Anda di halaman 1dari 34

Perkembangan dan Pertumbuhan Psikologi pada Bayi Baru

Lahir, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kehamilan, Persalinan,

Nifas, dan Bayi Baru Lahir

Dosen Pengampu : Mala Tri Marliana S.ST.MKes.

Disusun Oleh :

Nama : Ivit Novianti

NIM : (CBR0200006)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nyasehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Perkembangan dan Pertumbuhan Psikologi pada Bayi Baru Lahir, Bayi, Balita

dan Anak Pra Sekolah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang

“Perkembangan dan Pertumbuhan Psikologi pada Bayi Baru Lahir, Bayi, Balita dan

Anak Pra Sekolah” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mala Tri Marliana S.ST.MKes.

selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan

demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 25 Maret 2021

Penulis,

Ivit Novianti
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................. 3

C. Manfaat ............................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PERKEMBANGAN MASA BAYI ................................................................ 5

A. Perkembangan Fisik ........................................................................... 5

B. Perkembangan Kognitif ....................................................................... 9

C. Perkembangan Psikososial ................................................................. 12

1.2 PERKEMBANGAN MASA PRA SEKOLAH ............................................... 16

A. Pertumbuhan Fisik Anak Usia Prasekolah .......................................... 16

B. Perkembangan Kognitif ...................................................................... 17

C. Perkembangan Psikososial ................................................................ 20

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 27

B. Saran .................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan bayi merupakan suatu hal yang penuh

teka-teki dan pertanyaan karena bayi terlihat bagai makhluk yag perilaku

umumnya tampak tidak terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak

nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu

membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan

apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam

per hari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan rangsangan dari

sekitarnya.

Sang ibu biasanya memliki permasalahan komunikasi degan bayinya. Ibu

ingin memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita

tidak tau apa maksud dari tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas

mengenai bagaimana sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan bayi

tersebut. Sehingga kita dapat memahami bagaimana dunia sang bayi tersebut

dimana hal tersebut akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan bayi

secara optimal.

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun,

pada periode ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan

psikososial serta kognitif mengalami peningkatan. Anak mulai

mengembangkan rasa ingin tahunya, dan mampu berkomunikasi

1
dengan lebih baik. Permainan merupakan cara yang digunakan anak

untuk belajar dan mengembangkan hubungannya dengan orang lain

(DeLaune & Ladner, 2011).

Usia prasekolah merupakan periode yang optimal bagi anak

untuk mulai menunjukkan minat dalam kesehatan, anak mengalami

perkembangan bahasa dan berinteraksi terhadap lingkungan sosial,

mengeksplorasi pemisahan emosional, bergantian antara keras

kepala dan keceriaan, antara eksplorasi berani dan ketergantungan.

Anak usia prasekolah mereka tahu bahwa dapat melakukan sesuatu

yang lebih, tetapi mereka juga sangat menyadari hambatan pada diri

mereka dengan orang dewasa serta kemampuan mereka sendiri yang

terbatas (Kliegman, Behrman, Jenson, & Stanton, 2007).

Usia tiga hingga lima tahun disebut The Wonder Years yaitu

masa dimana seorang anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi

terhadap sesuatu, sangat dinamis dari kegembiraan ke rengekan, dari

amukan ke pelukan. Anak usia prasekolah adalah penjelajah, ilmuwan,

seniman, dan peneliti. Mereka suka belajar dan terus mencari tahu,

bagaimana menjadi teman, bagaimana terlibat dengan dunia, dan

bagaimana mengendalikan tubuh, emosi, dan pikiran mereka. Dengan

sedikit bantuan dari Anda, periode ini akan membangun fondasi yang

aman dan tidak terbatas untuk seluruh masa kecil putra atau putri

Anda (Markham, 2019).

Setiap orang tua mengidamkan memiliki anak yang sehat, cerdas,

berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia. Prinsip memperhatikan

bibit, bobot, bebet yang berkembang di masyarakat kita sejak jaman

2
dahulu dalam memilih calon pasangan hidup salah satunya bertujuan

untuk mendapatkan keturunan yang sesuai dengan kriteria tersebut.

Seiring dengan perkembangan zaman prinsip tersebut cenderung telah

diabaikan, padahal prinsip tersebut tidak selamanya bertentangan

dengan teori pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain faktor

keturunan masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi kualitas

seorang anak. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh

kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor

genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan adalah faktor yang

berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan

faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan

sosial.

B. Tujuan

1. Menjelaskan faktor perkembangan bayi dan anak prasekolah dalam

kehidupannya.

2. Menjelaskan tahap-tahap tugas perkembangan bayi dan anak

prasekolah.

C. Manfaat

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan masukan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang kesehatan

khususnya yang berkaitan dengan perkembangan mental dan sosial pada

anak usia prasekolah.

