Anda di halaman 1dari 12

pudo023.blogspot.co.

id

contoh proposal sejarah transmigrasi di


kota kendari
Berbagi
28-36 menit

SEJARAH TRANSMIGRASI DI KABUPATEN KENDARI

1968-1992

PROPOSAL

OLEH

SAMSIR HARGUNAWAN

N1A3 14 010

JURUSAN ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis proposal ini dengan judul “ Sejarah Transmigrasi di Kabupaten
Kendari (1968-1992)”. Dapat terselesaikan sebagamana mestinya.

Suatu hal yang lazim bahwa setiap manusia apabila dalam melakukan pekerjaan baru,
akan selalu menemukan rintangan kesulitan dan hambatan dihadapi dalam melakukan atau
merencanakan penyelesaian pekerjaan tersebut. Begitu pula dalam penulisan proposal ini,
penulis tentu selalu mengharapkan bimbingan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis merasa berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya demi kesempurnaan
penulisan proposal ini.

Kendari, Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................... 1

B. PERMASALAHAN

1. Rumusan Masalah................................................................................. 4

2. Batasan Masalah................................................................................... 4

C. TUJUAN........................................................................................................... 5

D. MANFAAT...................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA KONSEP

1. Konsep dan Teori Sejarah.................................................................... 6

2. Konsep Transmigrasi............................................................................. 9

3. Konsep Teori Perubahan Sosial........................................................... 10

4. Konsep Kependudukan......................................................................... 11

B. KERANGKA TEORI

1. Teori Perubahan sosial.......................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Dan TEMPAT PENELITIAN.......................................................... 14

B. PENDEKATAN PENELITIAN..................................................................... 14

C. PROSEDUR PENELITIAN........................................................................... 14

1. Pengumpulan Data (Heurustik)........................................................... 15


2. Kritik (Verifikasi).................................................................................... 16

3. Penulisan (Historigrafi).......................................................................... 17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perkembangan penduduk Kabupaten Kendari Tahun 1982-1999

Tabel 2. Jumlah penduduk Daerah Propinsi Sultra (1961-1971)

Tabel 3. Jumlah Penempatan Transmigrasi di Kabupaten Kendari Tahun 1968-1976

Tabel 4. Lokasi Penenpatan Transmigrasi di Kabupaten Kendari Tahun 1981-1986

Tabel 5 Pertambahan Penduduk Kabupaten Kendari Melalui Transmigrasi Tahun


1968-1983

Tabel 6. UPT Yang Telah dimekarkan menjadi Desa dan Kelurahan di Kabupaten
Kendari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak permulaan abad kedua puluh pemerintah kolonial Belanda mulai menyadari bahwa
kemiskinan begitu meningkat di pulau Jawa, salah satu alasan adalah penduduk yang semakin
tinggi. Untuk memecahkan persoalan tersebut maka pemerintah kolonial Belanda membuat
kebijakan dengan memindahkan penduduk Jawa ke daerah lain. Pada tahun 1900 jumlah
penduduk di Jawa sekitar 28,7 juta jiwa, sedangkan menurut perhitungan Raffles pada tahun
1815 terdapat hanya 4,6 juta jiwa, sensus yang diselenggarakan pada tahun 1905
menunjukan bahwa 30,1 juta jiwa tinggal di pulau Jawa dan hanya 7,5 juta jiwa tinggal di
pilau-pulau lain. Peningkatan kepadatan pendidikan bukan hanya satu-satunya alasan
terjadinya kemelaratan di pedesaan Jawa. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ekonomi
pedesaan sebagai akibat dari pada kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang bekerja di
bidang produksi dan ekspor tanaman industri seperti tembakau dan tebu telah membawa
akibat-akibat yang buruk pada penduduk pulau Jawa.

