Anda di halaman 1dari 10

RILIS

Konflik Lahan di Urut Sewu, Kebumen


Sejarah, Konflik, dan Pernyataan Sikap DEMA Pertanian UGM

Oleh: Direktorat Jendral Kajian Strategis


DEMA Pertanian UGM 2019
Konflik
Pada hari Rabu (11/09/19) kembali terjadi konflik antara TNI dan petani di Urut Sewu. Konflik
tersebut dilatarbelakangi pembuatan pagar yang dilakukan oleh aparat TNI gabungan dari Kodim
0709/Kebumen dan Yonif 403/WP di atas tanah warga. Pemagaran tersebut merupakan bagian dari
proyek tahap III di lapangan tembak Dislitbangad.1 Warga yang mayoritas adalah petani tersebut, tidak
terima atas pemagaran oleh aparat TNI melakukan protes namun langsung dihadang oleh aparat. Aparat
TNI mengusir warga dengan pemukulan dan penganiayaan terhadap warga yang protes terhadap pem-
agaran, bahkan seorang petani tertembak peluru karet di bagian pantat.2 Pemukulan tersebut sempat
terekam dan di upload ke sosial media lalu viral dan mendapat banyak kecaman oleh warganet.3
Seusai tindakan represif yang dilakukan oleh aparat TNI tersebut, warga pun pergi melaporkan
tindakan represif aparat TNI tersebut ke kantor Bupati Kebumen. Sikap Bupati Kebumen, Yazid Mah-
fud siap menghentikan kegiatan pemagaran di daerah Urut Sewu.4 Setelah itu warga melakukan visum
di Puskesmas Bulupesantren dan mendapatkan hasil 16 orang terluka, diantaranya:

1. Wiwit Herwanto (30) luka pukul di kaki dan diinjak;


2. Imam Suryadi (25) luka kena pentungan di punggung;
3. Haryanto (38) luka tembak peluru karet di pantat;
4. Edi Afandi (32) luka pukul di kepala;
5. Supriyadi (40) luka pukul di kepala punggung dan kaki;
6. Wawan (26) luka pukul di kepala;
7. Manto (34) luka di pelipis kanan;
8. Partunah (42) ditendang kakinya dan diseret;
9. Saikin (53) luka pukul di kepala;
10. Sartijo (52) luka paha di belakang;
11. Sartono (45) luka pukul di kepala;
12. Wadi (27) luka ditendang lakinya;
13. Tolibin (30) luka pukul di kaki;
14. Sumarjo (70) luka pukul di punggung;
15. Martimin (35) luka pukul di kepala;
16. Saryono (34) luka pukul di kepala.5
Kapendam IV/Diponegoro Letkol Kav Susanto pun mengakui secara sadar bahwa pemukulan
dan tindakan represif ini terjadi. Letkol Kav Susanto berdalih bahwa tindakan represif ini diambil secara
terpaksa karena masyarakat tidak mau meninggalkan daerah tersebut dan tidak bisa dikendalikan lagi.
Tindakan oleh TNI ini didasari oleh PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara.
Menurut Kapendam IV/Diponegoro, pembangunan pagar ini diklaim berada di tanah yang menjadi aset
TNI, jadi tindakan yang dilakukan adalah konstitusional.6

“Jadi apa yang dilakukan TNI [memukul petani Urut Sewu] adalah konstitusional”
kata Kapendam IV/Diponegoro.

