Anda di halaman 1dari 42

IPTEK Dan Seni Dalam Pandangan Islam

1. Pengertian IPTEK

Pengetahuan yang dimiliki manusia ada dua jenis, yaitu:

1. Dari luar manusia, ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi merekayang beriman kepada Allah
swt. Ilmu dari wahyu diterima dengan yakin,sifatnya mutlak.

2. Dari dalam diri manusia, dibagi dalam tiga kategori : pengetahuan,ilmu pengetahuan, dan
filsafat. Ilmu dari manusia diterima dengan kritis,sifatnya nisbi.Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah
sumber Islam yang isi keterangannyamutlak dan wajib diyakini (QS. Al-Baqarah/2:1-5 dan QS.
An-Najm/53:3-4).

Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangatberbeda


maknanya.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahuimanusia melalui tangkapan
pancaindra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmuadalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disistematisasidan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah
diujikebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah.Secara etimologis katailmu berarti
kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan.
Dalam Al-Qur’an, ilmu digunakan dalamarti proses pencapaian pengetahuan dan obyek
pengetahuan sehinggamemperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu membatasi diri
padasalah satu bidang kajian.Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmutertentu disebut
sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapitidak mendalam disebut
generalis.Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan.Dalam sudutpandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasilpenerapan praktis dari ilmu
pengetahuan.Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan
netral.Dalam situasi tertentu teknologitidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak
dan potensikekuasaan.Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.

Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dankesejahteraan bagi manusia juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan
manusia danlingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.Dalam pemikiran Islam,ada
dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.Keduanya tidak boleh dipertentangkan.Manusia diberi
kebebasan dalammengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan
sunnahrasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi(perennial
knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karenabersumber dari Allah. Ada pula ilmu
yang bersifat perolehan (aquiredknowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena
bersumber dari akal pikiran manusia.Dalam pemikiran sekuler (perennial knowledge) yang
bersumber dariwahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkanantara
wahyu dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu.Sedangkandalam ajaran Islam wahyu
dan akal, agama dan ilmu harus sejalan tidakboleh dipertentangkan.Memang demikian adanya
karena hakikat agamaadalah membimbing dan mengarahkan akal.

2.Pengertian Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segalaprosesnya.Seni merupakan
ekspresi jiwa seseorang.Hasil ekspresi jiwatersebut berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia.Seni identikdengan keindahan.Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran.Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas darinilai-nilai
ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsubukan akal dan budi. Seni
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagiorang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.

3. Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni

Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologidan seni terdapat hubungan
yang harmonis dan dinamis yang terintegrasidalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di
dalamnya terkandung tigaunsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman,
ilmudan amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-
Qur’anS.Ibrahim/14:24-25. Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islambagaikan
sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar darisebuah pohon yang menopang
tegaknya ajaran Islam.Ilmu diidentikkandengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-
dahan/cabang-cabang ilmupengetahuan.Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik
denganteknologi dan seni.Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan
tidakakan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umatmanusia dan alam
lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagikehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu
yangdikembangkan atas dasar keimanandan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan
kemaslahatan bagikehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya.

2.4. Teknologi Menurut Islam

Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan saja
mendorong manusia untuk mempelajarisains dan teknologi, kemudian membangun dan membina
peradaban,bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia
terlebih lagi di akhirat kelak.

Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup bahagia di
dunia inimanusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat punmanusia memerlukan
ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat,manusia juga memerlukan ilmu. Jadi kita mesti
menuntut ilmu, baikilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu yang
membawakebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulah Islam mewajibkan menuntutilmu ini.
Rasulullah SAW pernah bersabda:

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.

Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu tertentu, ia
mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad.Ini diberitahu oleh Rasulullah dengan
sabdanya :

Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad


Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil dari
perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah menjadi
keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu memerlukan waktu
hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telpon, hand phone, faksimili, internet, dapat sampai
ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan. Melalui
TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan bumi atau
di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di seluruh duniadalam
masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,perkembangan dalam bidang lainpun
seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-
lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah
mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia.

Allah berfirman dalam Al Qur’an yang maksudnya :

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi sertasilih bergantinya malam dan siang,
terdapat tanda-tanda(Kebesaran Allah) bagi kalangan ulul albab. Yaitu merekayang hatinya
selalu bersama Allah di waktu berdiri, dudukdan dalam keadaan berbaring dan
memikirkantentangpenciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami,tidaklah Engkau
menciptakan ini semua dengan sia-sia,Maha Suci Engkau, maka perliharalah kami dari
azabneraka.(QS Al Imron 190-191)

Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan sains
dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan
keagunganNya.Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan keluasannya-pun
manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Mahahebat lagi Allah yang
menciptakannya.

5. Seni Menurut Islam

Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah
keindahan.Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih
berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya.
Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah
ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun buruk. Demikian halnya dengan
nyanyian, puisi, yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya.

Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada
para sahabatnya. Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :

“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom.”Ada
orang berkata,” Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus.”Nabi
bersabda,” Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah
sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Bahkan salah satu mukjizat Al-Qur’an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para
sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan
sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian
mereka menyebutnya sebagai sihir.

Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya
dengan irama tilawahnya sekaligus.Rasulullah bersabda :

“Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’I, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, Darimi)

Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan.Dan
tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia.Namun bagaimanakah
dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta
ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak
menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah pandangan Islam terhadap
hal-hal tersebut ?Sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahwa dalam
Al-Qur’an disebutkan :

“Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu
sebagai olok-olokan.Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.” (Luqman:6)

Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan
menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut.Nyanyian-nyanyian
yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut
haram hukumnya.Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam
hal nyanyian antara lain :

1. Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika islami
dan ajaran-ajarannya.2.
2. Penampilan dan gayamenyanyikannya juga perlu dilihat.
3. Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar,
menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas.
4. Nyanyian, sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh)- harus dibatasi dengan
sikap tidak berlebih-lebihan.

6. Keutamaan Orang yang Berilmu

Seringkali manusia melupakan segi etika atau moral dari hubungantimbal balik antara manusia
dengan lingkungan. Secara moral adalah normal apabila lingkungan akan memberikan kepada
manusia berbagai hal yangakan diketemukannya. Bahkan manusia juga harus memberikan
toleransikepada kenyataan bahwa sewaktu-waktu dapat timbul malapetaka bagikehidupan
manusia. Jika manusia dapat berlaku adil dengan semua yangmakhiuk hidup di alam ini, maka
disini letak kebenaran norma moral yangbaik, dimana manfaat yang dieroleh dari alam ini, harus
juga memberikanmanfaat kepada manusia lain.Manusia dan masyarakat mengembangkan sistem
nilai yang sesuaidengan keadaan lingkungan.Manusia menyesuaikan pada hidupnya
denganirama yang ditentukan oleh lingkungan alam.Karena perubahan lingkunganalam berada
diluar kendali tangan manusia, maka manusia memasrahkan dirikepada lingkungan.Hal inilah
yang melahirkan suatu kebiasaan, tradisi danhukum yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur
pergaulan hidupmasyarakat.Perilaku manusia merupakan pencerminan dari moral manusia
yangdimilikinya.Citra manusia hanya mempunyai relevansi, jika dalam kehidupanbersama dalam
kelompok masyarakat.Sebab dalam kehidupan berkelompokitulah terdapat sistem-sistem
perlambang yang selanjutnya berfungsi sebagaisumber nilai.Cara manusia mewujudkan diri
adalah hasil pilihannya sendiri.Oleh karena itu, apapun pilihannya, manusia sendiri yang
bertanggung jawab.

7. Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atauhamba Allah dan sebagai
khalifah Allah di bumi.Esensi dari abdun adalahketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah,sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri
sendiri danalam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.Dalam konteks
abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaanAllah.Posisi ini memiliki konsekuensi adanya
keharusan manusia untuk taatdan patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia
menghambakan dirikepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur
atasanugerah yang diberikan sang pencipta berupa potensi yang sempurna yangtidak diberikan
kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnyarasa syukur mengakibatkan ia
menghambakan diri kepada hawa nafsunya.Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada
Allah akan mencegahpenghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada
dirinya.Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungankepada
ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. Asy-Syams/91:8). Dengan kedua
kecenderungan tersebut, Allah memberikanpetunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia
untuk mengarahkanpotensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan
yangselalu didorong oleh nafsu amarah.Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di
muka bumi.Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatanuntuk kehidupan umat manusia
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan untuk
kehidupan manusiasendiri.Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan
ilmupengetahuan dan teknologi yang memadai.Allah menciptakan alam, karenaAllah
menciptakan manusia.Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dariAllah untuk memelihara
alam, agar terjaga kelestariannya dankeseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

8.Hakikat Seni Dalam Islam

. Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan
Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-
karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-Qur’an yang dalam hal ini adalah
masyarakat Arab. Jika demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui
ekspresi budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam.Sementara itu, bila kita merujuk pada
akar makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang
namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang termanifestasikan dalam
segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing manusia
kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam.
Di sisi lain, dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah
yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi kedalam
bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis dan
ruang), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari dan drama).
Dari difinisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum muslim yang
terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal ini juga bisa
kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik seni suara maupun ruang
termanifestasikan.
Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau maupun masa
kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka dasar dari difinisi-difinisi di atas.
Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan terletak pada dimana dan kapan
seni tersebut termanifestasikan, melainkan pada esensi dari ajaran-ajaran Islam yang
terejahwantah dalam karya seni tersebut.

8.1 Perkembangan seni pada masa bani umayyah

Perkembangan seni Pada masa Daulah Bani Umayyah , terutama seni bahasa, seni suara, seni
rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).

Salah satu seni arsitektur bani umayyah

1. Seni Bahasa

Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa.Sedangkan kemajuan
bahasa mengikuti kemajuan bangsa.Pada masa Daulah Bani Umayyah kaum muslimin sudah
mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu
pengetahuan.Dengan sendirinya kosakata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan istilah
–istilah baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya.

Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab).
Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah
dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu
pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam
berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu Nahwu dan
sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir penyair-penyair terkenal.

2. Seni Rupa

Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir, seni pahat,
sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang berkembang pesat pada zaman itu ialah
penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran.
Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, Hadits Nabi dan
rangkuman syair yang di pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana dan
gedung-gedung.

3. Seni Suara

Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang terpenting ialah
Qira’atul Qur’an, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang bertema cinta kasih.

4. Seni Bangunan (Arsitektur)

Seni bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah pada umumnya
masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota Damaskus, kota Kairuwan, kota
Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama antara lain bangunan Masjid Damaskus dan Masjid
Kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada benteng- benteng pertahanan masa itu.

Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya dilakukan dengan jalan
memberikan dorongan atau motivasi dari para khalifah.Para khalifah selaku memberikan hadiah-
hadiah cukup besar bagi para ulama, ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang
ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di sediakan
anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya.

Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid. Di masjid-masjid
itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu
pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara
lain ialah, ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-lain. Ilmu tafsir pada
masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada masa
pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah.Tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya
tertulis.Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi
yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal.

Jika hanya mempunyai iman dan takwa tetapi tertinggal dari Ilmu pengetahuan dan
teknologi maka umat islam akan tergantung kepada bangsa lain. Islam akan terpinggirkan dari
percaturan global.Sebaliknya bila hanya unggul secara Ipteks tapi kering Iman dan takwa maka
umat Islam hanya akan menjadi bangsa yang arogan. Suatu peradaban yang hanya mengejar
kesenangan dunia dan hidup secara hedonistik.

Selainkarena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum
(sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
pengembangan ipteks dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan
asas iman dan taqwa yang kuat, sehingga dikhawatirkan pengembangan dan kemajuan ipteks
tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan
dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.

Kekhwatiran ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup
mampu menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
sebagaimana yang diharapkan. Berbagai masalah sosial dan tindak kejahatan sering terjadi dan
banyak dilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar, bahkan
mumpuni seperti narkoba, banyaknya tawuran antar pelajar, pornografi, pornoaksi dan lain-lain,
yang kesemuanya itu berpotensi untuk menimbulkan kerawanan sosial berupa degradasi moral
dan hanyutnya etika-etika ketimuran atau lebih khusus lagi merosotnya akhlakul karimah. Ini
berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan saham bagi kebangkrutan bangsa
yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah satu catatan mengenai raport merah
pendidikan nasional kita.
A. Pembahasan

1. Pengertian

a. Integrasi
Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh.
Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat.

b. Iman
Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam
hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan
amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.

c. Ipteks (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni)


Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimatisasi, dan
diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang
secara ilmiah.
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbrntuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya berulang 854 kali
dalam Al-Qur’an. Dari sudut pandang fisafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral.
Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan
potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi.
Adapun seni termasuk bagian dari budaya, berbagai hasil ungkapan akal budi manusia
dengan segala prosesnya. Seni merupakan hasil ekspresi jiwa yang berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Netralitas teknologi dapat digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia dan atau digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.

d. Akal
Dari segi bahasa, akal yang telah di-Indonesiakan berasal dari kata al-‘aql. Dengan
kekuatan akal orang mendapatkan ilmu dan ilmu yang digunakan serta dimiliki oleh manusia
bergantung pada kekuatan akalnya. Selain itu, akal adalah al-hijr, menawan atau mengikat. Kata
tersebut dari segi bahasa pada mulanya berarti: tali pengikat, penghalang. Al-Qur’an
menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam
kesalahan atau dosa. Orang yang berakal adalah orang yang mampu mengikat atau
mengendalikan hawa nafsunya.
Selanjutnya akal mengandung arti kebijaksanaan, pemahaman. Ada pula yang
mengartikan akal dengan pembatasan dan pencagahan, perlindungan atau kemampuan seseorang
untuk menemukan dirinya sendiri. Di sini diartikan orang berakal adalah orang yang mampu
membatasi dan mencegah hawa nafsunya serta memberikan perlindungan sampai batas-batas
yang diperlukan. Dengan demikian akal akan mampu melihat kebenaran.

2. PandanganIslam terhadap Ipteks

Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah
negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga
lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena
nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka
kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi
hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja
nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan
melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis
sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.

Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci
Ilahiah dan peradaban dan Ipteks Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya
sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya
manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80%
kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara
80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan sisa makanan pesta pora
bangsa-bangsa negara maju.

Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt Sumber segala
Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan
muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan
Allah SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.

Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong
dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan
segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya
untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan
dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan
mengembang amanat Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat
kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil
’Alamin).Sepertidalamayatberikutini:
‫ب‬ ْ ‫ارآليَات ٍِّل ُ ْو ِل‬
ِ ‫ياأللبَا‬ ِ ‫اختِالَفِاللَّ ْي ِل َوالنَّ َه‬ َّ ‫إِنَّ ِفي خ َْل ِقال‬
ِ ‫س َم َاواتِ َواأل َ ْر‬
ْ ‫ض َو‬

َّ ‫الَّذِينَيَ ْذ ُك ُرونَاللِ َه ِقيَا ًما َوقُعُود ًَاو َعلَىَ ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّك ُرونَ ِفي خ َْل ِقال‬
ِ ‫س َم َاواتِ َواأل َ ْر‬
‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقت َ َهذا‬
‫ار‬ ُ ً‫اطال‬
ِ َّ‫س ْب َحانَ َكفَ ِقنَا َعذَا َبالن‬ ِ ‫َب‬

Artinya :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” (QS Ali Imron [3] : 190-191)

Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta
ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama
tersebut. Bila ada ’ilmu pengetahuan’ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam
maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di
balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.

Islam sangat memotivasi umatnya untuk memfungsikan akal dan rasa secara seimbang.
Sesungguhnya tidak ada dikotomi iman dan ilmu pengetahuan dalam Islam karena keduanya
merupakan dua materi yang saling mendukung satu sama lain. Menuntut dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dalam Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim, dan muslim yang
beriman akan menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT dengan sebaik-baiknya.
Oleh karena itulah antara iman dan ilmu tidak dapat dipisahkan dalam Islam.Bahkan perintah
Allah SWT yang pertama kepada umat Islam melalui rasul-Nya adalah perintah untuk menuntut
ilmu. Firman-Nya dalam Al-Quran
‫ق•ا ْق َرأْ َو َرب َُّك‬
ٍ َ‫عل‬ َ ‫سانَ ِم ْن‬ ِ ْ َ‫ا ْق َرأْ ِبا ْس ِم َربِ َك الَّذِي • َخلَقَ َخلَق‬
َ ‫اْلن‬
‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬َ ‫اْلن‬ َ •‫علَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬
ِ ْ ‫علَّ َم‬ َ ‫ْاأل َ ْك َر ُم•الَّذِي‬

Artinya:

“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, (2) Dia telahmenciptakan
manusia dari segumpal darah. (3)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (4)Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, (5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Q. S. Al-Alaq: 1-5)

Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

(a) berseberangan atau bertentangan,

(b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai,

(c) tidak bertentangan satu sama lain,

(d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah bertolakbelakang antara iptek dan agama. Pada pola ini,
apa yang dianggap benar oleh agama bertentangan dengan iptek, begitupun sebaliknya. Pola
hubungan ini seperti yang terjadi pada masa Galileo Galilei. Ketika ia berpendapat bahwa bumi
mengitari matahari, gereja meyakini bahwa mataharilah yang mengitari bumi, dan hal ini
menyebabkan Galileo mendapat hukuman berat karena dianggap menyesatkan. Akan tetapi
Islam tidak demikian halnya. Tertulis dalam Al-Quran teori yang telah dikemukakan oleh
Galileo, dan tidak bertentangan sama sekali.
Pola hubungan kedua adalah bertentangan tetapi tidak saling menghakimi dan dapat
berdampingan. Pola ini merupakan pengembangan dari pola pertama. Biasa terjadi pada
masyarakat sekuler yang memisahkan antara agama dan iptek. Menurut mereka, doktrin agama
tidak ada sangkut pautnya dengan iptek. Sementara dalam Islam, dasar dari iptek adalah iman
yang berkaitan langsung dengan doktrin agama. Agama sangat mendukung pengembangan iptek.

Pada pola hubungan ketiga adalah pola hubungan netral. Agama tidak menentang iptek
juga tidak mendukung pengembangannya. Agama berada di wilayah dan jalurnya tersendiri,
begitu pula dengan iptek.

3. Peran Ipteks dalam Berbagai Sektor Kehidupan

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap
inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia, memberikan
banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia.

Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang telah
dihasilkan dalam dekade terakhir ini.Contoh termudah adalah dampak positif dari
berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan informasi.

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini, menjadikan dunia yang amat luas di era
globalisasi ini menjadi sempit, mengecil, dan terbatas. Perubahan ini tentu saja berdampak
positif dan negatif bagi kelangsungan hidup seorang muslim. Dampak negatif dari perubahan dan
pergeseran zaman mampu mengguncang, menggeser, dan mengikis habis nilai-nilai moral dan
iman. Bahkan, lebih jauh dari itu dapat menghancurkan masa depan dan peradaban manusia.

Oleh karena itu, seorang muslim harus membentengi diri dengan keimanan dan
keislaman yang kuat. Tanpa iman yang kokoh kehidupan seorang muslim akan terombang-
ambing dan bisa berujung pada kehancuran. Iman adalah pelita, yang menjadi penerang dan
petunjuk pada jalan yang lurus.

4. Menyelaraskan Ipteks, Iman, dan Akal

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas
pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan
dalam lauhil mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu
Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti
jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan
dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan
hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan mengarahkan
manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat
mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak
oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya.

Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni
yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang indah serta
sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi
pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan sempurna
antara kebenaran dan keindahan.

Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar nilai
kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia, dan Orang
mukmin yang kuat lebih disukai.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek dan imtaq ini diperlukan karena empat
alasan:
Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada Allah
SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat
destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah
secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan
pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat
berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi
juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu,
penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat
sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam
kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.

Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat,
iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan.
Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah SWT, hanya akan
menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat An-Nur : 39 yang artinya:“Dan orang-orang
yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air
oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya
perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”.

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.
َ َ‫سنَةً َوقِنَا َعذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫سنَةً َوفِي ْاآل ِخ َرةِ َح‬
َ ‫َو ِم ْن ُه ْم َم ْن يَقُو ُل َربَّنَا آتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح‬

Artinya :

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka (Q.S. Al-Baqarah : 201).

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan usaha
perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode pembelajaran misalnya usaha-
usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar, mengintensifkan program imtaq di sekolah-
sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama (imtaq) ke
dalam setiap mata pelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran harus memadukan antara
Iptek dengan imtaq.
5. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan sebagai
khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri
sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

Dalam konteks 'abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya.
Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan
dan kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. Asy-Syams/91:8). Dengan kedua
kecenderungan tersebut, Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia
untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang
selalu didorong oleh nafsu amarah.

Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia diberikan
kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan
sebesar-besarnya untuk kehidupan umat manusia dengan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memadai. Tanpa menguasai ipteks, fungsi hidup manusia
sebagai khalifah akan menjadi kurang dan kehidupan manusia akan tetap terbelakang. Manusia
mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan
keseimbangannya. Kalau terjadi kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan
karena ulah manusia sendiri. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah (QS. Ar-
Rum/30:41).
6. KeutamaanOrang Beriman dan Berilmu

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaannya


karena dibekali potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berpikir,
dan hasil pemikirannya itu adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu yang dikembangkan
atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Akan memberikan jaminan kemashalatan
bagi kehidupan umat manusia termasuk lingkungan.

Berkenaan dengan keutamaan orang-orang berilmu, Al-Ghazali mengatakan, “Barang


siapa berilmu, membimbing manusia dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan
matahari, selain menerangi dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi
yang harum dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.”

Dari pernyataan diatas tampak bahwa Al-Ghazali sangat menghargai orang yang berilmu
dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Salah satu pengamalannya adalah mengajarkan
kepada orang lain.
B. Kesimpulan

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini,
karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk
memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta
sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar


dalam keutuhan inti ajarannya. Iman, ilmu, dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak
dapat dipisahkan. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya
agama Islam. Ilmu bagaikan batang dan dahan pohon itu yang mengeluarkan cabang-cabang
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon. Ipteks yang
dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan takwa akan menghasilkan amal sholeh bukan
kerusakan Islam.

Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal sholeh apabila perbuatan tersebut tidak
dibangun diatas nilai-nilai iman dan takwa. Sama halnya pembanguna ipteks yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan, tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan meghasilkan kemashalatan
bagi umat manusia dan alam lingkungannya apabila tidak dikembangkan atas dasar nilai-nilai
iman dan takwa.

Integrasi dalam Study Islam Leave a comment

BAB I

PENDAHULUAN
1. Pendahuluan

Hingga saat ini, anggapan Agama dan ilmu adalah dua hal yang sulit dipertemukan karena
memiliki wilayah masing-masing, baik dari segi objek formal dan material, metodologi, kriteria
kebenaran, maupun teori-teorinya. Bukti sejarah di Barat mengenai hubungan ilmu dan Agama
seperti gereja menolak teori Heliosentris Galileo, sedangkan Isaac Newton dan tokoh ilmu-ilmu
sekular menempatkankan Tuhan sebagai penutup sementara untuk hal yang tak bisa dipecahkan
oleh ilmu mereka. Begitu hal itu terpecahkan campur tangan Tuhan tidak lagi
diperlukan.Sebaliknya di dunia Timur, dalam dunia keIslaman, pengajaran ilmu Agama Islam
semakin terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berakibat pada
kehidupan dan kesejahteraan umat manusia.

Banyak orang pandai dan cerdik namun miskin nilai-nilai spiritual dan moralitas, kemajuan
teknologi membuat orang berpikiran materialis dan individualis, dengan hasrat yang meluap-luap
dan hanya mencari kenikmatan semu. Tampaknya hal ini pun sudah mewabah di Indonesia. Oleh
karena itu perlu adanya sebuah sistem pendidikan yang mampu menyatukan nilai-nilai Agama
dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki skill
di bidang keilmuan dan teknologi tetapi juga memiliki kesadaran religius agar tidak terjerumus
dalam arus perkembangan global saat ini.

Makalah ini mencoba memberikan satu contoh formulasi atau konsep integrasi ilmu
dengan Islam (Agama) yang mana akan dibahas lebih rinci pada bab selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN

1. A. Pengertian Integrasi

Kata “integrasi” berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh.
Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat. Yang dimaksud dengan integrasi bangsa adalah proses penyatuan
berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam kesatuan wilayah dalam rangka pembentukan
suatu identitas nasional. Arti lainnya dari integer adalah tidak bercampur murni.

Integrasi berasal dari bahasa inggris”integration”

yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasisosial dimaknai sebagai proses


penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalamkehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasianfungsi.Definisi lain mengenai
integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasidan bersikap
komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetapmempertahankan
kebudayaan mereka masing-masing.

Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu[1] :

1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Sedangkan yang disebut
integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satusama lain itu
adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.Suatu integrasi sosial di perlukan agar
masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik
maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
3. Urgensi Integrasi Sains dan Islam
1. Konsepsi Islam Tentang Sains

Agama dalam arti luas adalah wahyu Tuhan, yang mengatur hubungan timbal balik antara
manusia dan tuhan, manusia dengan sesama dan lingkungan hidup yang bersifat fisik, sosial
maupun budaya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk etika, moral, akhlak,
kebijaksanaan dan dapat pula menjadi teologi ilmu serta grand theory ilmu.[2]Allah SWT
berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 109:

@
è%öq©9tb%x.ãóst7ø9$##YŠ#y‰ÏBÏM»yJÎ=s3Ïj9’În1u‘y‰ÏÿuZs9ãóst6ø9$#Ÿ@ö7s%br&y‰x
ÿZs?àM»yJÎ=x.’În1u‘öqs9ur$uZ÷¥Å_¾Ï&Î#÷WÏJÎ/#YŠy‰tBÇÊÉÒÈ

Katakanlah: “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh
habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan
tambahan sebanyak itu (pula)”.

Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu (dharuriyyah; benar, salah), bagaimana ilmu
diproduksi (hajiyah; baik,buruk), dan tujuan-tujuan ilmu (tahsiniyah; manfaat, merugikan). Ilmu
yang lahir dari induk Agama akan menjadi ilmu yang bersifat objektif. Maka, ilmu yang
dihasilkan oleh orang beriman, adalah ilmu untuk seluruh umat, bukan untuk salah satu pengikut
Agama.

Dikotomi yang begitu ketat antara ilmu-ilmu agama dan sekuler, tentunya sangat disayangkan ,
karena telah mengarah pada pemisahan yang tidak bisa dipertemukan lagi antara kebudayaan dan
bahkan cenderung pada penolakan keabsahan masing-masing dengan menggunakan metode yang
juga sangat berbeda dari sudut jenis, dan prosedurnya. Demikian tegas pemisahan diantara
mereka; sehingga kedua kelompok ilmu tersebut seakan takkan pernah bisa dipersatukan, dan
harus dikaji secara terpisah dengan cara dan prosedur yang berlainan. Meskipun begitu bahwa
dalam sistem ilmu yang integral-holistik pemisahan tersebut masih bisa dibatasi dengan cara
menemukan basis yang sama bagi keduanya.

Sebelum kita membahas tentang integrasi ilmu dan Agama, perlu diketahui konsep ilmu dalam
pandangan Islam. Berikut beberapa pengertian ilmu dari pendapat umum maupun dari ilmuan
muslim:
1. Dalam Ensiklopedia Indonesia yang dikutip oleh Budi Handrianto, ilmu pengetahuan adalah
suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil
pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode
tertentu.[3]
2. Ashley Montagu menyebutkan, “Science is a sistematized knowledge derived from observation,
study, and experimentation carried on order to determine the nature of principles of what being
studied.”[4] (Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh dari
observasi, pembelajaran, dan percobaan untuk menentukan sifat alami dan prinpsip-prinsip dari
apa yang dipelajari).
3. Ibnu Taimiyah menyebutkan ilmu adalah sebuah pengetahuan yang berdasar pada dalil (bukti)
baik yang berupa wahyu (al-naql al-mushaddaq) atau dari hasil penelitian ilmiah (al-bahts al-
muhaqqaq).
4. Imam al-Ghazali membedakan ilmu menjadi dua; Pertama, ilmu Agama yakni ilmu yang
diperoleh dari ajaran Nabi SAW dan wahyu, Kedua, ilmu nonAgama yang dikelompokkan
kepada ilmu yang terpuji (mahmud), dibolehkan (mubah), dan tercela (mudzmum).[5]Ilmu
Agama masuk dalam kategori fardu‘ain, sedangkan ilmu nonAgama yang berguna untuk
kehidupan sehari-hari termasuk fardu kifayah.
5. Al-Ghazali Dalam konteks pengembangan ilmu ia membagi ilmu itu kepada dua
bagian, pertama, ilmu fardhu’ain, yang wajib di tuntut oleh setiap muslim seperti ilmu tauhid,
dan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah mahdhah (syari’ah).Kedua, ilmu yang
wajib dicari dan menjadi tanggung jawab sekelompok umat Islam yang diistilahkan
dengan fardhu kifayah,seperti ilmu kesehatan, fisika, kimia, matematika dan lain-lain. Hanya
sayang sekali pengggolongan ilmu yang dibuat imam al-Ghazali ditangkap secara tidak tepat
oleh generasi penerusnya, sehingga perhatian mereka terhadap ilu fardhu kifayah tersebut
sangat kurang, bahkan diabaikan. Padahal Al-Ghazali sendiri seorang figur ilmuan besar yang
menguasai disiplin ilmu Agama, filsafat, maupum yang selama ini dianggap ilmu “umum”.[6]

Di dalam Islam tidak ada yang namanya batasan dalam menuntut ilmu, selama ilmu tersebut
memberikan manfaat bahkan ilmu hitam juga boleh untuk menuntutnya untuk sekadar
mengetahui. Pentingnya mempelajari ilmu-ilmu selain ilmu Agama menurut al-Qur’an dan
sunnah bisa didasari beberapa alasan, yaitu:

a. Jika pengetahuan merupakan persyaratan untuk pencapaian tujuan-tujuan Islam dalam hal
syariah, maka mencari ilmu tersebut merupakan kewajiban untuk memenuhi kewajiban syariah.
Misalnya, mempelajari ilmu obat-obatan karena kesehatan merupakan hal penting dalam
Islam.[7]

b. Al-Qur’an menghendaki umat Islam menjadi umat yang agung dan mulia sehingga tidak
bergantung kepada orang kafir. Oleh karena itu umat Islam harus memiliki keahlian di berbagai
bidang, sehingga memiliki spesialis hebat dan teknisi handal.

c. Manusia telah diperintahkan dalam al-Qur’an (QS.Qaf: 6-8)untuk mempelajari sistem dan
.skema penciptaan, keajaiban-keajaiban alam dan sebagainya
óOn=sùr&(#ÿrãÝàZtƒ’n<Î)Ïä!$yJ¡¡9$#ôMßgs%öqsùy#ø‹x.$yg»oYø‹t^t/$yg»¨Yƒy—
ur$tBur$olm;`ÏB8lrãèùÇÏÈuÚö‘F{$#ur$yg»tR÷Šy‰tB$uZøŠs)ø9r&ur$
pkÏùzÓÅ›ºuru‘$uZ÷Fu;/Rr&ur$pkÏù`ÏBÈe@ä.£l÷ry—
ÇÐÈZouÅÇö7s?3“tø.ÏŒurÈe@ä3Ï97‰ö6tã5=ŠÏY•BÇÑÈ/8kŠÎgt

“Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? dan
Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi
pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)”.

d. Ilmu tentang hukum-hukum alam, karakteristik benda-benda dan organisme dapat berguna
untuk memperbaiki kondisi hidup manusia.

