Anda di halaman 1dari 173

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)

KOTA BIMA TAHUN 2014-2029


LAPORAN AKHIR

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Ilahi atas kesempatan yang diberikan LPPM UK Petra
untuk berapresiasi dalam kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029. Pekerjaan ini merupakan suatu
kegiatan yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengembangan dan
pembangunan sektor pariwisata kota Bima. Laporan Akhir merupakan laporan
tahap penyusunan rencana yang berisikan:
1. Pendahuluan
2. Tinjauan Kebijakan
3. Gambaran Umum Wilayah
4. Profil Kepariwisataan
5. Analisis
6. Rencana Pembangunan Pariwisata
Tersusunnya Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah Kota Bima Tahun 2014-2029 tidak lepas dari peran serta
instansi terkait dilingkugan pemerintah Kota Bima

Surabaya, November 2014

Tim Penyusun

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA i


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR _________________________________________________ i


DAFTAR ISI________________________________________________________ ii
DAFTAR GAMBAR __________________________________________________ v
DAFTAR TABEL __________________________________________________ viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang _____________________________________________ I - 1
1.2 Maksud dan Tujuan _________________________________________ I - 3
1.3 Dasar Hukum ______________________________________________ I - 4
1.5 Ruang Lingkup Pekerjaan ____________________________________ I - 5
1.5.1 Lokasi _______________________________________________ I - 5
1.5.2 Substansi ____________________________________________ I - 5
1.6 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan _______________________________ I - 7
1.7 Keluaran/Output Produk_____________________________________ I - 10
1.8 Sistematika Laporan _______________________________________ I - 10

BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


2.1 Rencana Tata Ruang ________________________________________ II - 1
2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional _____________________ II - 1
2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi _____________________ II - 5
2.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten __________________ II - 11
2.1.4 Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan __________________ II - 30
2.2 Rencana Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman
Prioritas ________________________________________________ II - 34
2.3 Rencana Induk Pariwisata Nasional ___________________________ II - 36
2.4 Rencana Induk Pariwisata Nasional ___________________________ II - 36
2.5 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2028 (Perda Provinsi Ntb No 7 Tahun
2013) ________________________________________________________ II - 36

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA ii


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV PROFIL KEPARIWISATAAN


4.1 Karakteristik Produk Wisata __________________________________ IV - 1
4.1.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata ___________________________ IV - 2
4.1.2. Sarana Pariwisata ___________________________________ IV - 42
4.1.3. Paket Perjalanan ____________________________________ IV - 57
4.1.4. Sarana dan Prasarana Penunjang Pariwisata ______________ IV - 58
4.1.5. Event _____________________________________________ IV - 63
4.2 Karakteristik Pasar ________________________________________ IV - 66
4.2.1. Pola Perjalanan _____________________________________ IV - 66
4.2.2. Karakteristik Wisatawan _______________________________ IV - 66

BAB V ANALISIS
5.1 Analisis Kebijakan _________________________________________ V 1
5.2 Analisis Obyek dan Daya Tarik Wisata _________________________ V 4
5.3 Analisis Pasar ____________________________________________ V - 10
5.4 Analisis Sumber Daya Manusia _______________________________ V - 12
5.5 Analisis SWOT Pariwisata ___________________________________ V - 14

BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN


6.1 Tema Pembangunan Pariwisata ______________________________ VI - 1
6.2 Strategi Pembangunan Pariwisata _____________________________ VI - 4
6.3 Indikasi Program Pembangunan Pariwisata _____________________ VI - 9

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA iii


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa


Tenggara Barat __________________________________________________ II - 1
Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat_______________________________________ II - 3
Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa
Tenggara Barat __________________________________________________ II - 4
Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat __________________________________________________________ II - 6
Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat __________ II - 7
Gambar 2. 6 Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Barat_____________ II - 8
Gambar 2. 7 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Bima _______________ II - 11
Gambar 2. 8 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota Bima ______ II - 22
Gambar 2. 9 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bima __________________ II - 26
Gambar 2. 10 Rencana Kawasan Strategis Kota Bima ___________________ II - 27
Gambar 2. 11 Rencana Peruntukan Lahan Kawasan Sekitar Kesultanan
Bima__________________________________________________________ II - 30
Gambar 2. 12 Rencana Sistem Sirkulasi dan Jaringan Jalan Kawasan
Sekitar Kesultanan Bima __________________________________________ II - 30
Gambar 2. 13 Rencana Penetapan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sekitar
Kesultanan Bima _______________________________________________ II - 31
Gambar 2. 14 Rencana Penataan Sistem Jaringan Drainase Kawasan
Sekitar Kesultanan Bima __________________________________________ II - 31
Gambar 2. 15 Penetapan Zonasi Penanganan Permukiman Prioritas Kota
Bima__________________________________________________________ II - 32
Gambar 2. 16 Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Pada Zona KB1 ____ II - 33
Gambar 2. 17 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN Di Seluruh
Wilayah NKRI __________________________________________________ II - 35
Gambar 2. 18 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa
Tenggara Barat _________________________________________________ II - 36
Gambar 2. 19 KSPD di Pulau Sumbawa _____________________________ II - 38

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA iv


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 20 KSPD Teluk Bima ___________________________________ II - 38

Gambar 3. 1 Batas Administrasi Wilayah Kota Bima Provinsi Nusa


Tenggara Barat _________________________________________________ III - 1
Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ___ III - 4
Gambar 3. 3 Kondisi Geologi di Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ___ III - 6
Gambar 3. 4 Kondisi Geomorpologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) ______ III - 8
Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012) __________ III - 9
Gambar 3. 6 Cohort Penduduk Kota Bima ___________________________ III - 14
Gambar 3. 7 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota Bima ______________ III - 15

Gambar 4. 1 Pantai Lawata _______________________________________ IV - 4


Gambar 4. 2 Pantai Amahami _____________________________________ IV - 4
Gambar 4. 3 Pantai Niu __________________________________________ IV 5
Gambar 4. 4 Pantai Kolo, Lokasi dimana orang-orang sangat ramai
menikmati pantai berbatu pada hari libur _____________________________ IV - 7
Gambar 4. 5 Akses Jalan Provinsi menuju Pantai Kolo __________________ IV - 7
Gambar 4. 6 Pantai Kolo _________________________________________ IV - 8
Gambar 4. 7 Suasana Pantai So Ati dan Bawah Laut So Ati _____________ IV - 10
Gambar 4. 8 Pantai So Ati _______________________________________ IV - 10
Gambar 4. 9 Pantai Ule, Lokasi dimana orang-orang ramai memancing
pada hari libur _________________________________________________ IV - 12
Gambar 4. 10 Bibir Pantai Ule berbatasan langsung dengan jalan raya di
atasnya ______________________________________________________ IV - 12
Gambar 4. 11 Pulau Kambing ____________________________________ IV - 14
Gambar 4. 12 Transportasi di pelabuhan yang menghubungkan kota
dengan kabupaten melewati pulau kambing _________________________ IV - 15
Gambar 4. 13 Taman Ria ________________________________________ IV - 16
Gambar 4. 14 Lanco Gajah, Daya Tariknya hilang di musim Kemarau _____ IV - 18
Gambar 4. 15 Akses ke Lanco Gajah dan Lapangan Untuk Perkemahan ___ IV - 18
Gambar 4. 16 Pemandangan Diwu Monca ___________________________ IV - 19
Gambar 4. 17 Akses Dari Jalan Raya, Ada Warung yang melayani
Penambang Batu ______________________________________________ IV - 20
Gambar 4. 18 Jalan Masuk Ke Diwu Monca __________________________ IV - 20
Gambar 4. 19 Istana Kayu Asi Mbou _______________________________ IV - 22

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA v


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 20 Museum Asi Mbojo _________________________________ IV - 22


Gambar 4. 21 Lare-Lare _________________________________________ IV - 22
Gambar 4. 22 Masjid Sultan Salahudin _____________________________ IV - 24
Gambar 4. 23 Makam Dana Traha _________________________________ IV - 28
Gambar 4. 24 Museum Samparaja _________________________________ IV - 30
Gambar 4. 25 Sentra Kain Tenun __________________________________ IV - 32
Gambar 4. 26 Sentra Pandai Besi _________________________________ IV - 34
Gambar 4. 27 Benteng Asakota ___________________________________ IV - 37
Gambar 4. 28 Langgar Melayu Kuno _______________________________ IV - 39
Gambar 4. 29 Meriam Kuno Lelamase ______________________________ IV - 41
Gambar 4. 30 Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima ___________________ IV - 42
Gambar 4. 31 Persebaran Hotel dan Penginapan _____________________ IV - 45
Gambar 4. 32 Persebaran Agen Perjalanan Wisata ____________________ IV - 48
Gambar 4. 33 Informasi Pariwisata Kota Bima ________________________ IV - 51
Gambar 4. 34 Persebaran Sarana Belanja ___________________________ IV - 53
Gambar 4. 35 Persebaran Sarana Penukaran Uang/Bank _______________ IV - 55
Gambar 4. 36 Persebaran Sarana Transportasi _______________________ IV - 60
Gambar 4. 37 Kalender Event Tahunan _____________________________ IV - 64

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA vi


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penetapan Rencana Jaringan Jalan Nasional __________________ II - 2


Tabel 2. 2 Penetapan Kawasan Andalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ____ II - 5
Tabel 2. 3 Indikasi Program Penanganan Permukiman Prioritas Pada Zona
KB1 ____________________________________________________ II - 34
Tabel 2. 4 Penetapan Lokasi DPN dan KPPN Di Provinsi Nusa Tenggara
Barat____________________________________________________ II - 35
Tabel 2. 5 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata
Daerah _________________________________________________ II - 39

Tabel 3. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan-Kelurahan di Kota


Bima ____________________________________________________ III - 2
Tabel 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima _______________________ III - 3
Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Wilayah Kota Bima ______________________ III - 4
Tabel 3. 4 Kedalaman Efektif Tanah di Wilayah Kota Bima _______________ III - 5
Tabel 3. 5 Sistem Jaringan Irigasi di Wilayah Kota Bima _________________ III - 8
Tabel 3. 6 Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kota Bima ____________ III - 10
Tabel 3. 7 Kondisi Suhu Udan dan Kelembaban Kota Bima ______________ III - 10
Tabel 3. 8 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Dalam Kurun 5 Tahun _____ III - 11
Tabel 3. 9 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun
Terakhir Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) ____________________ III - 11
Tabel 3. 10 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun
Terakhir Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) ____________________ III - 12
Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Jenis Kelamin _________ III - 12
Tabel 3. 12 Komposisi Penduduk Kota Bima Tahun 2012 _______________ III - 13
Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Agama dan
Kepercayaan ____________________________________________ III 14

Tabel 4. 1 Obyek Daya Tarik Alam Kota Bima _________________________ IV - 2


Tabel 4. 2 Obyek Daya Tarik Budaya Kota Bima ______________________ IV - 20
Tabel 4. 3 Daftar Hotel/Penginapan/Losmen Kota Bima ________________ IV - 43

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA vii


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tabel 4. 4 Daftar Agen Perjalanan Kota Bima ________________________ IV - 47


Tabel 4. 5 Daftar Rumah Makan Kota Bima __________________________ IV - 49
Tabel 4. 6 Pasar Di Kota Bima Tahun 2012 __________________________ IV - 52
Tabel 4. 7 Toko Modern Kota Bima Tahun 2012 ______________________ IV - 52
Tabel 4. 8 Fasilitas Bank Kota Bima Tahun 2012 ______________________ IV - 54
Tabel 4. 9 Fasilitas Kesehatan Kota Bima ___________________________ IV - 56
Tabel 4. 10 Fasilitas Pos Kota Bima ________________________________ IV - 57
Tabel 4. 11 Event Pariwisata Kota Bima ____________________________ IV - 63

Tabel 5. 1 Analisis RTRW Nasional dan RTRW provinsi Nusa Tenggara


Barat Berkaitan Dengan Wilayah Perencanaan____________________ V - 1
Tabel 5. 2 Analisis RTRW Kota Bima Terhadap Wilayah Perencanaan ______ V - 2
Tabel 5. 3 Analisis RIPPNAS Terhadap Wilayah Perencanaan _____________ V - 3
Tabel 5. 4 Kriteria Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima __________ V - 5
Tabel 5. 5 Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima _________________ V - 9
Tabel 5. 6 Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima __________________ V - 11

Tabel 6. 1 Indikasi Program Pembangunan Pariwisata Kota Bima ________ VI - 10

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA viii


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Wisata merupakan salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan yang sangat
cepat di dunia dan mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 526 milyar.
Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90-an sebesar 4,2% sedangkan
pertumbuhan penerimaan dari wisman sebesar 7,2%, bahkan di 28 negara
pendapatan tumbuh 17% per tahun.
Prospek pariwisata ke depan sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan
peluang besar, berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010)
dan 1,602 milyar orang (tahun 2020). Dan akan mampu menciptakan pendapatan
dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.
Sebagai sebuah kota yang baru terbentuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Bima awalnya merupakan kota administratif. Terbentuk pada tanggal 10 April 2002
melalui Undang-undang tentang Kota Bima Nomor 13 Tahun 2002.
Secara geografis kota Bima yang memiliki luas wilayah 22,25 km2 terletak di
tengah-tengah segitiga tujuan pariwisata nasional, yaitu Pulau Bali, Pulau Komodo
dan Bunaken (Sulawesi Utara), memiliki potensi serta fungsi strategis sebagai kota
transit. Sebagai kota yang membentang kurang lebih 21 km di sepanjang pesisir teluk
Bima di mulai dari pintu gerbang NIU (Kelurahan Kolo) sampai dengan PANTAI
KOLO / SO ATI, Bima mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai Kota
Tepian Air (Waterfront City).
Disebut berfungsi strategis sebagai kota transit, Bima ternyata menyimpan dan
mempunyai aneka wisata alam dan budaya dengan karakteristik yang berbeda dari
aneka wisata alam dan budaya di Indonesia.
Kolo adalah sebutan sepanjang pesisir teluk Bima dengan empat teluk nya
yang memukau, yaitu So Nggela, Torro Londe, Bonto serta Kolo, disamping pulau
Kambing yang terletak tepat di tengah-tengah perairan teluk Bima, adalah satu
potensi wisata alam.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-1


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Ingat Bima ingat kuda. Kuda Bima telah lama di kenal sebagai sarana
transportasi dalam kehidupan masyarakat lokal, yang kemudian dikembangkan
menjadi tradisi lomba pacuan kuda tradisional dengan ke-khasanya tersendiri dalam
event budaya lokal, yang di adakan 2 sd 3 kali dalam satu tahun dan merupakan
salah satu potensi wisata budaya.
Kerajian tenun ikat atau dalam bahasa Mbojo dikenal dengan MUNA RO
MEDI, telah banyak dikenal sebagai kain sarung (tembe), destar (sambolo) dan
sejenis ikat pinggang (wen), adalah potensi ekonomi industri kecil yang sudah
terkenal dengan corak dank has khusus daerah Bima sudah berkembang sejak
jaman kerajaan dan sekarang dapat dikembangkan pula sebagai wisata budaya.
Perkampungan Tenun ini bisa kita temukan di daerah Rabadompu, Oi Foo dan
Ntobo.
Kota Bima ternyata juga merupakan wilayah yang subur bagi tanaman lontar.
Air lontar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal sebagai Oi Tua, adalah sejenis
minuman alami yang banyak dan mudah di jumpai di sepanjang jalan lintas Bima-
Sape. Dari pohon lontar masyarakat setempat membuat topi dan payung, yang
kemudian dikenal dengan sebutan Paju Longge untuk keperluan upacara adat, yang
juga merupakan sebuah potensi wisata alam-budaya.
Kampung Pandai Besi PenanaE dan Nggaro Lo. Pada Kejayaan kerajaan dan
Kesultanan Bima merupakan pusat produksi senjata dan peralatan perang kerajaan
seperti ; Pedang, Tombak, Keris, Parang dan perelengkapan seperti Sepatu Kuda,
Kereta, serta Perlengkapan Keprajuritan lainnya. Yang seiring perkembangan waktu
kemudian berubah fungsi sebagai sentra produksi peralatan pertanian dan perkakas
rumah tangga, yang juga merupakan potensi wisata industri lokal.
Garoso adalah Sejenis buah Srikaya yang tumbuh subur pada tanah berbatu
yang kering seperti di wilayah kota Bima. Tumbuhan yang berasal dari Hindia Barat
yang berbuah setelah berumur 3-5 tahun sekarang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat di pekarangan, atau tumbuh liar dan bisa diketemukan sampai pada
ketinggian 880 mpl, adalah salah satu potensi wisata agro yang sudah terkenal pada
masyarakat luas khususnya NTB dan merupakan buah tangan dari Kota Bima
Makam Raja dan Sultan Bima beserta pembesar dan keluarganya terletak di
(Dana Taraha) yang terletak diatas sebuah bukit dengan panorama kota dan teluk
Bima. Selain itu dapat pula ditemukan di Makam Tolobali serta di Pelataran Mesjid
Sultan Salahudin. Museum Asi Mbojo yang adalah situs istana Sultan Bima yang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-2


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

terletak di pusat kota Bima juga merupakan salah satu obyek wisata yang megah dan
kebanggaan masyarakat Bima dengan berbagai atraksi yang ada di dalamnya dan
merupakan sejarah dari Kerajaan dan kesultanan Bima. Hanta Ua Pua upacara adat
yang di gelar turun temurun,yang merupakan sejarah prosesi terbentuknya
Pemerintahan Kesultanan Bima dari Pemerintahan Kerajaan, adalah sebuah potensi
wisata cagar budaya. Disamping itu masih banyak potensi wisata lainnya termasuk
deposit dan tambang batu marmer khas Bima.
Dari gambaran potensi aneka wisata yang ada dan dimiliki, tidaklah berlebihan
jika kemudian kota Bima mengembangkan visi pembangunan pariwisata sebagai
guna mendorong pembangunan dan peningkatan kualitas Kepariwisataan yang
berwawasan Budaya, Ramah Lingkungan dan Melibatkan Peran Serta Masyarakat
Luas. Oleh karena kesemua tersebut dalam deskripsi diatas, guna mengakselerasi
serta mengimplementasi visi pembangunan pariwisata kota Bima secara bertahap,
terpadu dan berkelanjutan, maka perlu disusun Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Kota Bima, Nusa Tenggara Barat 2014-2029.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Daerah (RIPDA) Kota Bima adalah untuk :
a) Mengindentifikasi serta menginventarisasi potensi dan pembangunan wisata di kota
Bima.
b) Menemu kenali simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya, event
dan atraksi wisata dan kondisi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing
simpulsimpul wisata, termasuk kekuatan dan kelemahannya.
c) Menemu kenali linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam
wilayah kota Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar kota
Bima. Beserta kendala yang menyertainya.
d) Menyatukan pandangan diantara sektor pembangunan lainnya di destinasi
pariwisata terhadap pentingnya pariwisata dalam konteks pembangunan daerah
e) Menyusun perencanaan pembangunan kepariwisataan yang mampu meningkatkan
kualitas kepariwisataan di ODTW dan kawasan

Adapun Tujuan dari kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan


Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima adalah untuk:

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-3


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

a) Merancang sebuah Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang


Komprehensif, terpadu dan berkelanjutan serta berdaya saing yang sesuai dengan
karakteristik fisik dan non fisik daerah, serta nilai-nilai agama dan budaya
masyarakat setempat
b) Memberikan arah kebijakan dalam membangun kepariwisataan yang dilandasi
dengan kebijakan pembangunan serta memberikan pedoman tentang perencanaan
yang dibutuhkan dalam pembangunan pariwisata.
c) Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai pembangunan potensi
kebudayaan dan pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, usaha sarana wisata,
usaha jasa wisata dan usaha lain pendukung pariwisata.
d) RIPPDA dapat menjadi acuan bagi seluruh stakeholder pariwisata agar dapat
bekerjasama secara positif dalam mekanisme kerjasama untuk pembangunan
kepariwisataan.

1.3 DASAR HUKUM


Dasar hukum yang melatarbelakangi pentingnya kegiatan Penyusunan
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima antara lain
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
d. Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
f. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung
g. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan
Hidup
h. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-4


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung
l. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
m. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 Tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan
o. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Persyaratan Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
p. Permen PU No 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pemetaan Sosial, Ekonomi dan
Lingkungan Bidang Pekerjaan Umum
q. Permen PU No 9 Tahun 2010 Tentang Ped. Pengamanan Pantai
r. Permen PU No 15 Tahun 2012 Tentang Ped. Penyusunan RTR Kawasan
Strategis Nasional
s. Keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor :
KM.1/OT.001/MKP/2011, tentang Pembentukan Tim Seleksi Unsur Penentu
Kebijakan Badan Promosi Pariwisata Indonesia;
t. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:
KM.110/OT.001/MPEK/2012, tentang Pembentukan Tim Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif;
u. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029
v. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bima Tahun 2008-2013
w. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bima Tahun 2011-2031

1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


1.4.1 LOKASI
Lingkup Penyusunan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Daerah (RIPDA) Kota Bima secara garis besar terbagi dalam 2 (dua) hal, yaitu

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-5


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

lingkup wilayah dan lingkup substantif. Lingkup wilayah menunjukkan batas


wilayah perencanaan secara fisik, lingkup substantif menunjukkan kedalam materi
yang dibahas dalam penyusunan rencana
Lingkup wilayah Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Daerah (RIPDA) mencakup seluruh wilayah adiministrasi kota Bima

1.4.2 SUBSTANSI
1 Persiapan, meliputi
a. Menyiapkan peta garis terkoreksi berskala minimal 1 : 25000
b. Koordinasi dengan SKDP terkait kebutuhan data spasial dan sector
c. Penyiapan desain survey
d. Penggalian informasi dan aspirasi masyarakat secara langsung melalui
kuesioner
e. Studi literatur mencakup komparasi kebijakan di tingkat pusat hingga
daerah, studi pembanding/preseden, pendekatan eco wisata.
2 Identifikasi profil wilayah
a. Identifikasi simpul-simpul wisata beserta masing-masing karakteristiknya
b. Identifikasi infrastruktur-pendukung langsung masing-masing simpul-simpul
wisata,termasuk kekuatan dan kelemahannya.
c. Identifikasi linkage antar masing-masing simpul wisata yang ada di dalam
wilayah kota Bima, termasuk linkage dengan simpul-simpul wisata di luar
kota Bima beserta kendala yang menyertainya.
d. Analisis SWOT, evaluasi dan penetapan rangking simpul-simpul wisata.
e. Rekomendasi Pembangunan Fisik, Kelembagaan dan Peran Serta,
Kebijakan daerah dalam pembangunan Pariwisata, Kebijakan daerah dalam
pembangunan sektor ekonomi, Karakteristik daerah (fisik lingkungan alam,
sosial ekonomi dan budaya), Produk wisata, Koordinasi lintas sektor serta
Karakteristik pasar dan pemasaran pariwisata
f. Perumusan kebijakan program dan Sasaran pembangunan pariwisata
g. Draft Peraturan Daerah/Peraturan Walikota Tentang RIPDA
3 Skenario Pembangunan
a. Perwilayahan Pembangunan destinasi pariwisata daerah
b. Pembangunan Daya Tarik Wisata
c. Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-6


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

d. Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata


e. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kepariwisataan
f. pembangunan investasi di bidang pariwisata.
4 Penetapan Sasaran Pembangunan Pariwisata

1.5 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN


Tahapan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah (RIPDA) Kota Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat meliputi
1. Koordinasi Awal Kegiatan
Kordinasi dilakukan segera setelah proses kontrak antara Pejabat Pembuat
Komitmen dengan mitra kerjasama selesai. Rapat akan diselenggarakan oleh
PPK, dengan agenda sebagai berikut:
a. Penjelasan lingkup tugas konsultan/mitra kerjasama
b. Penjelasan tahapan kegiatan yang harus dilaksanakan
c. Penjelasan deliniasi kawasan studi
d. Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan
e. Perkenalan tenaga ahli Tim Penyedia Jasa
f. Penjelasan sistem koordinasi antara mitra kerjasama dengan tim teknis
Pemerintah Daerah.
2. Penyusunan Laporan Pendahuluan
Segera setelah rapat koordinasi awal, tim tenaga ahli konsultan/mitra
kerjasama segera menyusun Laporan Pendahuluan serta bahan tayangan yang
akan disampaikan pada Rapat Laporan Pendahuluan yang setidaknya memuat
substansi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam indikator
keluaran
3. Workshop Pembahasan Laporan Pendahuluan
Tim tenaga ahli mitra kerjasama segera mengagendakan dan
menyelenggarakan Rapat Pendahuluan di daerah dengan mengundang seluruh
tim teknis. Dalam Workshop Laporan Pendahuluan tersebut harus disusun Berita
Acara Pembahasan Laporan Pendahuluan yang berisi kesepakatan terhadap
substansi Laporan Pendahuluan sebagaimana diatur dalam Indikator Keluaran

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-7


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

4. Pelaksanaan Survey oleh Tim Konsultan


Tim tenaga ahli konsultan/mitra kerjasama segera melaksanakan survey
lokasi sesuai dengan rencana survey yang telah ditetapkan pada pembahasan
Laporan Pendahuluan. Dalam pelaksanaan survey tim konsultan diharapkan
dapat mengidentifikasi potensi dan permasalahan serta factor pembatas
lingkungan sehingga menjadi acuan dalam scenario pembangunan pariwisata
daerah.
5. Pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD)
Tim tenaga ahli mitra kerjasama segera mengagendakan dan
menyelenggarakan Focus Group Discussion Pertama (FGD) dengan
mengundang tim teknis daerah dan seluruh pemangku kepentingan terkait di
daerah.
Dalam Focus Group Discussion Pertama (FGD) tersebut tim tenaga ahli
menyampaikan hasil survey awal lokasi untuk dapat dikonfirmasi oleh pihak
terkait serta mengidentifikasi sebanyak-banyaknya aspirasi daerah terkait
keterpaduan pembangunan di lokasi studi dari masing-masing pihak pemangku
kepentingan di daerah yang akan diselaraskan menggunakan perangkat berupa
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah.
Di akhir pelaksanaan Focus Group Discussion Pertama (FGD) wajib
disusun Berita Acara FGD yang ditandatangani bersama oleh peserta yang
memuat kesepakatan bersama sebagai berikut:
a. Pengesahan deliniasi kawasan studi oleh pihak berwenang Pemerintah
Daerah.
b. Identifikasi potensi dan permasalahan lokal kawasan serta penetapan visi
pembangunan pariwisata.
c. Draft Sistematika Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Daerah.
d. Penetapan daftar kegiatan serta lokasi pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata pada spot-spot kawasan yang prioritas.
6. Penyusunan Laporan Antara
Segera setelah dilaksanakannya survey lokasi dan Focus Group
Discussion Pertama (FGD), tim tenaga ahli mitra kerjasama segera menyusun
Laporan Antara serta bahan tayangan yang akan disampaikan pada Rapat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-8


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pembahasan Laporan Antara yang setidaknya memuat materi hasil pelaksanaan


survey dan hasil pembahasan serta kesepakatan Focus Group Discussion (FGD)
7. Rapat Pembahasan Laporan Antara
Sesuai dengan jadwal dan agenda yang telah disepakati, tim tenaga ahli
Mitra Kerjasama segera mengagendakan dan menyelenggarakan Rapat Laporan
Antara dengan mengundang tim teknis, serta unsur Pemerintah Daerah termasuk
diantaranya Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas terkait lainnya, unsur
kecamatan dan kelurahan, unsur masyarakat umum serta unsur
asosiasi/komunitas masyarakat yang terkait dengan Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah ini.
Pembahasan Laporan Antara diselenggarakan di daerah, Dalam rapat
pembahasan Laporan Antara tersebut tim tenaga ahli mitra kerjasama
menyampaikan hasil pelaksanaan survey dan hasil pembahasan serta
kesepakatan Focus Group Discussion Pertama (FGD) dalam bentuk Laporan
Antara.
Di akhir pelaksanaan Pembahasan Laporan Antara wajib disusun Berita
Acara Pembahasan Laporan Antara yang ditandatangani bersama oleh peserta
yang hadir. Notulensi tersebut pada intinya merupakan catatan, usulan, masukan
dan kesepakatan bersama hasil pemaparan Laporan Antara yang perlu
ditindaklanjuti oleh konsultan dalam rangka penyempurnaan Laporan Antara.
Segera setelah dilaksanakannya pembahasan Laporan Antara di daerah,
tim tenaga ahli konsultan segera memperbaiki substansi materi sesuai dengan
catatan, usulan, masukan dan kesepakatan bersama yang terjadi pada tahap
pembahasan Laporan Antara di daerah.
Setelah seluruh perbaikan selesai dilakukan, tim tenaga ahli mitra
kerjasama segera menyampaikan produk Laporan Antara yang telah diperbaiki
tersebut disertai dengan Berita Acara FGD dan Berita Acara Pembahasan
Laporan Antara kepada tim teknis untuk mendapat persetujuan.
8. Pelaksanaan Rapat Pembahasan Laporan Draft Akhir
Pada tahap ini tim tenaga ahli konsultan didampingi dengan tim teknis
menyampaikan paparan yang lengkap dan utuh mencakup keseluruhan materi
Dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPDA) dan
Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Rencana Induk Pembangunan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I-9


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pariwisata Daerah di hadapan kepala daerah (Bupati/Walikota) beserta


jajarannya.
Adapun hasil dari paparan ini ialah pernyataan tertulis disetujui atau
disetujui dengan catatan keseluruhan dokumen tersebut oleh kepala daerah
(Bupati/Walikota) yang dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Laporan
Draft Akhir dan ditandatangani bersama oleh kepala daerah (Bupati/Walikota),
Tim Teknis serta Tim Tenaga Ahli Mitra Kerjasama.

1.6 KELUARAN/OUTPUT PRODUK


Hasil dari kegiatan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah sesuai
dengan ketentuan yang termuat dalam Kerangka Acuan Kerja serta Berita Acara
Persetujuan Tim Teknis

1.7 SISTEMATIKA LAPORAN


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Dasar Hukum dan
Ruang lingkup pekerjaan, Tahapan Pelaksanaan Kegiatan, Out Laporan dan
Sistematika
BAB II TINJAUAN PERATURAN DAN KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN
WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini menguraikan tentang peraturan sebagai dasar penyusunan dan kebijakan dan
studi yang berkaitan dengan wilayah perencanaan.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum kawasan berdasarkan hasil
pengamatan awal pendahuluan dan studi literatur.
BAB IV PROFIL KEPARIWISATAAN
Bab ini menguraikan tentang profil kepariwisataan berdasarkan hasil pengamatan
dan studi literatur.
BAB V ANALISIS
Menguraikan analisis kebijakan, kewilayahan, kepariwisataan dan pasar serta
wisatawan
BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN PARIWISATA KOTA BIMA
Menguraikan konsep pembangunan, strategi dan program pembangunan pariwisata
Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA I - 10


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 RENCANA TATA RUANG


2.1.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL
Dalam PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi :
a. sistem perkotaan nasional
b. sistem jaringan transportasi nasional
c. sistem jaringan energi nasional
d. sistem jaringan telekomunikasi nasional
e. sistem jaringan sumber daya air
Hal yang perlu dicermati dalam kebijakan struktur ruang wilayah nasional
dalam penyusunan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima
adalah penetapan sistem perkotaan dan sistem jaringan transportasi nasional.
Dalam sistem perkotaan nasional, pusat Kegiatan Nasional di wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat ditetapkan berada di Mataram, sedangkan untuk Pusat
Kegiatan wilayah berada di Praya, Raba, dan Sumbawa Besar. Rencana struktur
Ruang Wilayah Nasional secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2. 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara


Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 1


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Sistem jaringan transportasi mencakup


1. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional (lihat
Tabel II.1), jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau,
dan penyeberangan.
2. Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan (dengan
simpul Pelabuhan Nasional Lembar, Bima dan Lombok) dan alur pelayaran.
3. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan
(Pusat Penyebaran Sekunder Bandar Udara Selaparang Mataram dan Pusat
Penyebaran Tersier Bandar Udara Muhammad Salahudin) dan ruang udara
untuk penerbangan.