Seiring dengan adanya kebijakan pemerintah kolonial Belanda sebagai usaha untuk
memperbaiki kondisi rakyat pedesaan di Jawa, dengan etika politik yang digagas oleh Van
Deventer, yang dikenal karena ancaman-ancamannya terhadap kibijakan-kebijakan
pemerintah pada rakyat Indonesia yang pernah menyarankan bahwa edukasi, dan imigrasi
dapat memperbaiki keadaan sosial ekonomi di Jawa kemudian pemerintah kolonial mulai
memikirkan kemungkinan terlaksananya kolonisasi, penempatan petani-petani di daerah-
daerah yang padat penduduknya di Jawa ke daerah-daerah baru disebut “ koloni”.
Pemindahan penduduk ke daerah-daerah di luar Jawa sebagai salah satu jalan untuk
memecahkan masalah kemiskinan. Dari penjelasan tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan
transmigrasi dilakukan sejak zaman kolonial Belanda.
Kebijakan pelaksanaan transmigrasi hal ini dapat dilihat dari penjelasan berikut: Jika ditinjau
penyelenggaraan transmigrasi yang diselenggarakan pemerintah Republik Indonesia sejak
tahun 1950, hasilnya pun belumlah dapat dikatajan memuaskan. Adapun daerah tujuan para
transmigrasi meliputi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, Lampung, Nusa Tenggara, Maluku dan, Irian Jaya.sejak awal pelita 1 (Tahun
1969) transmigrasi telah ditekankan sebagai unsur penting dalam kebijaksanaan
pembangunan. Sehingga demikian maka program transmigrasi merupakan prioritas
pemerintah untuk mengatasi masalah penduduk. Pelaksanaan program transmigrasi yang
telah dicanangkan oleh pemerintah harus dapat lebih menarik banyak penduduk untuk pindah
ke daerah transmigrasi, di Kabupaten Kendari ternyata membawa pengaruh besar bagi
kehidupan warga lokal. Salah satunya mereka mampu mengimitasi atau meniru sistem
pertanian yang diterapkan warga transmigrasi, hal ini yang menarik untuk dikaji.

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai masalah pelaksaan transmigrasi di
Indonesia secara umum dan secara khusus di Sulawesi Tenggara yaitu dilakukan oleh Dirjen
Transmigrasi bekerjasama dengan Universitas Haluoleo pada masa itu berstatus swasta
(1979), menyusul penelitian yang dilakukan oleh tim Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
bekerja sama dengan Universitas Haluoleo (1982) semuanya dilakukan dalam rangka
kebutuhan sendiri atau perencanaan pembangunan daerah transmigrasi di daerah ini. Mereka
tidak membahas sejarah pelaksanaan transmigrasi di Kabupaten Kendari serta dampak
pelaksanaan transmigrasi (Anonim, 1986 : 51).

Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengungkapkan dan mengkaji
sejarah transmigrasi di Kabupaten Kendari berkaitan latar belakang pelaksanaan transmigrasi,
faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program transmigrasi dimana ada sebagian
daerah Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) yang berhasil dan ada pula yang tidak berhasil
bahkan mereka meninggalkan lahan mereka, juga menjadi hal menarik untuk dikaji para
warga transmigrasi ini dengan mudah dapat membaur dengan warga lokal.

Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi dari daerah
Jawa dan Bali sebagai upaya untuk dapat mendorong tumbuhnya pusat-pusat perekonomian
yang baru, memanfaatkan lahan-lahan pertanian secara efektif, serta dapat meningkatkan
taraf hidup perekonomian para warga sehingga dapat lebih menarik banyak penduduk yang
pindah ke daerah transmigrasi.

Pemerintah daerah Sulawesi Tenggara sejak pelaksanaan pelita 1 menempatkan program


transmigrasi sebagai salah satu program utama dalam pembanguan daerah. Pelaksanaan
program transmigrasi didaerah ini sebagai upaya pemerintah untuk memperbaiki kembali
struktur pemukiman dan struktur sosial ekonomi yang porak-poranda akibat gangguan
keamanan DI/TII dan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. Hal ini dikemukakan
oleh Brigjen TNI H. Edi Sabara bahwa ditambah pula dengan stbilitas keamanan yang masih
terganggu sebagi akses dari DI/TII dan G. 30 S/PKI dan sebagainya (1977: 1-2). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa dengan memperhatikan luas wilayah dan jumlah penduduk yang ada, maka
Gubernur Edi Sabara telah mengambil ketetapan bahwa yang menjadi program utama adalah
resetlemen Desa dan transmigrasi. Di dalam pelaksanaannya menitik beratkan pada
keterpaduan dan kebersamaan para pelaksana pembangunan dan para aktif dari seluruh
warga transmigrasi dan warga lokal yang ditangani oleh Dinas Transmigrasi dan Perambahan
Hutan pada saat itu.

B. Permasalahan
1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:

a. Bagaimana latar belakang pelaksanaan program transmigrasi di Kebupaten Kendari ?

b. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan transmigrasi
di Kabupaten Kendari ?

c. Bagaimana dampak pelaksanaa transmigrasi terhadap kehidupan masyarakat di


Kebupaten Kendari ?