1
Zakki Amali, 2019, “16 Petani Terluka Setelah Dipukuli Tentara di Urut Sewu”, https://tirto.id/16-petani-terluka-setelah-dipukuli-tentara-
di-Urut Sewu-ehUD, (Diakses pada 12 September 2019)
2
Ibid.
3
Video dapat diakses pada link: https://www.instagram.com/p/B2QXs9mgcHs/?igshid=hbltxfb752yn
4
Zakki Amali, op cit.
5
CNN Indonesia, 2019, “Bentrok Sengketa Lahan di Kebumen, TNI Bersenjata Pukul Warga”, https://www.cnnindonesia.com/na-
sional/20190911200846-20-429658/bentrok-sengketa-lahan-di-kebumen-tni-bersenjata-pukul-warga, (Diakses pada 12 September 2019)
6
Zakki Amali, op cit.
Sejarah78
Tahun 1830 - 1871 Kelangsiran atau pemetaan kelas-kelas tanah
terutama bertujuan untuk menentukan besarnya
Penataan tanah “Galur Larak”
pajak yang harus dibayar oleh masyarakat.
Pada masa pemerintahan Bupati Ambal R.
Untuk menandai tanah yang sudah diverifikasi
Poerbonegoro, dilakukan pembagian/penataan
dalam proses klangsiran itu dibuat tanda
tanah dengan sistem “Galur Larak”, yaitu
dengan pal atau patok tanah. Khusus untuk pa-
dengan membagi tanah membujur dari utara ke
tok yang menandai batas antara desa dibuat
selatan sampai dengan pantai laut selatan.
lebih besar. Di luar batas ini diklaim oleh Bel-
Tahun 1920 anda, sehingga masyarakat menyebutnya se-
bagai “Tanah Kompeni”, yakni tanah yang be-
Blengketan9 Desa rada pada jarak + 150 - 200 meter dari garis
Penggabungan desa-desa di Urut Sewu, be- pantai. Hingga kini, patok penanda itu masih
berapa desa (2-4 desa) digabung menjadi satu. ada. Masyarakat menyebutnya sebagai pal
Hasil blengketan desa ini masih dipakai sampai budheg dan terdapat di sepanjang pesisir. Di
sekarang. sebelah utara dari batas patok yang berja-
rak lebih dari 150-200 meter dari garis pantai
Tahun 1922 adalah tanah milik kaum tani di masing-masing
desa. Contoh pal-budheg: kode Q222 untuk
Kelangsiran tanah I pasca blengketan desa
Desa Setrojenar, Q216 untuk Desa Entak, dan
Pemetaan dan pengadministrasian tanah pada Q215 untuk Desa Kaibon.
masing-masing desa hasil blengketan. Meliputi
Klaim “Tanah Kompeni” tersebut mendapatkan
pencatatan tanah milik perorangan, tanah beng-
penolakan/perlawanan keras dari warga, dalam
kok dan bondho desa, serta penggabungan
bentuk perusakan gudang garam milik Belanda
tanah bengkok desa menjadi satu lokasi dengan
oleh kelompok-kelompok tertentu. Bentuk per-
cara tukar guling10.
lawanan yang lain adalah bahwa masyarakat
Pada periode ini batas sebelah selatan tanah tetap membuat garam di lokasi “Tanah
milik perorangan maupun milik desa sampai Kompeni” tersebut serta membuat jaringan
dengan pantai laut selatan (banyu asin). pemasaran sendiri yang dipusatkan di Desa
Tlogopragoto.
Tahun 1932
Fakta bahwa masyarakat tetap menguasai dan
Klangsiran tanah II pasca blengketan desa memanfaatkan “Tanah Kompeni” adalah
Pemetaan dan pengadministrasian tanah yang bahwa pada masa itu banyak petani garam yang
dilakukan oleh pejabat yang disebut Mantri tinggal di daerah utara menyewa sebagian
Klangsir pada masa penjajahan kolonial Bel- “tanah kompeni” tersebut kepada pemilik tanah
anda dengan partisipasi petani Urut Sewu. yang sebenarnya, untuk membuat garam.
Tanah yang diklangsir berarti dipetakan ber- Tahun 1937
dasarkan nilai ekonomi, sehingga
menghasilkan kelas-kelas tanah, yaitu D I, D II, Latihan Tentara Kolonial Belanda
D III, D IV dan D V.
Pesisir Urut Sewu dipakai untuk latihan militer
oleh Tentara Belanda. Pada waktu ini belum
ada Tentara Nasional Indonesia (TNI), karena