2. Urgensi Integrasi Sains Dan Islam.

Dalampelaksanaan pendidikan memiliki dua misi utama yaitu pembinaan daya intelektual dan
pembinaan daya moral, Mensinergikan sains dan Islam (Agama) merupakan sesuatu yang sangat
penting, bahkan keharusan, karena dengan mengabaikan nilai-nilai Agama dalam perkembangan
sains dan tekhnologi akan melahirkan dampak negatif yang luar biasa, tidak hanya pada orde
sosial-kemanusiaan, tetapi juga pada orde kosmos atau alam semesta ini. Dampak negatif dari
kecendurungan mengabaikan nilai-nilai (moral Agama) bisa kita lihat secara emperik pada
perilaku korup dan lain sebagaianya yang dilakukan oleh manusi dimuka bumi ini dengan
munggunakan kekuatan sains dan tekhnologi.[12] Namun tampaknya dalam realitas kehidupan
terjadi ketimpangan, dimana misi pertama lebih diutamakan Ilmu tanpa Agama sehingga
mengakibatkan timbulnya krisis moral,kapitalis, materialistis hingga menjatuhkan harkat derajat
atau kualitas “khairi ummah” yang kemudian menjadi penyebab krisis alam dan sumber daya.

Sebenarnya pembinaan intelektual dan moral dapat dikembalikan pada hakikat ilmu
pengetahuan yaitu;

(1) ontologi ilmu pengetahuan yang menekankan pada kemampuan spiritual,

(2) epistemologi ilmu pengetahuan yang menjamin pembinaan kemampuan intelektual, dan (3)
etika ilmu pengetahuan yang lebih menjamin pada pembinaan kemampuan moral.

Wacana perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah lama digaungkan
sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan
penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata pendidikan sebagai bentuk kesadaran
bersama untuk mencapai kualitas hidup yang utuh.

Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa
dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi
di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran
ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam.
Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang
satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan
teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi ilmu berarti adanya penguasaan sains dan teknologi
dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.

Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan menghasilkan
sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimilki dengan diperkuat oleh
spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagai Agama
yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri di berbagai bidang
kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan teknologi.[8]

Agama, dalam hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih sebagai justifikasi atau
pembenaran terhadap konsep-konsep sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang
menyeluruh (holistik). Orientasi dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan ilmu
umum haruslah diintegrasikan secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya antara
Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel, dan link and match.

Konsep integralisme monistik dalam perspektif Islam adalah sebuah paradigma unifikasi
bagi ilmu-ilmu kealaman dan keagamaan, tidak hanya menyatukan ilmu-ilmu tersebut tetapi juga
menjadi paradigma ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kemanusiaan. Islam tidak hanya menjadi
sudut pandang atau pelengkap tetapi menjadi pengawal dari setiap perbuatan/kerja sains.

Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara
Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa
Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau
inspirasi dari semua ilmu.

Sebagai seorang muslim satu hal menurut penulis yang mesti kita pikirkan bahwa Penyebab
Islam dalam kondisi terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah “kalau bangsa-bangsa
lain sudah berhasil membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang bagaimana
mengirimkan pesawat rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk
menyelesaikan problem-problem yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti halnya
kunut, bismillah, bid’ah, do’a jama’ah, zikir ba’da shalat, dan lain sebagainya“.[9]

Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal sejumlah
figur intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu, baik ilmu Agama maupun ilmu
umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu juga merupakan ilmu
Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja misalnya Ibn
Miskawaih (320-412/ 932-1032),Ibn Sina (370-428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-
1111)Ibn Rusd, Ibn Thufail dan seterusya. Mereka adalah para figur intelektual muslim yang
memiliki kontribusi besar terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika
pada awalnya kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan
Bahasa, maka pada periode berikutnya , setelah kemenangan Islam di berbagai wilayah, kajian
tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu: fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan
ilmu-ilmu sosial lainnya. Kenyataan ini bisa dibuktikan pada masakegemilangan/keemasan
antara abad 8-15 M, dari Dinasti Abbasiyyah (750-1258 M) hingga jatunya Granada tahun
1492M.

Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa munculnya para
ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual muslim yang direbut pada
masa kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut beliau inilah yang mesti
direbut kembali dengan dalih ilmu itu merupakandaur (berputar) mulai dari Yunai berpindah
ke Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di kuasai oleh Negara-negara Barat yang insya Allah akan
dapat kita raih kembali.

C. Metode Formulasi Integrasi Sains Dan Islam

Untuk terwujudnya model Integrasi sains dan Islam dalam lembaga pendidikan Islam, perlu
diadakan tahapan-tahapan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan Kitab Suci Sebagai Basis atau Sumber Utama Ilmu

Memposisikan kitab suci (Al-Qur’an, Injil, Weda, Taurat dan Zabur) sebagai basis atau sumber
utama Ilmu masing-masing yang bersangkutan, maka kedepan dapat diharapkan akan lahir
pribadi-pribadi dalam masyarakat yang memiliki kekokohan dalam pemahaman, penghayatan
dan pengamalan Agamanya sekaligus juga professional dalam bidang ilmu modern yang
ditekuninya.

Alquran dan hadis dalam pengembangan ilmu diposisikan sebagai sumber ayat-
ayat qauliyyah sedangkan hasil observasi, eksperimen dan penalaran-penalaran yang logis
diletakkan sebagai sumber ayat-ayat kauniyyah. Dengan memposisikan Alquran dan
hadis sebagai sumber ilmu, maka dapat ditelusuri semua cabang ilmu mempunyai dasar yang
bersifat konsep di dalamnya. Ilmu hukum mislanya, sebagai rumpun ilmu sosial maka
dikembangkan dengan mencari penjelasan-penjelasan pada Alquran dan hadis sebagai
ayatqauliyyah sedangkan hasil-hasil dengan melalui observasi, eksperiment, dan penalaran logis
sebagai ayat-ayat yangkauniyyah. Berbagai ilmu yang dikembangkan dengan memposisikan
ayat yang qauliyyah dan ayat yang kauniyyah sebagai sumber utama maka dikotomi ilmu
(memisah-misahkan ilmu umum dan Agama) yang begitu marak dipersoalkan selama ini dapat
terselesaikan.

Sebagaimana wataknya yang universal itu, Alquran dan hadis dapat dijadikan sebagai sumber
sagala ilmu pengetahuan dan tidak sebatas ilmu pendidkan yang sejenis dengan ilmu tarbiyyah,
ilmu hukum dengan ilmu syari’ah, ilmu filsafat dengan ilmu ushuluddin, ilmu bahasa dan sastra
dengan ilmu adab, dan komunikasi dengan ilmu dakwah. Namun ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu
kimia, ilmu psikologi, ilmu pertanian dan semua ilmu lainnya dapat dicarikan informasinya di
dalam Alquran, sekalipun tidak langsung bersifat teknis melainkan bersifat umum yang dapat
ditelusuri dengan ayat-ayat-Nya yang bersifat kauniyyah.

Sementara tingkat pemahan kaum muslimin saat ini hanya dipandang sebatas menyangkut
tentang tata cara beribadah, merawat anak yang baru lahir, persoalah pernikahan, zakat, haji dan
lain sebagainya yang selalu bersifat normatif. Padahal Alquran juga berbicara tentang konsep
tentang ketuhanan, penciptaan, persoalan manusia dan prilakunya, alam dan seisinya serta
petunjuk tentang keselamatan manusia dan alam. Jika ilmu pengetahuan juga menyangkut itu
semua, maka tidak ada salahnya semua hal tersebut dapat ditelusuri dari kitab suci Alquran dan
hadis.

2. Memperluas Batas Materi Kajian Islam & Menghindari Dikotomi Ilmu

Sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa kita pungkiri bahwa semua lembaga pendidikan Islam,
baik di tingkat ibtidaiyah hingga sampai ke pergurtuan tinggi, juga yang terjadi di podok
pesantren, ketika orang menyebut pelajaran Agama, maka yang muncul adalah pelajaran tauhid,
pelajaran fiqih, pelajaran akhlak, dan tasawuf, pelajaran Alquran dan hadis, pelajaran tarikh dan
bahasa arab. Demikian pula jika kita meninjau ke perguruan tinggi Agama Islam, maka yang
datang dalam pikiran kita adalah adanya Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyyah, Fakultas
Ushuluddin, Fakultas Dakwah dan Fakultas Adab. Penyebutan hal yang demikian
sesunggunhnya bukanlah dikatakan keliru. Namun, persoalnnya dalah bahwa selama ini telah
dipahami bahwa ajaran Islam itu bersifat Universal. Oleh karenanya jika sebatas yang disebut
diatas sebagai lingkup ajaran Islam, maka akan timbul pertanyaan dimana sesunggunhnya letak
ke Universalan ajaran Islam itu?

Rumusan tentang lingkup ajaran Islam seperti itu ternyata berlaku sejak lama dan terjadi disemua
belahan dunia ini. Sebagai misal kita lihat Universitatas Islam Al-Azhar di Kairo telah berdiri
sejak 1000 tahun lalu, pembidangan ilmu masih seperti itu juga terjadi, cara memandang ilmu
secara dikotomi seperti diatas juga terjadi. Disana ada fakultas-fakultas ilmu Agama, seperti
Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyyah, Fakultas Ushuluddin Fakultas Dakwah dan lain, persis
seperti yang terjadi di Indonesia. Disana juga ada Fakultas Tekhnik, Fakultas Kedokteran,
Fakultas Ekonomi dan lain-lain masih tetap terpisah dari Fakultas Agama sebagaimana
disebutkan diatas. Bahkan informasi yang terakhir didapat khusus bagi mahasisiwa yang
mengambil fakultas Agama dibebaskan dari biaya pendidikan dengan maksud biar tetap ada
mahasiswa yang memasuki fakultas-fakultas tersebut.

Lebih parah lagi dikotomi ilmu dalam studi Islam terkait erat dengan pembagian kelompok ilmu
Islam dalam pengertian ilmu Agama sebagaimana dikemukakan dimuka. Dlam hal ini sangat
berimbas pada kemunculan dikotomi kelembagaan dalam pendidikan Islam. Dampak negatif
yang paling mendasar adalah bahwa muncul pula istilah sekolah-sekolah Agama dan sekolah-
sekolah umum. Sekolah Agama berbasis pada ilmu-ilmu “Agama” sedangkan sekolah umum
berbasis kepada ilmu-ilmu “Umum”. Kehadiran dikotomi sekolah umum pada satu sisi dan
sekolah madrasah yang merupakan perwakilan sekolah Agama penulis memahami adalah
merupaka wujud konkret timbulnya dikotomi dalam pendidikan Islam.

