Anda di halaman 1dari 4

Candle Haposan Mulatua

1403620076

Pendidikan Sejarah A 2020

UTS Sejarah Indonesia Masa Kolonial

Dosen Pengampu: Drs. Abrar, M.Hum

1. Pada masa awal pemerintahan kolonial Belanda di Nusantara Daendels


mengeluarkan kebijakan yang menjadi fondasi bagi perkembangan kolonialisme
Belanda di Nusantara. Jelaskanlah apa arti penting kebijakan Daendels tersebut bagi
politik kolonialisme Belanda di Nusantara?
2. Ada berbagai bentuk perlawanan yang terjadi di Nusantara pada abad ke-19.
Jelaskanlah dua latar belakang terjadinya perang Tondano II?
3. Perang Paderi berlangsung cukup lama yang berbeda dengan perang Diponegero
yang hanya berlangsung selama lima tahun. Jelaskanlah mengapa perang Paderi
berlangsung cukup lama dan mengapa akhirnya perang itu oleh Christine Dobbin
disebut sebagai protonasionalisme?
4. Perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun ternyata menghabiskan
biaya yang cukup besar. Perang tersebut berlangsung karena beberapa faktor.
Jelaskanlah 4 faktor yang menyebabkan terjadinya perang Diponegoro?
5. Perlawanan rakyat juga terjadi di Lombok. Jelaskanlah dua faktor penyebab
terjadinya perlawanan rakyat Lombok?

Jawaban

1. Kebijakan yang cukup berperan dalam politik kolonialisme belanda ialah membagi
wilayah-wilayah menjadi beberapa prefektur, sehingga dalam pemerintahannya
dapat berjalan secara efektif. Selain itu juga, Kerajaan-kerajaan Pribumi
dilemahkan dan bersatu di hindia belanda dan dijadikan pegawai pemerintahan.

2. Latar belakang Perang Tondano 2 masih berhubungan dengan hasil akhir Perang
Tondano 1. Pada akhir Perang Tondano 1, pihak VOC dan rakyat Minahasa
membuat perjanjian pada 1679 yang mengatur berbagai hal di sekitar hubungan dan
kepentingan kedua belah pihak. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah bahwa
Minahasa akan membantu Belanda, terutama dalam menyalurkan sejumlah
kebutuhannya. Dalam perkembangannya, Belanda mulai melakukan tindakan-
tindakan licik. Tindakan Belanda yang tidak sesuai perjanjian itu membuat walak-
walak berselisih. Tidak lama kemudian, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, H.W.
Daendels, membutuhkan pasukan dalam jumlah besar yang akan dipersiapkan
untuk menghadapi kemungkinan serangan Inggris. Salah satu upaya yang ditempuh
adalah dengan mengerahkan penduduk dari sejumlah daerah, termasuk Minahasa.
Pada Mei 1808, Prediger segera mengumpulkan para ukung (pemimpin dalam suatu
wilayah walak atau daerah setingkat distrik) dan menyampaikan bahwa pemerintah
membutuhkan sekitar 2.000 pemuda Minahasa yang akan dikirim ke Jawa.
Ternyata, para ukung tidak mau menuruti permintaan Prediger, bahkan beberapa di
antaranya mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda dan terjadi lah
perang Tondani.

3. Konflik kebangkitan Islam dilatar belakangi oleh pemurnian Tuanku NanTuo, dan
dilanjutkan di bawah komando “Harimau Nan Salapan” dengan berbagai pihak.
Pada awalnya konflik terjadi sesama saudara (konflik bersaudara), sesama
masyarakat di Alam Minangkabau . Namun, semakin lama semakin meluas, dan
selanjutnya berubah secara signifikan dengan campur tangan kekuasaan asing.
Campur tangan asing pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari permintaan kaum
adat. Karena, dengan makin meningkatnya gerakan Paderi, banyak para penghulu
adat yang tersingkirkan, kemudian terusir atau malah melarikan diri, karena tidak
ingin menjadi korban “radikaslisme” Paderi. Antara mereka yang melarikan diri,
ada yang mencari hubungan dengan bangsa asing, mula-mula dengan Raffles di
Bengkulu, kemudian juga ketika Inggris yang sudah bercokol di Padang.
Selanjutnya, dengan Du Puy di Padang sewaktu Belanda kembali lagi di Sumatera
Barat. Karena itulah perang Paderi berlangsung lama kurang lebih 17 tahun karena
pengaruhnya peran asing dalam perang. Lalu, Perang Paderi disebut
Protonasionalisme oleh Christine Dobbin Karena Kaum Paderi memiliki Rasa
dalam jiwa Nasionalisnya dalam mempertahankan daerah mereka dan mengusir
Penjajah Kolonial Belanda.