7
Diambil dari selamatkanbumi.com, Fakta-fakta lapangan, Tanggapan dari Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS) terhadap
surat Bupati Kebumen No. 590/6774.
8
Cahyati, D.D. 2011. Analisis Konflik ekologi Politik di Era Desentralisasi Sumber Daya Alam. Studi Kasus: Konflik Penambangan Pasir
Besi di Urut Sewu Kabupaten Kebumen (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Ilmu Politik Universitas Indonesia. Depok.
9
Blengketan merupakan sinonim dari penggabungan.
10
Tukar guling memiliki arti bertukar barang dengan tidak menambah uang.
TNI berdiri pada 3 Juni 1947. TNI lahir dalam Selain latihan TNI juga melakukan Uji Coba
kancah perjuangan bangsa Indonesia memper- Senjata Berat
tahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda
TNI membuat surat “pinjam tempat ketika lati-
yang berambisi untuk menjajah Indonesia kem-
han” kepada kepala desa setempat. Belakangan
bali melalui kekerasan senjata.
“pinjam tempat” tidak lagi dilakukan, dan
Tahun 1942-1945 hanya memberikan surat pemberitahuan ketika
latihan.
Latihan Tentara Jepang
Tahun 1998-2009
Latihan tentara Jepang dan Laskar PETA dil-
akukan di sebelah selatan pal-budheg. TNI “pinjam” Urut Sewu ke Pemerintah Kabu-
paten Kebumen
Tahun 1945
TNI juga pernah membuat “kontrak” dengan
Proklamasi Kemerdekaan RI
pemerintah daerah tentang penggunaan tanah
Tentara Jepang meninggalkan pesisir Urut pesisir Urut Sewu untuk latihan. Hal ini mem-
Sewu buktikan bahwa tanah pesisir Urut Sewu benar-
benar milik warga.
Tahun 1960
Tahun 1998, Bulan Maret-April
Pasca Pengesahan UUPA 1960
Pemetaan tanah untuk area latihan dan ujicoba
Pendaftaran/sertifikasi tanah rakyat secara mas- senjata TNI AD mulai dari muara Kali Lukulo
sal di Departemen Agraria/Dirjen Agraria, De- sampai muara Kali Wawar dengan lebar kurang
partemen Dalam Negeri. lebih 500 m dari garis pantai ke utara dan pan-
Bukti-bukti: Sertifikat tanah warga dan perjan- jang kurang lebih 22.5 km.
jian jual beli yang ditandatangani oleh asisten Pemetaan dilakukan secara sepihak oleh ang-
wedono dan kepala desa, dengan batas sebelah gota TNI yaitu Serma Hartono, NRP: 549021,
selatan laut/pantai. kemudian dimintakan tanda tangan kepada
Tahun 1965-1969 kepala desa.

Pasca Peristiwa G30S/PKI Istilah yang dipakai untuk menamai area lapan-
gan tembak dalam peta tersebut adalah “Tanah
Masyarakat takut mengakui jika memiliki ser- TNI-AD”, hal ini menegaskan bahwa TNI telah
tifikat tanah pemilik sertifikat karena dituduh mencoba melakukan klaim sepihak atas tanah
sebagai anggota PKI. rakyat.
Masyarakat juga takut untuk mengurus sertif- Hasil pemetaan dimintakan tandatangan dari
ikat. kepala desa di kawasan Urut Sewu, dengan
alasan minta ijin penggunaan tanah milik untuk
Tahun 1975
latihan sehingga kepala desa bersedia menan-
Masuknya perkebunan tebu “Madukismo” datangani. Artinya, tandatangan ini tidak dapat
dipakai sebagai bukti mutasi kepemilikan.
Lahan selatan makam Urut Sewu (kelas D V)
dianggap tidak bertuan, sehingga sewa lahan Peta area latihan ini tidak bisa dijadikan da-
tidak dibayarkan, tetapi setelah ada masyarakat sar/bukti bahwa TNI memiliki tanah tersebut
yang menunjukkan akta jual beli, kemudian pe- karena pemetaan dilakukan secara sepihak oleh
rusahaan mau membayar sewa. TNI dan bukan instansi yang berwenang, yaitu
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Tahun 1982
TNI meminjam tempat ketika latihan
Tahun 2006, Bulan Desember Pertanahan Nasional (BPN) Jateng, tidak ada
tanah Hankam di Urut Sewu. Hal ini sesuai
Surat Kades Setrojenar Nomor 340/XII/2006
dengan pernyatan BPN Kebumen pada audiensi
tertanggal 12 Desember 2006 perihal pern-
dengan DPRD Kabupaten Kebumen, 13
yataan resmi Kades Setrojenar tentang
Desember 2007, bahwa sampai sekarang tidak
tanah berasengaja
ada tanah TNI di Urut Sewu dan TNI belum
Surat ini menyatakan bahwa walaupun sudah pernah mengajukan permohonan ke BPN.
ada “kesepakatan tidak tertulis” antara warga
Menurut kesaksian Sugeng, Paryono, dan Nur
Desa Setrojenar dengan TNI-AD, yang me-
Hidayat (dari Setojenar), musyawarah 8
nyetujui penggunaan tanah “berasengaja”11 un-
Desember 2007 pihak Dislitbang AD hanya
tuk latihan dan ujicoba senjata; Pemerintah
mensosialisasikan bahwa “menurut Undang-
Desa tetap berhak untuk mengelolakawasan ter-
Undang (UU) yang ada, di sepanjang pantai di
sebut berdasarkan peraturan yang ada.
seluruh Indonesia adalah tanah Negara atau
Latar belakang terbitnya surat ini adalah adanya tanah hankam,” tanpa menyebut UU yang
pungutan terhadap pelaku usaha di kawasan mengaturnya. Ini adalah pembodohan dan ke-
pesisir, antara lain petani, pengelola wisata dan bohongan publik. Yang jelas, tidak semua pem-
penggalian pasir laut, sementara Pemerintah ilik tanah dalam zona 500 m dari garis pantai
Desa juga merasa berhak untuk mengambil ke- dilibatkan dalam musyawarah ini; dan sampai
untungan ekonomi dari aktifitas yang ada di sekarang belum sekalipun tercapai kata sepakat
tanah berasengaja. dari para pemilik tanah.