Tabel 2. 1 Penetapan Rencana Jaringan Jalan Nasional

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 2


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 2 Penetapan Sistem Jaringan Jalan Nasional di Wilayah Provinsi Nusa


Tenggara Barat

A.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional


Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas kawasan lindung
nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional. Kawasan
Lindung diprovinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Suaka Marga Satwa Gunung
Tambora, Cagar Alam Tofo Kota Lambu, Cagar Alam Pulau Sangiang, Cagar
Alam Pulau Panjang, Cagar Alam Jereweh, Taman Nasional Gunung Rinjani,
Taman Hutan Raya Nuraksa, Taman Wisata Alam Bangko2, Taman Nasional
Tanjung Tampa, Taman Wisata Alam Danau Rawa Taliwang, Taman Wisata
Alam Laut Gili Meno, Gili Ayer, Gili Trawangan, Taman Wisata Alam Laut Pulau
Moyo, Taman Wisata Alam Laut Pulau Satonda, Taman Wisata Alam Laut Gili
Sulat dan Gili Lawang Taman Wisata Alam Laut Pulau Gili Banta, Taman Buru
Pulau Moyo. Penetapan Rencana Pola Ruang Provinsi NTB secara spesifik
dapat dilihat pada Gambar 2.3

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 3


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 3 Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional di Provinsi Nusa Tenggara


Barat

Hal lain yang perlu dicermati dalam arahan pola ruang provinsi NTB adalah
penetapan kawasan andalan dan kawasan strategis. Kawasan andalan di yang
ditetapkan di provinsi Nusa Tenggara Barat secara spesifik dapat dilihat pada Tabel
2.2

Tabel 2. 2 Penetapan Kawasan Andalan di Provinsi Nusa Tenggara Barat


No Kawasan Andalan Fungsi
1 Kawasan Lombok dan Sekitarnya Pertanian, Industri, Pariwisata,
Pertambangan dan Perikanan
2 Kawasan Bima Pertanian, Industri, Pariwisata
dan Perikanan
3 Kawasan Sumbawa dan sekitarnya Pertanian, Industri, Pariwisata,
Pertambangan dan Perikanan
4 Kawasan Andalan Laut Selat Lombok Perikanan laut dan pariwisata
Sumber: PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

Sedangkan untuk penetapan Kawasan Strategis Nasional yang ditetapkan di


provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Bima, Kawasan Taman Nasional Komodo dan Kawasan Gunung Rinjani.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 4


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

2.1.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


1. Struktur Ruang
Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah membentuk sistem
pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di
perdesaan dan perkotaan.
Sistem perkotaan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan
sebagai berikut:
PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan
sebagai PKN memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau melayani
beberapa provinsi. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai
PKN di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Mataram
PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan
sebagai PKW memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup provinsi atau beberapa
kabupaten. Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW
di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah di Praya, Sumbawa Besar, dan Raba.
Terdapat pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari dapat
ditetapkan sebagai PKW promosi (PKWp). Kawasan perkotaan yang
dipromosikan untuk berfungsi sebagai PKWp di Provinsi Nusa Tenggara Barat
adalah Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha.
PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Kawasan perkotaan yang diklasifikasikan sebagai
PKL berfungsi sebagai pusat pelayanan pada lingkup lokal, yaitu skala
kabupaten atau beberapa kecamatan. Kawasan perkotaan yang diarahkan
untuk berfungsi sebagai PKL di Provinsi Nusa Tenggara Barat yakni berada di
Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik,
Keruak, Labuhan Lombok, Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk,
Lenangguar, Labangka, Calabai, Kempo, Huu, Kilo, Kore, Oo, Sila, Tangga,
Wawo, Wera dan Sape.
2. Pola Ruang
Pola ruang wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi rencana
pengembangan kawasan lindung dan rencana pengembangan kawasan
budidaya. Rencana pola ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat secara
spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.5

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 5


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 4 Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 6


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 5 Rencana Pola Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 7


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

3. Kawasan Strategis
Kawasan Strategis merupakan kawasan yang didalamnya berlangsung
kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah
sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang Lainnya,
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1. Kawasan strategis dari kepentingan pertumbuhan ekonomi di provinsi Nusa
Tenggara Barat meliputi
a. Mataram Metro meliputi Kota Mataram, Kecamatan Batulayar, Kecamatan
Gunungsari, Kecamatan Lingsar, Kecamatan Narmada, Kecamatan Labuapi
dan Kecamaan Kediri dengan sektor unggulan perdagangan-jasa, industri
dan pariwisata
b. Senggigi-Tiga Gili (Air, Meno, dan Trawangan) dan sekitarnya di Kabupaten
Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan sektor unggulan
pariwisata, industri dan perikanan
c. Agropolitan Rasimas di Kabupaten Lombok Timur dengan sector unggulan
pertanian, industri, dan pariwisata
d. Kute dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Tengah, sebagian wilayah
Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Timur
dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan
e. Agroindustri Pototano berada di Kabupaten Sumbawa Barat dengan sektor
unggulan pertanian dan industri
f. Agropolitan Alas Utan berada di Kabupaten Sumbawa dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata
g. Lingkar Tambang Batu Hijau dan Dodo Rinti berada di Kabupaten Sumbawa
Barat dan Kabupaten Sumbawa dengan sektor unggulan pertambangan,
pertanian dan pariwisata
h. Teluk Saleh dan sekitarnya berada di Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten
Dompu masing-masing beserta wilayah perairannya dengan sektor unggulan
perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri
i. Agropolitan Manggalewa berada di Kabupaten Dompu dengan sektor
unggulan pertanian, perkebunan dan industri
j. Huu dan sekitarnya berada di Kabupaten Dompu dengan sector unggulan
pariwisata, industri, pertanian, dan perikanan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 8


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

k. Teluk Bima dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dan Kota Bima
dengan sektor unggulan perikanan, pariwisata dan industri
l. Waworada-Sape dan sekitarnya berada di Kabupaten Bima dengan sektor
unggulan perikanan, pariwisata dan industry

2. Kawasan strategis dari kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
meliputi:
a. Kawasan Ekosistem Puncak Ngengas Selalu Legini berada di Kabupaten
Sumbawa Barat dan Kabupaten Sumbawa
b. Kawasan Ekosistem Gunung Tambora berada di Kabupaten Dompu dan
Kabupaten Bima
c. Kawasan Ekosistem Hutan Parado berada di Kabupaten Dompu dan Bima
d. Kawasan Ekosistem Pulau Sangiang berada di Kabupaten Bima.

Rencana kawasan strategis di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat secara


spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.6

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 9


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 6 Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 10


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

2.1.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA


Kebijakan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bima
sesuai dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bima terdapat beberapa hal pokok yang ditetapkan sehubungan
dengan pengembangan struktur ruang dan pola ruang di wilayah kota seperti
terdapat pada Tabel 2.3
1. STRUKTUR RUANG
Pengembangan struktur ruang wilayah kota Bima meliputi penetapan pusat
pelayanan dan sistem jaringan prasarana wilayah
A. Pusat-pusat pelayanan wilayah kota meliputi :
a. Pusat pelayanan kota
Pusat pelayanan kota meliputi : pusat pelayanan Kota Bima di
Kecamatan Rasanae Barat, sebagian Kecamatan Asakota dan
sebagian Kecamatan Mpunda yang berfungsi sebagai pusat
perdagangan dan jasa skala nasional serta pariwisata skala
regional.
b. Sub pusat pelayanan kota
Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Mpunda yang meliputi
Kelurahan Penatoi, Kelurahan Sadia dan Kelurahan Sambinae dan
berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, administrasi umum,
dan pendidikan skala regional;
Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Raba yang meliputi
Kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan Rabadompu Timur, dan
Kelurahan Rabadompu Barat dan berfungsi sebagai pusat
kegiatan industri kecil dan kerajinan serta pusat pelayanan
kesehatan skala regional; dan
Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Oi Fo'o dan Kelurahan Nitu
Kecamatan Rasanae Timur yang berfungsi sebagai pusat
peruntukan industri.
c. Pusat lingkungan.
Kelurahan Jatiwangi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan
jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal;
Kelurahan Mande yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan
pusat perdagangan jasa skala regional;

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 11


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kelurahan Manggemaci yang berfungsi sebagai pusat perdagangan


dan jasa skala lokal serta sebagai pusat pelayanan umum;
Kelurahan Santi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan
jasa skala lokal;
Kelurahan Kodo dan sekitarnya yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, pusat
perdagangan dan jasa skala lokal, pusat pelayanan kesehatan skala
lokal, dan simpul transportasi skala lokal; dan
Kelurahan Kolo yang berfungsi sebagai pusat pariwisata bahari,
pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan
kesehatan skala lokal.

Rencana struktur ruang wilayah Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada
Gambar 2.7

Gambar 2. 7 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 12


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

B. Sistem Jaringan Prasarana Wilayah


Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kota meliputi:
a. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas pengembangan sistem
jaringan jalan, penanganan jalan, pengembangan jembatan,
pengembangan terminal, pengembangan sarana dan prasarana
angkutan umum. Rencana sistem jaringan jalan di Kota mencakup:
Pengembangan sistem jaringan jalan arteri primer yang
merupakan Jalan Negara, meliputi: Jalan Sultan Salahudin -
Jalan Martadinata, Jalan Soekarno Hatta - Jalan Ir. Sutami;
dan Jalan lintas Kumbe Sape.
Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor primer, meliputi:
Pengembangan Jalan Negara Jalan Sonco Tengge Kumbe.
Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder yang
merupakan jalan provinsi, meliputi: Jalan Gajah Mada, Jalan
Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan Lingkar
Pelabuhan dan Jalan Melayu- Kolo.
Pengembangan sistem jaringan jalan lokal primer yang
merupakan jalan Kota meliputi: Jalan Tongkol, Jalan Sulawesi
Jalan Flores, Jalan Patimura, Jalan Oi Foo, Jalan Penanae
Kendo, Jalan Nitu, Jalan Nungga, Jalan Dodu, Jalan Lelamase,
Jalan Ntobo.
Pengembangan sistem jaringan jalan lingkungan
dikembangkan pada tiap-tiap lingkungan.
Rencana penanganan jalan dilakukan melalui:
Pembangunan Jalan
1) pembangunan jalan di Kecamatan Rasanae Barat dan
Kecamatan Mpunda, meliputi:
Pembangunan jalan lingkar luar selatan (outer ring road)
yang menghubungkan Lingkungan Oi Niu Kelurahan
Dara Kelurahan Nitu Kelurahan Kumbe
Pembangunan jalan lingkar luar utara yang
menghubungkan Pelabuhan Laut Bima di Kelurahan
Tanjung Kedo Kelurahan Melayu Tolotongga

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 13


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kelurahan Melayu Kelurahan Jatiwangi Kelurahan


Santi
Pelebaran jalan di Sultan M. Salahuddin menjadi 2 (dua)
jalur mulai dari Perbatasan Kota Kabupaten Bima
sampai dengan Pelabuhan Laut Bima
Pembangunan jalan baru dari Lingkungan Oi Niu
Kelurahan Dara - Kelurahan Nitu Kelurahan Rontu;
Pembangunan jalan di sepanjang pesisir pantai (Coastal
road) mulai dari Lingkungan Amahami Bina Baru
Selatan Bina Baru Utara Pelabuhan Laut
Pembangunan jalan tembus dari belakang Markas
Brimob (area perumnas) sampai ke pertigaan sampang
(Sambinae Panggi) menyusuri kaki bukit sebelah
selatan
Pembangunan jalan tembus Sambinae Sadia
Pembangunan jalan tembus Panggi Mande
Lewirato; dan
Pembangunan jalan tembus mulai dari Jalan Gatot
Subroto Kelurahan Santi ke timur sampai di belakang
SMAN 4 Kelurahan Penatoi.
2) pembangunan jalan baru di Kecamatan Raba meliputi:
Pembangunan jalan tembus dari Rite ke Penanae;
Pembangunan jalan tembus NtoboWenggo
Penanae;dan
Pembangunan jalan mulai dari jalan Gajah Mada
Nggaro Kumbe.
Peningkatan jalan
1) peningkatan fungsi jaringan jalan Soncotengge Panggi
Rontu - Kumbe
2) peningkatan fungsi jaringan jalan Melayu Kolo
3) peningkatan jalan Nungga Lelamase
4) peningkatan jalan Jatibaru - Matakando
5) peningkatan jalan Toloweri Kabanta
6) peningkatan jalan Penanae

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 14


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

7) peningkatan jalan Jendral Sudirman (mulai dari Terminal


Dara persimpangan Sadia)
8) peningkatan jalan di Sabali Nungga.
Pemeliharaan jalan yang meliputi seluruh ruas jalan yang ada
di wilayah kota.
Rencana pengembangan terminal meliputi:
merelokasi terminal Dara dengan membangun terminal Type A
di area reklamasi pantai di lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara;
revitalisasi dan pengembangan Terminal Jatibaru untuk
mendukung pengembangan wilayah kota bagian Utara;
merelokasi terminal tipe C Kumbe ke Kelurahan Lampe untuk
mendukung pengembangan wilayah kota bagian Timur; dan
Mengembangkan terminal bongkar muat barang.

Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum mencakup:


Mempertahankan trayek angkutan dalam kota yang sudah ada
sekarang dan dengan menambah trayek angkutan dalam kota
yang baru sesuai dengan perubahan hierarki jalan dan
pemindahan lokasi terminal yang meliputi:
1) Trayek A: Oi Niu-Paruga-Tanjung Sarae -Melayu-Kolo
(PP)
2) Trayek B: Oi Niu-Tanjung Melayu -Jatiwangi-Jatibaru (PP)
3) Trayek C : Oi Niu Dara Tanjung - Paruga Jalan
Soekarno Hatta Jalan Ir. Sutami Lampe (PP)
4) Trayek D : Oi Niu Sambinae Panggi Rontu
Rabangodu Selatan Rabadompu Kumbe Lampe (PP)
5) Trayek E : Oi Niu Sambinae Sadia Santi
Matakando Jatibaru (PP)
6) Trayek F : Oi Niu Pelabuhan Nae Salama-
Monggonao - Penatoi Penaraga Rabadompu Kumbe
Lampe (PP)
7) Trayek G : Oi Niu Paruga Sarae Manggemaci
Sadia Rabangodu Selatan Rabadompu Kumbe
Lampe (PP)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 15


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

8) Trayek H : Oi Niu Sambinae Panggi Rontu Oi


Foo Kumbe Lampe (PP)
9) Trayek I : Oi Niu Tanjung Salama Karara
Penatoi Sadia Rontu Oi Foo Kumbe Lampe (PP).
Mengembangkan trayek angkutan yang keluar kota yang
meliputi:
1) Trayek Oi Niu Nitu Oi Foo - Kumbe Lampe (PP)
2) Trayek Lampe Nungga Lelamase (PP)
3) Trayek Oi Niu Tanjung Nae Salama Santi
Matakando Rite Ntobo Busu (PP)
4) Trayek Oi Niu Tanjung Nae Salama Santi Rite
Ntobo
5) Trayek Oi Niu Paruga Salama Karara Penatoi
Penaraga Penanae Kendo (PP).
Menyediakan halte-halte angkutan umum dalam kota
Sistem jaringan transportasi laut
Sistem jaringan transportasi laut meliputi:
tatanan pelabuhan terdiri dari:
1) tatanan pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan,
pengumpul, pelabuhan bongkar muat, dan pelabuhan rakyat
2) perluasan dan pengembangan pelabuhan bongkar muat
barang, dan pelabuhan rakyat di Kelurahan Tanjung
3) peningkatan kelengkapan prasarana dan sarana pelabuhan
laut, seperti pembangunan dan perluasan dermaga sandar,
revitalisasi fasilitas bongkar muat barang dan pergudangan,
serta sarana prasarana penunjang lainnya.
jalur pelayaran mencakup: pengembangan rute pelayaran
nasional dan regional yang, rute wisata, dan rute pelayaran
rakyat.

b. Rencana Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan


Rencana sistem jaringan energi terdiri atas:
Pembangkit tenaga listrik

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 16


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Oi Niu di Kelurahan


Dara
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Raba di Kelurahan
Monggonao
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bonto di Kelurahan
Kolo
Pengembangan bio-energi dengan memanfaatkan hasil olahan
sampah dan potensi tanaman jarak
Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
(PLTGL), pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Jaringan tenaga listrik
Pengembangan jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT)
mulai dari Bonto Kelurahan Kolo Kelurahan Jatiwangi
Kelurahan Matakando Kelurahan Rabadompu Barat -
Kelurahan Rabadompu Timur - Kelurahan Kodo - Kelurahan Oi
Foo sampai ke wilayah Kabupaten Bima
Pengembangan jaringan distribusi meliputi jaringan tegangan
menengah (JTM) di sepanjang jalan arteri dan jalan kolektor
dalam wilayah kota, serta jaringan tegangan rendah di seluruh
ruas jalan yang ada dalam wilayah kota
Pengembangan jaringan tegangan rendah (JTR) di sepanjang
jalan dalam wilayah kota
Pengembangan Gardu Induk di wilayah Kelurahan Rabadompu
Barat
Distribusi bahan bakar minyak dan gas.
Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan bahan bakar
minyak dan gas
Memelihara depo bahan bakar minyak dan gas di Kelurahan
Dara Kecamatan Rasanae Barat
Mempertahankan lokasi SPBU Amahami di Kelurahan Dara,
SPBU Taman Ria di Kelurahan Manggemaci,dan SPBU
Penatoi di Kelurahan Penatoi, serta mengembangkan SPBU
minyak dan gas yang baru di wilayah kota

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 17


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

c. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi pada kawasan permukiman dan
kegiatan perkotaan lainnya. Rencana sistem jaringan telekomunikasi
meliputi:
Peningkatan jaringan telepon kabel mencakup:
peningkatan kapasitas terpasang dan distribusi Sentral Telepon
Otomat (STO);
pengembangan telepon rumah dan telepon umum;
pengembangan distribusi jaringan sambungan telepon dari
STO ke pelanggan;
pengembangan jaringan baru di seluruh wilayah Kota; dan
pemasangan jaringan kabel telepon di bawah tanah yang
terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya
dalam kawasan perkotaan.

Peningkatan jaringan telepon nirkabel mencakup:


menata menara telekomunikasi dan BTS (Base Transceiver
Station) terpadu secara kolektif antar operator di seluruh
kecamatan yang lokasinya ditetapkan dengan Peraturan
Walikota;
mengembangkan teknologi telematika berbasis teknologi
modern pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan; dan
peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan
yang berbasis teknologi internet.

d. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Rencana sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:
Konservasi sumber daya air, dilakukan melalui: perlindungan dan
pelestarian sumber daya air, pengelolaan kualitas air, pengendalian
pencemaran air.
Pendayagunaan sumber daya air, dilakukan melalui penatagunaan,
penyediaan, penggunaan, dan pengembangan air baku.
Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 18


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pelayanan irigasi melayani areal pertanian yang ditetapkan


sebagai budidaya tanaman pangan berkelanjutan dan areal
pertanian hortikultura yang ditetapkan berdasarkan rencana
pola ruang
Pelayanan irigasi melayani Kelurahan Dodu, Kelurahan Lampe,
Kelurahan Kodo, Kelurahan Nungga, Kelurahan Kumbe,
Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Ntobo, Kelurahan
Rite, Kelurahan Jatibaru, Kelurahan Rabangodu Selatan,
Kelurahan Panggi
Pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektivitas
pengelolaan air pada sistem prasarana irigasi untuk
memelihara ketersediaan air.

e. Rencana Sistem Jaringan Persampahan


Pengembangan sistem jaringan persampahan dilakukan untuk
menanggulangi dan mengelola produksi sampah dari kegiatan
masyarakat kota. Pengelolaan dan penanggulangan sampah dilakukan
melalui:
Mewujudkan hirarki proses/prasarana pengelolaan sampah dari
rumah tangga kolektif kawasan terpusat;
Penerapan teknologi/sistem pemilahan sampah dengan cara :
Sistem pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan
sesuai dengan karakteristik sampah di wilayah pelayanan
sebelum sampah diangkut ke TPA
Penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah
dengan sasaran meminimalkan sampah masuk ke TPA
Pengelolaan sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan
sistem sanitary landfill
Pengembangan sistem terpusat pada daerah perkotaan tingkat
kepadatan tinggi dan pengembangan sistem individual atau
pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan
rendah
Memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola
melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 19


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pengelolaan sampah untuk dikembangkan menjadi energi


alternatif seperti gas metan maupun pupuk kompos
Pengembangan dan pengelolaan TPA So Mango Kodo, Kelurahan
Kodo Kecamatan Rasanae Timur seluas 8 Ha sampai dengan
beroperasinya TPA Regional di Kecamatan Woha Kabupaten Bima
Penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan
sampah.

f. Rencana sistem drainase


Rencana sistem jaringan drainase kota dilakukan untuk pengendalian
banjir dan genangan. Sistem jaringan drainase kota meliputi
Sistem jaringan drainase primer ditetapkan dalam rangka melayani
kawasan perkotaan dan terintegrasi dengan sungai.
Sistem jaringan drainase sekunder, tersier dan lokal menggunakan
sistem saluran samping jalan sejajar dengan pengembangan jaringan
jalan.
Pengembangan sistem jaringan drainase serta pengendalian banjir
dan genangan dilakukan melalui:
Penyediaan saluran drainase pada kawasan terbangun dan
kawasan rawan genangan
Pengembangan dan penataan sistem aliran Sungai Melayu,
Sungai Padolo, Sungai Romo sebagai saluran utama
Pengembangan sistem pengendalian banjir lintas kota-
kabupaten dari hilir-hulu di bawah koordinasi Balai Wilayah
Sungai (BWS) Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk sungai-
sungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah Kota
Normalisasi sungai di kawasan permukiman atau pusat
kegiatan dengan cara pengerukan pada sungai yang dangkal,
pelebaran sungai, serta pengamanan di kawasan sepanjang
sempadan sungai
Normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air
hujan maupun air limbah dengan memperlebar saluran
dan/atau memperdalam dasar saluran

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 20


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Membangun tanggul-tanggul beberapa sungai yang dekat


dengan permukiman penduduk sesuai tinggi elevasi yang
dianjurkan
Membatasi kegiatan budidaya terbangun pada hulu sungai
secara ketat
Pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan
permukiman padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan
mengikuti bentuk kontur alam
Menyediakan ruang yang memadai pada kanan-kiri saluran
drainase untuk kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran
secara berkala
Pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di kawasan
perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
industri, jalan-jalan utama, dan kawasan yang mempunyai lebar
jalan yang kecil
Pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan
permukiman dan di sepanjang jaringan jalan
Membangun sistem drainase tertutup dan terbuka pada kanan-
kiri jalan dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi
topografi setempat

g. Rencana Jalur Evakuasi Bencana


Rencana jalur evakuasi bencana dilakukan untuk tempat keselamatan
dan ruang berlindung jika terjadi bencana banjir, gelombang
pasang/tsunami dan abrasi pantai, dan gempa bumi. Rencana jalur
evakuasi bencana dilakukan melalui:
Pengaturan jalur-jalur evakuasi untuk menjauhi lokasi-lokasi
genangan dan bencana banjir yang melalui Jalan Jenderal Sudirman
(dari Terminal Dara menuju Dana Taraha) Jalan Pelita Sonco
Tengge Sambinae, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi, Jalan
Soekarno Hatta, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Sambinae, Jalan Ir.
Sutami serta jalur-jalur evakuasi yang mengarah ke utara melalui
Jalan Melayu - Kolo

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 21


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pengaturan jalur-jalur evakuasi bencana gelombang pasang/tsunami


dan abrasi pantai yang mengarah ke timur melalui Jalan Pelita Sonco
Tengge, Jalan Jenderal Sudirman Danataraha, Jalan Gatot Subroto,
dan jalan di sepanjang pesisir pantai
Pengaturan jalur-jalur evakuasi bencana gempa bumi pada setiap
ruas jalan di wilayah Kota

Gambar 2. 8 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kota Bima

2. POLA RUANG
Penetapan pola ruang wilayah kota Bima diwujudkan melalui :
a. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung
Kawasan hutan lindung; Kawasan hutan lindung sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a di wilayah kota berada pada
Kelompok Hutan Maria (RTK.25) di kecamatan Rasanae Timur seluas
323,80 Ha.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 22


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kawasan perlindungan setempat;


Kawasan sempadan sungai meliputi sungai besar dan sungai
kecil, yaitu Sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Nungga,
Sungai Kendo, Sungai Busu, Sungai Jatiwangi, dan Sungai
Romo, Sungai Padolo, Sungai Melayu;
Kawasan sempadan pantai berlokasi di Kelurahan Kolo,
Kelurahan Melayu, Kelurahan Tanjung, dan Kelurahan Dara;
dan
Kawasan sekitar mata air di wilayah Kota tersebar di beberapa
kecamatan antara lain di sumber mata air Temba Serinci I,
Temba Serinci II, Oi Wontu, Temba Ongge, Temba Rombo I,
Temba Rombo II, Oi Mbo I, Oi Mbo II, Mpangga, Naa I, Naa II,
dan Mata air Nungga.
Kawasan rawan bencana alam meliputi:
Kawasan rawan banjir terletak di sepanjang sungai Lampe,
Sungai Dodu, Sungai Kendo, Sungai Jatiwangi, Sungai Melayu,
Sungai Padolo, Sungai Romo dan wilayah pesisir sepanjang
pantai;
Kawasan rawan tsunami dan gelombang pasang terletak di
kawasan pantai bagian barat Kota;
Kawasan gempa bumi meliputi seluruh wilayah Kota; dan
Kawasan rawan longsor terletak di jalan Lampe lokasi Oimbo,
Rontu, Rite, Penatoi, Wenggo, PenanaE, dan Nungga.
Kawasan cagar budaya
Kawasan cagar budaya adalah seluas 25,35 Ha meliputi:
Kawasan cagar budaya Istana Kesultanan Bima (Museum Asi
Mbojo) di Kelurahan Paruga
Kawasan cagar budaya Makam Datuk Dibanta Tolobali
Kelurahan Sarae
Kawasan cagar budaya Kompleks Danataraha Kelurahan Dara
Rencana pengelolaan kawasan cagar budaya dilakukan melalui:
mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan cagar
budaya melalui kegiatan konservasi bangunan dan lingkungan;
dan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 23


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

pembangunan infrastruktur pendukung di sekitar kawasan


cagar budaya.
RTH.
Pengembangan kawasan RTH di Kota Bima direncanakan kurang
lebih 3.859,26 hektar mencakup :
RTH taman Kelurahan : 18,59 hektar
RTH taman Kecamatan : 19,36 hektar
RTH taman kota : 187, 2 hektar
RTH sempadan sungai : 584,53 hektar
RTH sempadan/median jalan : 127,13 hektar
RTH sempadan pantai : 250 hektar
Hutan kota : 1250 hektar
RTH lapangan : 31, 4 hektar
TPU : 42,18 hektar
Jalur Hijau : 58,73 hektar
RTH lahan pertanian berkelanjutan : 2.253 hektar
RTH perbukitan/areal perkebunan : 3.632 hektar

b. Rencana pengembangan kawasan budidaya.


Pengembangan kawasan budidaya di Kota Bima meliputi Kawasan
peruntukan hutan produksi, Kawasan peruntukan permukiman, Kawasan
peruntukan perdagangan dan jasa, Kawasan peruntukan perkantoran,
Kawasan peruntukan industri, Kawasan peruntukan pariwisata, Kawasan
peruntukan sektor informal, Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau,
Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana, Kawasan peruntukan
pendidikan, Kawasan peruntukan kesehatan, Kawasan peruntukan
peribadatan, Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan, Kawasan
peruntukan pertanian, Kawasan peruntukan perikanan, Kawasan
peruntukan pertambangan.
Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan ruang kegiatan pariwisata baik nasional, regional,
dan local. Kawasan peruntukan pariwisata mencakup
Kawasan peruntukan pariwisata pantai dilakukan di pesisir pantai
Niu sampai Amahami Kelurahan Dara, Pantai Elu So Nggela

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 24


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto Kolo So Ati Kelurahan


Kolo dengan luas kawasan kurang lebih 72 Ha
Kawasan peruntukan pariwisata belanja khususnya produk
kerajinan, dilakukan di Kelurahan Ntobo, Kelurahan Rabadompu
Timur dan Kelurahan Nitu
Kawasan peruntukan pariwisata budaya dilakukan di Kelurahan
Paruga, Kelurahan Sarae, Kelurahan Nitu, Kelurahan Ntobo dan
Kelurahan Melayu
Kawasan peruntukan pariwisata religi dilakukan di Kelurahan
Paruga dan Kelurahan Pane
Kawasan peruntukan pariwisata kuliner, dilakukan di Kelurahan
Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan Sadia, dan Kelurahan
Manggemaci

Pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui:


Penataan kawasan pariwisata di Kota
Reklamasi terbatas pantai Niu-Amahami untuk pengembangan
kawasan pariwisata
Mempertahankan budaya lokal dan bangunan bersejarah yang ada
Mengembangkan kampung wisata di Kelurahan Ntobo dan Kelurahan
Nitu
Pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di Kota melalui
pengadaan sarana promosi dan sistem informasi pariwisata, pameran,
pentas seni, festival budaya, serta acara kepariwisataan lainnya
Pengembangan program paket-paket pariwisata yang sudah ada dan
yang akan dikembangkan di kota
Membangkitkan industri pariwisata di Kota dalam upaya menarik
investor
Pembangunan infrastuktur pendukung untuk mempermudah
jangkauan terhadap destinasi pariwisata
Penyusunan Rencana Induk Pariwisata dan DED (Detail Engineering
Design) untuk kawasan pariwisata

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 25


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Rencana Pola Ruang Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar
2.9 berikut ini

Gambar 2. 9 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Bima

c. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kota.


Pengembangan Kawasan Strategis di wilayah Kota Bima meliputi:
Kawasan strategis nasional; Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu (KAPET) Bima
Kawasan strategis provinsi; Kawasan Teluk Bima dan sekitarnya
Kawasan strategis kota meliputi :
Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi
1) Kawasan Pantai Teluk Bima yang meliputi Pantai
Amahami Niu di Kelurahan Dara, Pantai Ule Songgela
Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto So Ati Kelurahan
Kolo dengan sektor unggulan pariwisata
2) Kawasan Pasar Raya yang meliputi di Kelurahan Sarae,
Kelurahan Tanjung, Kelurahan Dara, dan Kelurahan Paruga
dengan sektor unggulan perdagangan dan jasa; dan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 26


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

3) Kawasan Oi Foo yang meliputi Kelurahan Oi Foo,


Kelurahan Nitu, dan Kelurahan Rontu dengan sektor
unggulan industri dan pertambangan.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya
Kawasan Asi Mbojo dan sekitarnya meliputi Kelurahan Paruga,
Kelurahan Sarae, Kelurahan Melayu, dan Kelurahan Dara
Kawasan strategis kota dari sudut kepentingan lingkungan
Kawasan Hutan Maria di Kelurahan Lampe dan Kawasan
Nanga Nae Kapenta di Kelurahan Jatibaru dan Kelurahan Kolo
yang berfungsi konservasi.

