antara lain Kalimantan, Sulawesi dan
Papua.
Akses menuju Kota Bima juga didukung oleh keberadaan Pelayaranan jasa
angkutan udara yang dilaksanakan melalui Bandar Udara M. Salahuddin Bima yang
merupakan satu-satunya bandar udara yang ada di wilayah Bima dan Kabupaten
Dompu. Bandar Udara Muhammad Salahuddin Bima mampu melayani pesawat
jenis Fokker 26, diantaranya pesawat Merpati, Trans Nusa dan Wings Air. Rute
yang dilalui yakni penerbangan dari Bima menuju Mataram, Denpasar, Surabaya,
Jakarta dan beberapa daerah timur Indonesia.
B. Air Bersih
Setelah transportasi, air bersih merupakan komponen prasarana penting
yang perlu untuk diperhatikan. Ketefsediaan air bersih merupakan faktor kritis untuk
mengembangkan pariwisata di suatu daerah. Fasilitas pariwsata akan
membutuhkan air bersih baik sebagai kebutuhan dasar maupun sebagai bentuk
pelayanan. Oleh karena itu kualitas dan ketersediaan air bersih di suatu daerah
perlu dipertimbangkan secara khusus terutama untuk daerah-daerah yang akan
dipilih untuk pengembangan pariwisata.
Jika ketersediaan air yang ada di suatu daerah tidak dapat memenuhi
kebutuhan air bersih untuk kebutuhan pariwisata yang direncanakan, maka rencana
tersebut perlu dievaluasi. Sumber-sumber air bersih alternatif perlu dikaji untuk
menghadapi permasalahan pengembangan tersebut, sumber-sumber tersebut
dapat berbentuk air permukaan maupun air bawah tanah. Bila menggunakan air
bawah tanah maka perlu ditentukan area tangkapan air yang perlu disediakan dan
dijaga, sehingga sumber air tersebut tidak kering.
Sebagai tambahan dari ketersediaan air bersih, kualitas air pun perlu dikaji
sesuai dengan standar kesehatan yang telah djtetapkan. Bila diperlukan untuk
pengolahan agar air yang ada sesuai standar, maka pengolahan tersebut patut
dipertimbangkan sebagai masukan. Proses konservasi pun perlu dipertimbangkan,
sehingga keberlanjutan pariwisata di suatu daerah dapat dipertahankan.
C. Tenaga Listrik
Tenaga listrik bagi sebagian besar pengembangan pariwisata mutlak
diperlukan. Namun, komponen ini dapat lebih fleksibel dibandingkan dengan air
bersih karena bila tidak ada fasilitas listrik umum dapat disediakan dengan
pembangkit alternatif. Meskipun demiMan sisteni tenaga listrik ini untuk
pengembangan pariwisata perlu ditinjau dan dianalisis dengan baik. Ketersediaan
dan kehandalan pelayanan kepada pengguna perlu ditinjau, karena pada beberapa
daerah tenaga listrik ini masih terbatas, sehingga menyulitkan untuk melakukan
penambahan daya bila tajadi pengembangan pariwisata.
Selain sumber tenaga listrik konvensional, pemanfaatan tenaga-tenaga listrik
altematif pun perlu untuk dikaji. Pemanfaatan sinar surya atau angin sebagai
sumber tenaga listrik di suatu kawasan wisata terpendi dapat dijadikan
pertimbangan.
E. Telekomunikasi
Telekomunikasi saat ini merupakan elemen penting pengembangan
pariwisata. Bagi wisatawan telekomunikasi dibutuhkan untuk selama perjalanan
mereka. Bahkan untuk perjalanan bisnis, fasilitas ini memiliki tingkat kepentingan
yang cukup tinggi. Setiap daerah wisata memerlukan telekomunikasi untuk fungsi
operasional maupun kondisi darurat. Komponen yang dikaji meliputi telepon, faks,
radio dan telegram. Bahkan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau perlu
adanya fasilitas radio komunikasi.
F. Drainase
Drainase merupakan komponen prasarana yang penting, meskipun
pertimbangan pengembangan prasarana ini adalah untuk kepentingan umum bukan
hanya pariwisata. Drainase yang efektif akan sangat membantu dalam menghindari
banjir terutama untuk kawasan-kawasan pariwisata yang berada di pinggiran sungai
ataupun danau.