Tahun 2007, Bulan November Tahun 2007

Surat Camat Buluspsantren Nomor 621.11/236 Pelebaran klaim “Tanah TNI” dari 500 m men-
tertanggal 10 November 2007 perihal tanah jadi 1000 m dari garis pantai.
TNI dari hasil musyawarah permasalahan tanah
Pada saat proses pembebasan tanah untuk
TNI pada 8 November 2007 di pendopo Keca-
bangunan Jalan Lintas Selatan Selatan, klaim
matan Buluspesantren yang dihadiri oleh
“Tanah TNI” berkembang, dari radius 500 m
Muspika, Kodim 0709/Kebumen, Sidam IV
menjadi 1000 m dari garis pantai, sehingga TNI
Purworejo, Dislitbang Buluspesantren, Kepala
(Kodam IV/Diponegoro) mempunyai alasan
Desa Ayamputih, Setrojenar, dan Brecong,
untuk meminta ganti rugi (surat Gubernur
Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) 3 desa,
Jateng kepada Pangdam IV Diponegoro, tgl 5
mantan Kades (2 desa), dan warga masyarakat
Oktober 2007, perihal Permohonan ulang aset
3 desa.
pengganti tana TNI AD dalam pembangunan
Pada poin 5 surat ini menyatakan bahwa TNI Jalan Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa).
tidak akan mengklaim tanah rakyat kecuali
Pelebaran/perluasan klaim tersebut memicu
yang 500 m dari bibir pantai. Hal ini bermasa-
perlawanan keras dari masyarakat dalam ben-
lah, karena dalam interval 500 meter dari bibir
tuk pencabutan patok “radius 1000 m”, dan
pantai tersebut terdapat tanah rakyat yang
pasca pencabutan muncul ancaman dari
merupakan “tanah pemajekan” sehingga tertera
Panglima Kodam IV/Diponegoro yang in-
di Buku C Desa dan memiliki Surat Pemberita-
tinya: akan dilakukan pematokan ulang dan ba-
huan Pajak Terhutang (SPPT).
rangsiapa yang merusak patok TNI akan diam-
Berdasarkan kesaksian Agus Suprapto, mantan bil tindakan tegas.
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Klaim 1000 meter dari garis pantai ternyata dia-
(DPRD) Kabupaten Kebumen yang pernah
komodir dalam Draft Raperda Rencana Tata
melihat dokumen peta tanah pada kantor Badan

11
Pengertian tanah berasengaja (jw : sengaja di-bera-kan/tidak
ditanami)adalah tanah yang sengaja diberakan dan digunakan se-
bagai ladang penggembalaan ternak kambing, sapi maupun ker-
bau.
Ruang Wilayah (RTRW) yang dipaparkan di Ijin eksploitasi (Ijin Usaha Pertambangan
DPRD kabupaten Kebumen pada 13 Desember Operasi Produksi) diberikan kepada PT MNC.
2007 menyebutkan rancangan penetapan kawa-
Pemerintah memberikan Izin Usaha Per-
san Hankam/TNI 1000 meter kali 22,5 km. Juga
tambangan Operasi Produksi kepada PT. MNC
bunyi pasal terkait “di kawasan Hankam tidak
selama 10 tahun tanpa sosialisasi. Dalam surat
boleh ada kegiatan lain selaian kegiatan per-
izin produksi, dinyatakan bahwa luasan lahan
tahanan keamanan”.
yang akan ditambang adalah 591,07 ha, dengan
Tahun 2008 317,48 ha diantaranya adalah tanah milik TNI
AD.
Kodam IV/Diponegoro menyetujui penam-
bangan pasir besi. Ijin tetap terbit meskipun Perda Tata Ruang
yang berlaku pada saat itu belum menetapkan
Surat Kodam IV/Diponegoro, kepada PT Mitra
kawasan Urut Sewu sebagai kawasan per-
Niagatama Cemerlang (MNC), nomor:
tambangan, artinya ijin ini harus dibatalkan ber-
B/1461/IX/2008, tanggal 25 September 2008,
dasarkan hukum.
tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah TNI
AD di Kecamatan Mirit untuk Penambangan 16 April 2011
Pasir Besi.
Warga menolak latihan uji coba senjata TNI
Berdasarkan surat ini nampak jelas bahwa TNI AD
nyata-nyata telah melakukan klaim sepihak atas
Penolakan warga ditunjukkan dengan aksi
tanah pesisir Urut Sewu, sekaligus telah
ziarah ke makam korban yang meninggal ka-
melakukan kegiatan bisnis yang jelas-jelas
rena ledakan bom mortir beberapa tahun yang
tidak boleh dilakukan oleh TNI.
silam dan membuat blokade dari pohon. TNI
Tahun 2008 AD membongkar blokade dari pohon yang
dibuat oleh warga. Melihat blokadenya
Izin eksplorasi pasir besi diberikan oleh
dibongkar TNI-AD, warga kembali memblo-
pemerintah kepada PT. MNC
kade jalan dengan kayu, merobohkan gerbong
Desa-desa yang termasuk ke dalam area izin ek- TNI AD, dan melempari gudang peluru bekas
splorasi adalah Mirit Petikusan, Mirit, Tlogo yang sudah lama tidak terpakai dan dibangun
Depok, Tlogo Pragoto, Lembupurwo, dan diatas tanah milik warga. Peristiwa ini direspon
Wiromartan. Dalam sidang Analisis Mengenai dengan penyerangan oleh TNI. Tentara
Dampak Lingkungan (AMDAL) para pamong mengejar, menangkap, menembak dan
desa yang hadir menolak kehadiran perusahaan memukul warga. Kejadian ini menyebabkan 6
tambang. Hanya Desa Winomartan, melalui petani dikriminaliasasi (pasal pengrusakan dan
kepala desanya, yang mendukung rencana penganiayaan), 13 orang luka-luka, 6 orang di-
penambangan sepanjang menguntungkan antaranya luka akibat tembakan peluru karet,
masyarakat setempat. dan di dalam tubuh seorang petani lainnya ber-
sarang peluru karet dan timah; 12 sepeda motor
Salah seorang komisaris PT MNC adalah milik warga dirusak dan beberapa barang, sep-
pensiunan TNI-AD; sementara direkturnya erti handphone, kamera, dan data digital diram-
(kemungkinan) adalah mantan anggota Badan pas secara paksa oleh tentara.
Intelijen Negara (BIN).
Tahun 2011, Bulan Mei
Ijin tetap terbit meskipun Perda Tata Ruang
yang berlaku pada saat itu belum menetapkan TNI mencabut persetujuan penambangan pasir
kawasan Urut Sewu sebagai kawasan per- besi
tambangan, artinya ijin ini harus dibatalkan ber-
Berdasarkan surat dari Kodam IV/Diponegoro,
dasarkan hukum.
kepada Direktur PT. Niagatama Cemerlang, no-
Tahun 2011, Bulan Januari mor: B/6644/2011, tanggal : 19 April 2011, ten-
tang : pemberitahuan, disampaikan bahwa PT
Mitra Niagatama Cemerlang tidak diijinkan Pemagaran ini telah mendapatkan penolakan
(oleh TNI) untuk melanjutkan survey lapangan, keras dari masyarakat, tetapi tetap dilanjutkan
mengurus ijin pertambangan pasir besi di keca- oleh TNI.
matan Mirit.
11 Februari 2014
Surat ini merupakan mekanisme “cuci tangan”
Pertemuan dengan jajaran Pemerintahan Kabu-
yang dilakukan oleh TNI setelah mendapatkan
paten Kebumen. Warga diwakili oleh empat
penolakan keras dari warga. Tetapi terbitnya
kepala desa, yaitu: Widodo Sunu Nugroho
surat ini sekaligus menegaskan bahwa TNI
(Wiromartan), Bagus Wirawan (Lembupurwo),
benar-benar pernah memberikan ijin kepada PT
Supardi (Mirit), dan Mukhlisin (Kaibon
MNC untuk menambang pasir besi alias ter-
Petangkuran). Pihak pemerintah Kabupaten
bukti melakukan kegiatan bisnis.
Kabumen diwakili oleh Buyar Winarso (bu-
Tahun 2012 pati), Adi Pandoyo (Sekda), Frans Haedar (asis-
ten I), kejaksaan, dan para kepala dinas.
Aksi warga menolak pengesahan perda RTRW
yang menjadikan Urut Sewu sebagai kawasan Hasil pertemuan ini adalah:
pertambangan pasir besi dan latihan dan uji
Bupati menjelsakan bahwa dia sudah berusaha
coba senjata berat
berkomunikasi dengan berbagai pihak petinggi
Penolakan dari masyarakat sangat masif, tetapi TNI, ketua DPR RI, dll., baik secara formal
sama sekali tidak dihiraukan, baik oleh maupun nonformal, tetapi belum membuahkan
pemerintah maupun DPRD. hasil.
Perta RTRW menetapkan kawasan Urut Sewu Bupati sebenarnya menginginkan agar status
sebagai kawasan pertambangan pasir besi dan tanah diselesaikan dulu sebelum melakukan
latihan dan uji coba senjata berat, sekaligus se- pemagaran, dan Bupati menyatakan bingung
bagai kawasan pertanian dan pariwisata. bagaimana cara menghentikan pemagaran.
Tuntutan masyarakat adalah “jadikan Urut Bupati mengakui tidak mendapatkan surat
Sewu hanya sebagai kawasan pertanian dan pa- resmi/permintaan ijin terkait pemagaran di Urut
riwisata”. Sewu.12
Tahun 2012, Bulan Mei Tahun 2015
Warga mengusir PT MNC dari Kecamatan Rencana pemagaran lanjutan
Mirit
Masyarakat kembali memprotes pembangunan
Dengan kekuatan massa warga berhasil men- pagar di wilayah mereka dan melancarkan aksi
gusir PT MNC di Kecamatan Mirit, namun ijin ke titik pemagaran.
Pertambangan belum dicabut.
Sekitar seratusan massa aksi beriringan naik
Tahun 2013, Bulan Desember sepeda motor menuju lokasi pemagaran TNI di
750-an meter arah selatan. Massa terdiri dari
Pemagaran tanah rakyat pada jarak 500 m dari
petani dari desa lain di Kecamatan Mirit dan
garis pantai di pesisir Urut Sewu
desa-desa lain yang ikut bersolidaritas, yakni
Pada Desember 2013, pemagaran oleh TNI-AD Desa Kaibon Petangkuran, Desa Setrojenar dan
sudah merambah 2 desa di Kecamatan Mirit, Desa Ayamputih.
yaitu Desa Tlogodepok dan Mirit Petikusan.
Massa aksi disambut oleh pemukulan dan tin-
dakan represif aparat dan kembali menjatuhkan
korban di pihak warga. Sebanyak 17 orang

12
Tim Penutur, 2014, “Kronologi Konflik Tanah Pesisir Urut urut-sewu-kebumen-jawa-tengah/, (Diakses pada 13 September
Sewu, Kebumen, Jawa Tengah”, 2019)
http://selamatkanbumi.com/id/kronologi-konflik-tanah-pesisir-
dilarikan ke Puskesmas Mirit dan 6 orang luka Tahun 2019
berat dilarikan ke RSUD Kebumen.13
Warga Urut Sewu kembali memprotes pem-
bangunan pagar di wilayah mereka, dan kem-
bali mendapatkan tindakan represif aparat yang
menjatuhkan 16 korban luka-luka.14

Analisis
Tindakan Represif Aparat TNI Terhadap Petani
Ada 8 Wajib TNI yang sudah seharusnya dipatuhi oleh seluruh personel TNI yakni:
1. Bersikap Ramah Tamah Terhadap Rakyat.
2. Bersikap Sopan Santun Terhadap Rakyat.
3. Menjunjung Tinggi Kehormatan Wanita.
4. Menjaga Kehormatan Diri di Muka Umum.
5. Senantiasa Menjadi Contoh Dalam Sikap dan Kesederhanaannya.
6. Tidak Sekali-Kali Merugikan Rakyat.
7. Tidak Sekali-Kali Menakuti dan Menyakiti Hati Rakyat.
8. Menjadi Contoh dan Mempelopori Usaha.
9. Usaha Untuk Mengatasi Kesulitan Rakyat Sekelilingnya.15
Melihat hal tersebut, aparat TNI tidak seharusnya melakukan tindakan represif kepada masyara-
kat. Pemukulan dan penganiayaan yang dilakukan oleh aparat TNI tersebut sudah melanggar 8 wajib
yang sudah sewajibnya dipatuhi oleh mereka. Aparat TNI yang dilokasi juga dilengkapi oleh seragam
penuh, tameng serta alat pemukul yang didapat dari uang rakyat. Namun, kesemuanya malah di-
pergunakan untuk memukuli rakyatnya sendiri - saudara sebangsa dan setanah airnya.
Mendengar dalih argumen dari Kapendam IV/Diponegoro Letkol Kav Susanto, yang menya-
takan bahwa tanah tersebut (menurut klaim mereka) merupakan aset milik Negara, dan lantas mem-
pergunakan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara untuk memukuli petani
hingga menimbulkan korban luka-luka, kemudian menganggap hal tersebut merupakan perbuatan yang
konstitusional, adalah perbuatan yang mencoreng nama baik TNI di mata masyarakat serta menimbukan
ketidakpercayaan terhadap lembaga Negara yang seharusnya melindungi rakyat tersebut.
Terlepas dari apapun yang dilakukan oleh petani Urut Sewu untuk melawan, mereka tetaplah
tidak bersenjata dan tidak berseragam. Namun lain halnya dengan aparat TNI, mereka dilengkapi sera-
gam, tameng, dan senjata – dan senjata tidak bisa diajak untuk berdiskusi.
Permasalahan Sengketa Tanah
Konflik antara warga dan TNI di Urut Sewu, Kebumen, terjadi sejak 1982.16 Menurut situs
resmi TNI (tniad.mil.id/) sedikit demi sedikit TNI AD memperluas klaim area latihan mereka, yang
semula 250 m dari bibir pantai menjadi 750 m. Warga mengklaim memiliki bukti kepemilikan tanah
yang sah atas tanah tersebut, sedangkan TNI mengklaim mendapatkan izin dari Pemerintah Kebumen
sejak 1980-an untuk memakai tanah tersebut sebagai tempat latihan. Penyelesaian atas sengketa tanah
yang terjadi akan terus alot dikarenakan adanya klaim atas tanah yang sama dari kedua belah pihak.