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan dalam penelitian ini, maka guna untuk menghindari kerancuan
dan kesimpangsiuran dalam penulisan sejarah maka peneliti memberi batasan masalah
mencakup yaitu:

a. Batasan spasial dalam penelitian ini adalah berlokasi di Kabupaten Kendari yang
merupakan daerah di Sulawesi Tenggara yang banyak menempatkan transmigrasi jika
dibandingakn dengan Kabupaten lainnya yang berada di Sulawesi Tenggara.

b. Batasan temporal dalam penelitian ini adalah pada tahun 1968 hingga 1992 dimana
penetapan tahun 1968 sebagai awal kajian karena sejak tahun itu telah ditempatkan
transmigrasi asal Jawa dan Bali yaitu di Amoito (Sindangkasih dan Jati Bali) disusul daerah
lainnya di Kabupaten Kendari dengan program UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) di
Kabupaten Kendari pada saat itu. Penetapan tahun 1992 sebagai akhir kajian karena sejak
tahun tersebut daerah ini tidak ditempatkan lagi transmigrasi.

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui latar belakang pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten


Kendari.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan transmigrasi di


Kabupaten Kendari.

c. Untuk mengetahui dan memahami mengenai dampak program transmigrasi terhadap


perkembangan masyarakat di Kabupaten Kendari.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai salah satu informasi dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah setempat
dalam menentukan arah dan kebijakan program transmigrasi di Sultra khususnya Kabupaten
Kendari.
b. Sebagai bahan komparatif dan acuan bagi peneliti lebih lanjut, terutama yang
berkaitan dengan masalah transmigrasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep

1. Konsep sejarah

Selama manusia hidup, tentu selalu dilandasi oleh rasa ingin tahu, termasuk keinginan tahuan
tentang keadaan masa lampau bahkan juga masa depan. Oleh karena itu dalam membahas
tentang sejarah transmigrasi di Kabupaten Kendari merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pada pengkajian disiplin ilmu kesejarahan. Banyak para ahli telah mengemukakan
pendapatnya tentang sejarah antara lain seperti yang dikemukakan oleh Murthada Mutahhari
adanya enam teori sejarah yaitu:

1. Teori rasial, menurut teori ini beranggapan bahwa ras-ras tertentu merupakan penyebab
kemajuan utama kemajuan sejarah.

2. Teori geografis, teori ini beranggapan bahwa faktor utama penyebab terciptanya
peradaban dan budaya serta perkembangan industri adalah lingkungan fisik.

3. Teori peranan jenius dan berlawanan, teori ini beranggapan bahwa seluruh perubahan
dan perkembangan ilmiah politik, teknologi dan moral disepanjang sejarah ditimbulkan oleh
orang-orang jenius.

4. Teori ekonomi, menurut teori ini ekonomi merupakan faktor penggerak sejarah.

5. Teori keagamaan, teori ini bernggapan semua kejadian di dunia ini berasal dari tuhan.

6. Teori alam, teori ini beranggapan bahwa manusia memiliki sifat tertentu yang
bertanggung jawab atas watak evolusioner kehidupan masyarakat (19986: 208)

Tentu dari apa yang dikemukakan di atas mengandung pengertian bahwa sejarah itu meliputi
suatu lapangan yang luas sekali yang menyangkut manusia serta aktivitasnya.

Dengan demikian penulisan sejarah teramat penting dalam memberikan konsep pemahaman
yang utuh, sehingga perwujudan tentang pentingnya penulisan sejarah akan memberi arti bagi
pola tindakan manusia, karena itu sejarah perlu dipelajari sebagaimana yang dikemukakan
oleh seorang Philosop kenamaan Confutse bahwa: sejarah mendidik kita supaya bertindak
bijaksan” (Kansil, 1984: 1) begitupun yang diungkapkan bahwa “Sejarah adalah ilmu yang
mempelajari manusia dalam perbuatannya sebagai makhluk sosial” (Tamburaka, 1989: 9).

Sehubungan dengan uraian di atas maka sejarah itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia, oleh karena itu penelitian sejarah harus diupayakan dan terus dikembangakan untuk
mengungkapkan berbagai perkembangan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu, hal
ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Breinheim bahwa “ Sejarah adalah ilmu
yang meneliti dan menceritakan peristiwa-peristiwa dalam waktu dan ruang yang
dihubungkan perkembangan aktivitas manusia ( baik yang bersifat individu maupun
kelompok sebagai kehidupan masyarakat dalam hubungan timbal balik antar jasmani dan
rohani” (Hgiono, 1987: 6).