4.1.5. EVENT
Kota Bima memiliki banyak sekali event tahunan yang banyak menarik
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Beberapa event tahunan
yang ada di kota bima adalah sebagai berikut
1 2 3 4
Perayaan Maulid Nabi Istana Kesultanan Bima dan
Muhammad SAW Kelurahan Melayu - Kec
1 HANTA UA - PUA (Tanggal 12 Rabiul Asakota Kota Bima
Awal)
- Jikir Maulid Tanggal 9 Rabiul Awal Istana Kesultanan Bima
- Jikir Roko Tanggal 10 Rabiul Awal Kampung Melayu
- Kesenian Marawais Tanggal 10 Rabiul Awal Kampung Melayu
- Tarian Dani - Dana Tanggal 10 Rabiul Awal Kampung Melayu
- Pemilihan Duta Wisata dan Tanggal 5 - 8 Agustus Paruga Nae Kota Bima
Budaya Kota Bima
A. Festival Kuda, Ingat Kuda Ingat Bima, Ingat Bima Ingat Kuda
Kuda yang menjadi salah satu icon kuda merupakan bagian dari budaya
masyarakat Mbojo. Ketangkasan menunggang kuda merupakan keterampilan yang
menjadi bagian cerita-cerita sejarah bima, yang masih terpelihara hingga kini.
Diceritakannya bahwa sejak abad XII masehi, kuda asal bima sudah tersohor di
nusantara. Saat itu, para pedagang dari berbagai penjuru datang membeli kuda
bima, kemudian dijual di negeri asalnya untuk dijadikan tunggangan para raja,
bangsawan, dan panglima perang. Raja-raja dan panglima perang kerajaan kediri,
singosari, dan majapahit, dalam buku negarakertagama karangan empu prapanca,
juga selalu memilih kuda bima untuk memperkuat armada kavalerinya
Para gubernur jenderal hindia belanda di batavia pun sering meminta dikirimi
kuda bima, yang dinilai sebagai jenis kuda terbaik di kepulauan hindia belanda.
Kuda bima dinilai sebagai sarana transportasi yang tangguh karena kuat membawa
beban hasil panen, tahan cuaca panas, serta jinak.
Diharapkan melalui kontes kuda yang kita laksanakan ini, tujuan untuk
melestarikan dan mengembalikan pamor kuda bima sebagai potensi dan
kebanggaan daerah dapat tercapai.
Ingat kuda ingat bima, Ingat Bima Ingat Kuda itulah harapan yang ingin
diwujudkan dalam kegiatan festival kuda. Untuk parade atau pawai
kuda dilaksanakan dengan Rute Jalan Soekarno Hatta menuju Istana Bima
dengan menampilkan pasukan berkuda Kesultanan Bima. Sementara untuk seminar
tentang kuda akan dilaksanakan di Istana Bima Kegiatan ini dilatar belakangi oleh
komitmen pemerintah memperkenalkan Potensi Bima, kuda sebagai icon bima serta
pelestarian nilai budaya dan tradisi, ungkap Lalu Sukarsana.
Sedangkan Pacuan Kuda atau Pacoa Jara sudah sangat lekat di masyarakat
NTB dan sudah menjadi salah satu hiburan rakyat yang pasti selalu di adakan.
Event pacuan kuda tradisional dengan joki-joki mungil dan lincah merupakan
agenda rutin di Bima.
mengidenti- fikasi dan hotel, restoran, agen perjalanan, pertokoan dan tempat-
tempat penukaran mata uang asing.
10. Sikap dan tingkat kepuasan wisatawan - Menentukan sikap dan tingkat kepuasan
wisatawan tentang daerah, objek dan daya tarik wisata, fasi- litas dan pelayanan
merupakan informasi yang berharga bagi proses peningkatan pariwisata,
setidaknya merupakan dasar dan keinginan pasar eksisting. Infonnasi ini akan
sangat baik bila menggunakan sur- vey secara khusus dengan juga
memperhatikan pola belanja dan ka- rakteristik wisatawan, sehingga seluruh faktor
dapat diidentifikasi kore- lasinya. Survey ini dapat meliputi pertanyaan fasilitas
atau pelayanan apa yang perfu ditingkatkan bila mereka melakukan kunjungan
ulang ke daerah ini.