Dari kenyataan ini, dapat dipahami bahwa dikotominya ilmu yang selama ini selalu dipersoalkan
mungkin merupakan kemauan umat Islam itu sendiri atau memang perguruan tinggi Agama
Islam yang ada di dunia ini masih belum bisa mengintegrasikan ilmu Agama dengan ilmu
umum. Masalah ini memang tidak mudah untuk jawab melainkan butuh perumusan-perumusan
yang matang dan gagasan-gagasan yang lebih tajam. sebagai seorang sarjana Muslim kita
dituntut untuk turut andil atas keterpurukan Islam dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sebagaimana yang kita rasakan saat ini.
Dari keterpurukan umat Islam sebagaimana yang dikemukakan di muka, Alhamdulillah (segala
puji bagi Tuhan sang pencipta) belakangan ini sudah ada gagasan-gagasan untuk meninggalkan
keterpurukan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pikiran-pikiran, pembaharuan-pembaharuan
yang berkembang saat ini, yang mengatakan bahwa tidak selayaknya ilmu dilihat secara terpisah
antara ilmu Agama dan ilmu umum. Munculnya beberapa Universitas Islam Negeri di Indonesia
seperti UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif Qosim Pekanbaru Riau, salah satu misinya adalah untuk
mengembangkan ilmu ilmu yang bersifat integratif antara ilmu Agama dan ilmu umum.

3. Menumbuhkan Pribadi Yang Berkarakter Ulul Albab

Apa? Siapa? Dimana? Dan bagaimana yang dikatakan Ulul Albab itu? Itulah yang selalu
datang dalam benak penulis untuk merumuskan tentang karakter Ulul Albab tersebut dengan
tujuan untuk terwujudnya manusia-manusia yang memiliki kedalaman spritual, keagungan
akhlaq, keluasan intelektual dan kematangan profesional.

Istilah Ulul Albab adalah merupakan bahasa Alquran, maka untuk memahaminya kita
membutuhkan kajian-kajian yang mendalam terhadap nash-nash yang berbicara tentang Ulul
Albab tersebut, baik dari segi makna lughawi maupun kandungan kesan dan pesan makna yang
terdapat didalamnnya.

Secara lughawi kata Albab adalah bentuk jamak dari lubbyang berarti “saripati sesuatu”
misalnya, kacang tanah memiliki kulit yang menutupi isinya dan isi kulit (kacang tanah) tersebut
dinamakanlubb (saripati). Dengan demikian Ulul Albab adalah orang orang yang memiliki akal
yang murni, yang tidak diselimuti oleh kulit, yakni kabut (kemaksiatan) yang dapat melahirkan
kerancuan dalam berpikir. Dalam kaitan dengan hal yang dikemukkan di muka tersebut dalam
Q.S. Ali Imran ayat 189-191 Allah menjelaskana tentang tanda-tanda kemurnian berpikir orang
yang dikategorikanUlul Albab tersebut.


urÛù=ãBÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚö‘F{$#ur3ª!$#ur4’n?tãÈe@ä.&äóÓx«íƒÏ‰s%ÇÊÑÒÈcÎ)’ÎûÈ,ù=yzÏ
Nºuq»yJ¡¡9$#ÇÚö‘F{$#urÉ#»
n=ÏF÷z$#urÈ@øŠ©9$#Í‘$pk¨]9$#ur;M»tƒUy’Í<’rT[{É=»t6ø9F{$#ÇÊÒÉÈtûïÏ%©!$#tbrãä.
õ‹tƒ©!$#$VJ»uŠÏ%#YŠqãèè%
ur4’n?tãuröNÎgÎ/qãZã_tbrã¤6xÿtGtƒur’ÎûÈ,ù=yzÏNºuq»uK¡¡9$#ÇÚö‘F{$#ur$uZ-
u‘$tB|Mø)n=yz#x‹»ydWxÏÜ»t/y7oY»ysö6ß™$oYÉ)sùz>#x‹tãÍ‘$¨Z9$#ÇÊÒÊÈ/

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka".

Kata Ulul Albab disebut sebanyak enam belas kali dalam Al-Qur’an. Ulul Albab yang
melukisakan sebagai orang yang diberihikmah (QSAl-Baqarah [2]: 269); yang mampu menagkap
pelajaran dari sejarah umat terdahulu (QSYusuf [12]: 111); kritis dalam mendengar pembicaraan
dan ungkapan pemikiran dan pendapat orang (QSAl-Zumar [39]: 18); tidak mengenal lelah
dalam menuntut Ilmu (QSAli Imran [3]:7) dengan merenungkan ciptaan Allah di langit dan yang
dibumi serta meperhatikan semua ciptaannaya yang dijadikan dari air sebagai sumber kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya (QSAli Imran [3]: 190 dan QS Al-Zumar [39]: 21) dan
mengambil pelajaran dari kitab yang diwahyukan Allah SWT (QS.Shad [38]: 29,43 QS al-
Mu’min [40]: 54, dan QS Ali Imran [3]: 7); sanggup mempertahankan keyakinan dalam diri dan
tidak terpesona dengan banyaknya kemaksiatan yang pernah dilakukan (QS Al-Maidah [5]: 100);
berupaya menyampaikan peringatan Allah kepada dan mengajari mereka prinsip mengesakan
Allah (QS. Ibrahim [14]: 52); melaksanakan janji kepada Allah, bersabar, member infaq, da
menolak kejelekan dengan kebaikan (QS. Al-Ra’d [13]: 19-22); bangun tengah malam dan
melaksanakan dengan ruku dan sujud kehadapan Allah (QS. Al-Zumar [39]: 9) serta banyak
berzikir (QS. Ali Imran [3]: 190); dan terakhir tidak ada yang ditakuti di dunia ini melainkan
hanya Allah SWT semata (QS. Al-Baqarah [2]: 197; QS. Al-Maidah [5]: 100; QS Al-Ra’d [13]:
21; QS Al-Thalaq [65]; 10).

Dari beberapa ayat yang disebutkan dimuka, ada dua hal yang paling mendasar yang dapat
dikategorikan sebaga Ulul Albab, yaituzikir dan fikir. Zikir itu mencakup pikir atau pikir itu
terkandung dalam pengertian zikir sebeb dalam zikir terkandung unsur pikir. Sebaliknya juga, di
dalam pikir terkandung pula zikir. Kata fakkarasering dimaknai dengan “to reflect” atau
“refleksi”, dalam bahasa Indonesia ungkapan ini mengandung unsur makna “merenung”. Dapat
dipahami bahwa orang yang merenungkan atau memikirkan semua ciptaan Allah adalah
termasuk juga zikir.

Untuk lebih rinci tentang karakteristik Ulul Albab sebagaimana yang enam belas kali di
ungkapkan dalam Alquran, dapat diformulasikan sebagai berikut:

“Ulul Albab adalah orang yang : (1) memiliki akal pikiran yang murni dan jernih serta mata hati
yang tajam dalam menagkap fenomena yang dihadapi, memamfaatkan kalbu untuk zikir kepada
Allah dan memamfaatkan akal (pikiran) untuk mengungkap rahasia alam semesta, giat
melakukan kajian dan penelitian untuk kemaslahatan hidup, suka merenungkan dan mengkaji
ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebenaran)-Nya dan berusaha menangkap pelajaran
darinya, serta berusaha mencari petunjuk dan pelajaran dari fenomena historik atau kisah-kisah
terdahulu; (2) selalu sadar diri akan kehadiran Tuhan dalam segala situasi dan kondisi; (3) lebih
mementingkan kualitas hidup (jasmani dan rohani); (4) mampu menyelesaikan masalah dengan
adil; (5) siap dan mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dalam kehidupan keluarga
maupun masyarakat; (6) mampu memilih dan menerapkan jalan yang benar dan baik yang
diridhoi oleh-Nya serta mampu membedakan mana yang lebih bermanfaat dan menguntungkan
dan mana pula yang kurang bermanfaat dan menguntungkan bagi kehidupannya di dunia dan di
akhirat; (7) menghargai khazanah intelektual dari para pemikir, cendikiawan atau ilmuan
sebelumnya; (8) bersikap terbuka dan kritis terhadap pendapat, ide atau teori dari manapun
datangnya, untuk selanjutnya berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengikuti pendapat,
idea tau teori yang terbaik; (9) mampu dan bersedia mengajar, mendidik orang lain berdasar
ajaran dan nilai-nilai Ilahi dengan cara baik dan benar; (10) sabar dan tahan uji walaupun ditimpa
musibah dan diganggu oleh syetan (jin dan manusia); (11) sadar dan peduli terhadap pelestarian
lingkungan hidup; dan (12) tidak mau membuat onar, keresahan dan kerusakan, serta berbuat
maker di masyarakat”.

Untuk menumbuhkan dari beberapa karakteristik Ulul Albabsebagaimana yang dikemukakan di


muka, ada beberapa hal yang bisa kita dilakukan untuk mewujudkannya yakni:

Perama, umat Islam harus mampu memanfaatkan sarana tekhnologi yang kian terjangkau hingga
ke pedesaan sebagai alat perjuangan (jihad)-nya. Artinya, sarana tekhnologi perlu dijadikan
sebagai alat perjuangan umat Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dan bukan
sebaliknya sebagai penghalang bagi kreativitas berfikir dan berbuat bagi perubahan untuk
kemajuan. Dengan demikian umat Islam tidak hanya dapat mengucapkan masya Allahketika
terkagum dengan temuan IPTEK, atau mengucapkanastaghfirullah ketika temuan
IPTEK membuat malapetaka.

Kedua,umat Islam harus secara terus menerus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas IPTEK dan IMTAK secara bersamaan, atau peningkatan diri kearah kekokohan
spiritual, moral dan intelektual.

Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu yang meniscayakan bagi perombakan sistem
pendidikan Islam, mulai dari paradigma, konsep, kerangka kerja, dan evaluasi.[34] Dari
beberapa hal yang dikemukakan dimuka semoga (insya Allah) sistem pendidikan Islam yang
berwawasan Ulul al-Albab dapat diwujudkan.

Untuk mengetahui dimana keberadaan Ulul Albab berada, jawabnya sangat


erat kaitannya dengan pribadi-piribadi seorang muslim. Maksud dari serta kaitannya
dengan pribadi-pribadi muslim adalah bahwa seorang muslima lah yang membaca diri, sadar
diri dan evaluasi diri bahwa uda bagaimana dan seperti apa wujud dari Ulul Albab tersebut
sudah dapat dicapai, yang pasti tanda-tanda sudah begitu jelas digambarkan Oleh Allah SWT di
dalam Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.