13
Tommy Apriando, 2015, “Konflik Lahan, TNI AD Aniaya 15
Bersumber dari, https://tniad.mil.id/profil/.
Petani Urut Sewu”, http://selamatkanbumi.com/id/kronologi- 16
Dispenad, 2015, “Konflik Panjang di Kebumen”,
konflik-tanah-pesisir-urut-sewu-kebumen-jawa-tengah/, (Di- https://tniad.mil.id/2015/08/konflik-panjang-di-kebumen/, (Di-
akses pada 13 September 2019) akses pada 13 September 2019)
14
Zakki Amali, op cit.
Namun, memang benar bahwa sejak tahun 1982 TNI AD menggunakan lahan tersebut untuk
latihan tembak. Bagi masyarakat TNI AD pada waktu itu hanya “meminjam tempat” untuk latihan ka-
rena tanda-tangan Kepala Desa yang dipergunakan, hanya untuk izin peminjaman tempat. Dengan ar-
gument bahwa TNI AD hanya mengantongi izin dari pemerintah daerah setempat, hal ini membuat
warga yakin bahwa TNI AD hanya “menumpang” di tanah milik mereka.
Pada tahun 1998, dengan menamai “Tanah TNI-AD” pada lapangan latihan tembak membuat
warga protes, karena itu merupakan klaim sepihak dari TNI AD dan membuat konflik semakin panas.
Hasil pemetaan ditandatangani kepala desa di kawasan Urut Sewu, dengan alasan ijin penggunaan tanah
untuk latihan sehingga kepala desa bersedia menandatangani. Artinya, tandatangan ini tidak dapat dipa-
kai sebagai bukti mutasi kepemilikan.
Pada saat proses pembebasan tanah untuk bangunan Jalan Lintas Selatan Selatan, TNI AD
memiliki alasan untuk meminta ganti rugi (surat Gubernur Jateng kepada Pangdam IV Diponegoro,
tanggal 5 Oktober 2007, perihal Permohonan ulang aset pengganti tanah TNI AD dalam pembangunan
Jalan Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa) membuat klaim “Tanah TNI” berkembang, dari radius 500 m
menjadi 1000 m dari garis pantai. Pelebaran/perluasan klaim tersebut memicu perlawanan keras dari
masyarakat dengan pencabutan patok “radius 1000 m”, dan pasca pencabutan muncul ancaman dari
Panglima Kodam IV/Diponegoro yang intinya: akan dilakukan pematokan ulang dan barangsiapa yang
merusak patok TNI akan diambil tindakan tegas – bentuk ancaman ini kembali menyatakan ketid-
akpatuhan aparat TNI terhadap 8 Wajib yang seharusnya mereka patuhi. Klaim 1000 meter dari garis
pantai ternyata diakomodir dalam Draft Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dipapar-
kan di DPRD kabupaten Kebumen pada 13 Desember 2007 menyebutkan rancangan penetapan kawa-
san Hankam/TNI 1000 meter dan juga ada bunyi pasal terkait di kawasan Hankam tidak boleh ada
kegiatan lain selain kegiatan pertahanan keamanan.
Pada kenyataannya, Surat Kodam IV/Diponegoro, kepada PT Mitra Niagatama Cemerlang
(MNC), nomor: B/1461/IX/2008, tanggal 25 September 2008, tentang Persetujuan Pemanfaatan Tanah
TNI AD di Kecamatan Mirit untuk Penambangan Pasir Besi. Berdasarkan surat ini tampak jelas bahwa
TNI nyata-nyata telah melakukan klaim sepihak atas tanah pesisir Urut Sewu, sekaligus telah
melakukan kegiatan bisnis yang jelas-jelas tidak boleh dilakukan oleh TNI karena tidak boleh ada
kegiatan lain selain kegiatan pertahanan keamanan.
Pemerintah pun memberikan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi kepada PT. MNC
selama 10 tahun tanpa sosialisasi. Dalam surat izin produksi, dinyatakan bahwa luasan lahan yang akan
ditambang adalah 591,07 ha, dengan 317,48 ha diantaranya adalah tanah milik TNI AD. Ijin tetap terbit
meskipun Perda Tata Ruang yang berlaku pada saat itu belum menetapkan kawasan Urut Sewu sebagai
kawasan pertambangan, artinya ijin ini harus dibatalkan berdasarkan hukum.
Berdasarkan surat dari Kodam IV/Diponegoro kepada Direktur PT. Niagatama Cemerlang No-
mor: B/6644/2011 tanggal: 19 April 2011 tentang pemberitahuan, disampaikan bahwa PT Mitra Niaga-
tama Cemerlang tidak diijinkan (oleh TNI) untuk melanjutkan survey lapangan, mengurus ijin per-
tambangan pasir besi di kecamatan Mirit. Surat ini dapat diartikan sebagai mekanisme “cuci tangan”
yang dilakukan oleh TNI setelah mendapatkan penolakan keras dari warga. Tetapi terbitnya surat ini
juga sekaligus menegaskan bahwa TNI benar-benar pernah memberikan ijin kepada PT MNC untuk
menambang pasir besi alias TNI terbukti melakukan kegiatan bisnis. Lalu konflik sengketa lahan terse-
but terus berlanjut hingga saat ini.
Saran Penyelesaian Konflik17
1. Perlu mencegah adanya pihak-pihak luar yang mencampuri dan bertujuan memprovokasi kon-
flik Urut Sewu ini.
2. Upaya untuk mengatasi sengketa Urut Sewu ini selain dengan upaya gelar kasus dan mediasi
adalah perlu adanya pemetaan wilayah sengketa di Kabupaten Kebumen sebagai langkah pre-
ventif agar masalah tanah dapat ditangani secara lebih dini.
3. BPN RI dan Pemda Kabupaten Kebumen hendaknya tidak memihak salah satu pihak yang ter-
libat konflik, melainkan harus menjadi penengah dan bersikap netral dalam penyelesaian kon-
flik kini sehingga kedua belah pihak yang terlibat merasa puas dan tidak ada yang merasa diru-
gikan.
4. Dalam menyelesaikan konflik Urut Sewu yang ada, BPN terlebih dahulu harus mengetahui akar
permasalahan yang ada agar mendapatkan jalan keluar yang baik dan terselesaiakan dengan
baik pula.

Pernyataan Sikap
Dengan mempertimbangkan hal-hal yang tertulis diatas, DEMA Pertanian UGM 2019 menya-
takan sikap:
1. Menolak segala tindakan represif aparat TNI dalam upaya penyelesaian konflik lahan yang ter-
jadi.
2. Meminta agar Pemerintah Pusat dan Daerah tidak tutup mata akan konflik lahan yang terjadi di
seluruh daerah Indonesia.
3. Mendesak Pemerintah Pusat dan Daerah menyelesaikan konflik antara TNI dan warga yang
sudah berkepanjangan.
4. Menghimbau agar BPN dan Pemerintah Daerah Kebumen bersikap netral dan tidak memihak
dalam konflik lahan agar upaya penyelesaian dapat terwujud.

Penulis:
Willy Medi Christian Nababan – Pertanian 2017
willy.medi@mail.ugm.ac.id
0895340201636

17
Qorni, W.A. 2016. Konflik Urut Sewu dan Upaya Pemerintah Kabupaten Kebumen Dalam Penyelesaiannya. Jurnal Kewarganegaraan dan
Hukum. Universitas Negri Yogyakarta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai