Anda di halaman 1dari 22

Makalah perancangan permukiman nelayan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Kay dan Alder (1999) dalam Nurmalasari Y (2004), wilayah
pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik keringmaupun terendam air, yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran
air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran. Lebih jauh, wilayah pesisir merupakan
wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan dan
pengelolaan.

Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah

membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai
ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan
penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi, "nilai"
wilayah pesisir terus bertambah.
Ibrahim A. Tamrin (2013), menjelaskan bahwa masyarakat pesisir
merupakan orang-orang yang hidup dalam batas-batas geografis, interaksi sosial
dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis, tempat tinggal tradisi dan norma.
Selain itu masyarakat pesisir memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung
pada kondisi ekosistem yang keras dan sumber kehidupan yang bergantung pada
pemanfaat sumberdaya pesisir dan laut. Masyarakat pesisir terutama nelayan
kecil, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan dan keterbelengguan. Terdapat

Makalah perancangan permukiman nelayan

persoalan tertentu terkait dengan aspek ekologis, sosial dan ekonomi, sehingga
masyarakat pesisir masih tertinggal (Hanson, 1984 dalam Amanah S, 2006).

Makalah perancangan permukiman nelayan

II. PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Desa Toniku telah mencacat sejarah ketika Sultan Nuku di Nobatkan
sebagai Raja atas Papua dan Seram Timur. Kemudian sebagai Sulatan Tidore, saat
itu upaya Nuku

menhidupkan kembali Kesultanan Jailolo dan mengangkat

Sangaji Tahane sebagai Sultan Jailolo dengan gelar Muhammad Arif Billa, ketika
Inggris mengembalikkan Maluku pada Belanda yang kemudian berkuasa pada
Tahun 1803-1810. Sultan Nuku (Kaicil Paparangan Jou Barakati Nuku) pertama
kali menawarkan sebuah perundingan dengan Belanda pada tahun 1804.
Perundingan ini di tawarkan dengan salah satu persyaratan pengakuan Belanda
atas kesultanan Jailolo sebagai Sebuah kerajaan Merdeka dan Berdaulat penuh.
Bagi Nuku pengakuan atas Jailolo sebagai salah satu syarat perundingan dan
merupakan suatu kemestian. Menurut adat Sultan Jailolo telah memberikan
persetujuan dari para Bobato Tidore, Bobato Halmahera Timur-Weda, MabaPatani, serta dapat dukungan Halmahera Utara, Jailolo, Sahu, Tobelo, Galela, Raja
Loloda serta Kao, tetapi Belanda menolak Tawaran prasyarat Nuku tersebut.
Sebuah berita tersiar bahwa belanda menolak syarat tersebut, Pasuka
Sultan Jaiololo yang berada di Desa Toniku mulai di mobilisasikan untuk
menggempur Halmahera Utara, Nuku sendiri yang merancang rencana
penyerbuan tersebut. Raja Jailolo Muhammad Arif Billa ditugasi memimpin serta
melaksanakannya, pasukan dan armada perang mulai dikumpulkan di Desa
Toniku, yaitu: 1 Juanga Sultan Jailolo, 1 Juanga putra-putra Sultan Jailolo,

