Anda di halaman 1dari 10

Menggambarkan tanggung

jawab ilmuwan muslim


Kelompok 6 :
1. Zainal Arifin
2. Titin Suhartini
3. Kartika Nur Lutvia
4. RiaVinola A
5. Hafni Yulfizar
Tanggung jawab ilmuwan
• Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya
berdimensi religious atau etis dan social.
Dimensi religious atau etis seorang ilmuwan hendaknya tidak melanggar
kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan etika keilmuan
yang ditekuninya.
Dimensi sosial pengembangan ilmu mewajibkan ilmuwan berlaku jujur,
mengakui keterbatasannya bahkan kegagalannya, mengakui temuan orang lain,
menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudah disepakati dalam dunia
keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya atau
kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkan konfirmasi, menjelaskan
hasil-hasil temuannya secara terbuka dan sebenar-benarnya sehingga dapat
dimengerti orang lain sebagaimana ia juga memperoleh bahan-bahan dari
orang lain guna mendukung teori-teori yang dikembangkannya.
DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi
tanggung jawab seorang ilmuwan muslim, yaitu:
1. Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu tetap ada
(tidak hilang),
2. Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih hakekatnya, agar ilmu itu
menjadi meningkat,
3. Bertanggung jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah,
4. Bertanggung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang mencarinya, agar ilmu
itu menjadi bersih (terbayar zakatnya),
5. Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat
ilmu itu semakin luas,
6. Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan memikulkan
agar mata rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan pertama sekali
7. Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu
itu diterima oleh Allah SWT.
• Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan muslim mempunyai
tanggung jawab, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas ilmu yang
dimilikinya. Rasulullah SAW bersabda:

‫ «اَل تَ ُزو ُل قَ َد َما َع ْب ٍد يَ ْو َم‬:‫سلَّ َم‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،‫سلَ ِم ِّي‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ْ ‫• َعنْ َأبِي بَ ْر َزةَ اَأل‬
‫سبَهُ َوفِي َم‬ َ َ‫ َو َعنْ َمالِ ِه ِمنْ َأ ْي َن ا ْكت‬،‫ َو َعنْ ِع ْل ِم ِه فِي َم فَ َع َل‬،ُ‫سَأ َل َعنْ ُع ُم ِر ِه فِي َما َأ ْفنَاه‬ ْ ُ‫القِيَا َم ِة َحتَّى ي‬
)]2417[ ‫يح‬ ٌ ‫ص ِح‬ َ ‫س ٌن‬ َ ‫يث َح‬ ٌ ‫ َه َذا َح ِد‬: ‫ وقال‬،‫س ِم ِه فِي َم َأ ْباَل هُ» (رواه الترمذي‬ ْ ‫ َو َعنْ ِج‬،ُ‫َأ ْنفَقَه‬
• Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak
bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia
ditanya tentang umurnya; dalam hal apa ia menghabiskannya,  tentang
ilmunya; dalam hal apa ia berbuat, tentang hartanya; dari mana ia
mendapatkannya dan dalam hal apa ia membelanjakannya, dan tentang
pisiknya; dalam hal apa ia mempergunakannya”. (HR At-Tirmidzi, dan ia
berkata: “Ini hadits hasan shahih”, hadits no. 2417).
Kedudukan ilmuwan dalam islam
• Dalam al-Quran Surat AlMujadalah ayat 11 dikemukakan:
‫ش ُزوا‬ ُ ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا قِي َل ا ْن‬ َ ‫س ُحوا يَ ْف‬
ِ ‫س‬ َ ‫س فَا ْف‬
ِ ِ‫س ُحوا فِي ا ْل َم َجال‬ َّ َ‫ين آ َمنُوا ِإ َذا قِي َل لَ ُك ْم تَف‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذ‬
‫ون َخبِي ٌر‬ َ ُ‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َمل‬ ٍ ‫ين ُأوتُوا ا ْل ِع ْل َم َد َر َجا‬َ ‫ين آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ‬َ ‫ش ُزوا يَ ْرفَ ِع هَّللا ُ الَّ ِذ‬
ُ ‫فَا ْن‬

Arti: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-


lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam perspektif sosiologis, orang yang mengembangkan ilmu berada
dalam puncak piramida kegiatan pendidikan. Banyak orang sekolah/
kuliah tetapi tidak menuntut ilmu. Mereka hanya mencari ijazah,
status/gelar. Tidak sedikit pula guru atau dosen yang mengajar tetapi
tidak mendidik dan mengembangkan ilmu. Mereka ini berada paling
bawah piramida dan tentunya jumlahnya paling banyak.
Kelompok kedua adalah mereka yang kuliah untuk emnuntu ilmu
tetapi tidak emngembangkan ilmu. Mereka ini ingin memiliki dan
menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya atau untuk dirinya
sendiri, tidak mengembangkannya untuk kesejahteraan masyarakat.
Kelompok ini berada di tengah piramida kegiatan pendidikan.
Sedangkan kelompok yang paling sedikit dan berada di puncak
piramida adalah seorang yang kuliah dan secara bersungguh-sungguh
mencintai dan mengembangkan ilmu. Salah satunya adalah dosen yang
sekaligus juga seorang pendidik dan ilmuwan. (Tobroni:36)
Kewajiban
Nabi Muhammad saw.bersabda
ْ ee‫ ِب‬e‫ َعلَ ْي ِه‬eee‫ َو َم ْنَأ َرا َد ُه َما َف‬,e‫لِع ْل ِم‬ee‫ا‬
: e‫لِع ْل ِم‬ee‫ا‬ ْ ee‫ ِب‬e‫ َعلَ ْي ِه‬eee‫َأل ِخ َرةَ َف‬e ‫ َو َم ْنَأ َرا َد ا‬,e‫لِع ْل ِم‬ee‫ا‬
ْ ee‫ ِب‬e‫ َعلَ ْي ِه‬eee‫ل ُّد ْنيَا َف‬ee‫َم ْنَأ َرا َد ا‬
Artinya : “Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia,
wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan
berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang
meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”.
(HR.Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan
berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi
penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.
Rasulullah Saw., bersabda: e‫سلِ ٍم‬ ُ َ‫ض ٌة َعل‬
ْ ‫ ِّل ُم‬e‫ىك‬ َ ‫ ِر ْي‬eee‫ َف‬e‫ل ِع ْل ِم‬ee‫ا‬
ْ ‫“ ٍمطَلَ ُب‬
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu
Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa
‘arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan
sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti
tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu
kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari
tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu
fardhu ‘ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu ‘ain adalah
suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan
dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti,
walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan
sesuai dengan perintah-perintah syara’.
KESIMPULAN
• Pertama, Islam adalah agama yang sangat menghargai dan menjunjung
tinggi ilmu pengetahuan. Penghargaan ini dapat dibuktikan dalam
ajarannya yang memerintahkan seluruh umatnya untuk menuntut ilmu
• Kedua, Alloh s.w.t dalam Firmannya berjanji akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan jauh lebih tinggi di
banding orang-orang yang tidak beriman dan berilmu pengetahuan
dengan beberapa derajat kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat
• Ketiga, Kunci utama meraih kesuksesan di dunia dan akhirat adalah iman
dan ilmu pengetahuan. Kemajuan dan bahkan martabat bangsa dan
Negara sangat ditentukan oleh kemajuan ilmu pengetahuan manusianya.
• Keempat, Iman dan ilmu pengetahuan adalah dua hak yang tidak
terpisahkan.

Anda mungkin juga menyukai