3
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi para

orang tua dan masyarakat dalam perkembangan bayi atau anak usia

prasekolah baik secara mental maupun sosial.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PERKEMBANGAN MASA BAYI

A. Perkembangan Fisik

1. Tinggi Dan Berat

Pada saat dilahirkan panjang rata-rata bayi adalah 20 inchi atau 50 cm

dengan berat badan 3,4 kg. dibandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa,

panjang lebih dekat dari beratnya : panjang bayi yang 20 inci menunjukkan lebih

dari seperempat tinggi orang dewasa ,sedangkan 3,4 kg beratnya menunjukkan

hanya bagian kecil dari berat badan orang dewasa (seifert & hoffnung, 1994).

1[1]

Sedangkan Bayi yang baru lahir kehilangan 5-7% berat tubuh meraka,

segera setelah bayi menyesuaikan diri dangan mengisap, menelan dan

mencerna mereka bertumbuh cepat dan memperoleh berat kira-kira 5-6 ons per

minggunya selama bulan pertama pada bulan ke empat berat badan mereka naik

mencapai hampir tiga kali lipat dari berat mereka ketika hari pertama kelahiran.

2. Perkembangan Refleks

Pada masa bayi, terlihat gerakan-gerakan spontan, yang di sebut reflex.

refleks adalah gerakan –gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terakodinir

5
sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respons

penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

Sifat-sifat refleks itu meliputi:

Refleks mengisap; terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis mengisap

benda yang ditempatkan di mulut mereka.

Refleks mencari; terjadi ketika bayi itu disentuh pipinya maka ia akan

memalingkan kepala ke arah benda yang menyentuhnya.

Refleks moro; adalah suatu respon tiba-tiba pada bayi yang baru lahir akibat

suara atau gerakan yang mengejutkannya. Bayi tersebut akan melengkungkan

punggungnya, melemparkan kepalanya ke belakang dan merentangkan lengan

dan kakinya.

Refleks menggenggam; yang terjadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan

bayi. Bayi merespon dengan cara menggenggam kuat.

3. Rangkaian Tingkah Laku Dan Keadaan Bayi

Perkembangan refleks dan fungsi motorik pada bayi kemudian

memunculkan serangkaian tingkah laku yang lebih kompleks. dengan tingkah

laku tersebut telah memungkinkan bayi sebagai makhluk biologis dapat bertahan

hidup. menurut Lerner & Hultsch (1983), tingkah laku tersebut meliputi : pola

tidur dan pola bangun, tingkah laku teoileting dan tingkah laku makan dan

minum. 2[2]

6
4. Perkembangan Keterampilan Motorik

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah

yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin matangnya

perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot m,emungkinkan

berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan

motorik anak dibagi menjadi dua:

1. Keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan otot-otot besar seperti

menggerakkan lengan dan berjalan.

2. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi meliputi gerakan-

gerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangakasan jari.

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya

ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan

dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi

anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat

gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu

mengambil mainan yang menarik baginya.3[3]

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk

melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru,

kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak factor, yaitu

perkembangan system syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk

bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak dan juga dapat

dipengaruhi oleh lingkungan.

7
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun

berhubungan dengan aspek psikologis anak.

5. Perkembangan Sensori

Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang

sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi. alat-alat yang berfungsi untuk

untuk menangkap informasi inilah yang disebut dengan indra (sense) atau sistem

sensorik.jadi, semua informasi yang datang kepada bayi adalah melalui indra.

tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan, kecapan, ciuman dan indra lain otak

bayi akan terkucil dari dunia : bayi akan hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa

rasa, tanpa warna dan kehampaan yang kekal.

Dengan demikian, indra-indra berfungsi mendeteksi, menstranduksi dan

meneruskan semua informasi yang datang padanya. setiap indra mempunyai

satu unsur deteksi yang disebut sebagai reseptor (penerima) yaitu satu sel yang

khusus yang hanya memberikan respons terhadap jenis rangsangan yang

tertentu saja (Davidoff, 1988). sensasi (pengindraan) terjadi jika sekumpulan

informasi mengadakkan kontak dengan penerima sensor, seperti mata, telinga,

lidah hidung dan kulit. 4[4]

6. Perkembangan Otak

Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah

membentuk sekitar 1.5 milyar sel-sel saraf per menit. jadi pada saat dilahirkan

bayi kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan dimilikinya

sepanjang hidupnya. akan tetapi, sel-sel otak tersebut belum matang dan

8
jaringan urat saraf masih lemah. oleh sebab itu, segera setelah lahir hingga usia

2 tahun, sel-sel otak yang belum matang dan jaringan urat saraf yang masih

lemah it uterus tumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan. 5[5]

B. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia

yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologi

yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan

lingkungannya.

1. Perkembanngan Kognitif Menurut Pandangan Piaget

Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembangan pemikiran

dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensorik-motorik,

praoperasional, operasional-konktret, operasional formal.

Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensorik motorik, tahap

sensorik motorik belangsung ari kelahiran hingga kira-kira berumur 2 tahun.