BAB 5 ANALISIS
Tabel 5. 1 Analisis RTRW Nasional dan RTRW provinsi Nusa Tenggara Barat
Berkaitan Dengan Wilayah Perencanaan
Aspek RTRW Nasional RTRWP Nusa Implikasi
Tenggara Barat
Penetapan Pusat Mataram Sebagai Pusat Kegiatan Perkembangan Raba
Kegiatan Pusat Kegiatan Wilayah Di Praya, dan sekitarnya
Nasional Raba, Sumbawa diprediksi akan
Besar Melayani berkembang pesat
Beberapa karena Infrastruktur di
Kabupaten/Kota Raba akan didorong
Disekitarnya Untuk Melayani
Wilayah Sekitarnya
Dalam Skala Regional
Sistem Transportasi Jl.Sultan Salahudin Pelabuhan Bima Sistem Transportasi
Jl.Martadinata Sebagai Darat, Laut, Udara
Jl.Soekarno-hatta Pengembangan berskala Nasional
Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
Keunikan atau Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW
kekhususan ODTW banyak jarang jarang tidak dapat
ditinjau dari ditemukan di ditemukan di ditemukan di ditemukan di
daya tarik yang lokasi wisata lokasi yang lain lokasi yang lokasi yang lain
tidak dapat yang lain tetapi kurang lain namun dengan
ditemui di memiliki memiliki keunikan yang
ODTW keunikan keunikan Tinggi
Kualitas dan Daya Tarik
Macam ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW
ditinjau dari tidak memiliki hanya memiliki hanya memiliki memiliki lebih
banyaknya daya tarik 1 daya tarik 2 daya tarik > 2 daya
daya tarik yang yang menonjol Tarik
dimiliki
ODTW memiliki Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW
lahan yang luas, memiliki lahan memiliki lahan memiliki lahan memiliki lahan
kesesuaian penataan seluas < 1 Ha, seluas 1-3 Ha, seluas 3-5 Ha, seluas >5 ha,
site, memungkinkan penataan site penataan site penataan site penataan site
rencana pengembangan yang kurang baik, yang cukup baik, yang baik, yang baik,
lahan untuk tersedia lahan tersedia lahan tersedia lahan
pengembangan utk pengembangan utk pengembangan utk pengembangan
kurang
Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
Pemasara
Skala
sebatas lokal mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
n
Kota Bima mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW
Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
sebatas regional mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
Nusa Tenggara Barat mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW
Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
sampai tingkat nasional mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
Indonesia mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW
Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
sampai internasional mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW
Jumlah kunjungan Bila jumlah Bila jumlah Bila jumlah Bila jumlah
wisatawan nusantara kunjungan kunjungan kunjungan Kunjungan
(wisnu) < 20.000 20.000 - 100.000 - > 500.000
Pengunjung
Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
per tahun per tahun per tahun per tahun
Kondisi fasilitas Bila kondisi Bila kondisi Bila kondisi Bila kondisi
penunjang (KM/WC, parkir, fasilitas rusak, fasilitas berfungsi fasilitas berfungsi fasilitas berfungsi
musholla, toko souvenir, kurang berfungsi, seadanya namun kurang terawat terawat dengan
rumah makan, dll) Baik
Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang Bila tidak tersedia Bila tersedia Bila tersedia Bila tersedia
tersedia lengkap dengan jumlah dengan jumlah dengan jumlah
(KM/WC, parkir, musholla, terbatas yang cukup lengkap yang lengkap
toko souvenir, rumah makan)
Kapasitas fasilitas Bila kebutuhan Bila kebutuhan Bila kebutuhan Bila kebutuhan
penunjang dibandingkan wisatawan wisatawan wisatawan wisatawan
dengan kebutuhan tidak terpenuhi kurang terpenuhi sebagian besar telah terpenuhi
jumlah wisatawan terpenuhi
Sarana transportasi Bila tidak tersedia Bila tersedia Bila tersedia Bila tersedia
angkutan umum angkutan umum angkutan umum berbagai macam
dengan jumlah dengan jumlah angkutan umum