Untuk mengkaji berbagai teori tentang sejarah, maka Wahid Siswoyo mengemukakan dua
pengertian tentang sejarah yaitu: a) Sejarah mengemukakan pengertian yang luas tentang
warisan kebudayaan umat manusia dan b) Sejarah dapat memberikan gambaran tentang
keadaan sosial, ekonomi, polotik dan kebudayaan berbagai bangsa di dunia” (Hugiono, 1987:
7-8). Oleh karena itu sejarah menjadi penting karena dari sejarah orang akan memahami
dirinya sendiri sebagaimana yang dikemukakan oleh ahli sejarah Islam bernama Ibnu
Khaldum antara lain ia mengatakan bahwa, manusia sebagai anggota masyarakat perlu
melihat lebih jauh tentang berbagai perubahan yang perlu diambil dan menyisihkan berbagai
hal yang tidak perlu diteladani.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka jelas sejarah adalah merupakan catatan
mengenai kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang
berkaitan dengan kehidupan manusia dan alam sekitarnya.

Disamping itu hendaknya kita jangan hanya selalu membicarakan tentang fenomena yang
terjadi di masa lampau saja, tetapi sedikit banyak apa yang terjadi dimasa sekarang
hendaknya telah menjadi sorotan bagi kita untuk mengungkapkan fakta yang sesungguhnya,
dan juga nantinya kita akan muncul interpretasi.

Para ahli sejarah sepakat bahwa sejarah itu merupakan guru kehidupan, histori vista magestra
memperoleh nilai-nilai edukasi intelektual yang sekaligus memperoleh sumber inspirasi
dalam menunjang proses pembangunan nasional, karena sejarah merupakan guru kehidupan
telah mengajarkan berbagai kesalahan dan kebenara masa lampau, sehingga kita bisa
menyimak secara khusus apa yang telah terjadi waktu itu sebagai cermin untuk melihat masa
depan (Depdikbud, 1986: 111)

Teori yang telah dipaparkan di atas adalah merupakan gambaran umum yang
mengetengahkan bahwa manusia dalam panggung sejarah yang telah ditetapkan diluar
kemampuannya dan berjalan sesuai perputaran waktu, dimana manusia telah berbuat barbagai
kegiatan dan juga sebagai pelaku sejarah itu sendiri. Disamping itu seyogyanya kita harus
berpandangan jauh kedepan sebagaimana diungkapkan Rustam Tamburaka, bahwa:

“Ilmu sejarah juga mengajarkan kepada kita bahwa hari depan tiba bangsa tidak berkembang
dalam suatu kevakuman, melainkan berkembang dari realitas keadaan sekarang. Dengan lain
perkataan, hari kedepan berkaitan hari sekarang berkaitan erat pula dengan hari kemarin.
Jelasnya antara lain hari kemarin dengan hari sekarang dan hari depan ada suatu kaitan tali
kesinambungan (1990: 11).

2. Konsep Transmigrasi

Pengertian Transmigrasi dalam Leaflet Pentrans 01/86 dijelaskan bahwa: Transmigrasi


adalah pemindahan atau kepindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain yang
ditetapkan dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembagunan Negara
(Anonim: 1986: 7).
Sri Edi Swasono mengemukakan bahwa: Transmigrasi adalah pemindahan penduduk dari
suatu daerah ke daerah lain untuk menetap dalam rangka pembentukan daerah baru, untuk
membantu pembangunan daerah yang didatangi maupun yang ditinggalkan (W.J.S
Poerwardarminta, 1984: 189).

Bertolak dari pengertian di atas penulis berkesimpulan bahwa transmigrasi adalah usaha
binaan suatu penyebaran penduduk secara merata, pemindahan tenaga kerja dan pembukaan
lahan kerja baru untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pengertian secara universal tentang transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari suatu
daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya. Hal ini sebagaimana yang di
kemukakan oleh Amral (1960: 8) bahwa transmigrasi adalah perpindahan rakyat secara
besar-besaran dari suatu daerah ke daerah lainnya dalam lingkungan batas Negara dengan
tujuan menetap di daerah lain. Tujuan umum transmigrasi menurut Undang-Undang No. 3
Tahun 1972 pasal 2 program transmigrasi bertujua menyelenggarakan transmigrasi swakarsa
(spontan) yang tertur dalam jumlah yang sebenar-benarnya untuk mencapai:

a. Peningkatan taraf hidup

b. Pembanguna daerah

c. Keseimbangan penyebaran penduduk

d. Pembanguan yang merata di seluruh Indonesia

e. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga kerja

f. Kesatuan dan persatuan bangsa

g. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasonal

Jika ditinjau dari sudut motivasi dan keinginan masyaraka maka tipe transmugrasi swakarsa
masih dapat dibedakan dalam beberapa istilah sebagai berikut:

1. Transmigrasi spontan

2. Transmigrasi keluarga

3. Transmigrasi atas biaya sendiri

4. Transmigrasi lokal

3. Konsep Perubahan Sosial

dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu atau kelompok ataupun masyarakat selalu
mengalami perkembangan dan perubahan yang dikarenakan oleh berbagai faktor, baik dari
dalam maupun dari luar lingkungannya.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi yang sifatnya mengarah pada kemajuan sangat
mempengaruhi tingkat perubahan yang timbul dan terjadi dalam suatu masyarakat di lokalitas
tertentu. Sehubungan dengan adanya perubahan ini di kemukakan oleh Kuntowijoyo (1995:
29) bahwa “perubahan disebabkan karena dampak kemajuan”.

Pada umumnya adanya kemajuan yang membawa adanya suatu perubahan dalam
kehidupan masyarakat serupa adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bentuk
kemajuan ini pada gilirannya akan bardampak pada perubahan pola pemikiran masyarakat
(ideologi), kebudayaanmateril, kondisi geografis, dan munculnya penemuan-penemuan baru
dalam masyarakat. Hal-hal ini biasanya akan berdampak pada perubahan pola kehidupan
suatu masyarakat.

Adanya kepadatan penduduk dalam lokalitas tertentu menyebabkan penduduknya harus


berusaha semaksimal mungkin untuk mencari lapangan kerja dan bahkan terus menciptakan
lapangan kerja sehingga perkembangan kepadatan penduduk itu akan dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap perkembangan ekonominya. Hal ini senada dipeljelas oleh
Kuznetz bahwa: pertumbuhan penduduk yang cepat akan mendorong perubahan ekonomi
yang pada penyempurnaan teknologi yang mengarah pada pembangunan ekonomi serta
kepercayaan akan pebguasaan terhadap lingkungan sekitar yang mengarah pada perubahan
lingkungan” (Ahmad Amin, 2000: 14).

Sumarjan (1974:947) menjelaskan perubahan sosial sebagai berikut: “ perubahan sosial yaitu
segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosianya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-
sikap, pola-pola dan perikelakuan kelompok kelompok dalam masyarakat tersebut.

Biasanya pengaruh kehidupan kota dibawah oleh individu-individu atau kelompok-kelompok


dari masyarakat tersebut yang telah mempengaruhi kehidupan rakyat setempat.

Dari berbagi penjelasan, maka dapat tertarik sebuah kesimpulan bahwa perubahan sosial
dalam suatu masyarakat merupakan perubahan pola hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh
adanya suatu variasi dari cara-cara yang diterima seperti kondisi geografis, kebudayaan
materil, kepadatan penduduk, ideologi, tat nilai, dan pola-pola perilaku di antar kelompok-
kelompok dalam suatu masyarakat di lokalitas tertentu.

4. Konsep kependudukan

Pertambahan dan pengurangan penduduk terjadi karena tiga fakto yaitu : kelahiran (faktor
penambah), kematian (faktor pengurangan), dan migrasi (faktor penambah dan pengarang).
Ketiga faktor ini dikenal dengan istilah komponen pertambahan penduduk.

Untuk Propinsi Sulawesi Tenggara faktor yang paling menonjol adalah migrasi sebagai faktor
penambah. Menurut data-data Departemen Transmigrasi Propinsi Sulawesi Tenggara. Jumlah
transmigrasi yang masuk kedaerah ini sejak 1985 sampai 1990 adalah sebanyak 6.999 KK
atau 27.303 jiwa. Pemindaha itu tidak lepas dari makin padatnya penduduk di pulau Jawa,
Bali, dan Lombok.