Makalah perancangan permukiman nelayan

8 Juanga orang Tobelo dan Kao, 6 Juanga dari Loloda, 4 Juanga dari Sahu,
2 Juanga dari Galela, 6 Juanga dari Patani, 6 Juanga dari Weda, 6 Juanga dari
Tidore, dan Juang dari Papua. Adapun tujuan dari penyerangan adalah
memperoleh Legitimasi para Sangaji di Halmahera Utara bagi Sultan Jailolo. Pada
hal Sultan Nuku tidak menyadari bahwa sejak tahun 1635 Jailolo telah lebur dan
menjadi wilayah Kesultanan Ternate yang sudah melakukan pembinaan sehingga
Rakyat di kawasaan Jailolo dan Halmahera Utara mengubah loyalitasnya kepada
Ternate, terutama di kalangan orang Awam dan Suku-suku yang berada di Kao
Pedalaman dan setelah Nuku mengetahui hal ini maka penyerangan pun batal dan
tidak pernah dilakukannya lagi.
Sementara itu, Sultan Ternate Muhammad Yasin mengusulkan kompromi
kepada Belanda di Ternate sehubungan dengan Prasyarat Nuku. Usulan itu adalah
kawasaan Toniku di Pantai Barat Halmahera yang masuk wilayah Tidore yang
ditetapkan sebagai wilayah Jailolo dan rakyatnya diberi izin memperoleh suplai
makanan dari Gane dalam yang masuk dalam wilayah Kesultanan Ternate.
Sejarah mencatat pula bahwa pada tahun 1904-1912 pada masa perang
Kao, seorang panglima yang berasal dari Kao bernama Muhammad Bingkas serta
pengikutnya yang berjuang habis-habisan melawan penjajah (Belanda) dan tidak
pernah menyerah. Mengetahui bahwa panglima Kao ini memberontak maka
Belanda pun mengejar sang panglima. Merasa konsisinya tidak aman maka
Panglima Bangkis bersembunyi di suatu tempat tersembunyi (bahasa Ternate;
toma hiku), dimana pihak Belanda tidak dapat menemukannya. Takdir berkata lain
tempat persembunyian Panglima Kao ini pun akhirnya ditemukan oleh Belanda
yang kemudian menyergapnya. Dalam penyergapan ini Panglima Muhammad

Makalah perancangan permukiman nelayan

Bingkas tertembak dan gugur sebagai pahlawan. Untuk mengenang kepahlawan


Panglima Muhammad Bingkas, maka tempat ini diberi nama Toma Hiku dan
seiring perkembangan zaman dan tata bahasa sehingga berubah menjadi Toniku
hingga sekarang. Adapun makam panglima Muhammad Bingkas sampai sekarang
masih ada dan dirawat dengan baik oleh masyarakat desa Toniku.

Gambar 1. Makam panglima Muhammad Bingkas.

2.2 Potensi Desa


Desa Toniku memiliki berbagai macam potensi-potensi seperti potensi
perikanan laut (ikan teri, suntung, siput, dan udang), pertanian (kelapa, coklat,
cengkeh, pala, pisang), usaha ekonomi (dagang ikan teri, kopra, pala, coklat),
industri skala rumah tangga (depot minyak bensin, jualan kue, warung, atap dari
daun nipa atau bobo), lembaga desa (PKK, Kelompok Arisan Riogam, Kompas A
kompas B, Karang Taruna, Majelis Taklim), perempuan desa (PKK, majelis talim,
riogam, kompas A, kompas B), maupun anak-anak pesisir (sekolah, mengaji,
bermain).

Makalah perancangan permukiman nelayan

Dari potensi yang ada, potensi perikanan laut merupakan salah satu
potensi yang mendominasi di Desa Toniku, karena Desa Toniku dikenal dimanamana memiliki ciri khas penghasil ikan teri (stolephorus sp.).

Gambar 2. Hasil penangkapan ikan di bagan.


Hal ini menarik minat masyarakat untuk memproduksi alat tangkap ikan,
alat tangkap yang banyak digunakan di Desa Toniku adalah alat tangkap bagan
perahu. Selain itu, potensi pertanian juga tidak kalah tandingnya dengan potensi
perikanan. Lahan-lahan pertanian yang luas dan tanahnya yang subur untuk
bercocok tanam membuat masyarakat mengambil inisiatif untuk membuka lahan
perkebunan seperti perkebunan pala dan cengkeh. Tidak hanya itu, disamping
mengerjakan pekerjaan prioritasnya sebagai petani dan nelaya, masyarakat Desa
Toniku juga menyempatkan diri untuk membuat usaha-usaha kecil unuk
menopang perekonomiannya, secara keseluruhan adalah usaha ikan teri
(stolephorus sp.). Sedangkan untuk perempuan nelayan, pekerjaanya yaitu
manangani hasil tangkapan ikan yang sudah didaratkan oleh para pekerja di
bagang dan pekerjaan ini merupakan kegiatan rutinitas para perempuan pesisir.
Selain potensi usaha ekonomi, ada juga potensi skala rumah tangga
khususnya diprioritaskan untuk rumah tangga suatu keluarga. Di Desa Toniku

Makalah perancangan permukiman nelayan

terdapat beberapa potensi untuk skala usaha rumah tangga diantaranya: membuat
es bagi yang mempunyai kulkas, menjual pisang goreng, membuat kios-kios kecil
dan lain-lain.