Rencana pengembangan kawasan strategis kota bima secara spesifik


dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2. 10 Rencana Kawasan Strategis Kota Bima

2.1.4 RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan
rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 27


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian


rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan
lingkungan/kawasan.
Kegiatan penyusunan RTBL Kawasan Istana Kesultanan Bima yang di
fasilitasi oleh kementerian PU, ditetapkan visi pengembangan sebagai
berikut
Mewujudkan Kawasan Istana Kesultanan Bima sebagai kawasan wisata
budaya dan wisata pantai yang produktif, aman, berkelanjutan dan berjati diri Kota
Bimaguna menuju masyarakat maju dan mandiri
Dari visi tersebut diatas, ditetapkan beberapa scenario pengembangan
antara lain sebagai berikut:
Membentuk koridor perdagangan dan jasa sepanjang ruas jalan kolektor
sekunder dan arteri sekunder dengan membagi blok blok yang dapat
dikembangkan secara intensif menuju kawasan istana.
Mengembangkan ruas jalan arteri Primer (Soekarno Hatta dan Jl. Sultan
Salahudin) dengan lebar 20 m dan mempertahankan kolektor sekunder
seperti saat ini . Kondisi ini merupakan penyesuaian dari RTRW Kota Bima
dimana pada kolektor sekunder kondisi di lapangan tidak memungkinkan
untuk dilakukan pelebaran karena tidak adanya lahan.
Mengembangkan jalan lingkungan minimal 3 (tiga) meter) atau paling tidak
dapat di lalui oleh kendaraan pemadam kebakaran.
Mengembangkan komponen lansekap / taman yang terpadu pada
setiap pembangunan fisik, sebagai bentuk nyata pembangunan kota
yang bernuasa pedesaan yang alami.
Menciptakan kawasan Amahami sebagai urban amenity baru di
kawasan perencanaan melalui disain figure ground, urban struktur,
rencana landuse (tata guna lahan makro) dan space use (tata guna
lahan mikro), mengembangkan citra kawasan dengan mengembangkan
distrik dan memperkuat landmark, memperkuat simpul dan edge, disain
ruang terbuka, street furniture.
Menciptakan kawasan sekitar istana Bima sebagai etalse kota Bima
berlanggam adat istana Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 28


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Menciptakan ruang publik baru baik yang berupa square maupun linier
space dalam bentuk pedesterian environment tema perdagangan dan
jasa dalam taman lebih dapat dinikmati oleh pejalan kaki.
Menciptakan kawasan perdagangan dan jasa sebagai festifal market
place. Selain retail space sepanjang urban coridoor dapat dinikmati
eksebisi seni, makanan tradisional.
Mengembangkan daerah pinggiran pantai untuk kepentingan umum
seperti rekreasi, restoran dsb.
Meningkatkan dan merealisasikan pengembangan fungsi kegiatan
perdagangan dan jasa bernilai strategis agar dapat mendatangkan
tumbuhnya fungsi kegiatan ekonomi kawasan.
Merealisasikan pembangunan pusat pusat kegiatan yang akan menjadi
pusat orientasi pengembangan fisik kawasan perencanaan khususnya di
lingkungan permukiman.
Merealisasikan pembangunan jaringan jalan baru yang mendorong
terbentuknya struktur tata ruang kawasan yang sesuai dengan karakter
lingkungan, dan membentuk suatu lingkage antara kawasan
perencanaan dengan wilayah sekitarnya

Kebijakan penataan yang tertuang dalam RTBL Kawasan Istana


Kesultanan Bima secara spesifik dapat dilihat pada Gambar

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 29


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 11 Rencana Peruntukan Lahan Kawasan Sekitar Kesultanan Bima

Gambar 2. 12 Rencana Sistem Sirkulasi dan Jaringan Jalan Kawasan Sekitar


Kesultanan Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 30


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 13 Rencana Penetapan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Sekitar


Kesultanan Bima

Gambar 2. 14 Rencana Penataan Sistem Jaringan Drainase Kawasan Sekitar


Kesultanan Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 31


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

2.2 RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS


RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan
permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya
pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota,
RPKPP merupakan rencana sektor bidang permukiman dan infrastruktur bidang cipta
karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dan dengan kedalaman
rencana teknis yang dituangkan dalam peta skala 1:5.000 dan 1:1.000. RPKPP ini
merupakan penjabaran dari SPPIP untuk kawasan permukiman prioritas dengan
tetap mengacu pada arah pengembangan kota untuk bidang permukiman dan
infrastruktur permukiman perkotaan.
Penetapan zona penanganan permukiman prioritas secara spesifik dapat
dilihat pada Gambar 2.15

Gambar 2. 15 Penetapan Zonasi Penanganan Permukiman Prioritas Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 32


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Dari peta zonasi yang ditetapkan, wilayah yang terkait langsung dengan
kegiatan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kota Bima adalah Zona
KB1 yang memiliki fungsi dan visi pengembangan yaitu Kawasan Rekreasi dan
Wisata Air meliputi Pantai Niu hingga Amahami di Kelurahan Dara. Prioritas
penanganan pada Zona KB1 secara spesifik dapat dilihat pada Gambar 2.16

Gambar 2. 16 Rencana Penanganan Kawasan Prioritas Pada Zona KB1

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 33


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Indikasi program yang ditetapkan di wilayah zona KB1 secara spesifik dapat
dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3 Indikasi Program Penanganan Permukiman Prioritas Pada Zona KB1
Program Sumber
Program Kegiatan Pelaku
Penanganan Pendanaan
1. Pengembangan Jalan Lingkungan Pembangunan Jalan Pemkot APBD II
Permukiman Lingkungan/Gang Baru Bima
Aspal/Hotmix Jalan Kem. PU APBN/APBD
Lingkungan DJCK
Rehab Jembatan Pemkot APBD II
Bima
Drainase Perbaikan Drainase Kem. PU APBN/APBD
Lingkungan Lingkungan DJCK
Pengembangan Pembangunan MCK Pemkot APBD II
MCK Bima
Pembangunan Gapura Batas Pemkot APBD II
sarana dan Lingkungan Bima
prasarana
pendukung
permukiman
Pengelolaan Pembuatan TPS / Bak Pemkot APBD II
Sampah Sampah Bima
2. Pengelolaan Air Pelayanan Air Pengeboran Kem. PU APBN /
Minum Minum (Penyediaan Air DJCK APBD
Minum)
Rehab Sumur Pemkot APBD II
Bima
Sumber: Dokumen RPKPP Tahun 2012

2.3 RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL


Dalam PP No 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional, Provinsi Nusa Tenggara Barat ditetapkan 2 (dua) Destinasi
Pariwisata Nasional yang didalamnya terdapat 9 (Sembilan) Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional seperti diuraikan pada Tabel berikut

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 34


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tabel 2. 4 Penetapan Lokasi DPN dan KPPN Di Provinsi Nusa Tenggara Barat
No Destinasi Kawasan Pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata Pariwisata Nasional Pariwisata Nasional
Nasional
1 DPN Lombok KPPN Rinjani dan sekitarnya
Gili Trimena dan KPPN Gili Trimena dan
sekitarnya sekitarnya
KPPN Mataram kota dan
sekitarnya
KPPN Pantai Selatan dan
sekitar Lombok
KPPN Praya Sade dan
sekitarnya
KPPN Sumbawa Barat dan
sekitarnya
2 DPN Moyo KPPN Moyo dan sekitarnya KSPN Moyo dan sekitarnya
Tambora dan KPPN Tambora dan sekitarnya KSPN Tambora dan
sekitarnya sekitarnya
KPPN Bima dan sekitarnya
Sumber: RIPNAS 2011

Penetapan lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara Barat secara
spesifik dapat dilihat pada Gambar

Gambar 2. 17 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN Di Seluruh Wilayah NKRI

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 35


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 18 Penetapan Lokasi DPN, KPPN dan KSPN di Provinsi Nusa Tenggara
Barat

2.4 RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI NUSA


TENGGARA BARAT TAHUN 2013-2028 (PERDA PROVINSI NTB NO 7 TAHUN
2013)
Dalam Perda NTB No 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013-2028 ditetapkan 11 (sebelas)
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) antara lain sebagai berikut :
1. pengembangan KSPD Mataram dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Kota
Mataram, Islamic Center, Loang Baloq, Taman Mayura, Sekarbela, Banyumulek,
Taman Narmada, Suranadi dan Lingsar sebagai kawasan wisata budaya, religi,
kuliner, belanja dan MICE;
2. pengembangan KSPD Senggigi - Tiga Gili dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Batulayar, Batu Bolong, Senggigi, Tiga Gili, Sindang Gila, Senaru, Dusun

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 36


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tradisional Segenter sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga
berbasis bahari, budaya, religi dan kuliner;
3. pengembangan KSPD Kuta Mandalika dan sekitarnya meliputi kawasan wisata Gili
Gede, Gili Nanggu, Bangko- Bangko, Selong Blanak, Sade, Kute, Gili Indah
sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, dan
budaya;
4. pengembangan KSPD Rasimas-Sembalundan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Benang Stokel, Gili Sulat, Sembalun, Gunung Rinjani, Otak Kokoq sebagai
kawasan wisata agro, pegunungan dan kuliner;
5. pengembangan KSPD Alasutan dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Agrotamasa, Pulau Bedil, Pulau Bungin, sebagai kawasan wisata pantai, agro,
budaya, dan kuliner;
6. pengembangan KSPD Pototano-Malukdan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Pototano dan Maluk sebagai kawasan wisata pantai, olah raga berbasis bahari,
budaya, dan kuliner;
7. pengembangan KSPD Batu Hijau- Dodorinti dan sekitarnya meliputi kawasan
wisata Batu hijau dan Dodorinti sebagai kawasan wisata pegunungan, tambang,
budaya, dan kuliner;
8. pengembangan KSPD SAMOTA (Teluk Saleh-Moyo-Tambora) dan sekitarnya
meliputi kawasan wisata Aibari, Moyo, Batubulan, Tambora dan Teluk Saleh
sebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga berbasis bahari, budaya,
kuliner dan wisata pegunungan;
9. pengembangan KSPD Huu dan sekitarnya sebagai kawasan wisata pantai, bawah
laut, olah raga berbasis bahari, dan kuliner;
10. pengembangan KSPD Teluk Bima dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Lawata, Amahami, Kota Bima sebagai kawasan wisata pantai, olah raga
berbasis bahari, budaya, dan kuliner;
11. pengembangan KSPD Waworada-Sape dan sekitarnya meliputi kawasan wisata
Waworada, Sapedan Wanesebagai kawasan wisata pantai, bawah laut, olah raga
berbasis bahari, dan kuliner;

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 37


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 2. 19 KSPD di Pulau Sumbawa

Gambar 2. 20 KSPD Teluk Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 38


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Nusa Tenggara


Barat 2013-2028 juga ditetapkan indikasi dan pentahapan program pengembangan
pariwisata yang dijabarkan pada tabel berikut ini

Tabel 2. 5 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata Daerah


No Tahapan Uraian
1 Tahap I a. mengembangkan diversifikasi atau keragaman Daya Tarik Wisata
(Tahun 2014-2018) dalam berbagai tema terkait yang kreatif dan inovatif;
b. memperkuat upaya konservasi sumber daya Wisata dan
lingkungan;
c. meningkatkanpemahaman,dukungan dan partisipasi masyarakat
sadar Wisata dalam mewujudkan sapta pesona bagi terciptanya
iklim kondusif Kepariwisataan;
d. mengembangkan model-model promosi dan pemasaran
Kepariwisataan dalam memperluas jaringan pasar, baik pasar
Wisatawan nusantara maupun Wisatawan mancanegara;
e. mengembangkan fasilitasi, regulasi, insentif dan disinsentif untuk
pengembangan usaha Pariwisata; dan
f. optimalisasi kemitraan usaha Pariwisata antara Pemerintah Daerah,
Pemerintah Kabupaten /Kota, swasta dan masyarakat.
2 Tahap II a. mengembangkan inovasi dan kapasitas Daya Tarik Wisata untuk
(Tahun 2019-2023) mendorong akselerasi perkembangan kawasan PariwisataDaerah;
b. meningkatkan kualitas dan kuantitas moda, sarana prasana, dan
sistem transportasi darat, udara dan perkeretaapian sekaligus
pengembangan sistem transportasi multimoda dan antarmoda yang
aman, nyaman, lancar dan berbudaya;
c. mengembangkan paket Wisata terpadu antar obyek dan antar
daerah yang didukung oleh meningkatnya dukungan sektorlain
(perhubungan, pendidikan, perdagangan, jasa,pertanian, industri,
perhotelan) terhadap sektor Pariwisata;
d. meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam Kepariwisataan untuk
mendorong kesejahteraan masyarakat melalui Kepariwisataan;
e. mengembangkan citra Kepariwisataan Daerah sebagai Destinasi
Pariwisata yang aman, nyaman dan berdaya saing;
f. meningkatkan kapasitas/skill serta produk layanan usaha ekonomi
masyarakat di bidang Pariwisata; dan
g. standarisasi dan sertifikasi Sumber Daya Manusia dan Industri di

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 39


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

bidang Pariwisata.
3 Tahap III a. terwujudnya tujuan Wisata yang inovatif, aman, nyaman, menarik,
(Tahun 2024-2028) mudah dicapai, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu
meningkatkan pendapatan Daerah dan kesejahteraan masyarakat;
b. terwujudnya pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan Wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara;
c. terwujudnya industry Pariwisata yang berdaya saing, kredibel,
mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab
atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan sosial
budaya;
d. terwujudnya organisasi Pemerintah Daerah, Pemerintah
Kabupaten/Kota, swasta, dan masyarakat, berkembangnya
Sumber Daya Manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang
efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya
Kepariwisataan yang berkelanjutan;
e. terwujudnya masyarakat sadar Wisata untuk mendukung
tercapainya Sapta Pesona;dan
f. terwujudnya Daerah sebagai daerah tujuan Wisata berbasis
budaya terkemuka di Asia Tenggara yang mempunyai ciri khas dan
kekhususan daerah dengan keanekaragaman Daya Tarik Wisata
dan budaya.
Sumber : RIPPDA Provinsi NTB 2013-2028

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA II - 40


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BIMA

Secara geografis Kota Bima terletak di Pulau Sumbawa Bagian Timur yang
terletak antara 118o41 - 118o48 Bujur Timur dan 08o30 - 08o20 Lintang Selatan.
Secara administratif Kota Bima memiliki luas wilayah 222,25 km2 terdiri dari 5
kecamatan dan 38 kelurahan (Tabel 2.1), dengan batasbatas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi
Sebelah Timur : Kecamatan Wawo
Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo
Sebelah Barat : Teluk Bima
Keterangan selengkapnya mengenai batas administratif Kota Bima terlihat pada
Gambar 3.1.

Gambar 3. 1 Batas Administrasi Wilayah Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 1


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tabel 3. 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan-Kelurahan di Kota Bima

Sumber: Bappeko Bima, 2012

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 2


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

1. Kondisi Fisiografi Wilayah


a. Topografi

Topografi merupakan gambaran mengenai bentuk morfologi yang mencakup


ketinggian dan kemiringan atau kelerengan sebuah wilayah. Kondisi fisik
topografi secara spesifik akan mempengaruhi daya dukung dan daya tampung
dalam penentuan fungsi kawasan, peruntukan lahan serta penempatan
prasarana dan sarana wilayah. Kondisi topografi di wilayah Kota Bima secara
spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima

Sumber: BPS Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 3


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 3. 2 Kondisi Topografi Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012)

b. Kelerengan

Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0 2%


yaitu sebesar 42,54% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 3 15%
mempunyai luas 22,99% dari luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan
16 40% seluas 20,87% dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar
13,60%, sedangkan kemiringan tanah lebih dari 40% mempunyai luas terkecil
yaitu kurang lebih 13,61 %. Kondisi topografi Kota Bima secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 3.3

Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Wilayah Kota Bima

Sumber: Bappeko Bima, 2012

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 4


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

c. Kedalaman Efektif Tanah

Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara 30-60 cm, yakni
sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran terbesar di Kecamatan Rasanae Timur,
Asakota dan Raba. Sedangka kedalaman efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16
Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar
di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, Rasanae Barat 84,80 Ha, Mpunda
296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan Rasanae
Timur dengan luas 811,00 Ha. Kondisi kedalaman efektif tanah di wilayah Kota
Bima secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3. 4 Kedalaman Efektif Tanah di Wilayah Kota Bima

Sumber: Bappeko Bima, 2012

d. Geologi

Kota Bima memili kondisi dan struktur geologi terdiri dari jenis tanah
alluviual seluas 3.179,16 Ha, batu gamping 3.154,96 Ha, batuan gunung api tua
154,97 Ha, dan batuan hasil gunung api tua seluas 14.400,90 Ha.
Dengan kondisi geologi yang demikian, Kota Bima memiliki tingkat
kestabilan lereng dan pondasi yang tinggi, tingkat erosi rendah, dan resapan air
tanah dangkal relatif besar sehingga memiliki daya dukung lahan yang baik
terhadap beban kegiatan yang ada diatasnya. Kondisi geologi Kota Bima secara
spesifik dapat dilihat pada Gambar 3.3

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 5


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 3. 3 Kondisi Geologi di Wilayah Kota Bima (Bappeko Bima, 2012)

e. Geomorpologi

Secara fisiografi wilayah Kota Bima dan sekitarnya termasuk dalam Busur
Gunungapi Nusa Tenggara yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah
Timur dan Busur Banda sebelah Barat. Busur tersebut terbentang mulai dari
Pulau Jawa ke Nusa Tenggara yang selanjutnya melengkung mengitari Samudra
Indonesia (Sembiring, dkk, 1993). Wilayah Bima dan sekitarnya secara
geomorfologi berdasarkan morfometri dan morfogenesa, dapat dibedakan
menjadi 4 satuan geomorfologi, yaitu:
a. Satuan geomorfologi dataran fluvial

Di daerah Kota Bima ini terhampar diantara perbukitan disekitarnya dan Teluk
Bima yang terletak di tengah-tengah daerah Kota Bima memanjang dari Barat
ke Timur melalui celah antara Dora Pokah dengan Doro Kolo. Satuan
geomorfologi ini menempati 20% dari daerah Kota Bima, yang terhampar
luas pada bagian utara dan bagian selatan lokasi Kota Bima. Satuan
geomorfologi dataran fluvial, meliputi: daerah Jatibaru, Sadia, Sambinae,
Monggonao, Paruga, Nae, Santi, Penatoi, Penaraga, Raba Ngodu, Raba

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 6


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Dompu, Kumbe, Sadia, Kendo, Tato, Lampe, dan sekitarnya. Satuan


geomorfologi dataran fluvial ini memiliki nilai beda tinggi rata rata 3 meter
dan kemiringan lereng rata rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari satuan
geomorfologi ini adalah pasir dan lempung. Tata guna lahan umumnya
dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman, dan pertanian.
b. Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Pantai

Satuan geomorfologi ini menempati 10% dari daerah Kota Bima, yang
terhampar luas pada bagian barat Kota Bima. Satuan geomorfologi dataran
endapan pantai, meliputi: daerah Tanjung, Melayu dan sekitarnya. Satuan
geomorfologi dataran endapan pantai ini memiliki nilai beda tinggi rata rata 2
meter dan kemiringan lereng rata rata sebesar 2%. Litologi penyusun dari
satuan geomorfologi ini adalah pasir. Tata guna lahan umumnya
dimanfaatkan sebagai: daerah pemukiman.
c. Satuan geomorfologi bergelombang lemah denudasional

Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua, batuan sedimen dan


setempat-setempat oleh batugamping koral. Satuan geomorfologi ini
menempati 30% dari daerah Kota Bima, yang terhampar luas pada bagian
tengah lokasi Kota Bima. Satuan geomorfologi bergelombang lemah
denudasional, meliputi: daerah Doro Oiombo, Doro Oisi,i, Doro Jati Oiifoo,
Nitu dan sekitarnya. memiliki nilai beda tinggi rata rata 42 meter dan
kemiringan lereng rata rata sebesar 6 %. Litologi penyusun dari satuan
geomorfologi ini adalah batugamping dan batupasir. Tata guna lahan
umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan perkebunan.
d. Satuan geomorfologi bergelombang lemahkuat vulkanik

Disusun oleh batuan hasil gunungapi tua berupa breksi, lava, tuf dan batuan
beku terobosan. Satuan geomorfologi ini menempati 40% dari daerah Kota
Bima, yang terhampar luas pada bagian tengah dan bagian selatan lokasi
Kota Bima. satuan geomorfologi bergelombang lemahkuat vulkanik, meliputi:
daerah Doro Kolo, Doro Lewamori, Doro Lalepa, Doro Londa dan sekitarnya.
Memiliki nilai beda tinggi rata rata 75 meter dan kemiringan lereng rata
rata sebesar 13 %. Litologi penyusun dari satuan geomorfologi ini adalah
andesit dan tuf. Tata guna lahan umumnya dimanfaatkan sebagai: lahan
perkebunan.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 7


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kondisi geomorfologi Kota Bima secara spesifik dapat di lihat pada Gambar
3.4

Gambar 3. 4 Kondisi Geomorpologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012)

f. Hidrologi

Kota Bima dilalui oleh 3 Sungai besar yaitu: Sungai Padolo, Sungai Romo,
Sungai Jatiwangi/Melayu sehingga memiliki potensi air permukaan yang cukup
baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Adapun sungai yang
mengairi daerah irigasi sebagai ditunjukan dalam tabel 3.5

Tabel 3. 5 Sistem Jaringan Irigasi di Wilayah Kota Bima

Sumber: Bappeko Bima, 2012

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 8


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 3. 5 Kondisi Hidrologi Kota Bima (Bappeko Bima, 2012)

g. Klimatologi

Wilayah Kota Bima beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pada tahun 2012
sebesar 92,1 mm/th, di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari
yaitu 187,7 mm dan terendah pada bulan Agustus dan September, yaitu 0,0 mm.
Jumlah hari hujan selama tahun 2012 tercatat 139 hari dengan jumlah hari hujan
terbanyak pada bulan Maret yaitu 26 hari dan terendah pada bulan Agustus dan
September dimana tidak terdapat hari hujan.
Kelembaban udara rata-rata pada tahun 2012 sebesar 80%, tertinggi 87% pada
bulan Januari dan terendah 72% pada bulan September dan Oktober.
Temperatur berkisar pada interval antara suhu minimal 20,8oC pada bulan
Agustus dan suhu maksimum 35,1oC pada bulan Nopember, dengan rata-rata
suhu 26,40C

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 9


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tabel 3. 6 Kondisi Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kota Bima

Tabel 3. 7 Kondisi Suhu Udan dan Kelembaban Kota Bima

2. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian makro kawasan disuatu kota dapat dicermati melalui


indikator perekonomian yang tertuang dalam Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Besaran PDRB secara nominal yang dihasilkan Pemerintah Kota Bima
pada tahun 2012 dihitung atas dasar harga berlaku (current price) adalah sebesar
Rp. 1.250,380 milyar. Dalam kurun lima tahun terakhir, jumlah PDRB yang
dihasilkan tersebut meningkat. Berdasarkan hasil penghitungan PDRB atas dasar
harga konstan tersebut dapat diketahui pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 10


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

tahun 2012 adalah sebesar 5,82 persen. Angka pertumbuhan tersebut mengalami
peningkatan dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun 2011 sebesar 5,33 persen.

Tabel 3. 8 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bima Dalam Kurun 5 Tahun

Dari data BPS Kota Bima tahun 2012, Kondisi ekonomi makro kota Bima yang

diamati dari nilai pertumbuhan 9 sektor dan subsector secara spesifik dapat dilihat
pada Tabel

Tabel 3. 9 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas
Dasar Harga Berlaku (ADHB)

Tabel 3. 10 Pertumbuhan 9 Sektor PDRB Kota Bima dalam 5 Tahun Terakhir Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 11


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

3. Kondisi Demografi
Aspek kependudukan merupakan faktor penting yang digunakan untuk
mengetahui gambaran demografi yang akan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan utama dalam memprediksi kebutuhan ruang dan kecenderungan
pengembangan kawasan. Kondisi kependudukan yang akan diuraikan pada
subbab ini meliputi jumlah penduduk, dan komposisi penduduk.
a. JUMLAH PENDUDUK
Jumlah penduduk di Kota Bima pada tahun 2012 mencapai 146.308 Jiwa,
distribusi penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan secara spesifik
dapat dilihat pada Tabel 3.11

Tabel 3. 11 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Jenis Kelamin

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa wilayah dengan jumlah penduduk
tertinggi di kota Bima terdapat diwilayah Kecamatan Raba dengan jumlah
penduduk mencapai 35.755 jiwa.

b. KOMPOSISI PENDUDUK
KELOMPOK UMUR
Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Bima yang berada
pada usia produktif (15-64 tahun) berjumlah 97.033 jiwa atau 66,32 %. Dari
jumlah tersebut, proporsi perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu 50.061
jiwa (51,59%) berbanding 46.972 jiwa (48,41%). Kelompok usia muda (0-
14 tahun) berjumlah 42.563 jiwa atau 29,09 % dan kelompok usia non
produktif (65 tahun ke atas) berjumlah 6.711 jiwa atau 4,59 %. Komposisi
penduduk menurut kelompok umur secara spesifik dapat dilihat pada Tabel

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 12


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tabel 3. 12 Komposisi Penduduk Kota Bima Tahun 2012

Gambar 3. 6 Cohort Penduduk Kota Bima

KELOMPOK AGAMA
Menurut data Kantor Kementerian Agama Kota Bima, dilihat dari
jumlah pemeluknya, penduduk di Kota Bima pada tahun 2012 didominasi
oleh pemeluk Agama Islam yang mencapai 98,32% dari jumlah penduduk,

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 13


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

kemudian Kristen Protestan dan Katolik masing-masing 0,81% dan 0,62%.


Pemeluk Agama Hindu dan Budha masing-masing 0,23% dan 0,01%.
Jumlah penduduk menurut agama dan kepercayaan secara spesifik dapat
dilihat pada tabel

Tabel 3. 13 Jumlah Penduduk Kota Bima Menurut Agama dan


Kepercayaan

4. Kondisi Drainase
Secara umum sistem drainase kota Bima mengikuti pola alamiah, dimana
pembuang utama berupa anak sungai dan bekas sungai yang dialihkan atau
dibendung di hulunya. Saluran sekunder pengumpul dari pemukiman dan jalan
dibangun mengikuti kontur (topografi) secara alamiah melewati pemukiman warga.
Jaringan drainase utama (primer/sekunder) di wilayah adminsitrasi Kota Bima
terbagi dalam 5 (lima) zona arah aliran drainase sebagai berikut :
1. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Rabangodu Barat kelurahan
Lewirato.
2. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Rabadompu Timur kelurahan
Penaraga.
3. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Penatoi kelurahan Nae
(Salama).
4. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Sadia kelurahan Nae (Salama).
5. Jaringan Drainase primer/sekunder kelurahan Nae kelurahan Melayu
(Tanjung).

Kondisi sistem jaringan drainase di Kota Bima secara spesifik dapat dilihat pada
Gambar

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 14


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 3. 7 Kondisi Eksisting Sistem Drainase Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA III - 15


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB 4 PROFIL KEPARIWISATAAN

4.1. KARAKTERISTIK PRODUK WISATA


4.1.1. OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA
Daya tarik wisata merupakan dasar dari pengembangan pariwisata, hal ini
merupakan elemen penting dalam produk pariwisata. Tanpa adanya faktor daya
tarik yang substansial, pariwisata yang berorientasi untuk kesenangan atau untuk
berlibur tidak memungkinkan dikembangkan. Meskipun demikian masih ada
peluang-peluang lain, misalnya saja perjalanan bisnis, dinas pemerintah, tonferensi,
keagamaan dan berbagai maksud perjalanan wisata lainnya.
Pendekatan penting yang dapat dilakukan adalah mengkaitkan komponen
daya tarik yang dimliki dengan kegiatan wisata yang mungkin dilakukan. Komponen
tersebut secara tersendiri dapat saja merupakan sebuah daya tarik yang dapat
dijual dan dikembangkan, sehingga daya tarik wisata perlu dievaluasi dan
diidentifikasi untuk mempertimbangkan peluang kegiatan wisata yang dapat
dikembangkan di daerah.
Untuk melakukan survey dan evaluasi dari daya tarik wisata, maka akan
sangat penting untuk memahami jenis objek dan daya tarik yang perlu
dipertimbangkan dalam pariwisata. Hal ini terutama dilakukan dalam fungsi analisis.
Konsep umum dari jenis daya tarik yang telah lama dikenal adalah daya tarik alam
yang biasanya berbentuk, pantai, danau, laut, iklim, hutan, lansekap alam,
pemandangan dan bentuk- bentuk lainnya.
Objek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan dengan berbagai cara.
Sistem umum dari pengelompokkan yang sering dipakai adalah :
1. Objek dan daya tarik alam, yang berbasiskan segala pada lingkungan alam.
2. Objek dan daya tarik budaya, yang berbasiskan pada kegiatan manusia.
3. Objek dan daya tarik khusus, yang biasanya dibuat secara khusus oleh manusia
untuk menarik kunjungan wisatawan.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 1


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

4.1.1.1. OBYEK DAN DAYA TARIK ALAM


Kota Bima berdiri di tepi Teluk Bima yang sangat tenang. Gunung
mengurungnya dari tiga penjuru (timur, utara, dan selatan). Di sepanjang pesisir
Teluk Bima terdapat daya tarik wisata bahari, sedangkan di sisi utara dan timur
terdapat wisata tirta dan wisata alam lainnya.