4. Faktor peperangan Diponegoro terhadap pihak belanda di Jawa tengah di sebabkan


oelh faktor;
a. Wilayah Mataram semakin dipersempit dan terpecah

Karena ulah penjajah, kerajaan Mataram yang besar, di bawah


Sultan Agung Hanyokrokusumo, terpecah belah menjadi kerajaan yang
kecil. Melalui perjanjian Gianti 1755, kerajaan Mataram dipecah menjadi
Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayoyakarta. Dengan perjanjian
Salatiga 1757 muncullah kekuasaan baru yang disebut Mangkunegaran
dan pada tahun 1813 muncul kekuasaan Pakualam. Kenyataan inilah yang
dihadapi oleh Diponegoro.

b. Masuknya adat Barat ke dalam kraton

Pengaruh Belanda di kraton makin bertambah besar. Adat


kebiasaan kraton Yogyakarta seperti menyajikan sirih untuk Sultan bagi
pembesar Belanda yang menghadap Sultan, dihapuskan. Pembesar-
pembesar Belanda duduk sejajar dengan sultan. Yang paling
mengkhawatirkan adalah masuknya minuman keras ke kraton dan beredar
di kalangan rakyat.

c. Belanda ikut campur tangan dalam urusan kraton

Campur tangan yang amat dalam mengenai penggantian tahta


dilaksanakan oleh Belanda.Demikian pula mengenai pengangkatan
birokrasi kerajaan. Misalnya pengangkatan beberapa pegawai yang
ditugaskan untuk memungut pajak.

d. Hak-hak para bangsawan dan abdi dalem dikurangi

Telah terjadi kebiasaan bahwa kepada keluarga raja (sentana


dalem), memberikan jaminan hidup berupa tanah apanase, juga kepada
pegawai kerajaan (abdi dalem) diberikan gaji berupa tanah lungguh. Pada
masa Kompeni maupun masa kolonial Inggris dan Belanda, banyak tanah-
tanah tersebut diambil oleh pemerintah kolonial. Dengan demikian para
bangsawan (sentana dalem) dan para abdi banyak yang kehilangan sumber
penghasilan. Akibatnya di hati mereka timbul rasa tidak senang karena
hak-haknya dikurangi, termasuk hak-hak raja dan kerajaan.

e. Rakyat menderita akibat dibebani berbagai pajak


Berbagai macam pajak yang dibebankan pada rakyat, antara lain:

i. pejongket (pajak pindah rumah);


ii. kering aji (pajak tanah);
iii. pengawang-awang (pajak halaman-pekarangan);
iv. pencumpling (pajak jumlah pintu);
v. pajigar (pajak ternak);
vi. penyongket (pajak pindah nama);
vii. bekti (pajak menyewa tanah atau menerima jabatan).

5. Dua faktor penyebab terjadinya penyerangan di lombok ialah


a. Peraturan yang diberlakukan oleh Raja Mataram pada waktu itu,yaitu
Anak Agung Made Karangasem membuat Rakyat Lombok memberontak
karena ketidakpuasan mereka terhadap pola kebijakan politik yang
diterapkan oleh Raja Mataram Tersebut seperti Contoh Rakyat Lombok
harus siap mengikuti Perang Jika diminta Oleh Raja Mataram.
b. Kerajaan Mataram kerap mengambil tindakan yang dipandang tidak adil
dan sewenang-wenang. Seperti contohnya merampas tanah dan hewan
peliharaan, pemecatan pejabat lokal, hingga mengambil anak-anak untuk
dijadikan budak

Anda mungkin juga menyukai