Hal di atas relevan apa yang dikemukakan oleh Musis Peepu (1991: 1) bahwa dalam pelita
pertama mendorong pemerintah menetapkan target 250.000 KK pada pelita II, dan target
500.000 KK atau sebesar 2,5 juta jiwa penduduk Jawa, Bali, dan Lombok untuk dipindahkan
kepulau-pulau lain di Indonesia selam pelita III.
Kepadatan penduduk menyebabkan memberikan kesan adanya tekanan terhadap permaslahan
tanah. Suatu kenyataan yang merupakan permasalahan ialah bahwa sekitar tahun 1976
terdapat kurang lebih 5 juta rumah tangga penduduk pedesaan (38,2%) dari jumlah
keseluruhan penduduk di daerah-daerah pedesaan di pulau Jawa tidak memiliki tanah, maka
alternatif harus memindahkan penduduk kedaerah yang masih jarang penduduknya.

Usaha pemerintah dalam menetapkan target-target pemindahan penduduk melalui program


transmigrasi khususnya pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Irian Jaya. Kepadatan
penduduk keempat pulau terbesar pada tahun 1985, menurut survei jumlah penduduk per
Km2 dipulau-pulau tersebut diperkirakan menjadi 69 jiwa, 61 jiwa dan 30 jiwa. Walaupun
ada kenaikan kepadatan penduduk ini masih relatif rendah. Dengan memindahkan dan
memukimkan dari pulau-pulau tertentu yang padat penduduknya ke wilayah-wilayah yang
kurang penduduknya, maka permasalahan kependudukan tersebut dapat ditangani.

Ketidak seimbangan persebaran penduduk sebagaimana di uraikan di atas telah menimbulkan


berbagai masalah diantaranya masalah kesempatan kerja dan kesempatan usaha, maka
kualitas sumber daya alam, maka maslah pembangunan daerah dan masalah pertahanan dan
keamanan Nasional, salah satu akibat dari ketidak seimbangan persebaran penduduk antara
daerah adalah masalah kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

B. Kerangaka Teori

1. Teori perubahan sosial

Menurut Sztompka, masyarakat senantisa mengalami perubahan disemua tingkat


kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai sesuatu yang
dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain perubahan tidak terjadi secara linear. Perubahan
sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya
struktur/tatanan didalam masyarakat.

Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, sedangkan di tingkat mezo terjadi
perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi, dan tingkat mikro sendiri terjadi perubahan
interaksi, dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kekuatan fisik (entity), tetapi
seperangkat proses yang saling terkait bertingkat ganda (Sztompka, 2004).

Person mengasumsikan bahwa ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat itu tumbuh
dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi masalah yang dihadapinya.
Sebaliknya perubahan sosial Marxian menyatakan kehidupan sosial pada akhirnya
menyebabkan kehancuran kapitalis.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September 2015 hingga selesai. Fokus penelitian
pada Desa Sendangkasih dan Desa Jati Bali Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan (saat ini) yang merupakan pusat transmigrasi di Kabupaten Kendari pada tahun 1968-
1992.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat Kuantitatif Deskkriptif dengan menggunakan pendekatan


Struktural yakni peneliti mencari, mengumpulkan, dan menyimpulkan data tentang terjadinya
aktivitas Transmigrasi dari awal pada Pelita pertama hingga pelita III.

C. Sumber dan Data Penelitian

Sumber penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dalam tiga kategori
antara lain yaitu :

1. Sumber primer yaitu sumber yang berkaitan langsung dengan peristiwa yang
dicetitakan. Atau saksi dengan mata kepala sendiri biasa juga saksi panca indra yang lain, dan
alat-alat yang canggih (tape, recorder, photo, kamera, dll), terlibat langsung. sumber primer
ini dapat berupa kesaksian langsung dari pelaku sejarah (sumber lisan), dokumen, naskah
perjanjian, arsip (sumber tertulis), dan benda atau bangunan sejarah atau benda-benda
arkeologi (sumber benda).

2. Sumber sekunder yaitu kesaksian dari siapaun yang bukan merupakan saksi pandangan
mata, yakni orang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan. Disamping berupa
kesaksian dari orang yang terlibat langsung dalam peristiwa sejarah, yang termasuk dalam
sekunder lainnya adalah buku-buku tangan kedua dari penulis sejarah lain.