2.3 Administratif Desa


Secara administratif, Desa Toniku berada di Kecamatan Jailolo Selatan
Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. dengan batas-batas
wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Teluk Dodinga, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Kayasa, sebelah barat berbatasan dengan Teluk Dodinga,
sebelah timur berbatasan dengan Hutan Toniku. Jarak tempuh dari Kota
Kecamatan ke desa 42 km2. Sedangkan jarak dari Kota Kabupaten yaitu 92 km2,
dengan jumlah penduduk 1024 jiwa yang terdiri dari 538 jiwa (laki-laki) dan 486
jiwa (perempuan) dengan 234 KK dan 200 unit rumah dari, 6 RT, 3 RW.
Kondisi infrastruktur yang ada di Desa Toniku dalam keadaan baik
walaupun ada beberapa infrastruktur yang harus mendapatkan perhatian khusus
atau serius dari pemerintah, baik dari infrastruktur jalan (jalan yang telah di aspal
dan jalan setapak), sekolah (TK Raudatul Atfal Nurul Bahri, SD Negeri Toniku,
MTS Babingkas, MA Almuzakara), bangunan desa (Balai desa, Polindes, Tk, Sd,
Mts, Musallah, Masjid dan Gereja), air bersih (PAM), layanan kesehatan
(POLINDES), bantuan pemerintah (bantuan pemerintah berupa pembuatan
tanggul, jalan stapak dan dermaga) maupun LSM/NGO (Elsil Kie Raha) yang
mendampingi dalam membantu perkembangan desa.

Makalah perancangan permukiman nelayan

Gambar 3. Fasilitas jalan.


Penduduk yang berdomisili tidak berasal dari desa toniku itu sendiri,
melinkan penduduk dari daerah lain atau terdiri dari beberapa etnis atau suku
maupun agama. Terdapat 16 etnis di Desa Toniku diantaranya; Ternate, Makean,
Tidore, Sanana, Gamrange, Tobelo, Ambon, Jawa, Manado, Kao, Bajo, Buton,
bugis, Galela, Loloda dan Buli. Begitu juga dengan agama, meski mayoritas
penduduk desa toniku beragama Muslim (991 jiwa), namun ada juga yang
beragama Kristen (33 jiwa).
Aktivitas melaut maupun pergi ke kebun untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari merupakan aktivitas utama di desa toniku. Selain itu, masyarakat juga
memiliki aktivitas lain dalam pengembangan sosial masyarakat dengan
membentuk beberapa kelompok tani, kelompok arisan (kompas dan riogam),
majelis talim (Al-Mudzakkar), koperasi dan simpan pinjam.
Dari keempat lembaga atau kelompok diatas, masyarakat menilai bahwa
kegiatan ini sangat berdampak positif. karena selain membantu warga, kegiatan
ini juga dapat memperarat tali silaturahmi. Namun tidak demikian dengan
kegiatan simpan pinjam, kegiatan ini menimbulkan pro dan kontra diantara warga.
Bagi yang pro menilai bahwa kegiatan ini baik, karena dapat membantu warga
dalam hal permodalan. Sedangkan bagi yang kontra menganggap kegiatan ini
hanyalah untuk orang-orang tertentu, tidak di prioritaskan untuk warga yang
kurang mampu. Jadi, masyarakat dapat beranggapan bahwa kegiatan ini tidak adil.

Makalah perancangan permukiman nelayan

Kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan Desa, Kepala Desa


melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Ketua RT mengontrol anggota masyarakat di lingkungannya. Ketua
RW mengontrol masyarakat dan kerja-kerja masyarakat di ruang lingkupnya.
Imam dan tokoh adat sebagai hakim sarah, membawah sholat dan juga memimpin
hajatan.
Warga desa pesisir sama halnya dengan kelompok sosial lain yang apabila
ada orang asing atau pendatang yang datang di desa ini bersikap baik, maka
mereka juga sebaliknya tapi apabila orang asing atau pendatang bersikap tidak
baik merekapun sebaliknya. Begitu pula dengan penyelesaian masalah yang
terjadi dalam masyarakat, masyarakat Desa Toniku melakukan musyawarah
secara kekeluargaan dalam mengambil sebuah keputusan bersama.