Aksesibilitas
Jarak dan waktu tempuh Bila jarak sejauh Bila jarak sejauh Bila jarak sejauh Bila jarak sejauh
dari pusat Kota Bima > 30 km atau 20-30 km atau 10-20 km atau < 10 km atau
Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
waktu tempuh waktu tempuh waktu tempuh waktu tempuh
> 1 jam 40-60 menit 20-40 menit < 20 menit
Dampak terhadap ekonomi Bila berdampak Bila berdampak Bila berdampak Bila berdampak
terhadap Pemkot Bima PAD atau masyarakat PAD atau masyarakat PAD dan masyarakat PAD dan masyarakat
(PAD) dan masyarakat kurang signifikan cukup signifikan cukup signifikan Signifikan
(secara langsung/tak langsung)
Dampak terhadap sosial masy Bila berdampak Bila berdampak sedikit Bila berdampak cukup Bila berdampak lebih
Dampak
(meningkatkan keimanan, negatif thd masyarakat positif thd masyarakat positif thd masyarakat positif thd masyarakat
toleransi umat beragama, (asusila,kriminalitas,
nasionalisme, pendidikan dll) nilai-nilai sosial,dsb)
Dampak terhadap alam Bila berdampak Bila berdampak sedikit Bila berdampak cukup Bila berdampak lebih
lingkungan sekitar negatif thd lingkungan positif thd alam positif thd alam positif thd alam
(kerusakan alam dsb) lingkungan lingkungan Lingkungan
Tabel 5. 6
Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima
IFAS Kelemahan (W)
Potensi masih belum dikemas
Kekuatan (S) menjadi produk wisata
EFAS Potensi Pariwisata Berbasis Sarana Penunjang Odtw
Wisata Sejarah Dan Budaya Sangat Minim Bahkan Tidak
Dan Berbasis Bahari Bernilai Ada
Sangat Tinggi Dengan Bentang Wilayah
Beberapa Odtw Sudah Kota Bima Yang Tidak Begitu
Berskala Pemasaran Luas, Sarana Pendukung
Internasional Seperti Pantai Pariwisata Hampir
So Ati Dan Museum Asi Keseluruhan Berada Di Pusat
Mbojo Dan Istana Kayu Asi Kota Belum Bisa Mendukung
Mbou Seluruh Odtw
Potensi Sentra Pandai Besi Kebersihan Kawasan Yang
Sebagai Penghasil Souvenir Tidak Terjaga
Dari Logam Hanya Perlu Beberapa Odtw Tidak Memiliki
Pelatihan Lahan Untuk Pengembangan
Yang Lebih Luas Seperti
Pantai Ule Yang Berbatasan
Langsung Dengan Jalan
Provinsi
Strategi SO Strategi WO
Peluang (O) (Strategi yang menggunakan (Strategi yang meminimalkan
Kebijakan Nasional kekuatan dan memanfaatkan kelemahan dan memanfaatkan
Alternatif Strategi
Alternatif strategi adalah hasil dari matrik analisis SWOT yang
menghasilkan berupa Srtategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang
dihasilkan minimal 4 buah strategi sebagai hasil dari analisis matrik SWOT.
Menurut Freddy Rangkuti (2001:31-32) strategi yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
Strategi SO :
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT
Strategi ini didasarakan pada kegiatan usaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.
Sejalan dengan hal tersebut, Rachel Dodds and Marion Joppe (2001) di
Toronto mengembangkan Green Tourism dengan 4 (empat) elemen pokok, yaitu :
bergantung pada sumber daya, posisi geografis, lokasi, segmen pasar yang akan
diraih, kebijakan pariwisata yang dianut serta faktor-faktor lainnya.
Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan produk wisata budaya dan sejarah
kota bima adalah sebagai berikut :
1. penentuan tema wisata
wisata budaya religi didukung dengan wisata sejarah
2. penguatan ciri khas
pelestarian koleksi benda-benda sejarah
penguatan citra kawasan
cerita sejarah dibalik benda-benda peninggalan sejarah
pelestarian nilai arsitektur bangunan dan kawasan termasuk area sekitar
alun-alun
3. Pembangunan jenis dan atraksi utama/ unggulan
bangunan dan benda bersejarah peninggalan kerajaan dan kesultanan
4. penciptaan paket wisata
paket edu-wisata heritage arsitektur- religi
paket edu-wisata sejarah perjuangan
5. pemenuhan fasilitas penunjang
information board
tourism information centre + local guide
souvenir shop dan tempat makan dikemas dalam bangunan yang sama
moda transportasi penghubung