Tabel 4. 1 Obyek Daya Tarik Alam Kota Bima


Nama Obyek
N0 Jenis Obyek Wisata Kelurahan Kecamatan
Wisata
1 Pantai Ni'u Wisata Pantai/ Bahari Dara Rasanae Barat
2 Pantai Lawata Wisata Pantai/ Bahari Dara Rasanae Barat
3 Pantai Kolo Wisata Pantai/ Bahari Kolo Asakota
4 Pantai Ule Wisata Pantai/ Bahari Melayu Asakota
5 Pantai So Ati Wisata Pantai/ Bahari Kolo Asakota
6 Pulau kambing Wisata Pantai/ Bahari
7 Pantai Amahami Wisata Pantai/ Bahari Dara Rasanae Barat
8 Diwu Monca Wisata Tirta Lampe Rasanae Timur
9 Lanco Gajah Wisata Tirta jati baru Asakota
10 Taman Ria Wisata Alam
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014

Dari banyaknya wisata alam di atas, ada beberapa obyek daya tarik wisata
yang cukup dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam Kota
Bima diantaranya sebagai berikut:
A. Pantai Lawata
Nama Lawata tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Bima maupun NTB.
Nama Pantai yang indah di pintu masuk Kota Bima ini memang sudah sejak lama
menjadi obyek wisata andalan bagi Kota Bima. Lawata yang berarti pintu gerbang
bagi siapapun yang masuk dan menginjakkan kaki di Kota Bima. Pantai Lawata
ibarat sebuah gerbang selamat datang, memberi isyarat bahwa perjalanan akan
segera memasuki Kota Bima. Panjang pantai kira-kira setengah kilometer yang
dikelilingi perbukitan yang indah. Di bawah bukit berbatu terdapat sebuah goa
peninggalan Jepang. Dahulu tempat ini merupakan tempat peristrahatan bagi para
bangsawan Bima dan kemudian menjadi tempat rekreasi andalan masyarakat yang
selalu ramai dikunjungi.
Pemerintah Kota Bima terus membenahi Pantai Lawata untuk menjadi salah
satu obyek wisata pantai andalan di kota Bima dengan membangun berbagai

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 2


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

fasilitas seperti rumah makan terapung, perlengkapan berenang, panggung hiburan


rakyat serta sederetan penataan lainnya.
Sarana pariwisata Lawata Beach Hotel Restaurant and Swimming Pool telah
dibangun di sini sejak dulu. Tempat ini dulu menjadi hotel yang selalu ramai
dikunjungi wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Namun
sekarang keberadaan sarana pariwisata tersebut sangat memprihatinkan karena
sudah ditinggalkan oleh pengelolanya. Bangunan yang rusak dan tidak terawat
tersebut memberikan kesan kumuh bagi Pantai Lawata yang sangat indah.
Menurut informasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima, Pantai
Lawata kini sudah sudah dibuatkan master plan dan sudah ada investor baru yang
akan membangun berbagai sarana pariwisata di sana. Bangunan bekas hotel akan
dipugar menjadi tempat rekreasi yang menarik dan nyaman bagi pengunjung.
Fasilitas pariwisata yang ada di Pantai Lawata berupa shelter dan panggung
hiburan yang akan menampilkan berbagai macam hiburan dan kesenian rakyat.
Di areal sekitar Pantai Lawata, di atas bukit yang menghadap ke arah pantai
juga telah dibangun rumah makan dan tempat lesehan yang menyajikan berbagai
makanan daerah Bima. Pemandangan Pantai Lawata menarik untuk dikembangkan.
Pantai yang asri dengan airnya yang tenang sangat cocok untuk olah raga air.
Panorama keindahan Teluk Bima yang tenang terlihat jelas jika berdiri di atas bukit
Pantai Lawata. Memandang ke arah barat daya terlihat Pulau Kambing dan
Pelabuhan Bima. Di sebelah utara, hamparan pohon kelapa dari perkebunan
penduduk, bukit yang menjulang, dan keindahan taman kota Ama Hami menambah
daya tarik Pantai Lawata. Tempat ini sangat ideal untuk dikembangkan wisata
bahari karena air lautnya tenang. Jenis atraksi yang bisa dikembangkan antara lain
memancing, menyelam, berperahu, berselancar, dan berlayar menuju Pulau
Kambing, Desa Kolo, dan Wadu Pa,a (batu pahat yang menjadi situs peninggalan
pemujaan agama Budha di Desa Sowa Kabupaten Bima).

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 3


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 1 Pantai Lawata

B. Pantai Amahami
Pantai Amahami juga merupakan tempat tujuan bagi masyarakat Kota Bima
untuk berwisata. Kawasan pantai ini ramai terutama pada sore dan malam hari,
dengan berbagai aktifitas yang ada seperti pedagang kaki lima. Pantai ini
berdekatan dengan Pantai Lawata atau berada sebelum Pantai Lawata dari arah
Terminal Dara. Selain pantai-pantai tersebut, di kawasan pesisir Teluk Bima masih
terdapat obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Pantai Ule dan
Pantai So Ati.

Gambar 4. 2 Pantai Amahami

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 4


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

C. Pantai Niu
Pantai Niu berada di sisi timur Teluk Bima, di jalan lintas Bima-Sumbawa
sekitar 3,5 km dari terminal Dara Kota Bima. Lokasinya yang berada di tepi jalan
nasional ini menjadikan pantai ini mudah dijangkau oleh wisatawan. Di kawasan ini
terdapat gazebo-gazebo yang dibangun Pemerintah Kota Bima dan dapat
dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati panorama pantai kawasan ini.
Pantai ini menyajikan panorama pantai yang masih alami dengan udara khas
pantai yang sejuk. Sepanjang pantai ditumbuhi pohon kelapa sehingga sejak dulu
masyarakat Bima yang ingin menikmati kesegaran kelapa muda selalu bertandang
ke tempat ini. Di Kejauhan terlihat puluhan bagan (rumah tempat menangkap ikan di
tengah laut) tancap permanen dan perahu nelayan hilir mudik mencari ikan.
Pada siang hari udara pantai terasa panas karena air lautnya surut,
sehingga pengunjung jika melakukan kegiatan di air harus berjalan ke tengah laut.
Kegiatan yang bisa dilakukan di pantai pada saat air laut surut adalah berenang dan
mencari binatang laut. Pada pagi dan sore hari masyarakat sekitar menjadikan
pantai ini sebagai tempat untuk mencari kerang. Ini merupakan pemandangan yang
unik. Apabila air tidak terlalu surut pengunjung bisa naik perahu menikmati
gelombang pantai yang indah dan memancing dengan menggunakan peralatan
tradisional.
Pantai ini memiliki air yang tenang dan tidak memiliki areal pantai yang luas.
Di pinggir pantai banyak pedagang yang menjajakan kelapa, jagung bakar, dan
groso (serikaya) jika sedang musim. Biasanya pada hari libur, pantai ini sangat
ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal yang membawa keluarganya.

Gambar 4. 3 Pantai Niu

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 5


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

D. Pantai Kolo
1. Nama ODTW : Pantai Kolo
2. Lokasi : Kolo, Asakota 30-40 menit ke arah utara
Pusat Pelayanan

Pantai Kolo
Ke Timur Lanco Gajah
Laut
Pantai Ule

Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca
Sentra Tenun

3. Daya tarik : Pantai Berbatu, pemandangan sunset teluk


bima, memancing, airnya jernih, naik perahu
4. Skala Pemasaran : Lokal, regional (berada di jalan provinsi)
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sangat Ramai di hari sabtu minggu
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : ada, permanen dan non permanen, kondisi
buruk
Parkir : tidak ada, di tepi jalan raya berjejer
Musholla : tidak ada
Tempat Makan ada hanya sabtu minggu
Toko : ada hanya sabtu minggu
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
Tempat menginap : ada, tidak terawat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 6


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gazebo/baruga : ada, disewakan 10rb


7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : 30-40 menit ke arah utara pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : meningkatkan
pendapatan dari berjualan makanan dan menyewakan baruga/gazebo
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : banyaknya sampah
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke utara ada Pantai So Ati, ke selatan ada Pantai
Ule
11. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan untuk pengembangan sarana
karena di sebelah timur jalan cukup luas di sekitar pondok wisata
Tidak ada papan informasi yang jelas dimana tepatnya batas2 pantai Kolo

Gambar 4. 4 Pantai Kolo


Lokasi dimana orang-orang sangat ramai menikmati pantai berbatu pada hari libur

Gambar 4. 5 Akses Jalan Provinsi menuju Pantai


Kolo

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 7


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pantai Kolo menyimpan pemandangan alam yang Indah. Terletak di salah


satu kelurahan yang termasuk dalam kecamatan Asakota, pantai Kolo bisa dicapai
dalam waktu lebih kurang 40 menit dari Kota Bima.
Pantai Kolo adalah salah satu wisata unggulan di Kota Bima. Selain
pemandangannya, pantai Kolo menyimpan potensi pesona bawah laut yang indah,
banyak terumbu karang yang dapat ditingkatkan menjadi peluang ekonomi dan bisa
meningkatkan pendapatan pemerintah serta masyarakat sekitar.
Selain itu, pantai Kolo memiliki kelebihan lain seperti menjadi pelabuhan
altematif, tempat memancing, pusat tambak udang dan pegunungan disekitarnya
yang bisa menjadi lahan pertanian yang menghasilkan buah. Kawasan sepanjang
pantai ini belum begitu digarap dan dikelola oleh pemerintah, meskipun dalam
seminggu tidak kurang dari 1.000 hingga 2.000 pelancong memadati jalur aspal
menuju Pantai Kolo. Pantai Kolo lebih indah bila ditata dan dikelola dengan baik
dan benar.

Gambar 4. 6 Pantai Kolo

E. Pantai So Ati
12. Nama ODTW : Pantai So ati
13. Lokasi : Kolo, Asakota 40-50 menit dari pusat kota
ke arah utara
14. Daya tarik : Pantai Berpasir Putih, blue coral, menyelam,
naik perahu, pemandangan pantai, berenang, memancing

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 8


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

15. Skala Pemasaran : internasional ( merupakan lokasi transit dan


menginap jalur kapal pesiar wisata dari Benoa Bali ke Pulau Moyo)

Pantai So Ati

Pantai Kolo
Ke Utara

Ke Timur Lanco Gajah


Laut
Pantai Ule

Langgar Melayu Kuno

Pusat Kota

16. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)


Ramai pada hari libur
17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : buka sabtu minggu
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : keamanan kampung/desa
Kebersihan : keamanan kampung/desa
Tempat menginap : tidak ada, menginap di kapal pesiar
18. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : mudah dijangkau, sebagian jalan belum di aspal
Waktu Tempuh Dari Kota : , 40-50 menit dari pusat kota ke utara
19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : masyarakat memperoleh
pendapatan dari berjualan makanan
20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : sampah

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 9


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

21. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Pantai Kolo


22. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan cukup untuk pengembangan sarana
wisata pulau seperti rest area, dermaga

Gambar 4. 7 Suasana Pantai So Ati dan Bawah Laut


So Ati

Pantai So Ati yang terletak di ujung barat Desa Kolo.Pantainya berpasir


putih, airnya tenang berwarna bening sehingga karang-karang terlihat jelas, dan
pohon kelapa sepanjang pantai menambah keindahan panorama. Perahu nelayan
dan kapal- kapal besar yang datang dari berbagai daerah terlihat dengan jelas di
sini. Ketenangan air lautnya menjadikan pantai ini sebagai tempat budidaya rumput
laut oleh masyarakat lokal. Perairannya yang tenang sangat bagus untuk berenang,
berperahu, berselancar, dan menyelam untuk melihat keindahan batu karang dan
ikan hias yang berwarna-warni.

Gambar 4. 8 Pantai So Ati

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 10


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

F. Pantai Ule
1. Nama ODTW : Pantai Ule
2. Lokasi : Melayu, Asakota 10-15 menit ke arah utara
Pusat Pelayanan

Lanco Gajah
Ke Timur

Pantai Ule Laut

Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca
Sentra Tenun

3. Daya tarik : Pantai Berbatu, pemandangan sunset, memancing,


airnya jernih
4. Skala Pemasaran : Lokal, regional (berada di jalan provinsi)
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Ramai di hari sabtu minggu, sebagian besar memancing
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada, di tepi jalan raya berjejer
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : tidak ada
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 11


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Waktu Tempuh Dari Kota : 10-15 menit ke arah utara pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : -
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Langgar Melayu kuno, jalur ke arah Kolo dan So Ati
di Utara
11. Potensi/Prospek Pengembangan : tidak ada lahan untuk pengembangan
sarana karena berbatasan langsung dengan jalan raya, lahan di sebelah timur
jalan cukup luas namun harus dilakukan cutting lahan. Tidak ada papan
informasi yang jelas dimana tepatnya batas2 pantai Ule

Gambar 4. 9 Pantai Ule, Lokasi dimana orang-orang ramai memancing


pada hari libur

Gambar 4. 10 Bibir Pantai Ule berbatasan langsung


dengan jalan raya di atasnya

Pantai Ule berada di Teluk Bima sebelah barat dengan bibir pantai yang
memanjang berpasir putih. Dikelilingi perbukitan yang indah permai, tempat ini
sangat cocok untuk beristrahat dan wisata bahari. Di sini banyak tumbuh buah
groso yang menjadi buah khas Bima. Di atas gunung dapat dinikmati keindahan
seluruh Kota Bima, Pulau Kambing, dan Pelabuhan Bima di seberang, serta pohon
dan nyiur melambai sepanjang Pantai Ule hingga menuju ke Kolo. Bukit Danataraha
tempat pemakaman para Raja Bima juga nampak dari kejauhan.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 12


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Di pinggir gunung Pantai Ule terdapat makam pembawa ajaran Islam di


Bima yaitu Datuk Di Bandang. Sekitar Pantai Ule terdapat tambak yang menjadi
tempat budidaya nener (anak ikan bandeng). Pada sore hari pengunjung dapat
membeli ikan segar hasil tangkapan para nelayan.
Dilihat dari pantainya yang landai dan ombak yang tidak terlalu besar di sini
sangat cocok untuk rekreasi air seperti lomba perahu layar, renang, dan olah raga
air lainnya. Masyarakat lokal sudah banyak yang membangun tempat peristrahatan,
rumah makan, dan kafe yang berdiri sepanjang pantai. Ule juga merupakan jalan
lintas yang menuju ke daerah Asakota. Untuk mendukung pengembangan Pantai
Ule dan wilayah di Kecamatan Asakota, pemerintah telah melakukan pelebaran
jalan walaupun sekarang kondisinya masih memprihatinkan.

G. Pulau Kambing
1. Nama ODTW : Pulau Kambing
2. Lokasi : Perbatasan Kota dan Kabupaten Bima, 5
menit ke pelabuhan, menyeberang menggunakan perahu motor, berada di
tengah2 jalur transportasi air yang menghubungkan kota bima dengan
kabupaten Bima

Pantai So Ati

Pantai Kolo
Ke Utara

Ke Timur Lanco Gajah


Laut
Pantai Ule

Pulau
Kambing Langgar Melayu Kuno

Ke barat
Pusat Kota
menyeberang Pelabuhan
menggunakan
h

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 13


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

3. Daya tarik : 3-7 meter Pantai Berpasir Putih,


pemandangan pantai dan bukit, daya tarik sejarah bekas makam masa
kesultanan dan lokasi pengisian bahan bakar kapal jaman belanda
4. Skala Pemasaran : Lokal, tidak dikelola
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
sepi
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : tidak ada
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
Tempat menginap : tidak ada
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan perahu
Kondisi Jalan : jalur laut, mudah dijangkau, berada di
tengah2 jalur transportasi air Kabupaten Bima-Kota Bima
Waktu Tempuh Dari Kota : 5 menit ke arah timur dari pusat kota ke
pelabuhan, di lanjutkan naik perahu
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : -
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Amahami, Ke Utara Ada Benteng
Asakota
11. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan cukup luas untuk
pengembangan sarana wisata pulau seperti rest area, taman bermain,
dermaga, petualangan naik bukit

Gambar 4. 11 Pulau Kambing

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 14


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 12 Transportasi di pelabuhan yang menghubungkan


kota dengan kabupaten melewati pulau kambing

Pulau Kambing terletak di tengah laut Teluk Bima. Untuk mencapai Pulau
Kambing dapat melalui Pelabuhan Bima dengan kendaran perahu motor atau boat
umum yang menuju Desa Bajo Donggo. Perjalanan ditempuh selama 15 menit.
Secara geografis pulau ini eksotis dikelilingi air laut yang jernih dan strategis di
antara Pantai Ule, Pantai Lawata, Situs Wadu Pa,a, dan diapit oleh pemandangan
gunung yang indah.
Tentara kerajaan Kesultanan Bima menjadikan pulau ini sebagai tempat
untuk mengintai musuh yang masuk lewat Asakota karena dari pulau ini terlihat
jelas kapal yang sedang memasuki mulut kota lewat laut. Pada zaman penjajahan
Belanda dijadikan sebagai gudang atau stasiun bahan bakar dan telah dibombardir
oleh Jepang. Tangki-tangki bahan bakar tersebut masih ada.
Pulau Kambing dengan luas kira-kira 10 Ha memiliki daya tarik berupa
banker raksasa peninggalan Jepang yang menjadi berlindung para tentara Jepang,
kuburan tua yaitu mubaliq penyebar Agama Islam di Bima aneka tumbuh-tumbuhan,
monyet ekor panjang dan beragam bebatuan yang menarik.

H. Taman Ria
12. Nama ODTW : Taman Ria
13. Lokasi : Rasanae Barat di pusat kota
14. Daya tarik : Taman Kota, Ruang bersosialisasi, rekreasi
warga di sore hari, kuliner Pedagang Kaki Lima
15. Skala Pemasaran : lokal
16. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Ramai di sore hari
17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 15


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

KM/WC umum : ada


Parkir : ada
Musholla : ada
Tempat Makan : ada
Toko : ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : sarana keamanan kota
Kebersihan : sarana kebersihan kota
18. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : di pusat kota
19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : -
20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : taman kota berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau
21. ODTW Lain Yang Dekat : Masjid Sultan Salahudin, Makam DanaTraha,
Museum Samparaja, Taman Ria, Museum Asi Mbojo Dan Istana Kayu Asi
Mbou
22. Potensi/Prospek Pengembangan : sebagai taman rekreasi keluarga sehari-
hari

Gambar 4. 13 Taman Ria

I. Lanco Gajah
1. Nama ODTW : Lanco Gajah
2. Lokasi : Jatibaru, Asakota 20-30 menit ke Arah
Timur Laut Pusat Kota, dilanjutkan 30 menit jalan kaki

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 16


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Lanco Gajah

Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca
Sentra Tenun

3. Daya tarik : mata Air, pemandangan aliran sungai


(hanya di musim hujan saja), untuk perkemahan, Petualangan
4. Skala Pemasaran : Lokal saja
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sepi di musim kemarau, ramai di musim hujan
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : tidak ada
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : cukup mudah dijangkau, namun setengah
jalannya masih buruk (berbatu)
Waktu Tempuh Dari Kota : 20-30 menit ke arah timur laut dari pusat
kota, dilanjutkan 30 menit jalan kaki
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : belum ada
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : belum ada

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 17


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

10. ODTW Lain Yang Dekat : -


11. Potensi/Prospek Pengembangan : aktivitas rekreasi hanya pada musim hujan,
di musim kemarau daya tariknya tidak ada atau hilang, prospek
pengembangannya hanya untuk perkemahan sekolah (akivitas pendidikan)

Gambar 4. 14 Lanco Gajah, Daya Tariknya hilang di musim Kemarau

Gambar 4. 15 Akses ke Lanco Gajah dan Lapangan Untuk


Perkemahan

J. Diwu Monca
1. Nama ODTW : Diwu Monca
2. Lokasi : Lampe, Rasanae Timur, 20-30 Menit
Berkendara dari pusat kota, lanjut 0,5 km/10-20 menit jalan kaki menyusuri
sungai

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 18


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

3. Daya tarik : Mata Air seperti waduk dan Sungai, pemandangan


sawah (hanya di musim hujan, pemandangannya seperti sawah di ubud)
4. Skala Pemasaran : Lokal
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sangat ramai di musim hujan, hari sabtu dan minggu
Sangat sepi/hampir tidak ada di musim kemarau
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : ada, warung
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : 30-40 menit
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : belum ada
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : tempat wisata juga
merupakan tempat penambangan batu
10. ODTW Lain Yang Dekat : Meriam Kuno Lelamase, Mada Oi Mbo
11. Prospek Pengembangan : Setiap 100 meter ada spot2 100m2 untuk bersantai

Gambar 4. 16 Pemandangan Diwu Monca

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 19


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 18 Akses Dari Jalan Gambar 4. 17 Jalan Masuk


Raya, Ada Warung yang melayani Ke Diwu Monca
Penambang Batu

4.1.1.2. OBYEK DAN DAYA TARIK SEJARAH DAN BUDAYA


Kota Bima memiliki peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang cukup
banyak. Peninggalan-peninggalan yang ada kebanyakan berasal dari masa
kesultanan Bima.

Tabel 4. 2 Obyek Daya Tarik Budaya Kota Bima


N0 Nama Obyek Wisata Jenis Obyek Wisata Kelurahan Kecamatan
Museum Asi
Paruga Rasanae Barat
1 Mbojo/Istana Bima Wisata Budaya
2 Masjid Sultan Salahudin Wisata Budaya Paruga Rasanae Barat
3 Makam Dana traha Wisata Budaya Dara Rasanae Barat
4 Benteng Asakota Wisata Budaya Kolo Asakota
5 Museum Samparaja Wisata Budaya Manggemaci Mpunda
6 Langgar Melayu Kuno Wisata Budaya Melayu Asakota
7 Mariam kuno Lela Mase Wisata Budaya Lelamase Rasanae Timur
8 Kampung Pandai Besi
9 Sentra Kerajinan Tenun
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014

Dari banyaknya wisata budaya di atas, ada beberapa obyek daya tarik
wisata yang cukup dikenal dan diperkenalkan sebagai obyek daya tarik wisata alam
Kota Bima diantaranya sebagai berikut:
A. Museum Asi Mbojo dan Istana Kayu Asi Mbou
Museum Asi Mbojo dulunya merupakan Istana bagi Raja dan Sultan Bima.
Museum ini dikonstruksi dengan campuran gaya Eropa dan Bima pada tahun 1927
oleh Mr. Obzicshteer Rehata, arsitek kelahiran Ambon yang diundang pemerintah
Kolonial Belanda ke Bima. Ia dibantu oleh Bumi Jero Istana dan dilakukan secara

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 20


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

gotong royong oleh masyarakat ditambah pembiayaan dari anggaran belanja


kesultanan.
Asi Mbojo terletak di tengah-tengah Kota Bima di atas lahan seluas 10 Ha.
Luas dari utara selatan kurang lebih dua kali luas dari timur barat. Istana
menghadap ke barat. Di depannya terdapat alun-alun disebut lapangan Sera Suba
karena di sana tempat latihan pasukan kesultanan yang disebut Suba. Di sini juga
raja tampil secara terbuka di depan rakyat pada saat upacara- upacara penting atau
perayaan hari besar keagamaan.
Bersamaan dengan berakhirnya masa kesultanan pada tahun 1952, maka
berakhirlah peranan istana sebagai pusat pemerintahan, pusat pengembangan seni
dan budaya, pusat penyiaraan Islam, dan pusat pengadilan adat. Kini bangunan
tersebut menjalani fungsi yang baru sebagai museum bagi barang-barang
peninggalan raja dan Sultan Bima.
Keadaan istana pernah mengalami kerusakan yang sangat parah. Istana
yang senantiasa bersih dan terawat baik berubah menjadi kotor dan beberapa
bangunan rusak. Istana kemudian beralih fungsi menjadi mess pegawai dan tentara.
Usaha untuk mengembalikan keindahan istana dimulai pada tahun 1978.
Pemerintah pusat melakukan pemugaran dan menjadikannya sebagai bangunan
lama yang harus dilindungi dan dilestarikan. Setelah Gubernur NTB meresmikan Asi
Mbojo sebagai museum daerah pada tahun 1989, pembenahan terhadap museum
dilakukan secara intensif. Status museum berada di bawah naungan pemerintah.
Hal ini semakin kuat setelah berlaku otonomi daerah.
Museum Asi Mbojo menyimpan 320 jenis barang peninggalan
kerajaan/kesultanan, misalnya mahkota kerajaan yang bertahtakan intan permata
serta sejumlah barang berharga lainnya. Beberapa bangunan bersejarah bisa
ditemukan dalam lingkungan istana yaitu pintu gerbang dan sebuah tiang bendera.
Pintu gerbang sebelah barat bernama Lare-Lare, Merupakan pintu resmi
kesultanan tempat masuknya sultan, para pejabat kesultanan, dan tamu-tamu
sultan. Lare-Lare berbentuk masjid tiga tingkat. Tingkat atas (loteng) merupakan
tempat untuk menyimpan Tambur Rasanae dan dua buah lonceng. Tambur
Rasanae dibunyikan sebagai tanda pemberitahuan adanya upacara kebesaran.
Kedua lonceng dibunyikan untuk pemberitahuan tanda bahaya dan waktu. Pintu
gerbang sebelah timur bernama Lawa Kala atau Lawa Se. Merupakan pintu masuk

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 21


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

bagi anggota sara hukum dan ulama. Pintu masuk bagi anggota keluarga berada di
belakang istana bernama Lawa Weki.
Di depan istana bagian barat terdapat meriam kuno dan tiang bendera
setinggi 50 m terbuat dari kayu jati Kasi Pahu dari Tololai. Tiang bendera tersebut
dibangun oleh Sultan Abdullah untuk memperingati hari pembubaran angkatan laut
Kesultanan Bima karena tidak mau memenuhi keinginan penjajah Belanda yang
memaksa angkatan laut Kesultanan Bima untuk menyerang pejuang Gowa-
Makassar dan Bugis. Tiang Kasi Pahu sempat roboh karena lapuk dan pada tahun
2003 dibangun kembali.
Di bagian timur istana terdapat Asi Bou yang berarti istana baru. Dalam
bahasa Bima asi berarti istana dan bou berarti baru. Istana ini hanya tempat tinggal
keluarga kerajaan dan tidak digunakan sebagai pusat penyelengaraan
pemerintahan.
Istana Kayu Asi Mbou terletak di samping timur Istana Bima (sekarang
Museum Asi Mbojo). Dinamakan Asi Bou karena didirikan setelah pendirian Istana
Bima pada tahun 1927, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1881-
1936). Asi Bou dibangun oleh untuk Putera Mahkota Muhammad Salahuddin.
Sebagian besar bangunan Asi Bou terbuat dari kayu. Itu sebabnya disebut
Istana Kayu. Konstruksinya seperti lazimnya rumah panggung di Bima. Sesuai
namanya, Asi Bou dibangun belakangan, di masa pemerintahan Sultan Ibrahim
(1881-1916). Sebelumnya telah ada istana lama yang dibangun abad ke-19. Sultan
Ibrahim membangun Asi Bou untuk anaknya yang menjadi putra mahkota atau raja
muda yakni M. Salahuddin. Kelak, setelah M. Salahuddin menjadi raja, dia memilih
tinggal di istana lama dan Asi Bou ditempati oleh adik dan keluarganya. Asi Bou kini
termasuk bangunan cagar budaya yang perlu dilestarikan. Depertemen Pendidikan
dan Kebudayaan pernah merehabnya tahun 1998.

Gambar 4. 19 Istana Kayu Asi Mbou

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 22


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 20 Museum Asi Mbojo

Gambar 4. 21 Lare-Lare

B. Masjid Sultan Salahudin


1. Nama ODTW : Masjid Sultan Salahudin
2. Lokasi : Di Pusat Kota
3. Daya tarik : Sejarah, Bangunan Peninggalan
Kerajaan/Kesultanan
Masjid ini dibangun oleh Sultan Abdul Kadim Muhammad Syah dengan Wajir
Ismail pada tahun 1737. Masjid ini terletak di Kampung Sigi atau di sebelah
selatan lapangan Sera Suba (Jalan Soekarno Hatta) merupakan satu
kesatuan dengan alun-alun dan Istana Bima. Masjid ini dirintis
pembangunannya oleh sultan kedua yaitu Sultan Abdul Khair Sirajuddin pada
tanggal 25 Juli 1649
4. Skala Pemasaran : regional
5. Jumlah Pengunjung : tempat beraktivitas ibadah
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : ada
Parkir : ada
Musholla : ada

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 23


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tempat Makan : ada


Toko : ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : sarana keamanan kota
Kebersihan : sarana kebersihan kota
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : di pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : edukasi sejarah, budaya
religi
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Istana Kayu Asi Mbou, Museum
Samparaja, Makam DanaTraha, Taman Ria
11. Potensi/Prospek Pengembangan : harus dilestarikan bentuk aslinya sebagai
bagian dari wisata kota (city tour)

Gambar 4. 22 Masjid Sultan Salahudin

Masjid ini dibangun oleh Sultan Abdul Kadim Muhammad Syah dengan Wajir
Ismail pada tahun 1737. Masjid ini terletak di Kampung Sigi atau di sebelah selatan
lapangan Sera Suba (Jalan Soekarno Hatta) merupakan satu kesatuan dengan
alun-alun dan Istana Bima. Masjid ini dirintis pembangunannya oleh sultan kedua

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 24


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

yaitu Sultan Abdul Khair Sirajuddin pada tanggal 25 Juli 1649. Pekerjaan
pembangunan masjid ini dipimpin oleh Qadi/Lebe Sape Abdurrahim serta Sara
Hukum. Karena ini merupakan masjid kesultanan pertama maka pembangunannya
dilakukan oleh seluruh rakyat Bima.
Menurut catatan Bo, masjid ini semula letaknya di Kampung Temba Dumpu.
Untuk tidak mengurangi nilai historis masjid, maka Sultan Bima ke-8 yaitu Sultan
Abdul Qadim dengan bijaksana memindahkan masjid lama ke dekat istana. Tapi
ada juga versi lain dari para sejarahwan bahwa Sultan Abdul Qadim tidak
memindahkan masjid lama tetapi membangun masjid yang baru.
Lontara No. 152 dan dan Bo Bumi Luma Rasanae M. Djafar yang kini ada di
koleksi Arsip Negara Benteng Ujung Pandang memperkuat adanya aktivitas
pemindahan dan perbaikan masjid ini yang dilakukan selama 5 bulan.
Pembongkaran berlangsung dari tanggal 10 Desember 1778 dan dilakukan
pembangunan kembali setahun kemudian pada tanggal 5 Januari 1779. Lontara
dengan jelas menggambarkan tahap-tahap pembangunan kembali masjid ini seperti
pemasangan atap dari genteng. Untuk menaikkan atap masjid secara khusus
dilakukan oleh orang- orang Surabaya pada tanggal 25 April 1779.
Masjid telah beberapa kali dilakukan renovasi antara lain dilakukan oleh
Sultan Abdul Hamid Muhammadsyah, anak Sultan Abdul Qadim. Tragedi
pemboman Sekutu pada Perang Dunia II mengakhiri riwayat masjid ini. Masjidpun
hancur dan yang tersisa cuma mihrabnya.
Menurut lukisan A.J Bik pada tahun 1858 mengenai Teluk Bima tampak
bahwa masjid kesultanan tersebut memiliki atap bersusun tiga. Ahli waris
kesultanan Bima Hj. St. Maryam R. Salahuddin dengan segala upaya berusaha
mengumpulkan dana untuk menegakkan kembali bukti kejayaan Islam di Bima
waktu itu. Masjid yang pada masa kesultanan bukan hanya sekedar sebagai tempat
kegiatan ibadah melainkan juga memiliki fungsi yang luas sebagai wahana sultan
untuk berhubungan dengan rakyat, bukan hanya direhab oleh Puteri Maryam tetapi
juga dibangun sesuai aslinya. Di halaman masjid terdapat makam Sultan Ibrahim,
sebagian keluarga raja, dan tokoh masyarakat yang dekat dengan keluarga istana.

C. Makam Dana Traha


12. Nama ODTW : Makam Dana Traha

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 25


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

13. Lokasi : Dara, Rasanae Barat, Di Pusat Kota, 1 km


dari terminal Dara, 4 km dari Museum Asi Mbojo
14. Daya tarik : Sejarah dan pemandangan teluk dan kota bima
Makam Danataraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit
Danataraha. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan laut,
berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk
Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2
15. Skala Pemasaran : lokal
16. Jumlah Pengunjung : ramai di depan area makam di sore hari
17. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : ada, warung pedagang kaki lima
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : sarana keamanan makam
Kebersihan : sarana kebersihan makam
18. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : di pusat kota
19. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : edukasi sejarah,
budaya religi
20. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
21. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Istana Kayu Asi Mbou, Masjid
Sultan Salahudin, Taman Ria
22. Potensi/Prospek Pengembangan : area sekitar bisa dikembangkan seperti
taman bungkul surabaya menggabungkan wisata budaya sejarah dengan
sarana sosialisasi

Makam Danatraha terletak di atas sebuah puncak bukit yang bernama Bukit
Danatraha. Lokasi makam berada di wilayah Kampung Dara, Kelurahan Paruga,
Kecamatan Rasanae Barat. Bukit ini berada pada ketinggian 65 m dari permukaan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 26


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

laut, berhawa sejuk, dikelilingi perbukitan yang indah, dan hamparan laut Teluk
Bima dapat terlihat jelas dari lokasi ini. Luas areal makam sekitar 1.250 m2.
Letaknya 4 km dari bangunan Museum Asi Mbojo. Juga dekat dengan Terminal Bus
Dara kira-kira 1 km. Semua jenis kendaraan dapat menjangkau sampai di atas
bukit. Dari lokasi makam dapat disaksikan keindahan panorama alam Kota Bima
dengan latar belakang Teluk Bima dan pegunungan yang mengelilingi Kota Bima.
Para raja yang dimakamkan di Danataraha adalah Sultan I Abdul Kahir yang
merupakan raja pertama yang menerima Islam di awal abad 17 dan menjadikan
Kerajaan Bima sebagai kerajaan yang berazaskan Islam dan sebutan raja berubah
menjadi sultan (wafat pada tanggal 22 Desember 1640), Wazir Abdul Somad Ompu
La Muni (wafat tahun 1701), Datu Sagiri yaitu putri Sultan Sumbawa yang menjadi
istri Sultan Abdul Hamid, Sultan Ibrahim, Sultan Abdul Aziz, Karaeng Popo
pahlawan Makassar (wafat tahun1602) dan Sultan Abdul Kahir II. Sultan Abdul
Kahir II yang wafat pada tahun 2002 ini merupakan sultan terakhir yang menjabat
Kepala Daerah Swapraja Bima ketika daerah kesultanan dirubah menjadi daerah
swapraja periode tahun 1951-1956.
Makam Sultan Abdul Kahir terletak pada deretan paling utara, terdiri atas
enam undakan dan satu teras. Setiap undakan terdiri atas empat balok batu padas.
Pada undakan keenam terdapat tulisan huruf Arab yang keadaannya sudah rusak
karena faktor alam sehingga tidak terbaca dengan jelas. Dari goresan-goresan yang
masih tersisa, kemungkinan bunyi tulisan itu adalah Laa Ilaha Illallah Muhammada
Rasulullah. Nisannya ada dua buah, berbentuk gada, bagian dasar segi empat, dan
bagian tengah segi delapan bergerigi makin ke atas makin besar. Pada bagian
dasarnya terdapat ragam hias bunga.
Makam Wazir Abdul Somad Ompu La Muni, terletak di sebelah timur makam
Abdul Kahir. Makam ini bercungkup, bentuk cungkupnya seperti iglo atau rumah
tinggal orang Eskimo di Kutub Utara. Bagian dasar cungkup segi empat berukuran
panjang 538 cm, lebar 368 cm, dan tinggi 57 cm. Atap cungkup yang bentuknya
melengkung berukuran tinggi 267 cm. Pada bagian puncak terdapat dua nisan dari
batu padas yang bentuknya seperti gada. Nisan ini adalah nisan semu karena nisan
yang sebenarnya ada pada makam di dalam cungkup. Pintu cungkup menghadap
selatan, berbentuk melengkung dengan tinggi 133 cm. Adapun makam Datu Sagiri
terletak pada deretan bagian selatan. Pada sisi dalam nisan kepala dan kaki

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 27


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

terdapat tulisan dengan huruf Arab, bahasa Melayu, menyebutkan nama tokoh yang
dimakamkan.
Secara umum sampai dengan dasawarsa tahun 1970-an kondisi Makam
Danataraha dan Makam Tolobali keterawatannya kurang sehingga tingkat
kerusakan yang dialaminya relatif tinggi. Kedua makam tersebut kini telah dilakukan
pemugaran. Pada tahun 1983/1984 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan studi kelayakan untuk pemugarannya. Pemugaran akhirnya
dilaksanakan pada tahun 1996 dan menjadi benda cagar budaya yang dilindungi
oleh undang-undang.

Gambar 4. 23 Makam Dana Traha

D. Museum Samparaja
1. Nama ODTW : Museum Samparaja
2. Lokasi : Manggemaci, Mpunda di Pusat Kota, 1 km
dari Museum Asi Mbojo
3. Daya tarik : Sejarah, Benda Peninggalan Kerajaan/Kesultanan,
Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain
Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan
Moggonao Kota Bima. Museum ini berisi benda-benda peninggalan sejarah
dan kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi
Mbojo. Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad
ke-19. Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Di sini disimpan
koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti aneka pakaian adat yang
dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula koleksi pakaian
pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan dari
perak.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 28


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

4. Skala Pemasaran : lokal


5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sepi
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : ada
Parkir : ada
Musholla : ada
Tempat Makan : ada
Toko : ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : sarana keamanan kota
Kebersihan : sarana kebersihan kota
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : di pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : edukasi sejarah
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Masjid Sultan Salahudin, Makam DanaTraha,
Museum Asi Mbojo dan Istana Kayu Asi Mbou, taman ria
11. Potensi/Prospek Pengembangan : bisa menjadi bagian dari city tour

Museum Samparaja merupakan museum yang ada di Kota Bima selain


Museum Asi Mbojo. Museum ini terletak di Jalan Gajah Mada Kelurahan Moggonao
Kota Bima. Museum ini berisi benda-benda peninggalan sejarah dan
kepurbakalaan. Museum ini tidak bisa dipisahkan dengan Museum Asi Mbojo.
Pemiliknya adalah Hj. Siti Maryam, putri mantan Sultan Bima M. Salahuddin. Status
museum adalah milik swasta. Diresmikan pada tanggal 10 Agustus 1995 dan
bernaung di bawah Y ayasan Museum Kebudayaan Samparaja Bima. Lokasinya di
Jalan Gajah Mada Kampung Karara, kira-kira satu km ke arah timur Museum Asi
Mbojo.
Umumnya benda koleksi di museum tersebut sebelumnya pernah
menempati Istana Bima. Namun benda-benda bersejarah yang ada merupakan
koleksi pribadi. Di sini disimpan koleksi benda-benda budaya etnis Bima seperti

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 29


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

aneka pakaian adat yang dipakai pihak kesultanan sejak zaman lampau. Adapula
koleksi pakaian pengantin dari emas dan perak serta benda-benda peralatan makan
dari perak.
Museum ini mengoleksi naskah-naskah kuno abad ke-17 hingga abad ke-19.
Naskah tersebut ditulis dalam huruf Arab-Melayu. Salah satu koleksinya adalah
naskah kuno yang ditulis oleh sultan pertama yaitu Sultan Abdul Kahir. Naskah kuno
tersebut ditulis sebagai rasa terima kasih pada orang Wera yang pernah
menyelamatkannya untuk meloloskan diri ke Gowa-Makassar ketika dikejar
pamannya yang memberontak. Sultan menulis pesan khusus yang ditulis pada hari
Sabtu, tanggal 17 Syawal tahun 1060 H atau tanggal 17 Oktober 1650 M di atas
kertas perak. Sultan berpesan kepada Jeneli Sape untuk diperhatikan oleh Sultan
Bima menyangkut hak khusus orang Wera.

Gambar 4. 24 Museum Samparaja

E. Sentra Kerajinan Tenun


1. Nama ODTW : Sentra Tenun Kota Bima
2. Lokasi : RabaDumpo Timur, Raba 15 menit masih di
sekitar pusat Kota
3. Daya tarik : Wisata Belanja, Kain Tenun 100rb-1juta
4. Skala Pemasaran : Lokal, Internasional (bagian dari city tour
agen perjalanan di kota bima)
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Cukup ramai hari minggu atau insidental

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 30


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Sentra Pandai
Besi

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca
Sentra Tenun

6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)


KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada, di tepi jalan raya
Musholla : ada
Tempat Makan ada
Toko : ada
Souvenir : ada
Keamanan : keamanan kampung
Kebersihan : kebersihan kampung
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : 15 menit masih di sekitar pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : peningkatan ekonomi
bagi pengrajin tenun
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : Sentra Pandai Besi, Taman Ria, Museum Asi
Mbojo, Masjid Sultan Salahuddin
11. Potensi/Prospek Pengembangan : Menyediakan Cinderamata Kota Bima, City
Tour

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 31


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Salah satu etalase Sentra Kampung Tenun


Tenun Rabadompu

Salah Satu Koperasi/Pemasaran


Salah Satu Rumah Pengrajin tenun di sentra
Tenun Bima
tenun

Gambar 4. 25 Sentra Kain Tenun

Desa Raba Dompu menarik untuk dikunjungi karena kegiatan sehari-hari


masyarakat di desa ini adalah menenun baik di rumahnya masing-masing maupun
pada sentra industri. Ciri khas tenunan dari Raba Dompu ini adalah tenunan khas
Bima yang dikenal sebagai kain nggoli dan kain salungka atau songket yang
memakai benang emas. Desa ini telah dikenal menjadi salah satu daya tarik wisata
yang banyak dikunjungi oleh para tamu nusantara maupun mancanegara.
Di sentra kerajinan di desa ini terdapat art shop yang menjual kain tenun
baik yang masih berupa kain maupun yang telah dibuatkan baju, jas, sarung, tas
jinjing wanita, kopiah, sandal dan taplak meja. Produksi kain tenun di Raba Dompu
semakin berkembang seiring dengan adanya peraturan dari pemkot yang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 32


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

memberlakukan pemakaian tenunan bagi pegawai pemerintahan pada hari sabtu.


Para wanita di desa selalu siap mendemontrasikan keterampilan mereka.

F. Kampung Pandai Besi


1. Nama ODTW : Sentra Pandai Kota Bima
2. Lokasi : Penanae, Raba 15 menit masih di sekitar
pusat Kota

Sentra Pandai
Besi

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca
Sentra Tenun

3. Daya tarik : Melihat Aktivitas pengrajin pandai besi alat2


pertanian perkakas rumah dan tapal kuda, belum ada yang bisa di bawa
pulang untuk wisatawan
4. Skala Pemasaran : Lokal, Internasional (bagian dari city tour agen
perjalanan di kota bima)
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
insidental
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada, di tepi jalan raya
Musholla : ada
Tempat Makan : ada
Toko : ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : keamanan kampung
Kebersihan : kebersihan kampung
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 33


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau


Waktu Tempuh Dari Kota : 15 menit masih di sekitar pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : peningkatan ekonomi bagi
pengrajin pandai besi
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : pembakaran tradisional
menghasilkan asap
10. ODTW Lain Yang Dekat : Sentra tenun, Taman Ria, Museum Asi Mbojo,
Masjid Sultan Salahudin
11. Potensi/Prospek Pengembangan : sentra cinderamata kota bima, Perlu
dilakukan pelatihan untuk membuat kerajinan besi untuk cinderamata

Salah satu workshop Sentra Aktivitas Pandai Besi

Pandai Besi

Akses Menuju Sentra Pandai Besi

Pemandangan Dari Tempat Aktivitas Pandai Besi

Gambar 4. 26 Sentra Pandai Besi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 34


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kampung pandai besi di Kota Bima terletak di Dusun Nggaro Lo, Desa
Penanae Kecamatan Rasanae Timur kira-kira 2 km utara Kecamatan Raba. Kesan
terpencil akan sirna begitu memasuki dusun ini. Memasuki ujung barat dusun,
sudah terdengar dentingan besi yang ditempa silih berganti. Suara ini tidak ada
henti-hentinya dari pagi hingga sore. Di bengkel-bengkel kerja, beberapa orang
sibuk menempa, memukul dengan palu, memompa, menggosok, mengamplas,
hingga mengukur alat-alatnya agar lurus.
Keahlian masyarakat Nggaro Lo mengolah besi diperoleh secara turun
temurun. Dalam masa penuh pergolakan di Bima terutama abad ke-17 hingga akhir
abad ke-20, Ngaro Lo menjadi tempat produksi senjata perang kerajaan. Senjata-
senjata yang dibuat terdiri atas tombak, keris, pedang, dan parang. Masyarakat juga
membuat perkakas pendukung perang seperti sepatu kuda, kereta, baut, mur, serta
perlengkapan prajurit. Pada zaman penjajahan Belanda, masyarakat memproduksi
senjata laras panjang untuk kebutuhan perang menghadapi penjajah. Kemudian
berlanjut pada masa-masa penjajahan Jepang yang juga memproduksi samurai.
Saat ini, tempat-tempat penempaan besi atau rubu telah berubah fungsi
seiring perkembangan zaman. Masyarakat tidak lagi memproduksi senjata karena
dilarang undang-undang, tetapi hanya membuat perkakas rumah tangga dan alat-
alat pertanian seperti cangkul, tembilang, dan parang. Satu rubu dikerjakan secara
berkelompok yang terdiri atas tujuh hingga sepuluh orang. Satu orang memompa
udara untuk meniup api, dua hingga empat orang yang menempa, memotong,
membentuk besi, dan yang lainnya menggosok, mengikir, dan mengamplas.

G. Benteng Asakota
1. Nama ODTW : Benteng Asakota
2. Lokasi : Perbatasan Kota dan Kabupaten Bima,
terdapat jalur darat di kabupaten Bima, sedangkan dari kota bima harus
melalui jalur laut dengan perahu, jarak terdekat adalah menyeberang dari Ule
20-30 menit dari pusat Kota

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 35


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pantai So Ati

Ke Utara
Ke barat
Pantai Kolo
menyeberang
menggunakan
Benteng
Ke Timur Lanco Gajah
h
Asakota
Laut
Pantai Ule

Pulau
Langgar Melayu Kuno
Kambing

Ke barat Pusat Kota


Pelabuhan
menyeberang
menggunakan
h

3. Daya tarik : pemandangan pantai, pemandangan kota dari


benteng, daya tarik sejarah
4. Skala Pemasaran : Lokal, tidak dikelola
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
sepi
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : tidak ada
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
Tempat menginap : tidak ada
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan perahu
Kondisi Jalan : jalur laut, mudah dijangkau, berada di
antara Kabupaten Bima-Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 36


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Waktu Tempuh Dari Kota : 5 menit ke arah timur dari pusat kota ke
pelabuhan, di lanjutkan naik perahu atau 20-30 menit ke Ule dilanjutkan naik
perahu
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat :-
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan :-
10. ODTW Lain Yang Dekat : ke selatan ada Pulau Kambing, ke timur ada Pantai
Ule dan Kolo
11. Potensi/Prospek Pengembangan : ada lahan cukup luas untuk
pengembangan sarana wisata pulau

Benteng Asakota dilihat dari Kota Bima

Jalur Darat Menuju Benteng Asakota yang berada di


Kabupaten Bima

Gambar 4. 27 Benteng Asakota

H. Langgar Melayu Kuno


1. Nama ODTW : Langgar Melayu Kuno
2. Lokasi : Melayu, Asakota 5-10 menit masih di sekitar
pusat Pelayanan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 37


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Sentra Pandai
Langgar Melayu Kuno
Besi

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca
Sentra Tenun

3. Daya tarik : dari sisi sejarah merupakan Peninggalan Sejarah


Masuknya Agama Islam Pertama Kali Di Kota Bima, Setiap maulid nabi ada
Ua Pua, prosesi membawa 99 telur yang ditulis asmaul husna dari Langgar
Ke Kesultanan. Secara arsitektur atau wujud bangunan tidak ada daya tarik
4. Skala Pemasaran : Lokal, Internasional (bagian dari city tour
agen perjalanan di kota bima)
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sepi, insidental
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC umum : ada
Parkir : tidak ada, di tepi jalan raya
Musholla : sebagai obyek
Tempat Makan : ada
Toko : ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : keamanan lingkungan
Kebersihan : kebersihan lingkungan
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi dan angkutan kota
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : 5-10 menit masih di sekitar pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : Peningkatan Keimanan/Religi
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : belum ada
10. ODTW Lain Yang Dekat : Museum Asi Mbojo, Masjid Sultan Salahudin,
Amahami

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 38


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

11. Potensi/Prospek Pengembangan : langgar ini digunakan sebagai aktivitas


ibadah sehari-hari, dapat menjadi bagian dari city tour

Langgar Kuno Berada di Tepi


Jalan Raya Sedang Di Renovasi

Akses pintu masuk ke Langgar


sebelah kiri

Gambar 4. 28 Langgar Melayu Kuno

I. Meriam Kuno Lelamase


1. Nama ODTW : Meriam Kuno Lelamase dan Punu Nence
2. Lokasi : Lelamase, Rasanae Timur, 30-40 Menit
Berkendara dari pusat kota ke arah timur, lanjut 1 jam jalan kaki treking tidak
menanjak

Ke Timur
Pusat Kota Meriam Kuno dan Punu Nence

Diwu Monca

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 39


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

3. Daya tarik : pendidikan sejarah (Meriam kuno dan batu2


pondasi bekas permukiman jaman penjajahan), pemandangan hutan dan
kebun rakyat, pemandangan kota bima terlihat keseluruhan dari atas, kemah,
bunga edelweis di Punu Nence, Petualangan
2 meriam kuno di atas lahan 16m2 sudah diberi pagar
4. Skala Pemasaran : Lokal
5. Jumlah Pengunjung : Kualitatif (Sepi/ramai/sangat ramai)
Sabtu Sangat ramai kalau ke Meriam Kuno kebanyakan pulang pergi
Kalau ke Punu Nence menginap pulang hari minggu Jugan Sangat ramai
6. Kondisi Sarana (Kapasitas dan Kualitas)
KM/WC : tidak ada
Parkir : tidak ada
Musholla : tidak ada
Tempat Makan : tidak ada
Toko : tidak ada
Souvenir : tidak ada
Keamanan : tidak ada
Kebersihan : tidak ada
7. Aksesbilitas
Sarana transportasi : Kendaran Pribadi
Kondisi Jalan : bagus, mudah dijangkau
Waktu Tempuh Dari Kota : 50 menit dari pusat kota
8. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat : belum ada
9. Dampak Terhadap Kondisi Lingkungan : belum ada, kesadaran
masyarakat menebang dan memetik edelweis
10. ODTW Lain Yang Dekat : Diwu Monca, Mada Oi Mbo
11. Potensi/Prospek Pengembangan :
Di area Meriam Kuno cukup luas karena bekas permukiman
Ada investor bandung dan malang yang ingin mengembangkan Paralayang di
Salah Satu bukit di Lelamase, sudah dilakukan kajian kelayakan, tinggal
menunggu dukungan dari pemerintah

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 40


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Jalan Masuk Ke Meriam Kuno, Lokasi Pemandangan Ke Meriam Kuno


meriam di Bukit yang di tengan

Akses Ke Meriam Kuno Salah Satu Bukit di Lelamase


Prospek untuk Paralayang

Gambar 4. 29 Meriam Kuno Lelamase

Sebaran Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima secara keseluruhan dapat
dilihat pada Gambar 4.30

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 41


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 30 Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima

4.1.2. SARANA PARIWISATA


A. Hotel
Pada kenyataannya banyak sekali jenis akomodasi yang terdapat di suatu
daerah. Meskipun terminologi dari berbagai jenis fasilitas akomodasi muncul namun
batasan pasti sulit sekali untuk diidentifikasi.
Untuk kepentingan survey, analisis dan perencanaan terminologi yang
umumnya digunakan di Indonesia adalah berdasarkan klasifikasi hotel berbintang
dan melati. Namun demikian jenis-jenisnya secara umum dengan fungsinya adalah
sebagai berikut:
1. Hotel kota, biasanya dimanfaatkan untuk wisatawan bisnis, dinas maupun untuk
berlibur.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 42


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

2. Hotel konvensi, biasanya hotel ini diperuntukan sebagai tempat


penyelenggaraan pertemuan, konferensi dan pelatihan, Namun tidak jarang
juga dimanfaatkan oleh wisatawan yang berlibur.
3. Hotel bandara, biasanya hotel diperuntukan sebagai tempat transit sementara
bagi pelaku perjalanan sebelum mereka melanjutkan perjalanannya. Hotel Ini
berada di sekitar bandara.
4. Hotel yang berorientasi untuk menampung pelaku perjalanan yang
memanfaatkan jalan raya untuk pengalaman mereka. Hotel seperti ini biasanya
berada di kota-kota kecil sebagai tempat istirahat bagi mereka yang sedang
melakukan perjalanan jarak jauh.
5. Resort, jenis akomodasi ini memberikan fasilitas rekreasi yang beraneka ragam
bagi tamunya. Akomodasi seperti ini biasanya terletak di daerah-daerah yang
memiiki daya tarik wisata. Wisatawan yang berkunjung umumnya adalah
wisatawan yang berlibur.
Kota Bima memiliki cukup banyak hotel/penginapan/losmen baik berbintang
maupun melati. Pada tahun 2014, tercatat ada 17 hotel/penginapan/losmen yang
berorientasi tidak hanya pada satu fungsi saja. Data hotel/penginapan/losmen yang
ada di Kota Bima adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 3 Daftar Hotel/Penginapan/Losmen Kota Bima


Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari

Jl. RE
Martadinata
Rasanae Barat
1 Hotel Asakota Jumlah Kamar Seluruhnya 5
Homestay Fan, Bathroom with cold water
2 Bimantika 1. Type 1 shower 2 Rp130.000
Fan, Bathroom with Hot/Cold
2. Type 2 water 1 Rp220.000
Jl.H.M. Noor
Satellite TV Latif
AC, Bathroom with Hot/Cold RT. 04/RW 01
3. Type 3 water 3 Rp380.000 kel.
Mande Kec.
Satellite TV, large balcony Mpuda
AC, Bathroom with Hot/Cold Kota Bima
4. Type 4 water 1 Rp320.000

Satellite TV, max. 4 pers

Jumlah Kamar seluruhnya 7


Jl.Gajah Mada
3 Hotel Camelia Jumlah Kamar Seluruhnya 44 Mpunda

4 Hotel Favorit 1. VIP Room 3 Bed TV,AC,Spingbed,K. Mandi 4 Rp240.000 Jl. Pahlawan 21
2. VIP Room 2 Bed TV,AC,Spingbed,K. Mandi 1 Rp165.000 Tlp. 45285
Dedi Kusnanto
3. VIP Room 1 Bed TV,AC,Spingbed,K. Mandi 4 Rp140.000 Kota Bima

4. Standar I TV,Exhaust,K. Mandi 8 Rp90.000

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 43


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari

5. Standar TV,Spingbed,K. Mandi 4 Rp80.000

6. Ekonomi TV,Spingbed,K. Mandi 5 Rp65.000

Jumlah Kamar seluruhnya 26


Hotel dan
Restauran Lila TV,AC,Mini Bar,Hot
5 Graha 1. President room single Bed Water,Telephone,Shower 10 Rp220.000
TV,AC,Mini Bar,Hot
President room Doule Bed Water,Telephone,Shower 7 Rp330.000
TV,AC,Mini Bar,Hot
2. Suite Room Single Bed Water,Telephone,Shower 18 Rp170.000
TV,AC,Mini Bar,Hot
Suite Room Double Bed Water,Telephone,Shower Rp200.000
TV,AC,Mini Bar,Hot
Suite RoomTriple Bed Water,Telephone,Shower Rp230.000
TV,AC,Hot
3. VIP Room Double Bed Water,Telephone,Shower 15 Rp170.000
TV,AC,Hot
VIP Room Triple Bed Water,Telephone,Shower Rp200.000
TV,Fan,Hot
4. Standart I Double Bed Water,Telephone,Shower 10 Rp150.000
TV,Fan,Hot
Standart I Triple Bed Water,Telephone,Shower Rp170.000

4. Standart II TV,Fan,Indonesian Toilet 10 Rp130.000


Jl. Lombok 2
5. Ekonomi Double Bed TV,Indonesian Toilet 3 Rp110.000 Tlp. 42740
Ekonomi Triple Bed TV,Indonesian Toilet Rp130.000 Ni made Surini
Kota Bima
Jumlah Kamar seluruhnya 73

Fasilitas Tambahan

1. Air Conditioner

2. Water Heater

3. TV Chanel

4. Free WI-FI Access

5. Restaurant

6. Telephone/Fax

7. Meeting Room

8. Parkin Area

9. Breakfast

10. Cofee Break


Freezer,TV,Aip Phone,Shower
6 Hotel Lambitu 1. Royal Suite Screen/bathub, 12 Rp350.000

AC, Living Room


Freezer,TV,Aip Phone,Shower
2. Junior Suite Screen/bathub, 6 Rp275.000

AC
Freezer,TV,Aip Phone,Shower
3. Junior Triple Screen/bathub, 6 Rp350.000 Jl. Sumbawa 04
Tlp.
AC, Living Room 42222,43333,
Freezer,TV,Aip Phone,Shower 42304
4. Deluxe Screen/bathub, 2 Rp240.000 Chandra
Susanto
AC, Living Room Kota Bima
Freezer,TV,Shower Hot and
5. VIP Cool water,AC 6 Rp200.000
TV,Shower Hot and Cool
6. Superoir water,AC 14 Rp175.000

7. Standart TV,Shower,Fan (Kipas Angin) 4 Rp120.000

Jumlah Kamar seluruhnya 50


Penginapan R. Tamu,TV,AC,Kulkas,Shower Jl. Ir. Sutami 40
7 La Ode 1. VIP Single Bed Hot & Cool 11 Rp150.000 Kel.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 44


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari
R. Tamu,TV,AC,Kulkas,Shower Rabadompu
VIP Double Bed Hot & Cool 6 Rp200.000 Ny. Hj. Ramlah
Kota Bima
2. Standart Single Bed TV,Kipas,T. Tidur,Kamar Mandi 9 Rp75.000

Standart Double Bed TV,Kipas,T. Tidur,Kamar Mandi Rp100.000

Jumlah Kamar seluruhnya 26


TV,AC,Kamar Mandi, 2 Tempat Jl. Soekarno -
8 Hotel La Ila 1. Standart I Tidur 5 Rp150.000 Hatta
TV,Kamar Mandi, 2 Tempat H. Maman Siraj
2. Standart II Tidur 18 Rp100.000 Rasanae Barat
Kota Bima
Jumlah Kamar seluruhnya 23
TV,Telephone,Split Air
9 Homestay 1. President Suite Condisioner,Mini Bar, 1 Rp990.000
Dressing Table With Mirror,Bath
Mutmainah Room With
Shower Hot & Cold Water,Bath
Tub
TV,Telephone,Split Air
2. Suite Condisioner,Mini Bar, 2 Rp660.000
Dressing Table With Mirror,Bath
Room With
Shower Hot & Cold Water,Bath
Tub
Jl. Gajah mada
TV,Telephone,Split Air Tlp. 0374-
3. Deluxe Condisioner,Mini Bar, 15 Rp450.000 42351
Dressing Table With Mirror,Bath 818361111
Room With Hj. Siti Sundari
Shower Hot & Cold Water,Bath Mpunda
Tub Kota Bima
TV,Telephone,Split Air
4. Superior Condisioner,Mini Bar, 3 Rp350.000
Dressing Table With Mirror,Bath
Room With
Shower Hot & Cold Water,Bath
Tub

Extra Bed Rp100.000

Jumlah Kamar seluruhnya 21

Fasilitas Tambahan

1. Restaurant

2. Meeting Room

3. Art Shop

4. 24 Hour Room service

5. Laundry Service

6. Car Rental
7. Bima Tradisional hand
Weaving

AC,Air Panas & Air Dingin, 2 Jl. Soekarno -


10 Hotel Parewa 1. VIP Tempat Tidur 10 Rp150.000 Hatta
Tlp. 42652
2. Superior AC,Air Dingin, 2 Tempat Tidur 6 Rp110.000 Mulia Hadi
Susanto
3. Standart Fan, k. Mandi 6 Rp75.000 Rasanae Barat
Kota Bima
Jumlah Kamar seluruhnya 22

11 Hotel Permata 1. VIP TV,AC,Triple Bed,Breakfast 6 Rp165.000


Double Spring Jl. Lombok
2. Standart Bed,Kipas,Breakfast 6 Rp110.000 Tlp. 646316,
Single Bed,Kipas 81392633106
3. Standart Angin,Breakfast 2 Rp82.000 H. Anhar Kota
Bima
Jumlah Kamar seluruhnya 14
Jl.Sultan
Salahudin
12 Hotel Marina Rasanae Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 45


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Tarif
No Nama Hotel Jenis Kamar Fasiltas Kamar Jumlah Kamar/ Alamat
Kamar Hari

13 Losmen Dara 1. VIP Room Fan, Kamar Mandi Dalam 2 Rp45.000


Jl. Sultan
2. Ekonomi Fan, Kamar Mandi Dalam 4 Rp40.000 hasanuddin
Springbed,Kamar Mandi Tlp. 42293
3. Utama Dalam,Fan 4 Rp60.000 H. Idris Yasin
Kota Bima
Jumlah Kamar seluruhnya 10
Losmen Dewi Springbed Besar, Kamar Mandi
14 Sari 1. Standar I Dalam 2 Rp70.000 Jl. Dana Traha
Springbed Kecil, Kamar Mandi Kampung dara
2. Standar II Dalam 13 Rp50.000 Rasanae Barat
H. Yusuf. Kobi
Jumlah Kamar seluruhnya 15
Losmen Jl. Sultan
15 Komodo Standar Fan,Kamar mandi 25 Rp60.000 Ibrahim
42070
H. Maman H.
Siraj
Losmen Putra Fan,Tempat Tidur,Kamar mandi Jl. Soekarno -
16 Sari 1. Standar I Dalam 8 Rp50.000 hatta
Fan,Tempat Tidur,Kamar mandi 85237866333
2. Standar II Luar 12 Rp30.000 Hj. Siti Aisyah.
Kobi
Rasanae Barat
Jumlah Kamar seluruhnya 20
Jl. Soekarno -
17 Losmen Vivi 1. Standar I Fan,Kamar mandi dalam 5 Rp35.000 hatta
82146034068
2. Standar II Fan,Kamar mandi Luar 10 Rp30.000
H. Abdullah.
Kobi
Rasanae Barat

Jumlah Kamar seluruhnya 15


Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014

Gambar 4. 31 Persebaran Hotel dan Penginapan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 46


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

B. Agen Perjalanan Wisata


Agen perjalanan wisata termasuk di dalamnya agen yang menawarkan
program wisata lokal dan penanganan pelayanan kepada wisatawan merupakan
sumber-sumber informasi yang perlu dipertimbangkan. Pelayanan penjualan tiket
penerbangan, kereta api, kapal laut dan bus, penyewaan kendaraan, reservasi hotel
dan pelayanan wisata dalam maupun luar negeri merupakan faktor-faktor yang
perlu untuk dikaji.
Pada beberapa daerah kompetensi pemandu wisata dalam menjelaskan
objek dan daya tarik wisata, bahasa dan pengalaman merupakan masukan bagi
dokumen perencanaan. Paket wisata yang ditawarkan perlu dievaluasi untuk
melihat faktor tingkatan harga, program yang ditawarkan, kualitas pelayanan,
kehandalan pelayanan dan keamanan perjalanan. Hal ini berguna bagi tim
perencana untuk pendekatan yang dilakukan oleh pihak operator dalam
melaksanakan usahanya. Peraturan mengenai agen perjalanan wisata dan
pemandu wisata telah ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Data agen perjalanan wisata di Kota Bima yang tercatat pada Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah
di Kota Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4. 4 Daftar Agen Perjalanan Kota Bima

N
NAMA ALAMAT / NO. HP NAMA PEMILIK
O

1 Mulia - -

2 PT. Fajar Bima - -


PT. Merpati Ticketing Distric
3 - -
Bima
4 PT. Lancar Jaya Travel gent - -

5 PT. Man Jaya Executive - -


H. A. Rahman,
6 Hai Travel Jl. Sumbawa No 8 Kel. Paruga
SE.
7 PT. GSA Trans nusa Jl. Sulawesi Kel. Paruga Whindra

8 PT. Kristal KW - -

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 47


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

N
NAMA ALAMAT / NO. HP NAMA PEMILIK
O

9 2 Avira Travel - -
Lafran Abdul
10 Travel Bintang Timur Jl. Gatot Subroto Kel. Sadia
Kahar
PT. Iskandaria Biro Umro dan Muh. Mutawali,
11 Jl. Mawar No 24 Kel. Sarae
Haji MA.
Jl. Gajah Mada No 21 Kel.
12 Travel Agent Zafira Fikri Rino Adi
Monggonao
Jl. Soekarno Hatta Kel. Rabangodu
13 Travel Agent Sahra M. Saleh A. Gani
Utara
Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014