2.4 Pemukiman dan Fasilitas Desa


Terdapat 200 unit rumah yang terdiri dari rumah yang beratapkan seng,
berdinding beton dan tidak berlantai tanah sebanyak 178 unit (89%) maupun
rumah yang masih beratap dau nipa atau bobo (katu), berdinding papan dan
berlantai tanah sebanyak 22 unit (11%) atau yang kurang layak huni. Sebagian
besar masyarakat belum memiliki jamban atau wc pribadi (33 unit) dan umum (10
unit), mereka masih mengunakan jamban (wc) umum dan ada pula yang
menggunakan alam sebagai jamban.

Makalah perancangan permukiman nelayan

Gambar 4. Rumah layak dan tak layak huni.


Selain itu, desa toniku juga memiliki berbagai fasilitas, baik dari fasilitas
desa (kantor desa, balai desa, mesjid, musallah dan gereja), fasilitas kesehatan
(POLINDES), fasilitas jalan (setap dan jalan aspal atau jalan utama desa) maupun
fasilitas pendidikan (TK Raudatul atfal nurul bahri, SD Negeri Toniku, MTS
Babingkas, MA Almuzakara).

2.5 Kegiatan Ekonomi


kegiatan ekonomi masyarakat desa toniku yaitu dengan mengerjakan
pekerjaan prioritasnya sebagai petani dan nelaya, selain itu ada yang melakukan
jasa transportasi darat (ojek) dan ada juga PNS maupun melakukan usaha kecil
atau lain unuk menopang perekonomiannya. Secara keseluruhan adalah usaha
ikan teri (stolephorus sp.) dengan memanfaaatkan fasilitas perikanan tangkap
yang ada seperti bagan (15 unit) dan ketinting (10 unit).

10

Makalah perancangan permukiman nelayan

Gambar 5. Bagang.
Sedangkan untuk perempuan nelayan, pekerjaanya yaitu manangani hasil
tangkapan ikan yang sudah didaratkan oleh para pekerja di bagang dan pekerjaan
ini merupakan kegiatan rutinitas para perempuan pesisir. Desa Toniku terdapat
kios-kios kecil sebanyak 13 unit dan usaha skala usaha rumah tangga diantaranya:
membuat es bagi yang mempunyai kulkas, menjual pisang goreng dan lain-lain.
Secara umum adalah usaha ikan teri (stolephorus sp.) merupakan usaha
utama yang dilakukan oleh masyarakat, badik dari proses penangkapan hingga
proses pengolahan hasil tangkapan itu sendiri. Disinilah perempuan nelayan
sangat berperan dalam proses pengolahan yaitu manangani hasil tangkapan ikan
yang sudah didaratkan oleh para pekerja di bagang dan pekerjaan ini merupakan
kegiatan rutinitas para perempuan pesisir. Pengolahan itu sendiri diawali dari
pemisahan pemilihan hasil tangkapan sesuai dengan jenis ikan yang didapatkan
lalu dijemur hingga kering atau mengeras, kemudian dapat dikonsumsi atau
diproduksikan keluar desa maupun ke daerah lain di Maluku Utara.

Gambar 6. Penjemuran hasil tangkapan.


Pendapatan warga berbeda-beda sesuai musim dan berapa banyak hasil
tangkapan mulai dari pendapatan rendah 400.000,- s/d 1000.000,-, sedang

11

Makalah perancangan permukiman nelayan

1000.000,- s/d 2000.000,-, hingga pendapatan tinggi 3.000.000,- s/d 4000.000,untuk nelayan (bagang). pendapatan petani seperti kelapa (kopra) penghasilan
mereka dalam tiga bulan satu kali panen berkisar 2000.000,- s/d 3000.000,-.
Sedangkan pendapatan perhari rata-rata antara 50.000,- s/d 100.000,-, masingmasing pendapatan warga dapat dari hasil melaut, petani dan tukang ojek.
2.6 Lingkungan Hidup
Toniku merupakan desa yang langsung berhadapan dengan laut sehingga
sangat mendapat ancaman secara alamaiah oleh hidrodinamika atau pergerakan air
laut baik, gelombang, arus dan pasang surut dalam pengikisan atau perombakan
garis pantai sehingga lama-kelamaan pantai desa toniku mengalami abrasi pantai.
Ada beberapa penyangga yang ada di Desa Toniku baik sacara alamiah maupun
buatan manusia. Secara alamiah, Toniku memiliki hutan mangrove di sisi utara
desa dan padang lamun yang bermanfaat untuk meredam gerakan air laut. Ada
pula daerah ekosistem terumbu karang namun berada jauh dari bibir pantai. Hal
ini kerena, pesisi pantai Desa Toniku bersubstrat pasir berlumpur sehingga karang
sulit untuk berkembang atau hidup dalam kondisi itu (sedimentasi yang dapat
menutup polip karang sehingga karang akan mati). Selain itu, ada penyangga yang
dibuat oleh manusia. Upaya pembuatan tanggul ini dilakukan oleh masyarakat
dengan bantuan pemerintah.

2.7 Pembahasan
Dari potensi yang ada, potensi perikanan laut merupakan salah satu
potensi yang mendominasi atau yang cukup besar di Desa Toniku salah satunya
yaitu ikan teri (stolephorus sp.) yang telah memberikan kontribusi penuh dalam

12

Makalah perancangan permukiman nelayan

menopang hidup masyarakat sehari-hari. Sejalan dengan pernyataan Kusnadi


(2009) yang mengatakan, di desa-desa pesisir yang memiliki potensi perikanan
tangkap (laut) cukup besar dan memberi peluang mata pencarian bagi sebagian
besar masyarakat pesisir melakukan kegiatan penangkapan, masyarakat atau
kelompok sosial nelayan merupakan pilar sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
pesisir. Karena masyarakat nelayan berposisi sebagai produsen perikanan tangkap,
maka kontribusi mereka terhadap dinamika sosial ekonomi lokal sangatlah besar.
Menurut Imron (2003) dalam Mulyadi (2005), nelayan adalah suatu
kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,
baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada
umumnya tinggal di pinggi pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat
dengan lokasi kegiatannya. Kondisi tersebut dapat ditemukan di Desa Toniku, hal
ini disebabkan karena kebanyakan warga mengantungkan hidupnya dari hasil
melaut walaupun ada sebagian yang mencari penghasilan tambahan dengan
berkebun maupun pelayanan jasa angkutan darat (ojek). Selain itu secara
geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut (Kusnadi, 2009). Sehingga Desa Toniku dapat dikatakan sebaga desa
nelayan.
Masyarakata pesisir memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung
pada kondisi ekosistem yang keras dan sumber kehidupan yang bergantuk pada
pemanfaat sumberdaya pesisir dan laut. Masyarakat pesisir terutama nelayana
kecil, masih terbelit persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Terdapat
persoalan tertentu terkait dengan aspek ekologis, sosial dan ekonomi sehingga