Untuk itu Islam sangat berharap dari generasi ke generasi, lahir individu-individu
berkarakter Ulul Albab yang mampu menciptakan lompatan-lompatan besar, yang
pada gilirannya, menjadi batu loncatan bagi timbulnya peradaban, kebudayaan dan manusia-
manusia yang dinamis dan kreatif yang bernuansakan Islam. Kehadiran Ulul Albabsangat kita
harapkan mampu menjadi pelopor dalam peciptaanukhuwah Islamiah dalam arti yang sangat
luas, yang memilikikesalehan individual dan sekaligus kesalehan sosial.

4. Menelusuri Ayat-ayat Dalam Alquran yang Berbicara Tentang Sains

Menelusuri ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang sains adalah merupakan bentuk langkah
yang sangat vital untuk terintegrasinya sains dan Islam. Seterusnya bahwa kebenaran Alquran itu
merupakan relevan dengan ilmu pengetahuan (sains) yang saat ini sangat pesat berkembang.
Sebagai contoh beberapa ayat Alquran yang berbicara tentang Sains dapat disimak sebagai
berikut:

a. Air Susu dan Urgensinya Bagi Bayi Yang Baru Lahir.


Dalam Alquran surah an-Nahl ayat 66 disebutkan:

¨
bÎ)urö/ä3s9’ÎûÉO»yè÷RF{$#Zouö9Ïès9(/ä3‹É)ó¡S$®ÿÊeE’Îû¾ÏmÏRqäÜç/.`ÏBÈû÷üt/7^ösù5Qy
Šur$·Yt7©9$TÁÏ9%s{$Zóͬ!$y™tûüÎ/Ì«¤±=Ïj9ÇÏÏÈ

“Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami
memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih
antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi dan yang sangta baik dan tidak ada
tandingannya, meskipun susu formula termahal yang ada di pasaran dunia. Dari hasil penelitian
para pakar dibidangnya, pemberian ASI terhadap bayi dapat bermanfaat antara lain: menurunkan
resiko terjadinya penyakit infeksi, seperti infeksi saluran pernafasan, dan infeksi telinga. ASI
juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit noninfeksi seperti: penyakit alegi,
obesitas, kurang gizi, asama, dan eksim. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ
anak.[35]

Air susu ibu (ASI) adalah minuman/ makanan bergizi sempurna. Pada zaman modern ini satu-
satunya makanan/ minuman yang dapat dipercaya untuk kestabilan gizi anak dimasa bayi adalah
air susu ibu (ASI), sampai sekarang ini seberapa canggih dan seberapa hebatpun ilmu
pengetahuan tekhnologi belum ada tandingan dan ke hebatan gizi air susu ibu (ASI). Air susu
Ibu adalah terdiri dari susunan esensiil, yang dapat diandalkan membangun tubug bayi agar
hidup segar dan bugar. Air susu ibu mengandung protein, yang berfungsi untuk membangun sel-
sel tubuh dan pertumbuhan secara sempurna. Juga mengandung vitamin dan unsur-unsur panas
dan energy pada gulanya dan zat-zat lemaknya.

Ilmu kedokteran telah membuktikan hal sebagaimana dikemukakan dimuka , bahwa zat lemak
yang terdapat pada susu ibu adalah berupa butiran-butiran kecil dalam bentuk larutan dan gula.
Adapun setelah diadakan penelitian terhadap air susu ibu (ASI) sebagaimana dimaksud, sekarang
terbukti bahwa susu mangandung semua zat-zat terpenting untuk perkembangan dan
pertumbuhan sel tubuh manusia.

Untuk menuai hasil yang lebih optimal dalam menyusia anak/ bayi maka,
menyusukannya adalah selama dua tahun tanpa putus-putus hal ini sesuai dengan ayat Alquran
surah Al-Baqarah ayat233 dengan anjuran supaya menyusui anak/ bayinya selama dua tahun
penuh dengan sempurna.

Menggantikan susu anak/ bayi dengan susu pasaran (susu kaleng) adalah merupakan perbuatan
penganiayaan dan penipuan terhadap anak. Yang bagus dan benar adalah bagaimana
memberikan makanan dan minuman yang baik, bergizi serta halal kepada ibunya supaya
menghasilkan air susu yang sempurna bagi bayi. Memberi makanan yang baik dan halal kepada
istiri dapat sekaligus memberi dua gizi terhadap anak, yakni gizi tubuh dan gizi rohani.
b. Anatomi Tubuh dan Bedah

Secara khusus memang tidak ada di dalam Alquran yang membicarakan tentang anatomi tubuh
dan bedah. Namun oleh para kalangan ulama tafsir melakukan intrpretasi dan ta’wil terhadap
ayat yang terdapat dalam surah Alam Nasyrah ayat 1-3 yang mengisyaratkan untuk
melaksanakan praktek pembedahan terhadap anggota tubuh untuk menghilangkan penyakit yang
dal didalamnya. Ayat tersebut adalah sebagaimana dibawah ini:

“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan Kami telah menghilangkan
daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu”

Ayat diatas diperkuat juga dengan kisah yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dan tarikh
bahwa orang tua asuh Nabi SAW. Mengisahkan suatu ketika Nabi dan saudara laki-laki
angkatnya berada di belakang kemah bersama dengan kambing-kambing orang tua asuh Nabi.
Saat itu saudara laki-laki angkatnya berlari-lari dan meberitahukan kepada orang tua angkat Nabi
bahwa ada dua orang yang berpakain putih memegangi Nabi Muhammad SAW, lalu
membaringkannya kemudian mebelah perutnya dan mengaduk-ngaduk isinya. Orang tua asuh
Nabi bergegas untuk menemuinya dan mendapatinya dia dalam keadaan wajah yang pasi
(kelihatan pucat). Kemudian orang tua asuh Nabi menanyainya tentang hal apa yang telah
terjadi. Lalu Nabi berkata “ada dua orang yang berjubah putih datang dan membaringkan aku
serta mebedah perutku, memcari-cari sesuatu di dalamnya yang tidak aku ketahui”.[10]

Sebagaimana ayat yang dikutip di atas sangat relevan dengan peristiwa pembelahan perut Nabi.
Mungkin inilah yang telah mendorong pengobatan dengan tekhnik bedah serta merangsang
kajian tentang anatomi tubuh manusia pada masa-masa awal peradaban Islam. Kemungkinan
besar, kisah ini pun telah mendorong para dokter untuk mencoba mempraktekkan pengobatan
jenis tersebut. Satu hal yang unik, baju yang dikenakan/ dilambangkan sebagai dokter saat ini
adalah dengan seragam putih, hal ini sangat relevan dengan pakaian putih dua malaikat waktu
membedah perut Nabi Muhammad SAW.[40]Hal ini juga tidaklah mengherankan jika kita
mendapati sejumlah catatan sejarah bahwa dokter terkenal seperti Ibnu Sina dan intelektual
muslim lainnya yang melakukan dan mengembangkan tekhnik bedah tersebut.

c. Tentang Hak Asasi Manusia

Semua warga Negara yanga ada Bumi ini memiliki dan menikmati hak-hak asasi terhadap
dirinya diantaranya adalah sebagai berikut: Hak untuk menetukan Agama (QS Al-Baqarah [2]:
256, QS Yunus [10]: 99), Hak untuk memiliki harta kekayaan (QSAl-Baqarah [2]: 188), hak
untuk berbeda pendapat (QS Al-Nisa’ [4]: 59), hak Privasi (QS Al-Nur [24]: 27), hak berserikat
(QS Ali Imran [3]:104), hak untuk memperoleh penghidupan (QS Al-Dzariyat [51]: 19),
menghormati tanggung jawab personal (QS Al-An’am [6]: 164, QS Fathir [35]: 18). Dan lain
sebagainya masih banyak di dalam Al-Quran yang membicarakan tentang tata cara kehidupan,
sesua dengan namanya petunjuk (huda) bagi orang-orang yang bertaqwa.

5. Mengembangkan Kurikulum Pendidikan di Lembaga Pendidikan


Dari hasil kajian berbagai disiplin ilmu dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan pandangan
bahwa segala macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak dan moral, krisis spiritual. Anehnya,
krisis ini menurut sebahagian pihak disebabkan karena keterpurukan dan kegagalan pendidikan
Agama.[42] Agaknya penulis (dan umat Islam pada umumnya) kurang/ sama sekali tidak setuju
dengan tuduhan tersebut, itu tidak lain hanyalah bentuk mengkambing hitamkan Agama,
bukankah permasalahan semestinya ditangani secara bersama. Mengutip apa yang ditawarkan
oleh Ahmad Barizi, untuk mengintegrasikan sains dan Islam dalam kurikulum pendidikan di
sekolah (SD, SMP, SMA/SMK) yakni, sebuah tawaran kurikulum,Kurikulum Berbasis Integrasi
Sains dan Islam (KBISI).

Untuk terwujudnya insan yang mempunyai Kedalaman Spritual, keagungan Akhlaq, keluasan
Intelektual dan kematangan Profesional, akan dapat di capai secara utuh jika berpadu/
tersinerginya ilmu Sains dan Islam (Agama) dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran
terpadu dan integratif tersebut, suatu masalah yang menggejala tidak bisa disalahkan kepada
guru tertentu. Misalnya, mengutif apa yang dijelsakan oleh Ahmad Barizi bahwa jika ada siswa
yang terjerat minuman-minuman keras guru bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung
jawab. Sebaliknya, jika ada siswa yang kurang peduli terhadap lingkungan hidup disekitarnya,
bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru IPA? Jika ada siswa yang kurang sopan dalam
berbicara dengan orang yang lebih tua, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru
bahasa? Jika ada siswa yang kurang menghargai jasa-jasa para pendahulunya, bukankah itu juga
merupakan kegagalan dari guru sejarah/ IPS? Jika ada siswa suka hidup mewah dan boros di
sekolah, bukankah itu juga merupakan kegagalan dari guru matematika atau ekonomi?

Marilah kita jawab secara profesional tentang fenomena-fenomena sebagaimana yang


dikemukakan di muka, tanpa mengkambing hitamkan Agama. Tugas dan tanggung jawab atas
pendidikan Agama terhadap anak didik adalah tidak hanya diemban oleh guru Agamasaja, tetapi
merupakan tanggung jawab sekolah secarakomprehensif. Tumbuhnya kesadaran semua pihak
dalam memperbaiki akhlak moral peserta didik yang bigitu mengimbas terhadap akhlak
dan moral bangsa di mata dunia adalah satu-satunya yang kita rindukan.