Gambar 4. 32 Persebaran Agen Perjalanan Wisata

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 48


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

C. Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan dan minuman


Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan dan minuman
memberi pola kepada pengembangan pariwisata daerah. Hal ini perlu dievaluasi
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Jenis dan variasi makanan yang ditawarkan,
2) Kualitas pelayanan,
3) Value for money,
4) Tingkat kebersihan,
5) Daya tarik fisik dan kenyamanan yang diberikan,
6) Lokasi.
Untuk mernuaskan permintaan wisatawan secara normal, maka daerah
seharusnya memiliki kualitas makanan yang baik yang dapat ditawarkan kepada
wisatawan. Makanan khas daerah yang menarik dapat merupakan daya tarik
pendukung bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke daerah akan memiliki
pengalaman yang semakin baik bila makanan yang tersedia di daerah dapat
memenuhi selera.
Data Fasilitas rumah makan yang tercatat pada Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima
dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4. 5 Daftar Rumah Makan Kota Bima

NO NAMA ALAMAT / NO. HP JUMLAH KURSI & MEJA

Jl. Sultan Hasanuddin, Sarae,


1 KFC 26 Meja x 2 Kursi
Rasanae Barat
Jl. Pahlawan Dara, Rasanae
2 Srikandi 5 meja x 30 kursi
Barat
Jl. Sultan Hasanuddin, Sarae,
3 RM. Arema Raya 4 meja x 25 kursi
Rasanae Barat
Jl. Poros Lawata, Dara,
4 RM. Anda 4 meja x 4 kursi
Rasanae Barat
Jl. Poros Lawata, Dara,
5 RM. Purnama 9 meja x 8 kursi
Rasanae Barat
Jl. Sulawesi, Dara, Rasanae
6 RM. Mahkota Mawar 4 meja x 8 kursi
Barat

7 RM. Takanajuo Jl. Soekarno Hatta 4 meja x 16 kursi


Jl. Sultan Kaharudin, Paruga,
8 RM. Beringin Indah 4 meja x 10 kursi
Rasanae Barat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 49


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

NO NAMA ALAMAT / NO. HP JUMLAH KURSI & MEJA

Jl. Sultan Kaharudin, Paruga,


9 RM. Surabaya 4 meja x 10 kursi
Rasanae Barat
Jl. Martadinata, sarae,
10 RM. Pade Doang 5 meja x 20 kursi
Rasanae Barat
Jl. Sultan Kaharuddin, Paruga,
11 RM. Kediri 4 meja x 16 kursi
Rasanae Barat
Jl. Pahlawan Dara, Rasanae
12 RM. Marem 6 meja x 24 kursi
Barat
13 RM. Jawa Asih Kel. Paruga, Rasanae Barat 3 meja x 12 kursi

14 RM. Minang Raya Kel. Paruga, Rasanae Barat 3 meja x 12 kursi

15 RM. Arema Santi Jl. Gajah Mada 12 meja x 32 kursi

16 RM. Gurih Jl. Ir. Sutami, Raba 6 meja x 18 kursi


Jl. ST. Hasanuddin, Sarae,
17 RM. Singgalang -
Rasanae Barat
18 RM. Manalagi Kompleks Pasar Raba, Raba 4 meja x 16 kursi

19 RM. Depot Kita Jl. Tolo Bali 3 meja x 12 kursi

20 Lesehan Putri Jl. Sukarno Hatta -


Jl. Datuk Dibanta No.20 Pane
21 Aqilah 12 meja x 16 kursi
Rasanae Barat
22 Restu Ambarani Jl. Anggur Rabadompu, Raba 8 meja x 24 kursi

23 Depot Prasmanan Jl. Sukarno Hatta -

24 Benteng Takeshi Jl. Jenderal Sudirman -

25 Lesehan Morodadi Jl. Sukarno Hatta -

26 Arema Santi Jl. Gajah Mada 14 meja x 54 kursi

27 Depot Celebes Jl. Gajah Mada No. 23 5 meja x 8 kursi

28 Depot Srikandi Jl. Lombok -

29 Erni Sari Jl. Sukarno Hatta 5 meja x 20 kursi

30 Minang Raya Jl. Sukarno Hatta 5 meja x 20 kursi

31 Takeshi Bento Jl. Jenderal Sudirman -


Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 50


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

D. Informasi Pariwisata
Informasi pariwisata umumnya disediakan oleh pemerintah daerah, hotel
maupun agen perjalanan. Lokasi dari pusat informasi dan kandungan informasi
yang dimiliki perlu disurvey dan dievaluasi untuk melihat kesesuaian lokasi,
aksesibilitas, kompetensi informasi, bahasa dan informasi pendukung lainnya.
Selain itu buku-buku petunjuk wisata yang membahas daerah studi perlu dikaji
untuk melihat kesesuaian antara informasi yang diberikan dengan kondisi di
lapangan.
Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata telah
menyediakan informasi pariwisata Kota Bima melalui brosur, spanduk maupun
papan informasi yang diletakkan di fasilitas akomodasi maupun fasilitas umum
terutama di fasilitas transportasi. Beberapa contoh informasi pariwisata dapat dilihat
pada gambar berikut ini

Gambar 4. 33 Informasi Pariwisata Kota Bima

E. Fasilitas Belanja
Fasilitas belanja baik sebagai daya tarik utama maupun pendukung perlu
untuk disurvey dan dikaji secara mendalam. Umumnya wisatawan yang berkunjung
ke suatu daerah mencari cenderamata untuk dibawa pulang ke tempat asalnya.
Cenderamata ini bisa berbentuk kerajinan, hasil seni, pakaian, dan perhiasan. Di
lain pihak di beberapa tempat wisatawan juga mencari barang-barang umum
terutama barang-barang yang memiliki harga murah, barang yang mereka beli
antara lain tembakau, minyak wangi, elektronik dan barang-barang lainnya. Selain

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 51


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

barang-barang yang bersifat cinderamata atau barang-barang umum yang dibawa


pulang, dalam survey juga perlu diperhatikan penyediaan barang-barang sehari-hari
kebutuhan wisatawan selama mereka melakukan kunjungan. Film, koran, majalah,
air minum, obat-obat ringan merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu
daerah. Evaluasi untuk fasilitas ini dilakukan berdasarkan jenis dari fasilitas, barang
dan pelayanan yang diberikan. Selain itu lokasi, aksesibilitas dan harga juga
merupakan faktor- faktor yang perlu dikaji.
Data Fasilitas Belanja yang tercatat pada Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan sebagai pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima
dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4. 6 Pasar Di Kota Bima Tahun 2012


No Nama Pasar Alamat Pasar Luas Pasar Jumlah Jumlah
(M2) Toko/Los Pedagang
1. Pasar Raya Kelurahan Paruga Kec. 9.000 102/4 563
Rasanae Barat
2. Pasar Lama Kelurahan Sarae Kec. 2.300 118 225
Rasanae Barat
3. Pasar Raba Kelurahan Rabangodu 1.192 45 112
Utara Kec. Raba
4. Pasar Penaraga Kelurahan Penaraga 3.500 30 55
Kec. Raba
5 . Pasar Kumbe Kelurahan kumbe Kec. 1.595 24/2 67
Rasanae Timur
6. Pasar Jatibaru Kelurahan Jatibaru Kec. 800 4 15
Asakota
Sumber : Diskoperindag dalam bimakota.go.id, 2014

Tabel 4. 7 Toko Modern Kota Bima Tahun 2012


No Nama Alamat/Lokasi Status Outlet Jaringan Outlet
Minimarket (Waralaba/non (Nasional/Lokal)
Waralaba)
1. Hokky Mart Jl. Sulawesi Wiraswasta Lokal
2. Mai Mart Jl. St. Wiraswasta Lokal
Hasanuddin

3. Artha Bima Jl. Soekarno Wiraswasta Lokal


Mall Hatta

4. Lancar jaya Jl. St. Wiraswasta Lokal


Hasanuddin

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 52


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

No Nama Alamat/Lokasi Status Outlet Jaringan Outlet


Minimarket (Waralaba/non (Nasional/Lokal)
Waralaba)

5. Bolly Jl. Gajah Mada Wiraswasta Lokal

6. Hokky Mart Jl. Soekarno Wiraswasta Lokal


Hatta
Sumber : Diskoperindag dalam bimakota.go.id, 2014

Gambar 4. 34 Persebaran Sarana Belanja

F. Fasilitas Penukaran Uang


Fasilitas penukaran uang untuk pariwisata intemasional mutlak diperlukan.
Umumnya mereka membawa jumlah mata uang Rupiah yang terbatas, sementara
pembayaran yang mereka lakukan adalahdalam rupiah, sehingga fasilitas ini
menjadi penting bagi pengembangan pariwisata, dan ini perlu dikaji berdasarkan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 53


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

lokasi, jenis dan kualitas pelayanannya. Umumnya fasilitas seperti ini berada pada
daerah- daerah umum seperti bandara, setasiun kereta api, terminal, dan
pertokoan. Kemampuan fasilitas ini untuk dapat menerima berbagai mata uang dan
kartu kredit juga harus dikaji dan dievaluasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung
enggan membawa uang dalam bentuk cash, mereka lebih menyenangi membawa
kartu kredit yang lebih aman. Tuntutan seperti perlu disediakan oleh Daerah dengan
melihat kesesuaiannya dengan pasar wisatawan yang ada. Fasilitas perbankan juga
fasilitas penting untuk keperluan mereka melakukan transfer uang maupun cek
perjalanan mereka, sehingga faktor ini juga patut untuk dipertimbangkan.
Data Fasilitas Bank yang tercatat pada www.bimakota.go.id sebagai
pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel
berikut ini

Tabel 4. 8 Fasilitas Bank Kota Bima Tahun 2012


No Nama Alamat
1 Bank Rakyat Indonesia Jl. Gadjah Mada No. 98 Kota Bima-NTB.
(BRI) Cabang Bima
BRI Teras Raba Jl. Sukarno Hatta, Pasar Raba, Kota Bima-NTB

BRI Teras Bima Pasar Bima, Kota Bima-NTB

BRI Cabang Pembantu Jl. Sukarno Hatta, Penatoi, Kota Bima-NTB

2 Bank Negara Indonesia Jl. Sultan Hasanuddin No. 4 Kota Bima. Tlp (0374) 42356,
(BNI) Cabang Bima 43021 (Hunting) fax (0374)44220, Website
:http://www.bni.co.id
BNI Raba Jl. Gatot Subroto Kota Bima. Tlp (0374)646990, Fax
(0374)646990

3 Bank Pembangunan Jl. Sukarno Hatta Kota Bima, Tlp (0374)42250, 42421,
Daerah (BPD NTB) 646566. Website :http://bankntb.co.id
Cabang Bima
4 Bank BPR LKP Jl. Sultan Kaharuddin No. 7 Kota Bima-NTB, Tlp
(0374)44813.
5 Bank Mandiri Cabang Jl. Sumbawa No.2 Rasanae Barat, Kota Bima-NTB, 84111.
Bima
6 Bank Syariah Mandiri Jl. Sultan Kaharuddin, Kompleks Sultan Square A4-A5, Tlp
Cabang Bima (0374)44222, Website : http://www.Syariahmandiri.co.id.
7 Bank Danamon Jl. Sukarno Hatta Kota Bima.
8 Bank BIAS Kompleks Pasar Bima, Kota Bima
Sumber : www.bimakota.go.id

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 54


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Gambar 4. 35 Persebaran Sarana Penukaran Uang/Bank

G. Fasilitas Kesehatan
Sebagian wisatawan dalam waktu perjalanannya mengalami gangguan
kesehatan, kecelakaan atau permasalahan kesehatan mendadak yang perlu
ditangani dengan cepat. Dalam pengembangan pariwisata, hal tersebut tidak dapat
diabaikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap maupun dokter-dokter
yang handal akan sangat membantu pengembangan pariwisata daerah, sehingga
perlu untuk dikaji dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Bila fasilitas
yang diperlukan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada atau akan ada, maka
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengembangan. Hal ini tentu saja bukan
hanya untuk keperluan pariwisata itu sendiri, Namun juga bagi masyarakat di
daerah tersebut.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 55


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Data Fasilitas Kesehatan yang tercatat pada www.bimakota.go.id sebagai


pendukung pengembangan pariwisata daerah di Kota Bima dapat dilihat pada tabel
berikut ini

Tabel 4. 9 Fasilitas Kesehatan Kota Bima


Rumah Puskesmas Puskesmas Polindes/
No Kecamatan Puskesmas Posyandu
Sakit Pembantu Keliling Poskesdes
1 Rasanae Barat - 1 3 2 5 32
2 Mpunda 1 1 3 3 10 26
3 Raba 1 1 5 3 7 39
4 Rasanae Timur - 1 5 2 7 26
5 Asakota - 1 3 3 6 30
Jumlah 2 5 19 13 35 153

Kecamatan Apotek Toko Obat


1. Rasanae Barat 10 13
2. Mpunda 3 -
3. Raba 7 -
4. Rasanae Timur - -
5. Asakota 1 -
Jumlah 21 13

Dokter
Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi Bidan
Spesialis
1. Rasanae Barat 4 2 2 2
2. Mpunda 16 1 3 3
3. Raba 5 6 1 2
4. Rasanae Timur - - - -
5. Asakota 3 - 1 2
Jumlah 28 9 7 10
Sumber : www.bimakota.go.id

H. Keamanan Umum
Keamanan umum merupakan syarat mutlak pengembangan pariwisata di
suatu daerah. Daerah yang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi cenderung tidak
dikunjungi oleh wisatawan. Oleh karena itu kondisi dan fasilitas keamanan di
Daerah merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk perencanaan pariwisata.
Kehandalan dan efektivitas pelayanan dari polisi, pemadam kebakaran, penyelamat
pantal, dan SAR, memberikan dukungan yang signifikan terhadap pariwisata di
suatu daerah. Informasi mengenai penyelamatan diri terhadap wisatawan selama
kunjungan pun perlu diinformasikan dengan baik. Informasi ini akan sangat
membantu wisatawan dalam melakukan kunjungan mereka di daerah, sehingga

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 56


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

mereka dapat mengantisipasi terhadap perubahan kondisi yang terjadi. Selain itu
kondisi politik di daerah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhl
pengembangan pariwisata, sehingga hal ini juga merupakan faktor yang perlu dikaji
dan dievaluasi untuk dicarikan solusi penanggulangannya.

I. Fasilitas Pos
Selama melakukan kunjungan wisatawan umumnya tidak mau putus
hubungan dengan kerabatnya di tempat tinggat asalnya. Mereka umumnya ingin
memberi kabar tentang kondisi mereka selama perjalanan. Fasilitas umum yang
banyak dimanfaatkan adalah fasilitas pos dengan mengirim berbagai jenis surat
atau kartu pos, sehingga pelayanannya perlu dievaluasi dengan melihat faktor-
faktor lokasi, kehandalan, jaminan kehilangan, efisiensi dan keramah tamahan dari
pegawai.

Tabel 4. 10 Fasilitas Pos Kota Bima


Nama Kantor Kode Area Alamat Nomor Nomor Kelurahan Kecamatan
Pos Kantor Telepon Faximile
BIMA 84100 AREA VIII Jl. Gajah 0374- 0374- NaE Rasanae
DENPASAR, Mada 42083 44140 Barat
80004
Bimarabangod 84113 Kantor Pos AREA VIII BIMA, Jl. 0374- RasanaE
u A Cabang DENPASAR, 84100 Soekarno 43323 Timu
Dalam Kota 80004 Hatta
Raba
Bimatolomundu 84116 Kantor Pos AREA VIII BIMA, Jl. Datuk - RasanaE
A Cabang DENPASAR, 84100 Dibanta Barat
Dalam Kota 80004 Bima

Sumber : http://kantorpos.posindonesia.co.id/

J. Jasa Internet
Umumnya sebagian besar wisatawan, memanfaatkan fasilitas ini untuk
memberi informasi kepada kerabatnya dengan cepat dan akurat, sehingga fasilitas
ini menjadi pendukung dari pengembangan pariwisata yang ada. Evaluasi fasilitas
ini meliputi faktor : lokasi, harga, kecepatan akses dan kenyamanan pelayanan.

4.1.3. PAKET PERJALANAN


Dalam proses perencanaan pariwisata, akan sangat berguna untuk
melakukan proses wawancara dengan pihak agen perjalanan baik yang terdapat di

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 57


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

daerah maupun yang terdapat di luar daerah. Wawancara ini dilakukan terutama
pada operator yang memiliki program atau paket wisata di daerah studi baik yang
sekarang telah memiliki atau mereka yang tertarik ingin mengembangkan paket
wisata ke daerah studi. Umumnya mereka paham terhadap berbagai permasalahan
pasar dan permasalahan di lapangan dalam memasarkan paket-paket wisatanya.
Struktur harga dan kompetisi daerah tujuan wisata merupakan informasi yang dapat
diperoleh dan mereka. Operator perjalanan ini memberikan informasi berdasarkan
pandangan perdagangan intemasional maupun perdagangan secara umum.
Wawancara secara khusus, merupakan langkah efektif yang dapat dilakukan untuk
menggali informasi yang diinginkan.

4.1.4. SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG PARIWISATA


Ketersediaan sarana dan prasarana, merupakan syarat mutlak
pengembangan pariwisata yang berhasil. Namun pada kenyataannya kondisi di
lapangan sarana dan prasarana sangat terbatas dan merupakan salah satu kendala
pengembangan pariwisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi, air bersih, listrik,
pembuangan dan pengdahan limbah, dan telekomunikasi merupakan komponen
infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan pariwsata di suatu daerah.
Prasarana dasar dari suatu daerah umumnya diperuntukan masyarakat
secara umum dan diperlukan untuk pengembangan dan pembangunan daerah.
Pariwisata yang dikembangkan di daerah akan turut memanfaatkan prasarana
tersebut. Pengembangan prasarana secara khusus untuk pariwisata diperlukan
pada daerah-daerah yang dipitih untuk pengembangan pariwisata dan ini pun
dimanfaatkan oleh masyarakat daerah tersebut. Pariwisata yang berhasil akan turut
menyumbangkan pendapatan bagi daerah menutupi biaya yang dikeluarkan
pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana. Namun meskipun demikian
pada pengembangan pariwisata kawasan-kawasan terpencil di mana belum ada
pembangunan prasarana, pariwisata akan membutuhkan prasarana tersebut secara
khusus. Di sinilah perlu adanya evaluasi terhadap kemungkinan manfaat yang
diperoleh dengan adanya pengembangan pariwisata dengan biaya yang
dikeluarkan.
Seluruh jenis prasarana dan sarana yang adadi suatu daerah perlu disurvey
dan dievaluasi sebagai bagian proses perencanaan dengan tujuan untuk
memberikan dasar bagi rekomendasi untuk melakukan pengembangan. Selain itu

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 58


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

rencana pengembangan prasarana dan sarana yang sudah ada perlu dikaji untuk
menghindarkan terjadinya tumpang tindih pembangunan yang akan dilaksanakan.
Diharapkan dengan evaluasi dan kajian yang dilakukan kebutuhan untuk
pengembangan pariwisata dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat
terpenuhi.
A. Transportasi
Transportasi berperan untuk memberikan akses kepada wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata maupun melakukan perjalanan di dalam
daerah. Kajian dilakukan terhadap seluruh jenis moda transportasi yang ada di
suatu kabupaten/kota, baik moda transportasi udara, laut, jalan raya maupun kereta
api.
Pada daerah yang telah memiliki perkembangan pariwisata yang baik,
biasanya diperlukan angkutan khusus untuk pariwisata. Angkutan khusus tersebut
dapat berupa mobil. bus, pesawat terbang, bahkan kapat laut. Komponen ini perlu
dikaji dan disurvey untuk melengkapi bahan analisis dan sintesis yang akan
dilakukan pada tahap berikutnya.
Integrasi jaringan transportasi di dalam dan di luar daerah perlu dipetakan
untuk melihat karakteristik pelayanan transport yang dimiliki oleh daerah. Informasi
ini disertakan pada peta lokasi objek dan daya tarik, sehingga dapat diketahui
sejauh mana kesesuaian antara pengembangan pariwisata yang akan dilakukan
dengan dukungan jaringan transportasi yang ada.
Terminal yang ada di Kota Bima ada 3 (tiga) buah, yaitu
1. Terminal Dara,
2. Terminal Kumbe dan
3. Terminal Jatibaru.
Terminal Dara merupakan terminal Tipe B dengan fungsi sebagai terminal
antar kota antar propinsi. Terminal Kumbe sebagai simpul transportasi untuk Kota
Bima ke bagian timur, dengan tujuan utama Sape dan sekitarnya dan Terminal
Jatibaru sebagai simpul transportasi untuk Kota Bima bagian utara, dengan tujuan
utama Wera dan sekitarnya.
Transportasi darat masih memegang peranan penting dalam mobilitas
barang dan manusia di Kota Bima, tidak hanya di dalam wilayah Kota Bima sendiri,
tetapi juga antar kota baik dalam propinsi maupun antar propinsi bahkan antar
pulau. Moda transportasi darat yang ada tidak hanya melayani angkutan antar kota

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 59


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

dalam wilayah Pulau Sumbawa dan dalam propinsi Nusa Tenggara Barat saja,
tetapi juga ke kota-kota besar di Pulau Jawa.
Transportasi laut memegang peranan yang sangat penting pada
perekonomian Kota Bima. Hal ini dapat dilihat dari masih besarnya mobilitas orang
dan barang baik yang keluar maupun masuk Kota Bima yang menggunakan
transportasi laut, yaitu melalui Pelabuhan Bima.
Pelabuhan Bima saat ini masih memegang peranan yang penting sebagai
pintu gerbang perekonomian, tidak hanya bagi Kota Bima tapi juga wilayah sekitar.
Sebagai pelabuhan penumpang, pelabuhan ini menjadi penghubung bagi kawasan
timur Indonesia dengan rute yang dilayani antara lain Kalimantan, Sulawesi dan
Papua.
Akses menuju Kota Bima juga didukung oleh keberadaan Pelayaranan jasa
angkutan udara yang dilaksanakan melalui Bandar Udara M. Salahuddin Bima yang
merupakan satu-satunya bandar udara yang ada di wilayah Bima dan Kabupaten
Dompu. Bandar Udara Muhammad Salahuddin Bima mampu melayani pesawat
jenis Fokker 26, diantaranya pesawat Merpati, Trans Nusa dan Wings Air. Rute
yang dilalui yakni penerbangan dari Bima menuju Mataram, Denpasar, Surabaya,
Jakarta dan beberapa daerah timur Indonesia.

Gambar 4. 36 Persebaran Sarana Transportasi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 60


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

B. Air Bersih
Setelah transportasi, air bersih merupakan komponen prasarana penting
yang perlu untuk diperhatikan. Ketefsediaan air bersih merupakan faktor kritis untuk
mengembangkan pariwisata di suatu daerah. Fasilitas pariwsata akan
membutuhkan air bersih baik sebagai kebutuhan dasar maupun sebagai bentuk
pelayanan. Oleh karena itu kualitas dan ketersediaan air bersih di suatu daerah
perlu dipertimbangkan secara khusus terutama untuk daerah-daerah yang akan
dipilih untuk pengembangan pariwisata.
Jika ketersediaan air yang ada di suatu daerah tidak dapat memenuhi
kebutuhan air bersih untuk kebutuhan pariwisata yang direncanakan, maka rencana
tersebut perlu dievaluasi. Sumber-sumber air bersih alternatif perlu dikaji untuk
menghadapi permasalahan pengembangan tersebut, sumber-sumber tersebut
dapat berbentuk air permukaan maupun air bawah tanah. Bila menggunakan air
bawah tanah maka perlu ditentukan area tangkapan air yang perlu disediakan dan
dijaga, sehingga sumber air tersebut tidak kering.
Sebagai tambahan dari ketersediaan air bersih, kualitas air pun perlu dikaji
sesuai dengan standar kesehatan yang telah djtetapkan. Bila diperlukan untuk
pengolahan agar air yang ada sesuai standar, maka pengolahan tersebut patut
dipertimbangkan sebagai masukan. Proses konservasi pun perlu dipertimbangkan,
sehingga keberlanjutan pariwisata di suatu daerah dapat dipertahankan.

C. Tenaga Listrik
Tenaga listrik bagi sebagian besar pengembangan pariwisata mutlak
diperlukan. Namun, komponen ini dapat lebih fleksibel dibandingkan dengan air
bersih karena bila tidak ada fasilitas listrik umum dapat disediakan dengan
pembangkit alternatif. Meskipun demiMan sisteni tenaga listrik ini untuk
pengembangan pariwisata perlu ditinjau dan dianalisis dengan baik. Ketersediaan
dan kehandalan pelayanan kepada pengguna perlu ditinjau, karena pada beberapa
daerah tenaga listrik ini masih terbatas, sehingga menyulitkan untuk melakukan
penambahan daya bila tajadi pengembangan pariwisata.
Selain sumber tenaga listrik konvensional, pemanfaatan tenaga-tenaga listrik
altematif pun perlu untuk dikaji. Pemanfaatan sinar surya atau angin sebagai
sumber tenaga listrik di suatu kawasan wisata terpendi dapat dijadikan
pertimbangan.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 61


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

D. Pembuangan dan Pengolahan Limbah


Pembuangan dan pengolahan limbah cair merupakan faktor penting yang
perlu dipertimbangkan untuk pengembangan pariwisata. Pertimbangan ini
diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata untuk menghindari polusi
terhadap lingkungan. Umumnya fasilitas ini tidak dipikirkap pada saat rencana
pengembangan, Namun bila telah terjadi kerusakan lingkungan barulah hal ini
dilakukan. Survey dan kajian yang diperlukan adalah meninjau kapasitas dan
kualitas dari pengolah limbah dan proses pembuangannya. Kebutuhan fasilitas ini
akan sangat bergantung skala pembangunan yang ada dan akan dilaksanakan. Bila
kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tidak memadai maka rekomendasi untuk
peningkatannya akan diperlukan. Pembangunan fasilitas ini perlu dimasukkan
sebagai salah satu komponen biaya yang diperlukan untuk pengembangan
pariwisata.
Selain pembuangan dan pengolahan limbah cair, pembuangan dan
pengolahan limbah padat juga perlu disurvey dan dievaluasi. Survey perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah pemerintah daerah melakukan pengumpulan limbah ini
dan mengolahnya di suatu tempat. Proses pengumpulan dan efektivitas
pembuangan perlu dikaji sebagai bahan pertimbangan. Jika tidak ada proses
pengumpulan oleh pemerintah daerah maka hal ini patut dipertimbangkan
pengelolaannya dalam perencanaan yang dilakukan. Teknik-teknik pembuangan
yang arnan secara individual perlu dikernukakan dengan jelas, proses daur ulang
merupakan salah satu altematif yang dapat ditawarkan.

E. Telekomunikasi
Telekomunikasi saat ini merupakan elemen penting pengembangan
pariwisata. Bagi wisatawan telekomunikasi dibutuhkan untuk selama perjalanan
mereka. Bahkan untuk perjalanan bisnis, fasilitas ini memiliki tingkat kepentingan
yang cukup tinggi. Setiap daerah wisata memerlukan telekomunikasi untuk fungsi
operasional maupun kondisi darurat. Komponen yang dikaji meliputi telepon, faks,
radio dan telegram. Bahkan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau perlu
adanya fasilitas radio komunikasi.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 62


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

F. Drainase
Drainase merupakan komponen prasarana yang penting, meskipun
pertimbangan pengembangan prasarana ini adalah untuk kepentingan umum bukan
hanya pariwisata. Drainase yang efektif akan sangat membantu dalam menghindari
banjir terutama untuk kawasan-kawasan pariwisata yang berada di pinggiran sungai
ataupun danau.

4.1.5. EVENT
Kota Bima memiliki banyak sekali event tahunan yang banyak menarik
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Beberapa event tahunan
yang ada di kota bima adalah sebagai berikut

Tabel 4. 11 Event Pariwisata Kota Bima

NO NAMA EVENT WAKTU LOKASI

1 2 3 4
Perayaan Maulid Nabi Istana Kesultanan Bima dan
Muhammad SAW Kelurahan Melayu - Kec
1 HANTA UA - PUA (Tanggal 12 Rabiul Asakota Kota Bima
Awal)
- Jikir Maulid Tanggal 9 Rabiul Awal Istana Kesultanan Bima
- Jikir Roko Tanggal 10 Rabiul Awal Kampung Melayu
- Kesenian Marawais Tanggal 10 Rabiul Awal Kampung Melayu
- Tarian Dani - Dana Tanggal 10 Rabiul Awal Kampung Melayu

HUT KOTA BIMA (10


2 Festival Kuda
April)
- Lomba Lukis Kuda Tanggal 8 April Museum Asi Mbojo
- Pawai Kuda Tanggal 8 April Kota Bima
- Pameran & Kuliner Kuda Tanggal 5 - 7 April Lap Merdeka Kota - Bima
- Seminar / Dialog Budaya Tanggal 4 April Aula PEMKOT Bima
Lap Pacuan Kuda Kota
- Pacuan Kuda Tradisional Tanggal 10 - 19 April Bima
- Festival Seni Tradisional Bima Tanggal 2 - 7 April Paruga Nae Kota Bima
- Pawai Budaya Bima dan Etnik
Tanggal 9 April
(se - Nusantara) Kota Bima
Halaman Kantor Pemkot
- Tarian Massal Tradisional Bima Tanggal 10 April Bima

PAWAI dan FESTIVAL


3 HUT KEMERDEKAAN RI
BUDAYA
- Karnaval dan Pawai Budaya Tanggal 15 Agustus Kota Bima
Bima dan Etnik (se - Nusantara)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 63


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

NO NAMA EVENT WAKTU LOKASI

- Pemilihan Duta Wisata dan Tanggal 5 - 8 Agustus Paruga Nae Kota Bima
Budaya Kota Bima

4 FESTIVAL & PESTA RAKYAT SUMPAH PEMUDA


- Lomba Perahu Dayung
Tradisional Tanggal 6 Oktober Wadu Mbolo Teluk Bima
- Lomba Renang Lintas Teluk
Bima Tanggal 7 Oktober Wadu Mbolo Teluk Bima
- Pameran hasil kerajinan /
industri Rakyat (Kuliner dan Tanggal 7 - 9 Oktober Kawasan Wisata Amahami
Kerajinan Tangan

FESTIVAL dan PAWAI


5 HUT NTB
BUDAYA
Tanggal 15 - 23 Lap Pacuan Kuda Kota
- Pacuan Kuda Tradisional Desember Bima
Tanggal 04 - 08
- Festival Kesenian Tradisional Desember Paruga Nae Kota Bima
- Bulan Apresiasi Budaya Desember Kab/Kota se NTB

Sumber : Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, 2014

Gambar 4. 37 Kalender Event Tahunan

A. Festival Kuda, Ingat Kuda Ingat Bima, Ingat Bima Ingat Kuda

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 64


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Kuda yang menjadi salah satu icon kuda merupakan bagian dari budaya
masyarakat Mbojo. Ketangkasan menunggang kuda merupakan keterampilan yang
menjadi bagian cerita-cerita sejarah bima, yang masih terpelihara hingga kini.
Diceritakannya bahwa sejak abad XII masehi, kuda asal bima sudah tersohor di
nusantara. Saat itu, para pedagang dari berbagai penjuru datang membeli kuda
bima, kemudian dijual di negeri asalnya untuk dijadikan tunggangan para raja,
bangsawan, dan panglima perang. Raja-raja dan panglima perang kerajaan kediri,
singosari, dan majapahit, dalam buku negarakertagama karangan empu prapanca,
juga selalu memilih kuda bima untuk memperkuat armada kavalerinya
Para gubernur jenderal hindia belanda di batavia pun sering meminta dikirimi
kuda bima, yang dinilai sebagai jenis kuda terbaik di kepulauan hindia belanda.
Kuda bima dinilai sebagai sarana transportasi yang tangguh karena kuat membawa
beban hasil panen, tahan cuaca panas, serta jinak.
Diharapkan melalui kontes kuda yang kita laksanakan ini, tujuan untuk
melestarikan dan mengembalikan pamor kuda bima sebagai potensi dan
kebanggaan daerah dapat tercapai.
Ingat kuda ingat bima, Ingat Bima Ingat Kuda itulah harapan yang ingin
diwujudkan dalam kegiatan festival kuda. Untuk parade atau pawai
kuda dilaksanakan dengan Rute Jalan Soekarno Hatta menuju Istana Bima
dengan menampilkan pasukan berkuda Kesultanan Bima. Sementara untuk seminar
tentang kuda akan dilaksanakan di Istana Bima Kegiatan ini dilatar belakangi oleh
komitmen pemerintah memperkenalkan Potensi Bima, kuda sebagai icon bima serta
pelestarian nilai budaya dan tradisi, ungkap Lalu Sukarsana.

Sedangkan Pacuan Kuda atau Pacoa Jara sudah sangat lekat di masyarakat
NTB dan sudah menjadi salah satu hiburan rakyat yang pasti selalu di adakan.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 65


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Event pacuan kuda tradisional dengan joki-joki mungil dan lincah merupakan
agenda rutin di Bima.

4.2. KARAKTERISTIK PASAR


4.2.1. POLA PERJALANAN
Pada tingkat perencanaan RIPPDA Kabupaten/Kota, pola perjalanan
internasional maupun regional bagi wisman tidak diperlukan kajian secara
mendetail. Penekanan yang diperlukan adalah kajian pola perjalanan di dalam
daerah studi dan antar daerah dengan mempertimbangkan jumlah, asal dan tujuan,
jenis wisatawan, lokasi dan jenis daerah tujuan wisata favorit. Pola perjalanan
secara umum ini penting untuk proses analisis pasar wisata jangka panjang yang
berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia. Pola perjalanan yang dikaji tidak
hanya yang eksisting tapi yang potensial juga. Kecenderungan pariwisata harus
diperhatikan sebagai contoh munculnya pasar baru, segmen baru, jenis objek dan
daya tarik wisata baru dan munculnya sarana transportasi modern yang akan
mengubah pola peijalanan wisatawan. Untuk menghasilkan proses perencanaan
yang lebih baik maka proses ini dapat mengikutsertakan pihak hotel maupun agen
atau operator perjalanan yang kompeten.

4.2.2. KARAKTERISTIK WISATAWAN


Jumlah kedatangan atau kunjungan wisatawan masa lalu dan saat ini harus
ditentukan sebagai indikator dari perlumbuhan umum dan tingkat perkem- bangan
pariwisata di suatu daerah. Gambaran kunjungan wisatawan bulanan dapat
menunjukkan fluktuasi musiman. Karakteristik dan sikap dari wisatawan yang
berkunjung perlu diidentifikasi dengan seksama. Karakteristik yang perllu dikaji
dalam rangka RIPPDA Kabupaten adalah sebagai berikut :
1. Daerah asal - Kebangsaan dan negara tempat tinggal bagi wisman, dan provinsi
asal dan kota tempat tinggal bagi wisnus menipakan data penting dalam rangka
fungsi pemasaran. Negara tempat tinggal patut dipertimbangkan, karena pada
saat ini banyak sekali wisman yang tinggal menetap di suatu negara yang berbeda
dengan kewarganegaraannya. Begitu pula dengan tenaga-tenaga ahli asing yang
tinggal di Indonesia, sangat mungkin sekaK mereka melakukan perjalanan secara
ekstensif untuk melakuksn kunjungan ke daerah-daerah di Indone- sia.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 66


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

2. Maksud perjalanan - Maksud perjalanan meliputi kategori beriibur, bisnis, studi,


dinas, berkunjung ke teman atau keluarga dan mungkin beberapa jenis maksud
lain bergantung dengan daerah (misal : ziarah) Maksud perjalanan menunjukkan
karakteristik dari perencanaan pemasaran dan fasilitas yang akan dikembangkan
di suatu daerah.
3. Lama tinggal - Lama tinggal wisatawan bergantung pada jumlah malam wisatawan
tinggal di suatu daerah. Informasi ini merupakan masukan untuk mengetahui
penggunaan fasilitas dan belanja wisatawan.
4. Umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga/teman yang ikut perja- lanan - Hal
ini merupakan karakteristik penting untuk mengetahui dalam penentuan profit
pemasaran dan fasilitas pariwisata dalam rangka pro- ses perencanaan. Umur
sendiri dapat dikelompokkan menjadi kelom- pok tertentu karena sering kali
wisatawan tidak mau diketahui umur mereka secara pasti.
5. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan - Jenis pekerjaan dapat dikategorikan
menjadi : manajer, profesional, tensga ahli, ibu rumah tangga, pelajar dan
mahasiswe, dan pensiunan. Tingkat pendapatan juga dapat dikelompokkan
menjadi kelompok tertentu.
6. Tempat yang dikunjungi dan tempat tinggal selama perjalanan Tempat-tempat
yang dikunjungi selama melakukan kunjungan di Indonesia (Nasional) maupun di
kabupaten/kota sendiri merupakan informasi penting untuk proses perencanaan.
7. Jumlah kali kunjungan ke daerah - Jenis kunjungan ke suatu daerah dapat
merupakan yang pertama kali atau kunjungan ulang. Dengan tingginya kunjungan
ulang maka hal ini menunjukkan bahwa daerah tertentu memiliki daya tarik yang
"berkelanjutan", sehingga orang ingin melakukan kunjungan ulang.
8. Individual atau kelompok - Sebagian wisatawan melakukan kunjungan wisata ke
suatu daerah secara mandiri (independen), sementara yang lainnya datang dalam
kelompok wisata. Informasi ini dimanfaatkan untuk fungsi pemasaran dan
perencanaan.
9. Pola belanja wisatawan - Jumlah total belanja dan wisatawan dan distribusi
belanja mereka (akomodasi, makanan dan minuman, belanja, transport lokal, tour
dan lainnya) merupakan informasi penting untuk menentukan dampak ekonomi
dan pariwisata dan merupakan masukan untuk merekomendasikan cara untuk
meningkatkan belanja wisatawan di suatu daerah. Uang yang dibelanjakan oleh
wisatawan akan sangat baik bila ditentukan dengan survey khusus atau dengan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 67


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

mengidenti- fikasi dan hotel, restoran, agen perjalanan, pertokoan dan tempat-
tempat penukaran mata uang asing.
10. Sikap dan tingkat kepuasan wisatawan - Menentukan sikap dan tingkat kepuasan
wisatawan tentang daerah, objek dan daya tarik wisata, fasi- litas dan pelayanan
merupakan informasi yang berharga bagi proses peningkatan pariwisata,
setidaknya merupakan dasar dan keinginan pasar eksisting. Infonnasi ini akan
sangat baik bila menggunakan sur- vey secara khusus dengan juga
memperhatikan pola belanja dan ka- rakteristik wisatawan, sehingga seluruh faktor
dapat diidentifikasi kore- lasinya. Survey ini dapat meliputi pertanyaan fasilitas
atau pelayanan apa yang perfu ditingkatkan bila mereka melakukan kunjungan
ulang ke daerah ini.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA IV - 68


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB 5 ANALISIS

5.1. ANALISIS KEBIJAKAN


Analisis kebijakan digunakan untuk menentukan struktur pengembangan
pariwisata. Kebijakan-kebijakan tata ruang dan sektoral yang berkaitan dengan Kota
Bima tentu akan membawa implikasi terhadap perkembangan dan pengembangan
pariwisata Kota Bima terutama hal-hal yang berkaitan dengan spasial. Penentuan
struktur pengembangan pariwisata akan berpijak pada rencana pengembangan
struktur dan pola ruang Kota Bima berdasarkan RTRWN, RTRWP Provinsi NTB,
dan RTRW Kota Bima.
Analisis kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan
dan implikasinya terhadap pariwisata wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel
berikut ini

Tabel 5. 1 Analisis RTRW Nasional dan RTRW provinsi Nusa Tenggara Barat
Berkaitan Dengan Wilayah Perencanaan
Aspek RTRW Nasional RTRWP Nusa Implikasi
Tenggara Barat
Penetapan Pusat Mataram Sebagai Pusat Kegiatan Perkembangan Raba
Kegiatan Pusat Kegiatan Wilayah Di Praya, dan sekitarnya
Nasional Raba, Sumbawa diprediksi akan
Besar Melayani berkembang pesat
Beberapa karena Infrastruktur di
Kabupaten/Kota Raba akan didorong
Disekitarnya Untuk Melayani
Wilayah Sekitarnya
Dalam Skala Regional
Sistem Transportasi Jl.Sultan Salahudin Pelabuhan Bima Sistem Transportasi
Jl.Martadinata Sebagai Darat, Laut, Udara
Jl.Soekarno-hatta Pengembangan berskala Nasional

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-1


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

(Bima-raba) Penyeberangan Lintas akan menunjang


Sebagai Jalan Arteri Provinsi Sulawesi perkembangan dam
Pelabuhan Bima Selatan (Takalar) pengembangan
Sebagai Simpul Dan Alur Pelayaran Ke pariwisata
Pelabuhan Nasional Dompu Dan Sape
Bandar Udara Bandar Udara
Salahudin Sebagai Salahudin Sebagai
Pusat Penyebaran Pusat Pengumpul
Tersier Tersier
Kebandarudaraan Kebandarudaraan
Nasional Nasional
Kawasan Andalan dan Kawasan Bima Teluk Bima Dan Penetapan Kota Bima
Kawasan Strategis Sebagai Kawasan Sekitarnya Berada Di sebagai kawasan
Andalan Di NTB Kabupaten Bima Dan strategis dengan
Dengan Fungsi Kota Bima Menjadi fungsi Pariwisata
Pertanian Perikanan Kawasan Strategis merupakan peluang
Pariwisata Dan Ekonomi untuk mendorog
Industri Dengan Sektor pariwisata menjadi
Unggulan Perikanan, Bagian Dari
Pariwisata Dan Pengembangan
Industri Ekonomi
Skala Regional NTB
Sumber : Analisis, 2014

Tabel 5. 2 Analisis RTRW Kota Bima Terhadap Wilayah Perencanaan


Aspek RTRW Nasional Kondisi Eksisting Implikasi
Pusat Pelayanan Kota Pusat Pelayanan Kota 80% ODTW Kota Implikasinya
Bima Di Bima Berada Di Sarana Penunjang
Kecamatan Rasanae Wilayah Yang Pariwisata
Barat, Direncanakan Sebagai Akan Lebih Mudah
Sebagian Pusat Pelayanan Kota Ditemui
Kecamatan Asakota Di Kawasan Yang
Dan Direncanakan Sebagai
Sebagian Pusat Pelayanan Kota
Kecamatan Mpunda
Berfungsi Sebagai
Pusat Perdagangan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-2


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Dan Jasa Skala


Nasional Serta
Pariwisata Skala
Regional.
Kelurahan Rabangodu Di Kecamatan Raba Kampung Pandai Besi
Utara, Kelurahan Terdapat dan Sentra Tenun
Rabadompu Timur, Kampung Pandai Besi Dapat Direncanakan
Dan Kelurahan Nggaro Lo dan Sebagai
Rabadompu Barat Kerajinan Tenun Muna Pusat Kegiatan
ditetapkan sebagai Ro Medi Industri Kecil dan
Pusat Pelayanan Kerajinan sekaligus
Kecamatan Raba dan Dapat dikembangkan
Berfungsi Sebagai sebagai Wisata
Pusat Kegiatan Belanja Atau Sebagai
Industri Kecil Dan Sarana Penunjang
Kerajinan Serta ODTW Kota Bima
Pusat Pelayanan
Kesehatan Skala
Regional
Sumber : Analisis, 2014

Tabel 5. 3 Analisis RIPPNAS Terhadap Wilayah Perencanaan


Aspek RIPPNAS Kondisi Eksisting Implikasi
Detinasi dan Moyo Tambora dan Kota Bima Memiliki Kebijakan RIPPNAS
Pengembangan sekitarnya sebagai kurang lebih 38 tersebut merupakan
Wisata Nasional Destinasi Pariwisata potensi sebagai obyek peluang untuk 38
nasional daya tarik wisata potensi ODTW Kota
Bima menjadi bagian
Bima dan sekitarnya dari Kawasan
sebagai Kawasan Pengembangan
Pengembangan Pariwisata Nasional
Pariwisata Nasional Dan bersinergi dengan
Kawasan Strategis
Pariwisata Moyo dan
Tambora

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-3


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

5.2. ANALISIS OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA


Matriks evaluasi adalah teknik yang banyak dilakukan dalam analisis
perencanaan. Hal ini dilakukan agar pendekatan evaluasi pengambilan keputusan
yang ditakukan dapat bersifat sistematis dan objektif. Meskipun demikian teknik ini
akan efektif bila input informasi dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif dikaji
berdasarkan pengembangan dan justifikasi tim perencanaan secara keseluruhan.
Justifikasi yang dilakukan bukan merupakan justifikasi perorangan melainkan
kelompok secara keseluruhan atau bahkan bila memungkinkan melibatkan steering
committee.
matriks evaluasi ODTW Kota Bima bertujuan untuk mengevaluasi
kepentingan pengembangan relatif dan kelayakan pengembangan. Dalam matriks
ini terdapat kriteria-kriteria penilaian dan proses penilaian dilakukan dalam skala 1
sampai 4. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4
Skala tersebut menunjukkan tingkat positif dan setiap item evaluasi.
Semakin tinggi nilai dari setiap item, menunjukkan bahwa item yang dievaluasi
potensi yang dimiliki semakin baik. Misalnya saja aksesibilitas, dengan nilai yang
semakin tinggi maka aksesibilitas ke objek dan daya tarik wisata tersebut semakin
mudah. Begitu pula dengan kriteria-kriteria yang lainnya.
Matrik evaluasi Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima Dapat dilihat pada
Tabel 5.5.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-4


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA

Tabel 5. 4 Kriteria Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima

Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
Keunikan atau Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW
kekhususan ODTW banyak jarang jarang tidak dapat
ditinjau dari ditemukan di ditemukan di ditemukan di ditemukan di
daya tarik yang lokasi wisata lokasi yang lain lokasi yang lokasi yang lain
tidak dapat yang lain tetapi kurang lain namun dengan
ditemui di memiliki memiliki keunikan yang
ODTW keunikan keunikan Tinggi
Kualitas dan Daya Tarik

yang lain. tersendiri

Macam ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW
ditinjau dari tidak memiliki hanya memiliki hanya memiliki memiliki lebih
banyaknya daya tarik 1 daya tarik 2 daya tarik > 2 daya
daya tarik yang yang menonjol Tarik
dimiliki

ODTW memiliki Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW Bila ODTW
lahan yang luas, memiliki lahan memiliki lahan memiliki lahan memiliki lahan
kesesuaian penataan seluas < 1 Ha, seluas 1-3 Ha, seluas 3-5 Ha, seluas >5 ha,
site, memungkinkan penataan site penataan site penataan site penataan site
rencana pengembangan yang kurang baik, yang cukup baik, yang baik, yang baik,
lahan untuk tersedia lahan tersedia lahan tersedia lahan
pengembangan utk pengembangan utk pengembangan utk pengembangan
kurang
Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
Pemasara
Skala

sebatas lokal mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
n

Kota Bima mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-5


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA

Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4

Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
sebatas regional mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
Nusa Tenggara Barat mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW

Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
sampai tingkat nasional mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
Indonesia mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW

Pemasaran ODTW Bila sedikit warga Bila sebagian kecil Bila sebagian besar Bila seluruh warga
sampai internasional mengenal dan warga mengenal dan warga mengenal dan mengenal dan
mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi mengetahui lokasi
ODTW ODTW ODTW ODTW

Jumlah kunjungan Bila jumlah Bila jumlah Bila jumlah Bila jumlah
wisatawan nusantara kunjungan kunjungan kunjungan Kunjungan
(wisnu) < 20.000 20.000 - 100.000 - > 500.000
Pengunjung

wisatawan 100.000 500.000 Wisatawan


per tahun wisatawan wisatawan per tahun
per tahun per tahun
Jumlah kunjungan Bila jumlah Bila jumlah Bila jumlah Bila jumlah
wisatawan mancanegara kunjungan kunjungan kunjungan Kunjungan
(wisman) < 2.000 2.000 -10.000 10.000-50.000 > 50.000
wisatawan wisatawan wisatawan Wisatawan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-6


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA

Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
per tahun per tahun per tahun per tahun

Kondisi fasilitas Bila kondisi Bila kondisi Bila kondisi Bila kondisi
penunjang (KM/WC, parkir, fasilitas rusak, fasilitas berfungsi fasilitas berfungsi fasilitas berfungsi
musholla, toko souvenir, kurang berfungsi, seadanya namun kurang terawat terawat dengan
rumah makan, dll) Baik
Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang Bila tidak tersedia Bila tersedia Bila tersedia Bila tersedia
tersedia lengkap dengan jumlah dengan jumlah dengan jumlah
(KM/WC, parkir, musholla, terbatas yang cukup lengkap yang lengkap
toko souvenir, rumah makan)

Kapasitas fasilitas Bila kebutuhan Bila kebutuhan Bila kebutuhan Bila kebutuhan
penunjang dibandingkan wisatawan wisatawan wisatawan wisatawan
dengan kebutuhan tidak terpenuhi kurang terpenuhi sebagian besar telah terpenuhi
jumlah wisatawan terpenuhi

Sarana transportasi Bila tidak tersedia Bila tersedia Bila tersedia Bila tersedia
angkutan umum angkutan umum angkutan umum berbagai macam
dengan jumlah dengan jumlah angkutan umum
Aksesibilitas

terbatas yang cukup dengan jumlah


yang cukup
Kondisi jalan dan lalu lintas Bila kondisi jalan Bila kondisi jalan Bila kondisi jalan Bila kondisi jalan
rusak berat sebagian rusak cukup baik Baik

Jarak dan waktu tempuh Bila jarak sejauh Bila jarak sejauh Bila jarak sejauh Bila jarak sejauh
dari pusat Kota Bima > 30 km atau 20-30 km atau 10-20 km atau < 10 km atau

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-7


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA

Penilaian
Parameter Kriteria Penilaian
Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 Nilai 4
waktu tempuh waktu tempuh waktu tempuh waktu tempuh
> 1 jam 40-60 menit 20-40 menit < 20 menit

Dampak terhadap ekonomi Bila berdampak Bila berdampak Bila berdampak Bila berdampak
terhadap Pemkot Bima PAD atau masyarakat PAD atau masyarakat PAD dan masyarakat PAD dan masyarakat
(PAD) dan masyarakat kurang signifikan cukup signifikan cukup signifikan Signifikan
(secara langsung/tak langsung)

Dampak terhadap sosial masy Bila berdampak Bila berdampak sedikit Bila berdampak cukup Bila berdampak lebih
Dampak

(meningkatkan keimanan, negatif thd masyarakat positif thd masyarakat positif thd masyarakat positif thd masyarakat
toleransi umat beragama, (asusila,kriminalitas,
nasionalisme, pendidikan dll) nilai-nilai sosial,dsb)

Dampak terhadap alam Bila berdampak Bila berdampak sedikit Bila berdampak cukup Bila berdampak lebih
lingkungan sekitar negatif thd lingkungan positif thd alam positif thd alam positif thd alam
(kerusakan alam dsb) lingkungan lingkungan Lingkungan

Sumber: Hasil Analisis, 2014

Tabel 5. 5 Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata Kota Bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-8


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN ANTARA

Sumber: Hasil Analisis, 2014

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V-9


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

5.3. ANALISIS PASAR


Beberapa hal yang terkait dengan preferensi pasar terhadap pengembangan
produk yang perlu dicermati antara lain :
Peningkatan variasi aktivitas serta objek wisata untuk memberikan pilihan yang
lebih banyak dalam melakukan aktivitas wisata.
Peningkatan aksesibilitas. Dalam hal ini, perbaikan dan peningkatan sistem
transportasi menjadi sebuah prioritas pengembangan.
Peningkatan kualitas dari prasarana dan sarana wisata yang sesuai dengan
kebutuhan wisatawan
Pengembangan sistem informasi kepariwisataan, untuk kepentingan
wisatawan, investasi, dan perencanaan terkait yang terpadu : lintas sektor dan
antar wilayah.
Kebijakan dan program kegiatan pengembangan produk yang mendukung
kegiatan pariwisata yang sesuai dengan preferensi pasar.
Pengembangan wisata budaya dalam kemasan produk yang menarik (event,
festival )

Sampai dengan saat ini, belum meratanya kegiatan pemasaran pada


kabupaten/ kota menyebabkan belum terjadinya pemasaran terintegrasi secara
optimal bagi keseluruhan Kota Bima. Sebagai sebuah wilayah yang akan
dikembangkan dengan skala internasional, sudah sebaiknya seluruh unsur
pemerintahan tersebut secara bersama sama menetapkan strategi pemasaran
pariwisata di Kota Bima
Dari hasil pencermatan, pemasaran pariwisata yang telah dilakukan, meliputi
:
1. Pembuatan brosur, flyer dan buku informasi kepariwisataan yang belum secara
optimal memberikan informasi komprehensif terhadap kepariwisataan Kota
Bima.
2. Pengembangan situs yang secara umum belum mampu mengetengahkan
informasi yang komprehensif terkait dengan kepariwisataan.
3. Pengembangan event-event budaya sebagai bentuk promosi pariwisata yang
belum secara signifikan mampu menarik kunjungan wisatawan kepada
seluruh wilayah Kota Bima maupun NTB

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 10


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

Masih belum optimalnya aktivitas pemasaran, memberikan indikasi bahwa


pengembangan dan pengelolaan kepariwisataan di Kota Bima harus dilakukan
secara komprehensif.
Sebagai sebuah kawasan pariwasta yang sudah berkembang, guna
meningkatkan awareness langkah utama yang harus dikembangkan dalam
pemasaran kepariwisataan guna meningkatkan awarness wisatawan terhadap
kekayaan sumber daya pariwisata di Kota Bima. Peningkatan awarness ini
diharapkan berimplikasi terhadap peningkatan jumlah kunjungan. Hal lain yang
perlu diperhatikan dalam pemasaran destinasi di Kota Bima adalah citra destinasi
itu sendiri (destination image).
Sebuah Citra Destinasi menggambarkan seluruh produk dan jasa destinasi,
yang merupakan bagian dari identitas destinasi. Dalam penciptaan citra destinasi
Kota Bima, dapat menggambarkan elemen-elemen produk wisata yang unik di yang
membedakannya dari destinasi pesaing lainnya dan membuat sebuah persepsi
dalam pikiran konsumen. Penciptaan citra destinasi bagi Kota Bima akan
menciptakan sebuah persepsi positif dibenak pasar wisata dan memudahkan dalam
membentuk elemen elemen pengemasan produk wisata.
Kualitas informasi dapat mempengaruhi efektivitas pemasaran kepada
target pasar, mengingat fungsinya sebagai alat pemasaran maupun sebagai alat
untuk mendapatkan informasi yang komprehensif dan interaktif.Bagi wisatawan
nusantara, saat ini brosur, liflet dan pusat informasi masih mendominasi dalam
penetapan tujuan wisata. Sementara bagi wisatawan mancanegara, peran situs
web dan informasi yang komprehensif sangat mendominasi dalam menetapkan
destinasi tujuan wisatanya.
Semakin meningkatnya edukasi pasar dan perkembangan teknologi
informasi, peran sistem informasi pariwisata sebagai saluran pelayanan informasi
menjadi mutlak dilakukan. Ekspektasi pasar terhadap ketersediaan dan kualitas
informasi kawasan melalui media internet meningkat. Minimnya informasi pariwisata
yang ditampilkan akan memberikan ekses yang kurang baik. Fasilitas ini tentunya
perlu terus dipelihara kelengkapan, akurasi, dan kemutahiran data yang
disampaikannya. Mengingat pengguna situs web tersebut sebenarnya tidak hanya
wisatawan namun juga untuk kepentingan pengambilan keputusan, baik pemerintah
maupun pelaku usaha pariwisata.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 11


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

Selain fungsi pemasaran, sistem informasi yang terkait dengan


kepariwisataan perlu dikembangkan di secara lebih komprehensif, interaktif dan up
to date di pusat-pusat distribusi wisatawan maupun di destinasi wisata dalam upaya
meningkatkan pelayanan informasi kepada wisatawan.

5.4. ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA


Industri pariwisata pada era sekarang ini merupakan industri jasa yang
perkembangannya sangat pesat. Industri pariwisata merupakan industri
multisektoral, yang senantiasa berhubungan dengan sektor-sektor dan pihak-pihak
lain yang terkait, sehingga akan banyak keterlibatan tenaga kerja. Pemerintah,
masyarakat dan swasta adalah stakeholders yang memegang peranan utama
dalam kelangsungan kegiatan pariwisata tersebut. Pemerintah selaku fasilitator
dapat mendorong sektor pariwisata untuk lebih produktif khususnya dengan
kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan agar dapat menciptakan kepariwisataan
yang sinergis baik dari segi jasa pelayanan, sarana-prasarana, pengusahaan objek
dan daya tarik wisata.
SDM merupakan salah satu aspek yang terpenting guna menciptakan
kondisi tersebut.Pariwisata merupakan sebuah industri yang sangat bergantung
kepada SDM sebagai sumberdaya dalam perencanaan, implementasi dan
pengembangan kegiatan pariwisata.
Mengingat pentingnya peran SDM dalam bidang kepariwisataan, telah
ditetapkan sasaran pembangunan kepariwisataan nasional bidang SDM memiliki
tujuan :
1. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia bidang kepariwisataan.
2. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kompetensi SDM serta mutu pendidikan
di bidang kepariwisataan melalui penerapan standarisasi, sertifikasi dan
akreditasi.
SDM yang terlibat dalam kegiatan pariwisata dapat dibagi kedalam :
1. SDM yang secara langsung terlibat di dalam kegiatan kepariwisataan. Jenis
SDM ini adalah individu individu yang bekerja dan bergantung
kehidupannya dari sektor pariwisata. Jenis SDM yang secara langsung terlibat
dalam kegiatan parwisata meliputi aparatur, pekerja usaha pariwisata dan
lembaga/ asosiasi yang terkait dengan kegiatan parwisata.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 12


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

2. SDM yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan kepariwisataan.Jenis


SDM ini adalah individu-individu yang tidak bekerja dan bergantung
kehidupannya dari sektor pariwisata namun sangat mempengaruhi kualitas
kegiatan wisata di suatu daerah, dalam hal ini adalah masyarakat.
Dari paparan tersebut hal-hal perlu dicermati dalam bidang SDM sebagai
aktor utama kegiatan pariwisata adalah sebagai berikut :
Kondisi penduduk yang didominasi generasi muda merupakan potensi
tersedianya SDM untuk kepentingan pariwisata di masa datang. Ketersediaan
SDM pariwisata masa datang yang dibutuhkan adalah dari berbagai bidang,
baik sektor pemerintah dan sektor usaha pariwisata, serta dalam berbagai level
jenjang jabatan.
Pembinaan aparatur pemerintah yang terkait dengan kegiatan keparwisataan.
Pemerintah merupakan regulator dan fasilitator sebagai lembaga pengusahaan
khususnya dalam pengembangan kegiatan kepariwisataan. Pariwisata memiliki
sifat multidimensi dan multisektoral yang berarti bahwa pariwisata tidak dapat
berdiri sendiri dalam upaya mencipatakan suatu destinasi unggulan.
Pembinaan SDM Aparatur Pariwisata dapat dilakukan pada lembaga
pendidikan pariwista pada jenjang Diklat Teknis Tingkat Dasar, Menengah dan
Pimpinan (Manajerial).
Standardisasi Kompetensi SDM usaha pariwisata pelayanan SDM yang
diberikan belum secara menyeluruh memiliki standar minimum pelayanan.
Dalam upaya antisipasi pengembangan industri pariwisata memberikan
pelayanan yang optimal kepada wisatawan perlu adanya standardisasi
kompetensi melalui program pendidikan dan pelatihan dan program sertifikasi
kompetensi SDM Pariwisata sesuai dengan bidang-bidang usaha
kepariwsataan yang ada pada jenjang teknis, supervisory dan manajerial.
Sosialisasi bidang kepariwisataan pariwisata merupakan salah satu industri
yang memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan banyak pihak dalam
perencanaan maupun operasional. SDM yang tidak terlibat langsung
(masyarakat) juga memberikan arti penting bagi kenyamanan kegiatan
pariwisata. Sosialisasi tentang pariwisata khususnya mengenai penyuluhan
sadar wisata secara terus-menerus akan memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang pentingnya kegiatan pariwisata yang berdampak kepada

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 13


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

kenyamanan wisatawan dan peran serta masyarakat dalam berbagai bentuk


kegiatan pariwisata baik langsung maupun tidak langsung.

5.5. ANALISIS SWOT PARIWISATA KOTA BIMA


SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan-kekuatan),
weaknesses (kelemahan-kelemahan), opportunities (peluang-peluang) dan threats
(ancaman-ancaman). Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam analsis SWOTadalah sebagai berikut :
Kekuatan (strengths)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif
terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan (Amin W.T,
1994:75). Kekuatan adalah modal potensial yang dapat berupa instrument
kebijakan, daya dukung infrastruktur, sumberdaya alam maupun SDM suatu
kawasan.
Kelemahan (weaknesses)
Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam,
keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja
efektif suatu perusahaan (Amin W.T, 1994:75). Kelemahan adalah
keterbatasan/kekurangan yang dimiliki oleh suatu kawasan/wilayah dapat
berupa kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan, kondisi
keterbatasan infrastruktur, kemampuan manajerial/pengelolaan.
Peluang (opportunities)
Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan (Amin W.T, 1994:74) Peluang adalah
situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan untuk pengembangan
sektor kegiatan akibat faktor tertentu seperti aglomerasi ekonomi.
Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan (Amin W.T, 1994:74). Ancaman adalah
situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan untuk
pengembangan sektor kegiatan tertentu seperti halnya ketidasesuaian
kegiatan terhadap skenario pembangunan kota.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 14


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

Matrik SWOT adalah matrik yang menginteraksikan faktor strategis internal


dan eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan (internal) yang dimiliki (Freddy Rangkuti, 2001:31).
Hasil dari interaksi faktor strategis internal dengan eksternal menghasilkan
alternatif-alternatif strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai alternatif
strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT (Purnomo,
Zulkieflimansyah, 1996:87). Strategi SO adalah strategi yang digunakan dengan
memanfaatkan/mengoptimalkan kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan
berbagai peluang yang ada. Sedang strategi WO adalah strategi yang digunakan
seoptimal mungkin untuk meminimalisir kelemahan. Strategi ST adalah strategi
yang digunakan dengan memanfatkan/mengoptimalkan kekuatan untuk mengurangi
berbagai ancaman. Strategi WT adalah Strategi yang digunakan untuk mengurangi
kelemahan dalam rangka meminimalisir/menghidari ancaman. Model Matrik Analisis
SWOT Pariwisata Kota Bima dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 5. 6
Matrik Analisis SWOT Pariwisata Kota Bima
IFAS Kelemahan (W)
Potensi masih belum dikemas
Kekuatan (S) menjadi produk wisata
EFAS Potensi Pariwisata Berbasis Sarana Penunjang Odtw
Wisata Sejarah Dan Budaya Sangat Minim Bahkan Tidak
Dan Berbasis Bahari Bernilai Ada
Sangat Tinggi Dengan Bentang Wilayah
Beberapa Odtw Sudah Kota Bima Yang Tidak Begitu
Berskala Pemasaran Luas, Sarana Pendukung
Internasional Seperti Pantai Pariwisata Hampir
So Ati Dan Museum Asi Keseluruhan Berada Di Pusat
Mbojo Dan Istana Kayu Asi Kota Belum Bisa Mendukung
Mbou Seluruh Odtw
Potensi Sentra Pandai Besi Kebersihan Kawasan Yang
Sebagai Penghasil Souvenir Tidak Terjaga
Dari Logam Hanya Perlu Beberapa Odtw Tidak Memiliki
Pelatihan Lahan Untuk Pengembangan
Yang Lebih Luas Seperti
Pantai Ule Yang Berbatasan
Langsung Dengan Jalan
Provinsi
Strategi SO Strategi WO
Peluang (O) (Strategi yang menggunakan (Strategi yang meminimalkan
Kebijakan Nasional kekuatan dan memanfaatkan kelemahan dan memanfaatkan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 15


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

Kawasan Pengembangan peluang) peluang)


Pariwisata Nasional
(Kppn) Bima Dan
Sekitarnya
Kebijakan Nasional
Pengembangan
Transportasi Pusat
Penyebaran Tersier
Bandara Sultan Salahudin
Bahari Adalah Salah Satu
Daya Tarik Wisatawan
Berkunjung Ke Indonesia
Lokasi Kota Bima
Berdekatan dengan Bali
sebagai Destinasi Wisata
Utama di Indonesia
Masyarakat ekonomi
ASEAN
Strategi ST Strategi WT
Ancaman (T) (Strategi yang menggunakan (Strategi yang meminimalkan
Persaingan Destinasi kekuatan dan mengatasi kelemahan dan menghindari
Wisata Cukup Tinggi ancaman) ancaman)
Pengembangan
Pariwisata Yang Tidak
Terencana Dapat
Menimbulkan Dampak
Sosial Ekonomi
Lingkungan
Sumber : Analisis, 2014

Alternatif Strategi
Alternatif strategi adalah hasil dari matrik analisis SWOT yang
menghasilkan berupa Srtategi SO, WO, ST, WT. Alternatif strategi yang
dihasilkan minimal 4 buah strategi sebagai hasil dari analisis matrik SWOT.
Menurut Freddy Rangkuti (2001:31-32) strategi yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 16


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
LAPORAN AKHIR

Strategi SO :
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman.
Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT
Strategi ini didasarakan pada kegiatan usaha meminimalkan kelemahan yang
ada serta menghindari ancaman.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA V - 17


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BAB 6 RENCANA PEMBANGUNAN PARIWISATA

6.1. TEMA PEMBANGUNAN PARIWISATA


Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan konsep dasar
yang digunakan sebagai pedoman dalam perumusan rencana induk pembangunan
pariwisata dan kegiatan pembangunannya. Dengan demikian seluruh rencana
pembangunan kepariwisataan dirumuskan dengan berpedoman pada konsepsi ini.
Sebagaimana dipahami bahwa pariwisata adalah sebuah aktivitas dimana
dalam operasionalisasi maupun pembangunannya perlu adanya keseimbangan
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya, pelaksanaan pembangunan
harus berdasar pada daya dukung lingkungan; dapat meningkatkan keselarasan
dan keseimbangan dan meningkatkan ketahanan sistem serta tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup.
Pariwisata berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan sebuah isu
dan telah menjadi visi pembangunan pariwisata di dunia saat ini dan masa datang.
Setiap negara dan daerah perlu secara bertahap untuk menerapkan pendekatan ini
dalam pembangunan kepariwisataannya. Pembangunan yang berkelanjutan
merupakan pedoman dasar bagi pengelola pariwisata yang berkaitan dengan
lingkungan alam, lingkungan binaan, dan lingkungan sosial budaya agar dapat
dimanfaatkan dalam pembangunan.
Konsep ini merupakan sebuah konsep ideal bagi pembangunan pariwisata
dimana dalam pembangunannya, pariwisata harus mampu melakukan
pembangunan secara seimbang antara aspek ekonomi lingkungan sosial
budaya, sehingga pemanfaatan sumberdaya pariwisata dapat dilakukan secara
lestari dan bertanggung jawab tanpa merusak atau mengurangi nilai sumber daya
yang dimiliki. Hal ini dimaksudkan agar upaya komersialisasi (ekonomi) selaras
dengan upaya konservasi sumber daya agar tetap dapat dimanfaatkan oleh
generasi mendatang.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 1


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Disamping itu, perlunya pelaksanaan pembangunan pariwisata berkelanjutan


juga terkait dengan semakin meingkatnya apreasiasi konsumen yg semakin tinggi
dan menuntut suatu destinasi wisata untuk memperhatikan keseimbangan kualitas
lingkungan dan sosial budaya dengan pembangunan ekonomi. Prinsip-prinsip dan
sasaran-sasaran dari Piagam Pariwisata Berkelanjutan yang direkomendasikan
UNWTO tahun 2004 adalah bahwa :
Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan dapat
didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial bagi masyarakat setempat.
Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan
diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia.
Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya
masyarakat dan masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk
mengintegrasikan perencanaan pariwisata sebagai kontribusi kepada
pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat
bantuan, langsung atau tidak langsung, kepada projek-projek pariwisata yang
berkontribusi kepada perbaikan kualitas lingkungan.
Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di
masa depan harus diberi prioritas khusus dalam hal kerja sama teknis dan
bantuan keuangan untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Promosi/dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan
untuk penelitian, diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang
pariwisata dan teknologi pariwisata berkelanjutan.
Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan
sistem pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk
transformasi sektor, dan pelaksanaan berbagai proyek percontohan dan
pembangunan program kerjasama internasional.

Sejalan dengan hal tersebut, Rachel Dodds and Marion Joppe (2001) di
Toronto mengembangkan Green Tourism dengan 4 (empat) elemen pokok, yaitu :

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 2


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Enviromental Resposibility Elemen ini menyatakan bahwa pelu adanya


perlindungan lingkungan dalam upaya untuk menjamin kelangsungan
ekosistem wilayah.
Local EconomicPembangunan pariwisata harus mendukung kelangsungan
ekonomi komunitas.
CulturalDiversityDalam pembangunan pariwisata harus mengangkat
kekayaan budaya dari masyarakat.
Experiental RichnessPerlu dikembangkan aktivitas-aktivitas yang bersifat
partisipatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta budaya wilayah tersebut.

Selain itu, konsep pembangunan pariwisata secara berkelanjutan di Kota


Bima perlu dikembangkan dengan berorientasi pada :
something to see di tempat wisata harus memiliki daya tarik khusus yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh tempat lain yang bisa dinikmati oleh
wisatawan ; something to do menawarkan aktivitas lain yang dapat dilakukan
oleh wisatawan selama kunjungannya. ; something to buy dapat membeli
cinderamata untuk memiliki kenangan atas kunjungan ke sebuah objek wisata.
Pada dasarnya ODTW dibangun dan dikembangkan berbasis pada potensinya
antara lain potensi pariwisata berbasis wisata sejarah dan budaya yang terdiri
dari peninggalan sejarah budaya, adat istiadat daerah, musik tradisional, hasil
karya seni yang dapat memberikan daya tarik wisatawan, potensi pariwisata
berbasiskan wisata bahari terdiri dari segala keindahan alam laut, yang meliputi
keindahan dasar laut, pantai dan gugusan pulau-pulau lainnya yang menjadi
daya tarik wisata, potensi pariwisata berbasiskan wisata alam lainnya terdiri dari
segala keindahan alam selain bahari seperti mata air, sungai, danau

Dari uraian diatas, konsep pembangunan pariwisata secara berkelanjutan di


Kota Bima perlu dikembangkan dengan tema pembangunan
PEMBANGUNAN WISATA BERBASIS EDUKASI, REKREASI DAN
GAYA HIDUP AKTIF

Sasaran yang ingin dicapai dari tema Pembangunan tersebut adalah :


Meningkatnya kualitas ODTW bahari dan ODTW sejarah dan budaya
Meningkatnya kualitas infrastruktur dan fasilitas penunjang pariwisata

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 3


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

bertambahnya kawasan wisata baru di kota bima


meningkatnya kunjungan wisata di kota bima
meningkatnya kontribusi positif sektor pariwisata terhadap perekonomian
masyarakat
meningkatnya kontribusi positif sektor pariwisata terhadap sosial budaya
masyarakat kota bima
memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan alam

6.2. STRATEGI PEMBANGUNAN PARIWISATA


Strategi Pembangunan menunjukkan langkah-langkah yang sistematis untuk
mencapai tujuan atau sasaran Pembangunan sebagaimana sudah ditetapkan
sebelumnya. Strategi ini menjelaskan strategi-strategi dasar yang akan dilakukan
oleh daerah di dalam Pembangunan pari-wisata, yang merupakan penjabaran dan
kebijakan dan arahan Pembangunan. Strategi Pembangunan terdiri dari :
o Strategi Pembangunan produk wisata.
o Strategi Pembangunan pasar dan promosi.
o Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata.
o Strategi Pembangunan sumber daya manusia.
o Strategi Pembangunan investasi.
o Strategi pengelolaan lingkungan.

Strategi Pembangunan Produk Wisata


Strategi Pembangunan produk wisata menunjukkan langkah- langkah yang
harus dilakukan untuk Pembangunan obyek dan daya tarik wisata, Pembangunan
sarana akomodasi, Pembangunan aksesibilitas, dan lain-lain. Strategi ini
merupakan penjabaran dari kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertim-
bangkan aspek-aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisis dan
sintesis yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam melakukan perumusan strategi Pembangunan Produk wisata sangat
penting untuk dipahami bahwa terdapat berbagai perbedaan bentuk dan fisik dari
Pembangunan pariwisata di suatu daerah. Setiap daerah memiliki karakteristik
kesesuaian Pembangunan yang berbeda dengan daerah lainnya, sehingga di-
butuhkan pendekatan perencanaan yang berbeda pula. Perbedaan ini sangat

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 4


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

bergantung pada sumber daya, posisi geografis, lokasi, segmen pasar yang akan
diraih, kebijakan pariwisata yang dianut serta faktor-faktor lainnya.
Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan produk wisata budaya dan sejarah
kota bima adalah sebagai berikut :
1. penentuan tema wisata
wisata budaya religi didukung dengan wisata sejarah
2. penguatan ciri khas
pelestarian koleksi benda-benda sejarah
penguatan citra kawasan
cerita sejarah dibalik benda-benda peninggalan sejarah
pelestarian nilai arsitektur bangunan dan kawasan termasuk area sekitar
alun-alun
3. Pembangunan jenis dan atraksi utama/ unggulan
bangunan dan benda bersejarah peninggalan kerajaan dan kesultanan
4. penciptaan paket wisata
paket edu-wisata heritage arsitektur- religi
paket edu-wisata sejarah perjuangan
5. pemenuhan fasilitas penunjang
information board
tourism information centre + local guide
souvenir shop dan tempat makan dikemas dalam bangunan yang sama
moda transportasi penghubung

Strategi Pembangunan produk wisata bahari bima adalah sebagai berikut :


1. penentuan tema wisata
lifestyle recreation beach
2. penguatan ciri khas
potensi berbeda di tiap pantai perlu dimaksimalkan dengan menambahkan
wahana rekreasi yang sesuai dengan karakteristik masing-masing pantai
menjadikan kawasan pesisir sebagai pusat wisata lifestyle recreation beach
di nusa tenggara barat
3. Pembangunan jenis dan atraksi utama/ unggulan
pantai so ati dengan pasir putih dan keindahan alam bawah laut untuk
produk wisata diving.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 5


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pembangunan pantai amahami bersinergi dengan kawasan taman


amahami sebagai ikon baru kota bima
4. penciptaan paket wisata
paket wisata rekreasi watersports
paket wisata rekreasi tematik (theme-waterpark)
5. pemenuhan fasilitas penunjang
wahana rekreasi
peralatan gym untuk taman olah raga publik di ruang terbuka
souvenir shop dan tempat makan

Strategi Pembangunan Pasar


Strategi pemasaran dan Pembangunan pasar menunjukkan langkah-langkah
yang akan dilakukan oleh daerah dalam rangka mencapai target serta sasaran
pasar yang telah dirumuskan di dalam arahan kebijakan Pembangunan pasar.
Strategi ini meliputi aspek Pembangunan pasar, promosi, 'market intelegent', dan
positioning. Strategi ini merupakan penjabaran dari kebijakan yang ditetapkan,
dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek terkait, serta merupakan cerminan
dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya.
Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan pasar pariwisata kota bima adalah
sebagai berikut :
penentuan pasar sasaran sesuai potensi yang dimiliki
penyusunan paket wisata, promosi dan pemasaran ODTW
peningkatan pemanfaatan tehnologi informasi dalam pemasaran pariwisata
website resmi dari dinas pariwisata kota bima sebagai media promosi dengan
informasi yang detil dan up to date sehingga bisa menjadi rujukan bagi pihak
yang membutuhkan
pembuatan akun-akun di jejaring sosial untuk media promosi
bekerja sama dengan pelaku bisnis pariwisata online seperti tripadvisor
Pembangunan jaringan kerjasama promosi pariwisata
bersinergi dengan asosiasi di bidang pariwisata
pelaksanaan promosi pariwisata di dalam dan luar negeri
bekerja sama dengan perusahaan media untuk penyelenggaraan even berskala
nasional bahkan internasional secara reguler dan diekspos secara maksimal di
media untuk pencitraan dari kota bima

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 6


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

pelaksanaan promosi pariwisata kota bima di dalam dan luar negeri

Strategi Pemanfaatan Ruang Untuk Pembangunan Pariwisata


Materi yang Dirumuskan Strategi Pembangunan ruang pariwisata pada
lingkup Kabupaten/Kota memberikan gambaran dan indikasi lokasi- lokasi prioritas
Pembangunan, berdasarkan hasil analisis terhadap potensi obyek dan daya tarik
wisata yang ada di wilayah tersebut. Secara umum arahan Pembangunan ruang
untuk kepariwisataan meliputi Penetapan pusat-pusat Pembangunan, Penetapan
kawasan prioritas Pembangunan, Penetapan jalur/koridor wisata.
Dari uraian diatas, Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata kota bima
adalah sebagai berikut :
pembentukan kawasan wisata
kawasan wisata merupakan satuan area koordinasi pembangunan pariwisata
yang tersusun dari sekelompok lingkungan wisata, dan saling dihubungkan
dengan infrastruktur transportasi serta fasilitas akomodasi wisata.
penetapan pusat kegiatan utama
pusat kegiatan utama merupakan areal konsentrasi kegiatan wisata (atraksi
wisata, akomodasi wisata, jasa penunjang industri pariwisata, obyek-obyek
wisata) berskala regional, dan difungsikan sebagai tempat koordinasi orientasi
pembangunan kawasan wisata yang ada dalam wilayah pengaruhnya.
penentuan jalur wisata
jalur wisata meliputi areal yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan wisata
dan tempat lalu lalang wisatawan dalam frekuensi tinggi dan berpotensi besar
untuk arena pembangunan industri wisata dan kegiatan wisata.

Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia


Strategi Pembangunan sumber daya manusia merupakan strategi yang
mendukung Pembangunan produk dan pemasaran. Pembangunan sumber daya
manusia di bidang kepariwisatawan sangat penting dilakukan agar daerah yang
akan mengembangkan pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan akan
tenaga-tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga kerja
lokal. Di samping itu juga akan meningkatkan apresiasi dan pengertian terhadap
pariwisata, sehingga dapat memberikan pela-yanan sesuai dengan standar
intemasional.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 7


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Dari uraian diatas, Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia untuk


pariwisata kota bima adalah sebagai berikut :
mengundang/ memperkerjakan profesional di bidang pengelolaan pariwisata
sebagai langkah awal untuk kaderisasi menyiapkan sdm setempat.
pelatihan terpadu dan berlanjut dengan melibatkan secara aktif komunitas
warga lokal sekitar odtw yang terlibat dalam kegiatan pariwisata
pelatihan pemandu wisata
memaksimalkan lulusan smk pariwisata untuk secara aktif terlibat di industri
pariwisata dan industri penunjang pariwisata.
peningkatan sdm dinas kebersihan dan pertamanan yang bertanggung jawab
penuh terhadap kebersihan kota bima (dengan armada petugas kebersihan)
dan armada petugas pertamanan yang memastikan setiap tanaman di taman
dapat tumbuh subur.

Strategi Pembangunan Investasi


Strategi Pembangunan investasi ini berisikan langkah-langkah strategik yang
diperlukan dalam rangka peningkatan investasi di bidang kepariwisataan, yang
dilakukan baik oleh penanam modal yang berasal dari luar daerah maupun
penanam modal yang berasal dari daerah itu sendiri.
Strategi Pembangunan investasi antara lain :
meningkatkan kepastian hukum yang memberi kepastian usaha dan iklim
investasi
menyederhanakan prosedur perijinan investasi
meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam penanganan berbagai
hambatan yang dihadapai oleh penanam modal termasuk masalah terkait lintas
sektor dan lintas daerah
meningkatkan kerja sama internasional dibidang penanaman modal dalam
bentuk promosi dan pameran investasi
meningkatkan peran aktif dari perusahaan yang sudah berkembang di kota
bima dalam program csr
pemberdayaan usaha skala mikro, kecil menengah dan koperasi
kebijakan penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk ukmk
kebijakan peningkatan akses kepada sumber daya produktif untuk
meningkatakan kemampuan pengusaha mikro, kecil menengah dan koperasi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 8


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

kebijakan Pembangunan kewirausahaan


memacu peningkatan daya saing

Strategi Pengelolaan Lingkungan


Strategi pengelolaan lingkungan merupakan strategi umum yang mendasari
semua Pembangunan kepariwisataan yang akan dilakukan. Strategi ini mendukung
kebijakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan merupakan langkah
proaktif di dalam upa-ya pelestarian lingkungan alam dan budaya. Strategi
pengelolaan lingkungan ini merupakan pula langkah dalam menjawab perubah-an
paradigma pariwisata global, di mana isu lingkungan menjadi salah satu isu sentral
pembangunan.
Strategi pengelolaan lingkungan antara lain adalah :
pembuatan taman-taman kota sebagai taman aktif sehingga selain untuk
penghijauan untuk membuat kota bima lebih sejuk dan nyaman, juga sebagai
tempat sosial bagi warga bima.
perencanaan pembangunan atraksi wisata dengan prinsip ramah lingkungan
(tourism sustainability development)

6.3. INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN PARIWISATA


Indikasi program Pembangunan merupakan jabaran rinci dari setiap strategi
yang disusun kedalam suatu bentuk program yang akan dilakukan pada jangka
waktu tertentu. Indikasi program disusun untuk ke- rangka waktu 5 tahun, dan tiap 5
tahun program hendaknya dikaji kembali dengan mempedomani kebijakan dan
strategi yang telah ditetapkan.
Rincian indikasi program terdiri dari :
o Program Jangka Panjang, dengan skala waktu 15 tahun; yang dibagi menjadi
program 5 tahunan. Perumusan program masih bersifat umum dan garis besar,
tetapi memperlihatkan langkah- langkah yang akan ditakukan pada setiap lima
tahunan selama 15 tahun.
o Program Jangka Pendek, dengan skala waktu 5 tahun, yang terdiri, dari
program tahunan. Merupakan program 5 tahun pertama dari program 15 tahun;
yang mengidikasikan materi program utama dan program pendukung.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 9


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Rincian indikasi program meliputi Program :


Program Utama, yaitu program yang berkaitan dengan substansi pariwisata,
meliputi : Pembangunan produk, pemasaran dan promosi, sumber daya
manusia, pengelolaan lingkungan, pemantapan kelembagaan, dan
pemberdayaan masyarakat
Program Pendukung, yaitu program-program yang diharapkan dilakukan oleh
instansi lain untuk mendukung Pembangunan pariwisata.
Indikasi program Pembangunan memuat :
o Nama program.
o Sasaran dan tujuan program dan kaitannya di dalam mendukung strategi
tertentu.
o Justifikasi dan rincian program.
o Jadwal pelaksanaan program.
o Pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan program.

Dari uraian diatas, Indikasi program pembangunan untuk pariwisata Kota


Bima dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 6. 1 Indikasi dan Pentahapan Program Pengembangan Pariwisata Daerah


No Tahapan Uraian
1 Tahap I 1. Penyusunan Masterplan dan DED Obyek Daya Tarik Wisata
(Tahun 2015-2019) Sejarah Dan Budaya yang menimal memuat tentang :
Penguatan Ciri Khas
o Memasukkan kuda bima sebagai bagian dari penguatan ciri
khas ODTW wisata sejarah dan budaya
Pelestarian Koleksi Benda-Benda Sejarah:
o Pendataan Ulang Terkait Kisah/ Cerita Sejarah Dari Tiap
Koleksi.
o Digitalisasi Data
Peguatan Citra Kawasan
o Penguatan Citra Kawasan Museum Asi Mbojo Sebagai
Pusat Perkembangan Sejarah Kota Bima (Misal: Pusat
Perhelatan Even Budaya, Tata Ruang Dan Lahan)
Bangunan Baru Yang Diadakan Terkait Dengan Rencana
Pariwisata Di Rancang Dengan Desain Arsitektur Yang

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 10


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Harmonis Dengan Desain Arsitek Bangunan Museum/Istana


Asi Mbojo
Pengembangan Jenis Dan Atraksi Utama/ Unggulan misalnya
o Mengemas Ulang Isi Kemasan Museum Sehingga Memiliki
Tampilan Yang Lebih Informatif, Dan Mampu Menjadi
Media Pembelajaran Mengenai Sejarah Bima Bagi Siswa
Dan Juga Bagi Wisatawan Yang Berasal Dari Luar Bima
o Pengembangan Atraksi Wisata Benteng Asakota
o Pembuatan Paket Wisata Edukasi Yang Dimasukkan
Kedalam Kurikulum Sebagai Muatan Lokal
o Pengembangan Cerita Legenda Batu Berbentuk Sosok
Wanita Sebagai Istri Yang Setia Menunggu Suami Menjadi
Suatu Atraksi Wisata
Penciptaan Paket Wisata
o Paket Edu-Wisata Heritage Arsitektur- Religi
o Paket Edu-Wisata Sejarah Perjuangan Di Museum Asi
Mbojo Museum Samparaja Dan Istana Kesultanan
Pemenuhan Fasilitas Pendukung
o Information Board
o Souvenir Shop Dan Tempat Makan Dikemas Dalam
Bangunan Yang Sama
o Tourism Office/Loket Dan Pemandu Wisata
Pemenuhan Fasilitas Penunjang
o Tourism Information Centre
o Moda Transportasi Penghubung
o Fasilitas Akomodasi Yang Memenuhi Standard Kualitas
Layanan Untuk Wisatawan
2. Penyusunan Master Plan dan DED Obyek Daya Tarik Wisata
Bahari Dan Tirta yang minimal memuat tentang :
Penguatan Ciri Khas
o Potensi Berbeda Di Tiap Pantai Perlu Dimaksimalkan
Dengan Menambahkan Wahana Rekreasi Yang Sesuai
Dengan Karakteristik Masing-Masing Pantai
o Menjadikan Kawasan Pesisir Sebagai Pusat Wisata
Lifestyle Recreation Beach Di Kota Bima
o Memasukkan kuda bima sebagai bagian dari penguatan ciri
khas ODTW wisata bahari dan tirta

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 11


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pengembangan Jenis Dan Atraksi Utama/ Unggulan misalnya


o Pantai So Ati Dengan Pasir Putih Dan Keindahan Alam
Bawah Laut Untuk Produk Wisata Diving.
o Pantai Kolo Sebagai Pusat Water Sport
o Pengembangan Pantai Niu, Pantai Lawata Dan Pantai
Amahami Sebagai Pintu Masuk Kota Bima Dengan
Fasilitas Watersport Bersinergi Dengan Kawasan Taman
Amahami Sebagai Taman Aktif Dan Sebagai Ikon Baru
Kota Bima
o Pengembangan Kawasan Pelabuhan Dengan
Memperhatikan Kebutuhan Pariwisata Selain Untuk Fungsi
Tranportasi Logistik
Penciptaan Paket Wisata
o Paket Wisata Rekreasi Watersports
o Paket Wisata Rekreasi Tematik (Theme-Waterpark)
Pemenuhan Fasilitas Penunjang Mikro
o Jasa Layanan Persewaan Peralatan Diving, Jasa Pelatihan
Diving
o Wahana Rekreasi
o Peralatan Gym Untuk Taman Olah Raga Publik Di Ruang
Terbuka
o Jogging Track
o Souvenir Shop Dan Tempat Makan
Fasilitas Penunjang Makro
o Tourism Information Centre
o Moda Transportasi Penghubung
o Fasilitas Akomodasi Yang Memenuhi Standard Kualitas
Layanan Untuk Wisatawan
3. Menetapkan Kalender Event Tahunan dan menjadikan kuda bima
sebagai ciri khas pada setiap event
4. Analisa Pasar
Penentuan Pasar Sasaran Sesuai Potensi Yang Dimiliki
Penyusunan Paket Wisata, Promosi Dan Pemasaran
5. Pembuatan Akun-Akun Di Jejaring Sosial Media Untuk Media
Promosi
6. Pembuatan Website Resmi Yang Atraktif Dan Komunikatif Dari

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 12


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Dinas Pariwisata Kota Bima Sebagai Media Promosi Dengan


Informasi Yang Detil Dan Up To Date Sehingga Bisa Menjadi
Rujukan Bagi Pihak Yang Membutuhkan
7. Brosur Pariwisata Bima Tersedia Di Sarana Penunjang Pariwisata
Seperti Hotel Dan Restoran, Bandara.
8. Mengundang/ Bekerja Sama Dengan Profesional Di Bidang
Pengelolaan Pariwisata Sebagai Langkah Awal Untuk Kaderisasi
Menyiapkan SDM Setempat.
9. Meningkatkan Kepastian Hukum Yang Memberi Kepastian Usaha
Dan Iklim Investasi
10. Menyederhanakan Prosedur Perijinan Investasi
11. Meningkatkan Peran Aktif Dari Perusahaan Yang Sudah
Berkembang Di Kota Bima Dalam Program CSR Untuk Bisa
Berpartisipasi Aktif Sebagai Partner Investor Dalam Pembangunan
Sarana Dan Prasarana Pariwisata
12. Penguatan Armada Instansi bidang Kebersihan Dan Pertamanan
Yang Bertanggung Jawab Penuh Terhadap Kebersihan Kota Bima
Pertamanan
2 Tahap II 1. Peningkatan Pemanfaatan Tehnologi Informasi Dalam Pemasaran
(Tahun 2020-2024) Pariwisata
2. Bekerja Sama Dengan Pelaku Bisnis Pariwisata Online Dalam
Menjual Kota Bima
3. Pengembangan Jaringan Kerjasama Promosi Pariwisata
4. Bersinergi Dengan Asosiasi Di Bidang Pariwisata
5. Pelaksanaan Promosi Pariwisata Di Dalam Dan Luar Negeri
6. Bekerja Sama Dengan Perusahaan Media Untuk Penyelenggaraan
Even Berskala Nasional Bahkan Internasional Secara Reguler Dan
Diekspos Secara Maksimal Di Media Untuk Pencitraan Dari Kota
Bima
7. Pelatihan Terpadu Dan Berlanjut Dengan Melibatkan Secara Aktif
Komunitas Warga Lokal Sekitar ODTW Yang Terlibat Dalam
Kegiatan Pariwisata
8. Pelatihan Pemandu Wisata
9. Pengembangan Kewirausahaan Masyarakat Bima Termasuk
Usaha Kuliner Sebagai Atraksi Wisata
3 Tahap III 1. Pembentukan Kawasan Wisata
(Tahun 2025-2029) Kawasan Wisata Merupakan Satuan Area Koordinasi

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 13


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

Pembangunan Pariwisata Yang Tersusun Dari Sekelompok


Lingkungan Wisata, Dan Saling Dihubungkan Dengan
Infrastruktur Transportasi Serta Fasilitas Akomodasi Wisata.
Kawasan Wisata Bahari Di Rasanae Barat Dan Asakota (Kolo)
Kawasan Wisata Sejarah Budaya Di Rasanae Barat
(KomplekMuseum Asi Mbojo Dan Mpunda (Museum
Samparaja)
Kawasan Wisata Tirta Di Rasanae Timur
2. Penetapan Pusat Kegiatan Utama
Pusat Kegiatan Utama Merupakan Areal Konsentrasi Kegiatan
Wisata (Atraksi Wisata, Akomodasi Wisata, Jasa Penunjang
Industri Pariwisata, Obyek-Obyek Wisata) Berskala Regional,
Dan Difungsikan Sebagai Tempat Koordinasi Orientasi
Pembangunan Kawasan Wisata Yang Ada Dalam Wilayah
Pengaruhnya.
Pusat Kegiatan Wisata Bahari Di Pantai Niu-Lawata-Amahami
Pusat Kegiatan Sejarah Budaya Di Kawasan Museum Asi
Mbojo
Pusat Kegiatan Wisata Tirta Di Diwu Monca Rasanae Timur
3. Penentuan Jalur Wisata
Jalur Wisata Meliputi Areal Yang Menghubungkan Pusat-Pusat
Kegiatan Wisata Dan Tempat Lalu Lalang Wisatawan Dalam
Frekuensi Tinggi Dan Berpotensi Besar Untuk Arena
Pembangunan Industri Wisata Dan Kegiatan Wisata.
4. Pembuatan Taman-Taman Kota Sebagai Taman Aktif Sehingga
Selain Untuk Penghijauan Untuk Membuat Kota Bima Lebih Sejuk
Dan Nyaman, Juga Sebagai Tempat Sosial Bagi Warga Bima
5. Perencanaan Pembangunan Atraksi Wisata Dengan Prinsip
Ramah Lingkungan (Tourism Sustainability Development)
6. Meningkatkan Kemampuan Kelembagaan Dalam Penanganan
Berbagai Hambatan Yang Dihadapi Oleh Penanam Modal
Termasuk Masalah Terkait Lintas Sektor Dan Lintas Daerah
7. Meningkatkan Kerja Sama Internasional Dibidang Penanaman
Modal Dalam Bentuk Promosi Dan Pameran Investasi
8. Pemberdayaan Usaha Skala Mikro, Kecil Menengah Dan Koperasi
9. Memaksimalkan Lulusan SMK Pariwisata Untuk Secara Aktif
Terlibat Di Industri Pariwisata Dan Industri Penunjang Pariwisata
Sumber : Rencana, 2014

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 14


RENCANA INDUK PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KOTA BIMA TAHUN 2014-2029
LAPORAN AKHIR

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA BIMA VI - 15

Anda mungkin juga menyukai