3. Sumber tersier adalah suatu kumpulan dan kompilasi sumber primer dan sumber
sekunder. Contoh sumber tersier adalah bibliografi, katalog perpustakaan, direktori, dan
daftar bacaan. Ensiklopedia dan buku teks adalah contoh bahan yang mencakup baik sumber
sekunder maupun tersier, menyajikan pada satu sisi komentar dan analisis, dan pada sisi lain
mencoba menyediakan rangkuman bahan yang tersedia untuk satu topik.

1. Pengumpulan Data (Heuristik)

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam melakukan kegiatan mencari dan mengumpulkan
data yang relevan dengan pokok permasalahan dalam pelita ini. Adapun tekhnik pokok
permasalahan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Studi dokumen, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengkaji sumber-sumber
yang membahas mengenai “sejarah transmigrasi di kabupaten kendari” yang di dapatkan dari
arsip, catatan pribadi, surat koran, dan skripsi yang berkaitan dengan obyek permasalahan
yang di kaji.

b. Wawancara, tekhnik wawancara yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara
terstruktur atau wawancara mendalam. Wawancara terstruktur terdiri dari wawancara terarah,
dimana melalui wawancara terarah tersebut dapat mengungkap berbagai persoalan mengenai
transmigrasi di kabupaten kendari.

c. Observasi, tekhnik ini di gunakan untuk mengetahui secara jelas apa yang dipikirkan,
dilakukan, dan dihasilkan oleh peneliti dalam subyek penelitian. Observasi ini dilakukan
dengan cara mengamati hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai
transmigrasi atau perpindahan penduduk di kabupaten kendari.
2. Kritik (Verifikasi)

Kritik adalah suatu tekhnik analisis untuk menilai otentitas (keaslian) dan kredibilitas
(kebenaran) suatu sumber data yang telah dikumpulkan. Untuk itu peneliti melakukan kritik
sumber yang ditempuh melaluui 2 tahap yaitu:

a. Kritik eksternal, yaitu yang dilakukan untuk menilai otentiknya (keaslian) suatu sumber
data yang didapatkan, dalam hal ini dilakukan analisis terhadap bentuk luar dari sumber
tersebut, baik itu dari sumber tertulis maupun sumber lisan. Nugroho Notosusanto (1978: 38)
mengajukan tiga pertanyaan pokok didalam melakukan kritik eksternal terhadap suatu
sumber, yaitu: (1) Apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki. (2) Apakah
sumber itu asli atau turunan. (3) Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah.

b. Kritik internal, yaitu tekhnik yang dilakukan untuk menilai kredibilitas (kebenaran) isi
sumber yang didapatkan, dimana kritik ini dilakukan dengan cara menbandingkan isi sumber
dengan bukti-bukti lainnya melalui hasil observasi, studi lisan dan studi dokumen dilokasi
penelitian. Menurut Gottschalk (1975) yang menjabarkan metode sejarah yang diajukan
Leopold Von Ranke (1795-1888), mengatakan ada empat pertanyaan yang diajukan untuk
menguji kredibilitas suatu sumber, yaitu: (1) Apakah saksi dalam memberikan kesaksiannya
mampu menyatakan kebenarannya. (2) Apakah saksi mau menyatakan kebenaran. (3) Apakah
saksi melaporkan secara akurat mengenai detil yang sedang diuji. (4) Apakah ada pendukung
secara merdeka terhadap detil yang sedang diperiksa (Ali Hadara, 2000: 5)

3. Penulisan (Historiografi)

Hasil interpretasi selanjutnya disajikan dalam bentuk tulisan secara sistemis, dengan selalu
memperhatikan aspek temporal secara kronologis dengan menggunakan bahasa yang sudah
dipahami atau dimengerti oleh pembaca, tetapi tetap memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah.

a. Interpretasi (penafsiran)

Semua data yang telah lolos dari proses kritik selanjutnya menjadi fakta sejarah yang siap
untuk diinterpretasi. Interpretasi dilakukan dengan cara eksplanasi (penjelasan) secar rinci
(analisis) tentang sejarah transmigrasi di kabupaten kendari.

b. Eksplanasi (penjelasan)

Setelah dilakukan penafsiran maka berikutnya adalah penjelasan dimana peneliti harus dapat
menjelaskan sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok masalah penelitian.

c. Ekspose (penyajian)

Setelah penelitian melakukan penafsiran dan penjelasan maka tahap selanjutnya adalah
penyajian, dimana peneliti menulis cerita sejarah berdsasarkan interpretasi dan eksplanasi
sesuai dengan permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai