a. Aspek Idiologi
Memelihara keyakinan dan kebudayaan bangsa
Berupaya membangun jaringan-jaringan yang kuat untuk memfilter budaya
yang masuk akibat globalisasi
Memberikan pemahaman
b. Aspek politik
Kompleksitas masyarakat dan kepentingan-kepentingannya menuntut adanya
pemikiran-pemikiran untuk membina dan membangun masyarakat agar tidak
terjadi instabilitasi politik sehingga dalam bernegara para ilmuwan dapat
memberikan solusi terhadap problem-problem yang terjadi.
c. Aspek ekonomi
Idealnya bagi bangsa yang maju adalah adanya pembelajaran di sektor ekonomi
yang adil dan merata karena keberhasilan ekonomi akan meningkatkan taraf
hidup bangsa. Maka para ilmuwan merencanakan pertumbuhan ekonomi
dengan cermat dan dapat memberikan solusi agar pertumbuhan tersebut
berkesinambungan serta tercipta kesetiakawanan agar terhindar dari
kecemburuan.
B. SENIMAN
Seniman adalah istilah subyektif yang merujuk
kepada seseorang yang kreatif, atau inovatif,
atau mahir dalam bidang seni. Penggunaan
yang paling kerap adalah untuk menyebut
orang-orang yang menciptakan karya seni,
sepertilukisan, patung, seni peran,
seni tari, sastra, film dan musik. Seniman
menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk
menciptakan karya dengan nilaiestetik. Ahli
sejarah seni dan kritikus seni mendefinisikan
seniman sebagai seseorang yang menghasilkan
seni dalam batas-batas yang diakui
Secara redaksional, memang tidak akan ditemukan ayat dan sabda
nabi yg membicarakan tentang hakekat seni. Namun secara
kontekstual terdapat sejumlah ayat yang dapat menjadi petunjuk
tentang bagaimana seni itu dipandang dari perspektif Islam.
Berikut ini ayat yang relevan dengan teori subyektif atau teori
ekspresi, bahwa keindahan itu berangkat dari perasaan manusia.
Allah berfirman dalam surat An Nahl : 5-6.
Artinya :
“ Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya
ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan
sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang
indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan
ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan “ ( QS. An
Nahl : 5 – 6 )
C. Hubungan Agama dan
Kebudayaan
Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat
dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang salah mengartikan
bahwa agama dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang
utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan
mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat
disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan
lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya
mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan
masyarakat
Agama dan kebudayaan sangat erat berkaitan satu sama
lain. Saat budaya atau agama diartikan sesuatu yang terlahir
di dunia yang manusia mau tidak mau harus menerima
warisan tersebut. Berbeda ketika sebuah kebudayaan dan
agama dinilai sebagai sebuah proses tentunya akan bergerak
kedepan menjadi sebuah pegangan, merubah suatu keadaan
yang sebelumnya menjadi lebih baik.
Ketika agama dilihat dengan kacamata agama maka agama
akan memerlukan kebudayaan. Maksudnya agama
(islam) telah mengatur segala masalah dari yang paling kecil
contohnya buang hajat hingga masalah yang ruwet yaitu
pembagian harta waris dll. Sehingga disini diperlukan sebuah
kebudayaan agar agama (islam) akan tercemin dengan
kebiasaan masyarakat yang mencerminkan masyarakat yang
beragama, berkeinginan kuat untuk maju dan mempunyai
keyakinan yang sakral yang membedakan dengan masyarakat
lainnya yang tidak menjadikan agama untuk dibiasakan
dalam setiap kegiatan sehari-hari atau diamalkan sehingga
akan menjadi akhlak yang baik dan menjadi kebudayaan
masyarakat tersebut.
Sedangkan jika agama dilihat dari kebudayaan maka kita
lihat agama sebagai keyakinan yang hidup yang ada dalam
masyarakat manusia dan bukan agama yang suci dalam (Al-
Qur’an dan Hadits) Sebuah keyakinan hidup dalam
masyarakat maka agama akan bercorak local, yaitu local
sesuai dengan kebudayaan masyarakat tersebut.