13

Makalah perancangan permukiman nelayan

masyarakat masih tertinggal (Hanson, 1984 dalam Amanah S, 2006). Rendahnya


taraf hidup pesisir dan akses yang terbatas akan aset dan sumber-sumber
bembiayaan bagi nelayan kecil merupakan persoalan utama yang dijumpai di
kawasan pesisir, nelayanpun sangat rentan terhadapa tekanan pemiliki modal.
Karekteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karekterisik masyarkat
agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang
dapat dikontrol karena pola panen yang terkohtrol sehingga hasil pangan atau
ternak yang mereka miliki dapat di tentukan untuk mencapai hasil pendapatan
yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata
pencahariaannya didominasi dengan nelayan. Nelayan bergelut dengan laut untuk
mendapat penghasilan, maka pendapatan mereka inginkan tidak bisa dikontrol.
Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open Acces dan beresiko tinggi.
Hal tersebut menyebabkan masyrakat pesisir seperti nelayan memiliki karakter
yang tegas, keras dan terbuka (Satria Arif, 2002).
Ibrahim A. Thamrin (2005), juga mengemukakan bahwa sasaran sosiologi,
komunitas nelayan berbeda dengan komunitas petani sehingga pendekatan
studinyapun berbeda. Perbedaan Pendekatan ini di sebabkan oleh adanya
perbedaan antara karakteristik petani dan nelayan. Petani menghadapi pada situasi
yang ekologis yang sulit di kontrol produk pengingat perikanan tangkap bersifat
open acles sehingga nelayan juga harus berpindah-pindah dan elemen resiko yang
harus di hadapi lebih besar dari pada di hadapi petani. Selain itu nelayan juga
harus berhadapan dengan kehidupan laut yang keras sehingga membuat mereka
umumnya bersikap keras, tegas dan terbuka yang membedakan dengan petani.
Karekteristik masyarakat desa Toniku pun demikian, namun di balik karakter

14

Makalah perancangan permukiman nelayan

mereka yang keras, masyarakat desa Toniku dalam menghadapi suatu masalah
tidak dengan kekerasan. Terbukti berdasarkan hasil penelitian, masyarakat Desa
Toniku dalam hal pengambilan kebijakan dengan cara musyawarah secara
kekeluargaan masyarakat untuk menyelesaikan suatu masalah baik masalah
kelompok maupun individu. Proses tersebut biasanya ditinjau dan arahan
langsung oleh ketua-ketua RT kemudian dilanjutkan ke Kepala Desa.
Ibrahim A. Thamrin. (2005), menjelaskan bahwa nelayan gurem (kecil)
pada umumnya merupakan kelompok masyarakat yang paling relatif lama,
walaupun memiliki resiko yang sangat tinggi baik karena kondisi persaingan antar
nelayan serta pendapatan yang tidak pasti. Ini terjadi karena menjadi nelayan
tidaklah semata-mata menjadi mata pencarian, akan tetapi sudah merupakan satusatunya jalan hidup. Karena itu secara umum, para nelayan tersebut akan
mewariskan tradisi menagkap ikan kepada generasi berikutnya walaupun mata
pencarian tersebut bersifat marginal. Ciri-ciri yang sering di hubungkan dengan
masyarakat pedesaan itu memang ada dalam desa-desa di indonesia, secara
sepintas lalu dapat di pelajari dalam kehidupan sederhana masyarakat yang hidup
di sekeliling kita. Pertama-tama orang kota membayangkan orang desa itu sebagai
orang yang bergaul dengan rukun, tenang dan selaras. Dinamika ini banyak di
temui di masyarakat pesisir, pegunungan terpelosok bahkan di tengaah-tengah
hiruk pihuk kota. Adapula berbagai bentuk kehidupan yang berada di laut masih
sulit di pahami oleh kalangan non nelayan. Masyarakat yang berada dalam
komonitas nelayan selalu identik dengan kalangan yang malas, banyak waktu
senggangnya, hanya bermain dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sia-sia.

15

Makalah perancangan permukiman nelayan

Walaupun demikian kehidupan sosial komonitas nelayan sangat rukun dan kurang
terjadi konflik antara sesama.
Ibrahim A. Thamrin (2006), menjelaskan bahwa cici-ciri masyarakat
pedesaan indonesia di antaranya, konflik dan pertentangan. Kehidupan sosial
warga sangat harmonis, namun sering kali terjadi konflik diantara warga. Hal ini
membuktikan bahwa didesa yang dianggap tempat yang rukun dan damai juga
bisa terjadi konflik diantara warga. Dalam mengkaji masalah nelayan sangat
penting untuk membedakan antara nelayan sebagai status pekerjaan dan dalam
konteks pengelolaan sumber daya perikanan sekali untuk mengklasifikasikan hak
nelayan berdasarkan skala ekonomi menjadi nelayan kecil dan nelayan besar.
Persoalan

mendasar

yang

dihadapi

oleh

nelayan

yang

tingkat

penghasilanya kecil dan tidak pasti adalah bagaimana mengelolah sumberdaya


ekonomi yang dimiliki secara efisien dan efektif sehingga mereka bisa bertahan
hidup dan bekerja. Dengan cara demikian, rumah tangga nelayan merasa aman
dan mampu melewati masa-masa krisis yang dapat mengancam kelangsungan
rumah tangganya. Kelompok-kelompok sosial yang berpenghasilan rendah
didaerah perkotaan misalnya, lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
pangan. Kualitas bahan pangan yang bisa mereka peroleh juga rendah karena
harganya murah sesuai dengan keterbatasab sosial ekonominya. hal yang sama
juga terjadi pada rumah tangga nelayan buruh (Kusnadi, 2002 dalam Khikmawati
T. Liya, 2012).
Bagi nelayan yang terpenting adalah makanan setiap hari dengan lauk
pauk yang sangat sederhana. Masalah pemenuhan kebutuhan pangan menempati
prioritas utama dibandingkan dengan unsur lainya seperti sandang dan papan.

16

Makalah perancangan permukiman nelayan

Sementara itu kebutuhan papan relatif kurang diperhatikan dan tidak dapat
diwujudkan dalam waktu yang singkat. Kurangnya perhatian terhadap kebutuhan
akan papan dapat dilihat dari kondisi pemukiman nelayan yang jauh dari standar
rumah hunian yang layak (Widodo, 2006).
Perolehan

penghasilan

yang

lebih

dari

cukup

tidak

selamanya

dimanfaatkan untuk memenuhi selera konsumtif. Dalam rumah tangga rumah


tangga nelayan terdapat mekanisme internal tentang pengendalian diri dalam
bentuk menyisihkan sebagian penghasilan tersebut untuk ditabung dan jika
memadai digunakan untuk membeli emas atau barang-barang rumah tangga.
Barang tersebut merupakan bentuk infestasi yang bisa dimanfaatkan sewaktuwaktu ketika tidak ada penghasilan dari laut. Bagi rumah tangga nelayan, barangbarang tersebut memiliki nilai-nilai yang tinggi untuk menopang dan
menyelamatkan kelangsungan hidupnya ketika meng-hadapi kritis ekonomi (Fauji
Ahmad, 2005). Beberapa hal ini yang terjadi di desa taniku sehingga perlu
penanganan khusus baik bantuan dari pemerintah maupun LSM yang ada.
Beban kehidupan akan semakin berat, bagi rumah tangga nelayan yang
hanya menyandarkan kelangsungan hidupnya dari kelangsungan hidupnya dari
penghasilan melaut. Bagi nelayan yang demikian, ketika menghadapi kesulitankesulitan ekonomi atau kebutuhan lain yang mendesak maka harus memobilisasi
seluruh jaringan sosial yang dimilikinya untuk memperileh sumberdaya yang
diharapkan. Jaringan soaial adalah hubungan-hubungan sosial timbal balik yang
berbasis ikatan kekerabatan, ketetanggan, dan pertemanan.jaringan sosial
merupakan potensi sosial budaya yang bersifat alaiah dan mudah didaya gunakan.
Dengan jaringan soisial akan memudahkan seseoran memperoleh akses

17

Makalah perancangan permukiman nelayan

sumberdaya (uang, barang dan jasa) melalui pertukaran timbal balik diantara
anggota-anggotanya. Jika jaringan sosial tidak dapat dimanfaatkan lagi istri
nelayan akan menggadaikan atau menjual barang-barang rumah tangga yang
dimilikinya. Sebaliknya bagi rumah tangga nelayan yang tidak memiliki barangbarang yang berharga, jaringan sosial adalah pilihan satu-satunya yang harus
didayagunakan untuk mendapatkan bantuan sumberdaya ekonomi (Fauji Akhmad,
2005).
Karena itulah masyarakat membentuk beberapa lembaga yang kemudian
dapat meringankan beban bersama diantara lain yaitu LPM, lambaga Desa,
kelompok arisan, kelompok pengajian, kelompok usaha, merupakan bentuk dari
pergerakan yang dilkukan oleh masyarakat desa toniku yang bergerak sesuai
dengan fungsinya masing-masing, hal ini sangat terkait dengan penjelasan dari
Rohman Arif et al (2005) yang menjelaskan bahwa, lembaga kemasyarakatan
yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalahmasalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhankebutuhan.
2. Menjaga keuntungan masyarakat
3. Memberikan pengangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengndalian sosial (social control artinya, sistem pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
Selain itu, lembaga masyarakat merupakan sikap yang mempelajari dari
masyarakat yang mengajarkan bahwa setiap orang semestinya menghormati orang

18

Makalah perancangan permukiman nelayan

lain, tidak merampas hak-haknya, dan mengembangkan kedamaian dilingkungan


sekitarnya (Rohman Arif et al, 2005).

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Potensi perikanan laut merupakan salah satu potensi yang mendominasi
yaitu penghasil ikan teri (stolephorus sp.).
2. Desa yang berada di wilayah pesisir dan juga bisa disebut nelayan dengan
jumlah penduduk 1024 jiwa.
3. Masyarakat Desa Toniku sangat ramah masih mempertahankan adatistiadat yang masih kental sekali, hal ini dapat dilihat dalam partisipasi
masyarakat.

19

Makalah perancangan permukiman nelayan

4. Kondisi infrastruktur yang ada di Desa Toniku dalam keadaan baik


walaupun ada beberapa infrastruktur yang harus mendapatkan perhatian
khusus atau serius dari pemerintah.
5. Pendapatan nelayan rendah 400.000,- s/d 1000.000,-, sedang 1000.000,s/d 2000.000,-, hingga pendapatan tinggi 3.000.000,- s/d 4000.000,pendapatan petani seperti kelapa (kopra) penghasilan mereka dalam tiga
bulan satu kali panen berkisar 2000.000,- s/d 3000.000,-. Sedangkan
pendapatan perhari rata-rata antara 50.000,- s/d 100.000,-.

3.2. Saran
Diharapkan dapat dilakukan studi mengenai masyarakat pesisir dengan
menggunakan beberapa spesifikasi metode pengamatan dan perancangan yang
layak dan sesuai dengan kondisi desa toniku dengan keahlian yang lebih memadai
dalam melakukan perancangan di lapangan. Sehingga hasil yang diharapkan dapat
dimanfaatkan lebih lanjut dalam pengembangan masyarakat Desa Toniku.

20

Makalah perancangan permukiman nelayan

DAFTAR PUSTAKA

Beng A. Amirudin. 2004. Penyuluh Pertanian Madya. Sumber :Sosiologi


Pedesaan

Bagi

Kegiatan

Penyuluhan

Pertanian.

Sumber:

http://cybex.deptan.go.id/2011/05/penyuluhan/pertanian-madya.html.
Dikunjungi pada tanggal, 30 maret 2014.
Ibrahim A. Thamrin. 2005. Proses-proses Sosial. Materi kuliah sosiologi
perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Khairun
Ternate.
Ibrahim A. Thamrin. 2006. Cici-ciri Masyarakat Pedesaan Indonesia. Materi
kuliah sosiologi perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Khairun Ternate.

21

Makalah perancangan permukiman nelayan

Ibrahim A. Thamrin. 2007. Modernisaasi Perikanan Dan Karakteristik Nelayan.


Materi kuliah sosiologi perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Khairun Ternate.
Ibrahim A. Tamrin. 2013. Pesisir dan Sosiologi Masyarakat Pesisir. Materi kuliah
sosiologi perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Khairun Ternate.
Khikmawati T. Liya. 2012. Nelayan dan Trip Melaut. Sumber: http://liyatrikhik
mawati.blogspot.com/2012/10/nelayan-dan-trip-melaut.html.

Dikunjungi

pada tanggal, 30 maret 2014.


Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta
Mirmin

R.

2012.

Sejarah

Sosiologi.

Sumber:

http://justsangtae.blogspot.com/ 2012/06/sejarah-lahirnyasosiologi.html. Dikunjungi pada tanggal, 30 maret 2014.


Rachmat. 2011. Lembaga Sosial. Sumber: http://rachmatbox.blogspot.com/2011/
lembaga-sosial.html. Dikunjungi pada tanggal 30 maret 2014.

22

Anda mungkin juga menyukai