PENUTUP

Berbagai penjelasan di atas dapat kita petik pemahanan bahwa Al-Qur’an adalah bersifat
Universal. Kalam Allah (Al-Qur’an) dalam pandangan Islam dibagi menjadi dua. Pertama, yang
menjelaslakan langsung dengan kitab-Nya disebut kalam Qauliyyah dankedua tanda-tanda yang
ditemukan dengan cara penalaran logis (akal), empiris dan lain sebagainya dinamakan
dengan kalam kauniyyah.

Dikotomi ilmu yang selama ini selalu diperdebatkan dikalangan yang berbeda pandangan tentang
ilmu, ilmu Islam dan ilmu umum sebenarnya dapat kita selesaikan dengan menempatkan dan
memposisikan Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber ilmu bukan sebagai ilmu.
Adapun bentuk formulasi integrasi sains dan islam dapat kita wujudkan dengan cara: menjadikan
kitab suci sebagai basis atau sumber utama ilmu, memperluas batas materi kajian islam &
menghindari dikotomi ilmu, menumbuhkan pribadi yang berkarakter ulul albab, menelusuri
ayat-ayat dalam alquran yang berbicara tentang sains, mengembangkan kurikulum pendidikan di
lembaga pendidikan.


IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM Kelompok 5 Irmaya Fatwa Yukha 1311 100 068
Sawungsari Nur Farisah 2111 100 020 Fahriyanto Bagustuza 2111 100 059 Tutut Umul
Habibah 2711 100 087 Agama Kelas 33 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER TAHUN 2011
 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat,berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yangberjudul “Iptek dan seni dalam islam”. Makalah ini disusun guna memberikan
informasi tambahan mengenai perspektifIslam tentang IPTEK dan seni, dan juga untuk
memenuhi tugas mata kuliah AgamaIslam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang sumbernya berupaartikel dan tulisan telah penulis jadikan referensi
guna penyusunan makalah ini,semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan tulisan-
tulisan yang mengacuterwujudnya generasi masa depan yang lebih baik. Penulis
berharap, semoga informasiyang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis
khususnya dan bagi parapembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, banyakkekurangan dan kesalahan. Penulis menerima kritik
dan saran yang membantu gunapenyempurnaan makalah ini. Surabaya, 24 September
2009 Penulis,
 DAFTAR ISIHALAMAN
COVER........................................................................................................iKATA
PENGANTAR......................................................................................................iiDAFTA
R ISI................................................................................................................iiiDaftar
Pustaka.........................................................................................................ivBAB I
PENDAHULUAN……………………………………………….........................................
......1 1.1.Latar
Belakang……………………………………….............……............................1 1.2
Rumusan Masalah…………………………………………......................................1 1.3
Tujuan Penulisan………………………………………….........................................1BAB
II IPTEK DAN
SENI………………………………...........................……………...……...….....2 2.1.
Pengertian IPTEK……......................................................................….......…2 2.2.
Pengertian Seni………….......................................................................………4 2.3.
Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni…………........................…….........5BAB III
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB…………............…….........................................7
3.1. Keutamaan Orang yang Berilmu………….……………………………....…….........7
3.2. Tanggung jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan…..................................8BAB IV
PENUTUP……………………………………...............................………………....…......
....10 4.1.
Kesimpulan………………………………………………….....................................10 4.2.
Saran……………………………………………………….............................….........10
 BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Perkembangan Sains dan Teknologi di
zaman ini semakin terasa pesat dandiperlukan manusia. Manusia modern sudah sangat
bergantung kepada produk-produksains dan teknologi. Sukar untuk dibayangkan manusia
modern hidup tanpamenggunakan produk-produk sains dan teknologi. Keperluan hidup
harian manusiamodern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja,
alat-alattransportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan
semuaaspek kehidupan manusia tidak terlepas daripada menggunakan produk sains
danteknologi. Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil
perananpenting dalam pembangunan tamadun atau peradaban material manusia.
Penemuan-penemuan sains dan teknologi telah memberikan bermacam-macam
kemudahanpada manusia. Alasan inilah yang melatar belakangi kami untuk menulis
makalahberjudul berjudul “IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM”. Makalah ini kami buat
dalamrangka memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Agama dan Etika Islam kami.
Untukpenjelasan lebih lanjut akan kami bahas dalam bab-bab selanjutnya.1.2. Rumusan
Masalah Melihat latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan antara lain: 1.
Apakah pengertian IPTEK? 2. Apakah pengertian seni? 3. Bagaimana integrasi iman,
ilmu, teknologi dan seni dalam Islam? 4. Apakah peran utama orang yang berilmu dan
tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan?1.3. Tujuan Penulisan Makalah ini disusun
dengan tujuan : 1. Mengetahui pandangan Islam maupun sekuler terhadap IPTEK dan
seni serta integrasi iman, ilmu, teknologi, dan seni. 2. Mengetahui peran utama orang
yang berilmu dan tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan.
 BAB II IPTEK DAN SENI2.1 Pengertian IPTEK Definisi iptek IPTEK sebagai singkatan
dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.IPTEK adalah suatu yang sangat berkaitan dengan
teknologi (Blogspot) Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistemasi
dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah
diujikebenarannya secara ilmiah, sedangkan Pengetahuan adalah apa saja
yangdiketahuioleh manusia baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman maupun
firasat. Jadi Ilmupengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melaluiproses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal. (Saifulloh,2009)
2.1.1. Definisi Teknologi Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin,
material danproses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai
aktivitasmanusia, teknologi mulai sebelum sains dan teknik. (wikipedia) .Teknologi
dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untukmempermudah pekerjaan
manusia, namun jika pada kenyataannya teknologi malahmempersulit, layakkah disebut
Ilmu Pengetahuan? Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang
menggunakanprinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Meskipun
demikian,penemuan yang sangat lama seperti roda juga disebut sebuah teknologi.
Teknologididefinisikan sebagai paduan sempurna antara ilmu (science), rekayasa
(engineering),seni (art), dan ekonomi. Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status
pengetahuan kita yangsekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk
memproduksiproduk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa
diproduksi). Olehkarena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat
pengetahuan teknik kitameningkat.2.2 Teknologi Menurut Islam Islam, agama yang
sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnyabukan saja mendorong manusia
untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudianmembangun dan membina peradaban,
bahkan mengatur umatnya ke arah itu agarselamat dan menyelamatkan baik di dunia
terlebih lagi di akhirat kelak.
 Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untukhidup
bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia diakhirat
punmanusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusiajuga
memerlukan ilmu. Jadi kita mesti menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatandunia,
terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulahIslam
mewajibkan menuntuti lmu ini. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr) Bahkan dalam Islam
menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangkawaktu tertentu, ia mesti dilakukan
sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Inidiberitahu oleh Rasulullah dengan sabdanya
: “Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad” Pesatnya perkembangan Sains
dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari.Banyak hasil dari perkembangan Sains
dan Teknologi yang tadinya diluar angan-anganmanusia sudah menjadi keperluan harian
manusia. Contohnya : penyampaianinformasi yang dahulu memerlukan waktu hingga
berbulan-bulan, kini dengan adanyatelepon, handphone, internet dapat sampai ke tujuan
hanya dalam beberapa detiksaja, bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan. Melalui
TV, satelit dan alatkomunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan
bumi atau diangkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di
seluruh duniadalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,
perkembangan dalambidang lain pun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat
rumah tangga,bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita
mengakui bahwasains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam
pembangunanperadaban material atau lahiriah manusia.
 Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Imron 190-191
    
   
     
   
        190.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinyamalam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk ataudalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka”. Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian
danpengembangan sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat
lebihmerasakan kebesaran, kehebatan dan keagungan Nya. Betapa hebatnya alam
ciptaanAllah, yang kebesaran dan keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya
mengetahui,maka sudah tentu Maha hebat lagi Allah yang menciptakannya.2.2
Pengertian SENI Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnya.Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembangmenjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan.
Keindahan yanghakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama
yaitu keabadian.Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena
ukurannya adalahhawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang
selalu bertambahbagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah. Seni
adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauhkedalam jiwa
seseorang Jadi apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahanyang begitu dalam
dan membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinyakita sudah dapat
menangkap arti kata seni dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni”
 adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengankadar
pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yangkurang lebih
artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu diEropa
mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ ataukarya dari
sebuah kegiatan. Pandangan Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresikeindahan. Dan
keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah padapenciptaan jagat raya
ini.Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusiamemandang seluruh jagat
raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf
ayat 6      
       Maka Apakah
mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyairetak-retak sedikitpun
?2.3. Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni Dalam pandangan Islam, antara agama,
ilmu pengetahuan, teknologi dan seniterdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi dalam suatu sistemyang disebut Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga
unsur pokok yaitu aqidah,syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal
shaleh atau ikhsan,sebagaimana yang   dinyatakan dalam Al-
Qur’an Surat Ibrahim (14:24-25)   
     
      
     
 24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaankalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)ke langit,
25. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya merekaselalu ingat.
Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohonyang baik,
iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopangtegaknya ajaran Islam.
Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkandahan-dahan/ cabang-cabang
ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah daripohon itu identik dengan teknologi
dan seni. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada
Allahakan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia
termasukbagi lingkungannya. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan
ketakwaantidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat
manusiadan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya
sendiri.(M. Saifulloh, 2009) .
 BAB III PERAN DAN TANGGUNG JAWAB3.1 Keutamaan orang yang berilmu
Seringkali manusia melupakan segi etika atau moral dari hubungan timbal balikantara
manusia dengan lingkungan. Secara moral adalah normal apabila lingkunganakan
memberikan kepada manusia berbagai hal yang akan diketemukannya. bahkanmanusia
juga harus memberikan toleransi kepada kenyataan bahwa sewaktu-waktudapat timbul
malapetaka bagi kehidupan manusia. Jika manusia dapat berlaku adildengan semua yang
makhiuk hidup di alam ini, maka disini letak kebenaran normamoral yang baik, dimana
manfaat yang dieroleh dari alam ini, harus juga memberikanmanfaat kepada manusia
lain. Manusia dan masyarakat mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengankeadaan
lingkungan. Manusia menyesuaikan pada hidupnya dengan irama yangditentukan oleh
lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluarkendali tangan
manusia, maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Halinilah yang
melahirkan suatu kebiasaan, tradisi dan hukum yang tidak tertulis, yangkemudian
mengatur pergaulan hidup masyarakat. Perilaku manusia merupakan pencerminan dari
moral manusia yang dimilikinya.Citra manusia hanya mempunyai relevansi, jika dalam
kehidupan bersama dalamkelompok masyarakat. Sebab dalam kehidupan berkelompok
itulah terdapat sistem-sistem perlambang yang selanjutnya berfungsi sebagai sumber
nilai. Cara manusiamewujudkan diri adalah hasil pilihannya sendiri. Oleh karena itu,
apapun pilihannya,manusia sendiri yang bertanggung jawab. (blogspot, kampusbaca)
 Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaankarena
dibekali dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalahakal, dengan
akal manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan,teknologi dan seni.
Bagi orang yang berakal dan senantiasa benalar untukmengembangkan ilmunya, Allah
menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab (Qs. Aliimron:190) 
    
   “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malamdan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal” Tentang keutamaan orang yang erilmu, di dalam Al-Qur’an surat
AlMujadalah:11, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang
berimandan berilmu. Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat,
kedudukan,jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat
yangtinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan
kualitaskeimanan dan keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha
Allahsemata. Imam Ghozali juga mengatakan “Barang siapa yang berilmu, akan
dapatmembimbing dirinya dan memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagi matahari,
selainmenerangi dirinya juga menyebarkan pesona keharumannya kepada orang
yangberpapasan dengannya”3.2. Tanggung jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan Ada
dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allahdan sebagai
khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukandan kepatuhan
kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifahadalah tanggungjawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungansosial maupun lingkungan
alam.
 Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisiini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh
kepadapenciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai
penciptaakan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta
berupapotensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu
potensiakal. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri
kepadahawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah
akanmencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya.
Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8  
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk
berupaagama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada
keimanandan ketaqwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusiadiberikan
kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya sertamemanfaatkannya
dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umatmanusia dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karenaalam diciptakan untuk
kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam danmemanfaatkannya
diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allahmenciptakan alam,
karena Allah menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusiamendapat amanah dari
Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dankeseimbangannya untuk
kepentingan umat manusia. Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebakan
karena ulah tanganmanusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati
perjajnjian kepada Allah.Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifh yang bertugas
unuk menjaga danmelestarikan alam ini.

pembahasan (k. Menuju Integrasi Imtak dan Iptek)

Untuk membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan imtak dan iptek dalam sistem
pendidikan nasional kita, kita harus melihat kembali aspek-aspek pendidikan kita, terutama berkaitan
dengan empat hal berikut ini, yaitu:

1) Filsafat dan orientasi pendidikan (termasuk di dalamnya filsafat manusia)

2) Tujuan Pendidikan

3) Filsafat ilmu pengetahuan (Epistemologi) dan

4) Pendekatan dan metode pembelajaran.

Dalam filsafat pendidikan konvensional, pendidikan dipahami sebagai proses mengalihkan kebudayaan
dari satu generasi ke generasi lain. Filsafat pendidikan semacam ini mengandung banyak kelemahan.
Selain dapat timbul degradasi (penurunan kualitas pendidikan) setiap saat, pendidikan cenderung
dipahami sebagai transfer of knowledge semata dengan hanya menyentuh satu aspek saja, aspek
kognitif dan kecerdasan intelektual (IQ) semata dengan mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) dan
kecerdasan spiritual (SQ) peserta didik. Dengan filosofi seperti itu, peserta didik sering diperlakukan
sebagai makhluk tidak berkesadaran. Akibatnya, pendidikan tidak berhasil melaksanakan fungsi
dasarnya sebagai wahana pemberdayaan manusia dan peningkatan harkat dan martabat manusia dalam
arti yang sebenar-benarnya.

Berbicara filsafat pendidikan, mau tidak mau, kita harus membicarakan pula tentang filsafat manusia.
Soalnya, proses pendidikan itu dilakukan oleh manusia dan untuk manusia pula. Pendeknya, pendidikan
melibatkan manusia baik sebagai subjek maupun objek sekaligus. Tanpa mengenal siapa manusia itu
sebenarnya, proses pendidikan, akan selalu menemui kegagalan seperti yang selama ini terjadi.

Manusia, dalam pandangan Islam, adalah puncak dari ciptaan tuhan (Q.S. At-Thiin : 4), mahluk yang
dimuliakan oleh Allah dan dilebihkan dibanding mahluk lain (Q.S. Al-Isra : 70), merupakan mahluk yang
dipercaya oleh Tuhan sebagai Khalifah di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah : 30, Shad :36), manusia dibekali
oleh Allah potensi-potensi baik berupa panca indera, akal pikiran (rasio), hati (Qalb), dan sanubari (Q.S.
As-Sajadh : 9). Dengan demikian, manusia adalah mahluk rasional dan emosional, makhluk jasmani dan
rohani sekaligus.

Bertolak dari filsafat manusia ini, maka pendidikan tidak lain harus dipahami sebagai ikhtiar manusia
yang dilakukan secara sadar untuk menumbuhkan potensi-potensi baik yang dimiliki manusia sehingga
ia mampu dan sanggup mempertanggung jawabkan eksistensi dan kehadirannya di muka bumi. Dalam
perspektif ini, adalah pendidikan manusia seutuhnya, dan harus diarahkan pada pembentukan
kesadaran dan kepribadian manusia. Disinilah, nilai-nilai budaya dan agama, imtak dan akhlaqul al-
Karimah, dapat ditanamkan, sehingga pendidikan, selain berisi transfer ilmu, juga bermakna
transformasi nilai-nilai budaya dan agama (imtak).

Lalu, apa tujuan pendidikan itu? Dalam pandangan Islam, tujuan pendidikan tidak berbeda dengan
tujuan hidup itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah swt (Q.S. Al-Dzariyat: 56). Dengan kata lain,
pendidikan harus menciptakan pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt
yang dapat mengantar manusia meraih kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan
Islam berorientasi pada penciptaan ilmuwan (ulama) yang takut bercampur kagum kepada kebesaran
Allah swt (Q.S. Fathir : 28), dan berorientasi pada penciptaan intelektual dengan kualifikasi sebagai Ulul
Albab yang dapat mengembangkan kualitas pikir dan kualitas dzikir (imtaq dan iptek) sekaligus (Q.S. Ali
Imran: 191-193).

Proses integrasi imtak dan iptek, seperti telah disinggung di muka, pada hemat saya, harus pula
dilakukan dalam tataran atau ranah metafisika keilmuan, khususnya menyangkut ontologi dan
epistemologi ilmu. Ontologi ilmu menjelaskan apa saja realitas yang dapat diketahui manusia, sedang
epiremologi menjelaskan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan itu dan dari mana
sumbernya.(9)

Dikotomi keilmuan yang terjadi selama ini sesungguhnya bermula dari sini. Untuk itu integrasi imtak dan
iptek, harus pula dimulai dari sini. Ini berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang selama
ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik yang menegaskan
kesatuan ilmu dan kesatuan imtak dan iptek dilihat dari sumbernya, yaitu Allah swt seperti banyak
digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer semacam Ismail Raji al-Faruqi, Prof. Naquib al
Attas, Sayyed Hossein Nasr, dan belakangan Osman Bakar. (10)
Selain pada pada aspek filsafat, orientasi, tujuan, dan epistemologi pendidikan seperti telah diuraikan di
atas, integrasi imtak dan iptek itu perlu dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat. Pendidikan
imtak pada akhirnya harus berbicara tentang pendidikan agama (Islam) di berbagai sekolah maupun
perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi pendidikan imtak dan iptek dalam sistem pendidikan
nasional kita, maka pendidikan agama Islam disemua jenjang pendidikan tersebut harus dilakukan
dengan pendekatan yang bersifat holistik, integralistik dan fungsional.

Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh, tidak parsial dan partikularistik.
Pendidikan islam dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman, ibadah dan akhlakul
karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan Islam dan kajian Islam tidak hanya
melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana keislaman, tetapi sekaligus melahirkan kualitas
moral (akhlaq al karimah) yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan
pendekatan ini harus melahirkan budaya “berilmu amaliah dan beramal ilmiah”. Integrasi ilmu dan amal,
imtak dan iptek haruslah menjadi ciri dan sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam. (11)

Dengan pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak boleh terpisah dan dipisahkan dari pendidikan
sains dan teknologi. Pendidikan iptek tidak harus dikeluarkan dari pusat kesadaran keagamaan dan
keislaman kita. Ini berarti, belajar sains tidak berkurang dan lebih rendah nilainya dari belajar agama.
Belajar sains merupakan perintah Tuhan (Al-Quran), sama dan tidak berbeda dengan belajar agama itu
sendiri. Penghormatan Islam yang selama ini hanya diberikan kepada ulama (pemuka agama) harus pula
diberikan kepada kaum ilmuan (Saintis) dan intelektual.

Dengan secara fungsional, pendidikan agama harus berguna bagi kemaslahatan umat dan mampu
menjawab tantangan dan pekembangan zaman demi kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dalam
perspektif Islam ilmu memang tidak untuk ilmu dan pendidikan tidak untuk pendidikan semata.
Pendidikan dan pengembangan ilmu dilakukan untuk kemaslahatan umat manusia yang seluas-luasnya
dalam kerangka ibadah kepada Allah swt.

Semetara dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agama disemua jenjang pendidikan tersebut,
tidak cukup dengan metode rasional dengan mengisi otak dan kecerdasan peserta didik demata-mata,
sementara jiwa dan spiritualitasnya dibiarkan kosong dan hampa. Pendidikan agama perlu dilakukan
dengan memberikan penekanan pada aspek afektif melalui praktik dan pembiasaan, serta melalui
pengalaman langsung dan keteladanan prilaku dan amal sholeh. Dalam tradisi intelektual Islam klasik,
pada saat mana Islam mencapai puncak kejayaannya, aspek pemikiran teoritik (al aql al nazhari) tidak
pernah dipisahkan dari aspek pengalaman praksis (al aql al amali). Pemikiran teoritis bertugas mencari
dan menemukan kebenaran, sedangkan pemikiran praksis bertugas mewujudkan kebenaran yang
ditemukan itu dalam kehidupan nyata sehingga tugas dan kerja intelektual pada hakekatnya tidak
pernah terpisah dari realitas kehidupan umat dan bangsa. Dalam paradigma ini, ilmu dan
pengembangan ilmu tidak pernah bebas nilai. Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai
ketuhanan dan nilai imtak), sejalan dengan semangat wahyu pertama, iqra’ bismi rabbik. Ini berarti
pengembangan iptek tidak boleh dilepaskan dari imtak. Pengembangan iptek harus dilakukan untuk
kemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan dilakukan dalam kerangka ibadah kepada Allah
swt.
Dalam perspektif ini, maka pengembangan pendidikan bermajna dakwah dalam arti yang sebenar-
benarnya

Anda mungkin juga menyukai