Selama tahap ini berkembangan mental di tandai dengan perkembangan pesat

dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkordinasikan

sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik dalam hal ini bayi

yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan-rangsangan

terhadap alat-alat inderanya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap

rangsangan tersebut, yakni melalui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini

ketika anak berusia 2 tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin komplek dan

mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitive. Misalnya, anak usia 2

9
tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya dengan

tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada.

2. Perkembangan Kognitif Menurut Pandangan Kontemporer

Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan kognitif

mendapapat sokongan yang penting dalam para pakar psikologi pemrosesan

informasi. kalau piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif bayi baru tercapai

pada pertengahan tahun kedua, maka para pakar psikoogi pemrosesan informasi

percaya bahwa perkembangan kognitif seperti kemampuan dalam memberikan

perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan kemampuan konseptual telah

dimiliki bayi lebih awal.6[6]

3. Perkembangan persepsi

Secara singkat, perkembangan persepsi yang diyakini oleh para peneliti

ialah bahwa bayi-bayi melihat benda berdiri sendiri, satu, kokoh dan terpisah dari

lingkungan sekitarnya, ada kemungkinan hal ini terjadi pada saat lahir atau

segera sesudahnya, tetapi secara pasti hal ini terjadi pada usia 3 hingga 4 bulan.

Bayi-bayi kecil masih harus belajar banyak tetapi dunia sekitarnya tampak stabil

dan teratur bagi mereka dan oleh karena itu, dunia sekitar mereka dapat mereka

“rumuskan“.

4. perkembangan konsepsi

Penelitian baru-baru ini tentang perkembangan persepsi dan konsepsi bayi

menunjukkan bahwa bayi mempunyai kemampuan persepsi yang lebih canggih

10
dan dapat memulai berpikir jauh lebih awal dibandingkan dengan apa yang

dibayangkan oleh Piaget.

5. perkembangan memori

Memori (memory) ialah unsur pusat perkembangan kognitif yang memuat seluruh

informasi yang di dalamnya individu menyimpan informasi yang ia terima

sepanjang waktu. Kadang-kadang informasi hanya disimpan beberapa detik, dan

pada kesempatan lain informasì disimpan seumur hidup. Memori digunakan

ketika kita mencari dan mengingat. Baru-baru ini para peneliti perkembangan

anak telah memperlihatkan bayi usia 3 bulan telah memiliki kemampuan

menyimpan memori (Grunwald, dkk, 1993). Menurut Rovve-Collier, bahkan

memori bayi yang berusia 2,5 bulan telah terinci secara luar biasa

6. perkembangan bahasa

Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak lahir

manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa

dengan sendirinya.hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak

usaha untuk mampu berbicara.

kemampuan dan kesiapan belajar bahasa manusia ini segera mengalami

perkembangan setelah kelahirannya. bahkan menurut Havighurst (1984),

kemampuan menguasai bahasa dalam arti belajar membuat suara-suara yang

berarti berhubungan dengan orang lain melalui penggunaan suara-suara itu.7[7]

11
C. Perkembangan Psikososial

perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan-perubahan

perasaan atau emosi serta perubahan bagaimana individu berhubungan dengan

orang lain. sebagimana telah dijelaskan diatas, masa bayi adalah masa dimana

anak-anak mulai berjalan, berpikir, berbicara dan merasakan sesuatu.

1. Perkembangan Emosi

Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan perubahan-

perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi mengekspresikan

sebagian emosi jauh lebih awal dibandingkan dengan beberapa emosi lain, lalu

mengekspresikan dengan rinci dua perilaku ekspresif emosional yang penting.

Yaitu menangis dan tersenyum.

Untuk menentukan apakah bayi benar-benar mengekspresikan suatu emosi

tertentu, kita memerlukan beberapa system untuk mengukur emosi. Menurut

Carroll Izard (1982) mengembangkan suatu sistem semacam itu, Maximally

Discriminative Facial Movement Coding Symtem ( Sistem Koding Gerakan Wajah

Diskriminatif Maksimum) disingkat “MAX” ialah system pengkodean ekspresi

wajah bayi yang berkaitan dengan emosi yang dikembangkan oleh Izard. Dengan

menggunakan MAX, pengkode memperhatikan rekaman gerakan lambat reaksi

wajah bayi terhadap rangsangan.

2. perkembangan temperamen

Temperamen merupakan salah suatu dimensi psikologis yang berhubungan

dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Secara

sederhana,Goleman merumuskan temperamen sebagai “The moods that typify

12
our emotional life”. Jelasnya temperamen adalah perbedaan kualitas dan

intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku

individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan menetap dari waktu ke

waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi antara

pembawaan, kematangan, dan pengalaman.

Sejak lahir, bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual yang berbeda-

beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki, dan mulutnya

tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain terlihat lebih tenang. Sebagian bayi

merespons dengan hangat kepada orang lain, sementara yang lain cerewet,

rewel dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen

seorang bayi.

Kebanyakan peneliti mengakui adanya perbedaan dalam kecenderungan reaksi

utama, seperti kepekaan terhadap rangsangan visual atau verbal, respons

emosional, dan keramahan dari bayi yang baru lahir. Peneliti Alexander Tomas

dan Stella Chess misalnya, memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan

aktivitas bayi, keteraturan dari fungsi jasmani (makan, tidur, dan buang air),

pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru. Kemampuan beradaptasi dengan

situasi dan orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan terhadap rangsangan,

kualitas suasana hati, dan jangkauan perhatian.8[8]

3. perkembangan rasa percaya diri

Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan)

kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa

13
tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat mempelajari rasa percaya apabila

mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak percaya dapat muncul

apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya tersebut

banyak persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang aman (

secure attachment).

Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama

kehidupan saja.Tetapi rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan

selanjutnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anak-anak

memasuki sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya dapat mempercayai

guru tertentu yang banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya

sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini , anak

mengatasi rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang

meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti pada tahap selanjutnya

masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin terjadi karena adanya

konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson menekankan bahwa tahun

kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu

4. perkembangan otonomi

Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu manusia untuk

memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan

menentukan dirinya sendiri. Menurut Erikson,. Pada tahap ini, bayi tidak hanya

dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan menutup ,

menjatukan, menolak dan menarik, memegang otonomi atau kemandirian

merupakan tahap ke dua perkembangan psikososial yang berlangsung pada

akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun di atas

14
perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorikdan melepaskan.

Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu

sendiri. Selanjtnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan

dorongan keinginan diri mereka sendiri.9[9]

Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka,

bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri.

Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari

kemauan mereka. Pada tahap ini bila orang tua selalu memberikan dorongan

kepada anak agar dapat berdiri di atas dua kaki mereka sendiri, sambil melatih

kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan mampu mengembangkan

pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan dan diri sendiri (otonom).

Sebaliknya, jika orang tua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu

membatasi hak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan

mengembangkan suatu rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang

kemampuan mereka untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.

Erikson yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi

yang penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama remaja.

Perkembangan otonomi selama tahun-tahun balita memberi remaja dorongan

untuk menjadi individu yang mandiri , yang dapat memiliki dan menentukan

masa depa mereka sendiri. Meskipun demikian menurut Santrock (1995), terlalu

banyak otonomi sama bahayanya dengan terlalu sedikit otonomi. Pada tahap ini

jika bayi mempercayai pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi

dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi terlalu banyak dibatasi, mereka

15
akan mengembangkan sikap malu dan ragu. Tahap ini berlangsung ketika bayi

berusia sekitar 1-2 tahun.10[10]

1.2 PERKEMBANGAN MASA PRA SEKOLAH

A. Pertumbuhan Fisik Anak Usia Prasekolah

Tubuh anak usia prasekolah akan tumbuh 6,5 hingga 7,8 cm per tahun.

Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun adalah 96,2 cm, anak-anak usia 4

tahun adalah 103,7 cm dan rata-rata anak usia 5 tahun adalah 118,5

cm.

Pertambahan berat badan selama periode usia prasekolah

sekitar 2,3 kg per tahun. Rata-rata berat badan anak usia 3 tahun

adalah 14,5 kg dan akan mengalami peningkatan menjadi 18,6 kg pada

usia 5 tahun. Tulang akan tumbuh sekitar 5 hingga 7,5 sentimeter per

tahun.

Lemak bayi yang hilang dan pertumbuhan otot selama tahuntahun

prasekolah menjadikan penampilan anak terlihat lebih kuat

dan dewasa. Panjang tengkorak juga bertambah sedikit, dengan

rahang bawah menjadi lebih jelas. Rahang atas melebar selama tahun

prasekolah sebagai persiapan untuk munculnya gigi permanen,

biasanya mulai sekitar usia 6 Tahun (Kyle, 2012; MedlinePlus, 2019)

16
B. Perkembangan Kognitif

Menurut teori Jean Piaget anak usia prasekolah berada di tahap

praoperasi. Pemikiran pra operasi mendominasi selama tahap ini dan

didasarkan pada pemahaman dunia yang mementingkan diri sendiri.

Pada fase prakonseptual pra operasi berpikir, anak tetap egosentris

dan mampu mendekati masalah hanya dari satu sudut pandang.

Anak usia prasekolah muda memahami konsep penghitungan dan

mulai terlibat dalam permainan fantasi atau khayalan. Mereka percaya

bahwa pikirannya sangat kuat, fantasi yang dialami melalui pemikiran

magis memungkinkan anak-anak prasekolah untuk membuat ruang di

dunianya yang nyata.

Melalui khayalan dan pemikiran magis, anak usia prasekolah

memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang perbedaan di dunia

sekitar mereka. Anak usia prasekolah juga sering memiliki teman

khayalan. Teman ini berfungsi sebagai cara kreatif bagi anak usia

prasekolah untuk mencontoh berbagai kegiatan dan perilaku serta

praktik keterampilan berbicara. Terlepas dari imajinasi ini, namun

anak usia prasekolah dapat dengan mudah beralih antara fantasi dan

kenyataan sepanjang hari.

Anak dalam fase intuitif dapat menghitung 10 atau lebih objek,

dengan benar menyebutkan setidaknya empat warna, dan lebih

memahami konsep waktu, dan dia tahu tentang hal-hal yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari, seperti peralatan, uang, dan makanan.

Anak usia prasekolah juga menghubungkan sifat-sifat seperti manusia

17
dengan benda mati. Perolehan keterampilan bahasa pada periode

Todler ditingkatkan pada periode prasekolah. Perluasan kosa kata

memungkinkan anak usia prasekolah untuk maju lebih jauh dengan

pemikiran simbolis. Pada usia ini, anak belum sepenuhnya memahami

konsep kematian atau sifatnya permanen. Mereka mungkin bertanya

kapan kakek atau nenek mereka yang meninggal akan kembali.

Tempat pendidikan anak usia dini memainkan peran penting

dalam mendukung perkembangan kognitif anak-anak. Mereka

menyiapkan bahan dan lingkungan secara hati-hati, merencanakan

pengalaman pembelajaran, menyediakan perancah sesuai kebutuhan,

dan memanfaatkan momen yang dapat digunakan untuk belajar. Orang

dewasa dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan

untuk memahami dunia di sekitar mereka dan bersemangat melakukan

proses belajar.

Sangat penting bagi pendidik anak usia dini untuk memilih

kegiatan yang tepat sehingga balita mengembangkan potensi mereka

sepenuhnya. Fakta menunjukkan bahwa periode usia prasekolah

sangat penting guna membangun dasar untuk belajar pada periode

usia sekolah. Selama masa prasekolah membangun fondasi, anak

akan mulai terlibat dalam permainan yang memiliki tujuan. Anakanak prasekolah

mulai membentuk pemahaman baru, saat mereka

memperluas pengalaman mereka dengan dunia di sekitarnya.

Anak usia prasekolah sangat ingin belajar, dan cara terbaik bagi

mereka untuk belajar pada usia ini adalah melalui permainan. Jika

Anda bertanya pada diri sendiri bagaimana siswa dapat meningkatkan

18
keterampilan kognitif mereka, berikut ini adalah contoh beberapa

kegiatan utama yang dapat dimasukkan ke dalam rutinitas harian

Anda untuk mempromosikan pengembangan kognitif anak usia

prasekolah: Apakah Anda Ingin mengetahui apa saja kegiatan yang

dapat membangun keterampilan kognitif di kelas?

Berikut adalah beberapa contoh untuk membantu siswa

meningkatkan keterampilan kognitif mereka.

1. Permainan Pencocokan Memori

Permainan pencocokan memori atau permainan kartu sederhana

memungkinkan anak usia prasekolah bekerja secara intelektual

melalui masalah untuk menemukan jawaban atau solusi. Ada ratusan

aktivitas pencocokan memori untuk dipilih, tetapi tidak peduli

yang mana yang Anda pilih, semuanya melibatkan pengembangan

keterampilan yang sama:

• Identifikasi item atau beberapa item.

• Ingat barangnya.

• Cari item yang cocok.

• Identifikasi kapan kecocokan ditemukan.

• Menemukan pasangan bisa sangat memuaskan dan membuat anak sangat

bangga dengan penemuan mereka, itulah

sebabnya mengapa banyak anak usia prasekolah menyukai

ini.

19
C. Perkembangan Psikososial

Menurut Erik Erikson, tugas perkembangan psikososial pada

usia prasekolah adalah Membangun Rasa Inisiatif Versus Rasa

Bersalah, anak usia prasekolah adalah siswa yang ingin tahu, mereka

sangat antusias mempelajari hal-hal baru. Anak usia prasekolah

merasakan suatu perasaan prestasi ketika berhasil dalam melakukan

suatu kegiatan, dan merasa bangga dengan seseorang yang membantu

anak untuk menggunakan inisiatifnya. Anak usia prasekolah ingin

mengembangkan dirinya melebihi kemampuannya, kondisi ini dapat

menyebabkan dirinya merasa bersalah. Tahap pengembangan hati

nurani selesai selama periode prasekolah, dan tahap ini merupakan

dasar untuk tahap perkembangan moral yaitu anak dapat memahami

benar dan salah.

Selama tahap perkembangan sebelumnya, kepercayaan versus

ketidakpercayaan, anak-anak hampir sepenuhnya bergantung pada

orang lain untuk perawatan dan keamanan mereka. Selama tahap

inilah anak-anak membangun dasar kepercayaan pada lingkungan

sekitarnya. Namun, ketika mereka maju ke tahap kedua, penting bagi anak-

anak kecil untuk mulai mengembangkan rasa kemandirian dan kontrol

pribadi.

Ketika mereka belajar melakukan hal-hal baru untuk diri

mereka sendiri, mereka membangun rasa kontrol atas diri mereka

sendiri dan juga kepercayaan dasar pada kemampuan mereka sendiri.

Mendapatkan rasa kendali pribadi terhadap dunia merupakan sesuatu

20
yang sangat penting pada tahap perkembangan ini. Anak-anak pada

usia ini menjadi semakin mandiri dan ingin mendapatkan kontrol

lebih besar atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka

melakukannya (Kyle, 2012).

Pelatihan toilet (Toilet Training) memainkan peran utama;

belajar mengendalikan fungsi tubuh seseorang mengarah pada

perasaan kontrol dan rasa kemandirian. Peristiwa penting lainnya

termasuk mendapatkan kontrol lebih besar atas pemilihan makanan,

mainan, dan pakaian. Anak-anak dalam tahap perkembangan ini

sering merasa perlu untuk melakukan hal-hal secara mandiri, seperti

memilih apa yang akan mereka kenakan setiap hari, mengenakan

pakaian mereka sendiri, dan memutuskan apa yang akan mereka

makan. Walaupun hal ini sering membuat orang tua dan pengasuh

merasa frustasi, ini merupakan bagian penting dari pengembangan

rasa kontrol diri dan otonomi pribadi.

Anak-anak yang berhasil menyelesaikan tahap ini merasa aman

dan percaya diri, sedangkan mereka yang tidak berhasil dibiarkan

dengan rasa tidak mampu dan keraguan diri. Anak-anak yang memiliki

kepercayaan pada keterampilan mereka lebih mungkin untuk berhasil

dalam tugas-tugas berikutnya seperti menguasai keterampilan sosial,

akademik, dan lainnya (Cherry, 2019).

Melakukan toilet training memang harus melihat kesiapan anak

secara fisik dan mental serta kesiapan orangtua. Tetapi prosesnya

juga tidak boleh terlambat dilakukan. Usia 2-3 tahun harus sudah

21
dikenalkan ke toilet, apa itu BAK dan BAB. Jika sudah lewat dari usia

3 tahun, apalagi ketika akan memasuki masa sekolah, namun belum

diberi toilet training, itu akan berpengaruh terhadap perkembangan

sosial si kecil. Manfaat toilet training berkaitan dengan kemandirian

si kecil. Toilet training juga membuat anak mengetahui bagian-bagian

tubuh serta fungsinya. Pada usia 2-3 tahun, umumnya anak lebih siap

untuk melakukan toilet training. Berikut ini merupakan cara melatih

anak Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) mandiri

:”Mengajarkan anak balita untuk BAK (Buang Air Kecil) atau BAB

(Buang Air Besar) secara mandiri atau bahasa yang lebih trendnya

yaitu toilet training itu sebenarnya gampang-gampang susah,

tergantung kesabaran dari orangtua atau si pengasuh anak. Dengan

toilet training, balita tidak perlu memakai diapers atau popok lagi, dan

rumah bersih dari BAK dan BAP anak (ibudanaku, 2014).

1. Mengenalkan pada anak mengenai apa itu BAK dan BAB

Anak usia 2 tahun dapat diajak ke kamar mandi kemudian

lepaskan popoknya, ketika duduk di toilet katakan kepada anak

“Adik, ayo pipis..” atau “adik mau poop?” dengan terus mengajak

anak berkomunikasi, anak akan cepat mengerti.

2. Memperhatikan tanda-tanda Tanda-tanda yang diperlihatkan setiap anak bisa

jadi berbeda. Orangtua harus peka mengenali ketika anak mengejan, meremas

celananya, menyilangkan kaki, mundur ke pojok, atau bersembunyi.

Tandanya dia akan BAK atau BAB.

22
3. Mengatur pola waktu dan jangan bosan Ketika anak baru banyak minum dan

makan, sesekali tanyakan apakah dia mau BAK atau BAB, mungkin dapat

dengan jeda waktu antara setengah jam sampai satu jam setelah minum, tapi

untuk BAB mungkin orangtua bisa mengatur waktunya lebih agak lama.

Atau bisa juga anak dibiasakan untuk BAB setiap pagi atau sore.

4. Mengajak anak untuk buang air ke toilet setiap akan tidur Hal ini lama

kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan buat anak,

sehingga anak tahu tempat buang air yang benar.

5. Mengurangi frekuensi pemakaian diapers/popok Di usia satu tahun keatas

biasanya anak sudah mulai mengerti tentang cara buang air, jika siang hari

biarkan anak tanpa popoknya, biasanya diusia ini anak sudah mulai jarang BAK

dan BAB sudah mulai teratur.

6. Jangan mudah menyerah tetapi tidak boleh memaksakan Setiap anak berbeda

dalam hal kesiapannya mempelajari sesuatu, kita hanya mengajarkan dan

mengarahkannya. Apapun aktivitas bersama anak, buatlah anak merasa

nyaman, jangan memaksakannya.

7. Ketika dalam waktu 2 hingga 4 jam, diapers anak tetap kering

itu tandanya anak sudah bisa mulai toilet training.

Inisiatif versus rasa bersalah adalah tahap ketiga dari teori

perkembangan psikososial Erik Erikson. Tahap ini terjadi selama tahun-

tahun prasekolah, antara usia 3 dan 5. Selama tahap inisiatif versus rasa

bersalah, anak-anak mulai menegaskan kekuatan dan kontrol mereka

atas dirinya melalui permainan dan interaksi sosial lainnya. Selama dua

periode pertama ini, fokusnya adalah anak-anak

23
membentuk rasa percaya pada dunia serta perasaan kemandirian dan

otonomi.

Ketika anak-anak memasuki usia prasekolah, mereka memulai

tahap ketiga perkembangan psikososial yang berpusat pada inisiatif

versus rasa bersalah. Jika mereka telah berhasil menyelesaikan dua

tahap sebelumnya, anak-anak sekarang memiliki perasaan bahwa

dunia dapat dipercaya dan bahwa mereka dapat bertindak secara

mandiri. Sekarang penting bagi anak-anak untuk belajar bahwa

mereka dapat mengerahkan kekuatan atas diri mereka sendiri dan

dunia. Mereka perlu mencoba berbagai hal sendiri dan mengeksplorasi

kemampuan mereka sendiri.

Anak-anak perlu mulai menegaskan kontrol dan kekuasaan

atas lingkungan dengan mengambil inisiatif dengan merencanakan

kegiatan, menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan. Selama

tahap ini, penting bagi pengasuh untuk mendorong penjelajahan

dan membantu anak-anak membuat pilihan yang tepat. Pengasuh

yang meremehkan kemampuan anak, dapat menyebabkan anak-anak

merasa malu pada diri mereka sendiri dan menjadi terlalu bergantung

pada bantuan orang lain.

Tahap ini kadang-kadang bisa membuat orang tua merasa gagal

karena anak-anak mulai melakukan kontrol lebih besar atas hal-hal

yang berdampak pada kehidupan mereka. Keputusan semacam itu

dapat berasal dari teman-teman bermainnya, kegiatan yang mereka

lakukan, dan cara mereka melakukan peran yang berbeda. Orang tua

24
dan orang dewasa lainnya mungkin ingin membimbing anak-anak

dengan teman-temannya, kegiatan, atau pilihan tertentu, tetapi anakanak

mungkin menolak dan bersikeras membuat pilihan mereka

sendiri. Meskipun hal ini dapat menyebabkan beberapa pertentangan

dengan keinginan orang tua pada waktu-waktu tertentu, penting untuk

memberi anak-anak kesempatan untuk membuat pilihan seperti itu.

Namun, penting agar orang tua terus menegakkan batasan yang aman

dan mendorong anak-anak untuk membuat pilihan yang baik melalui

pemberian teladan dan memberikan apresiasi.

Permainan dan imajinasi berperan penting pada tahap ini. Anakanak memiliki

rasa inisiatif yang diperkuat dengan diberi kebebasan

dan dorongan untuk bermain. Ketika upaya untuk terlibat dalam

permainan fisik dan imajinatif dihambat oleh pengasuh, anak-anak

mulai merasa bahwa upaya yang diprakarsai sendiri adalah sumber

rasa malu. Anak-anak yang terlalu diarahkan oleh orang dewasa akan

berusaha untuk mengembangkan rasa inisiatif dan kepercayaan pada

kemampuan mereka sendiri.

Sukses dan Gagal pada tahap selanjutnya, sangat ditentukan

sukses di tahap ini. Sedangkan apabila gagal akan menghasilkan rasa

bersalah. Apa yang dimaksud Erikson dengan rasa bersalah? Pada

dasarnya, anak-anak yang gagal mengembangkan rasa inisiatif

pada tahap ini dapat muncul dengan rasa takut mencoba halhal baru. Ketika

mereka berupaya langsung melakukan sesuatu yang

dituju, mereka mungkin merasa bahwa mereka melakukan sesuatu

yang salah. Sementara kesalahan tidak dapat dihindari dalam hidup,

25
anak-anak yang sukses mencapai tahap inisiatif akan memahami

bahwa kesalahan terjadi dan mereka hanya perlu mencoba lagi.

Sebaliknya, anak-anak yang mengalami kesalahan akan menafsirkan

kesalahan sebagai tanda kegagalan pribadi, dan mungkin dibiarkan

dengan perasaan bahwa mereka adalah sangat jelek atau buruk

(Cherry, 2019).

Tugas orang tua pada tahap perkembangan ini adalah :

1. Orang tua mengetahui bahwa anak usia prasekolah belajar

mengendalikan diri melaluiinteraksi dengan orang lain.

2. Orang tua mulai memberikan informasi pendidikan seks sesuai

dengan tingkat pemahaman anak.

3. Orang tua harus membiasakan membacakan buku cerita untuk

anak.

26
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Bahwa sesungguhnya bayi telah mengembangkan sistem motorik

perseptual yang tinggi.Banyak orang berpendapat bahwa bayi itu idak dapat

mengecap, mencim atau merasakan sakit padahal semua itu tidaklah benar.Para

peneliti telah membuktikan bahwa bayi yang baru lahir mampu atau memiliki

kenmampuan itu semua.

Bayi sebenarya membutuhkan beberapa rangsangan tertentu utuk

mengmbangkan ketrampilan persepsi mereka, tapi ransangan yang diberikan

sebaiknya jangan berlebihan karena dapat mengakibatkan kebingugan pada

anak, ragsagan tersebut dapat berupa rangsagan visual, pedengaran, maupun

sentuhan.

Masukan gizi, faktor-faktor prakelahiran dan pascakelahiran, infeksi,

kecelakaan dan bermacam-macam trauma dapat mempengaruhi intelegensi bayi

dan anak. Para orang ua biasanya mulai mengajarkan bayinya berbicara atau

komunikasi ketika sang bayi mulai mengucapka kata pertamaya padahal

sesugguhya aka lebih baik jika ibu berbicara dengan bayi sejak bulan pertama

kelahiranya karena pengajaran bahasa terbaik terjadi ketika percakapan dimulai

sebelum bayi memiliki kemampuan atas pembicaraan pertama yang dapat

dipahaminya.

27
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tergambar bahwa sebagian

besar ibu memiliki pemberian stimulasi dini sensoris yang baik dan sebagian

besar anak usia 2-3 tahun memiliki perkembangan motorik yang baik. Ada

hubungan yang signifikan dengan kekuatan hubungan sedang antara stimulasi

dini sensoris dengan perkembangan motorik anak usia 2-3 tahun dan memiliki

arah korelasi yang positif atau searah. Ini berarti bahwa semakin tinggi stimulasi

dini sensoris ibu, semakin tinggi perkembangan motorik anak.

Stimulasi sensoris memiliki peran yang penting dalam membentuk dan

meningkatkan perkembangan motorik anak. Anak yang mendapat stimulus

lebih berkembang daripada anak yang tidak mendapatkan stimulus atau

rangsangan yang diberikan tidak cukup dan tidak sesuai umur anak.

Ketepatan pemberian stimulasi harus berdasarkan kemauan dan kemampuan

ibu yang memiliki kedekatan dengan anak. Untuk itu stimulasi sensoris

harus diberikan sedini mungkin mulai anak berusia 0 sampai 6 tahun.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Petugas pelayanan keperawatan perlu mengembangkan upaya

pendidikan kesehatan tentang stimulasi dini sensoris melalui promosi

kesehatan, khususnya bagi ibu yang memiliki anak usia dibawah lima

tahun.

2. Bagi Responden Penelitian

Sebaiknya ibu yang memiliki bayi atau balita memberikan stimulasi

sensoris pada anaknya secara terus-menerus.

28
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dilakukan penelitian lainnya, seperti:

a. Perbedaan pemberian stimulasi sensoris bagi ibu yang bekerja dan

tidak bekerja.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak

29
DAFTAR PUSTAKA

Bawono, Y. (2017). Kemampuan berbahasa pada anak prasekolah:

Sebuah kajian pustaka. Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan

Psikologi Perkembangan Indonesia, 1.

Bowden, V. R., & Greenberg, C. S. (2010). Children and their families:

The continuum of care. Lippincott Williams & Wilkins.

Brazelton, T. B., & Sparrow, J. (2008). Touchpoints-Three to Six: Your

Child’s Behavioral and Emotional Development (New edition

edition). Da Capo Lifelong Books.

CDC. (2019, February 20). Child Development: Preschooler (3-5 years

old) | CDC. Retrieved September 24, 2019, from Centers for

Disease Control and Prevention website: https://www.cdc.gov/

ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/preschoolers.

html

http://www.easternct.edu/cece/cognitive/

https://www.themeasuredmom.com/free-matching-memorygame-for-kids-

transportation/

https://www.verywellmind.com/erik-eriksons-stages-of-psychosocialdevelopment-

2795740

https://www.researchgate.net/publication/337856968_TUMBUH_KEMBANG_ANA
K_USI

A_PRASEKOLAH

https://www.researchgate.net/publication/337856968_TUMBUH_KEMBANG_ANAK

_USI A_PRASEKOLAH

30
https://www.academia.edu/26066952/MAKALAH_PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN
_MASA

_BAYI">https://www.academia.edu/26066952/MAKALAH_PSIKOLOGI_PERKEM
BANGAN

_MASA_BAYI

31

Anda mungkin juga menyukai